Anda di halaman 1dari 22

Penerapan Teknik Optimasi dan Simulasi

Dalam Penyusunan Pola Operasi Waduk untuk Pemenuhan


Kebutuhan Energi Listrik*
Gusta Gunawan1, Alek Kurniawandi2

ABSTRAKS
Krisis energi yang melanda Indonesia mengharuskan kita untuk menggali semua potensi
energi yang ada. Air merupakan energi yang ramah lingkungan dan telah terbukti menjadi sumber
energi andalan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air. Namun permasalahan yang sering dihadapi
dalam pendayagunaan sumber daya air untuk sumber energi adalah kesulitan dalam
mengoptimalkan sumber daya air yang ada. Pada Waduk Saguling dan Cirata yang berfungsi
dalam menyediakan air untuk pembangkit listrik yaitu untuk PLTA Saguling dan PLTA Cirata
memerlukan suatu pengoperasian waduk yang bisa memberikan suatu hasil yang optimum untuk
kedua waduk. Akan tetapi, karena waduk tersebut terletak secara series hingga pelepasan air dari
waduk di hulu (Saguling) akan mempengaruhi kinerja waduk di hilirnya (Cirata) dan oleh karenanya
harus difungsikan secara bersamaan. Keputusan yang optimum pada Waduk Saguling belum tentu
memberikan hasil yang optimum untuk Waduk Cirata. Kesalahan dalam pengoperasian salah satu
waduk bisa merugikan dan berakibat fatal bagi waduk yang lain, misalnya kekeringan pada waduk
di hulu dan keruntuhan pada waduk di hilir. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan
suatu pola operasi multi waduk yang bisa memberikan hasil energi yang optimum dengan tetap
memperhatikan kelestarian kedua waduk.
Metoda yang digunakan adalah teknik optimasi dengan program linier dan simulasi.
Pendekatan-pendekatan yang digunakan pada program linier dibuat berdasarkan teknik analisa
sistem. Hasil optimasi berupa pola operasi (release) yang optimum serta produksi listrik di evaluasi
dengan simulasi. Dalam hal ini simulasi berfungsi untuk meninjau kegagalan dari target optimasi
seandainya teknik optimasi tersebut di implementasikan. Hasil optimasi dianggap memenuhi syarat
apabila volume waduk pada simulasi lebih besar dari volume minimum dan lebih kecil dari volume
maksimum. Keberhasilan teknik optimasi ditunjukan oleh unjuk kerja dari waduk yang berupa
keandalan (reliability), kelentingan (resiliency), dan kerawanan (vulnerability). Pada simulasi
digunakan asumsi bahwa waduk dianggap gagal apabila release hasil optimasi tidak bisa
memenuhi sebagian dari kebutuhan (demand).
Hasil penelitian menunjukan bahwa untuk optimasi multi waduk yang terletak secara seri
dengan perpaduan antara teknik program linier dengan simulasi bisa memberikan hasil yang
optimum. Terlihat dari energi listrik yang diperoleh menunjukan peningkatan yang cukup signifikan
jika dibandingkan dengan kondisi eksisting. Besar prosentase peningkatan energi yang terjadi
pada kedua PLTA berdasarkan hasil optimasi adalah : Saguling 29,18 % dan Cirata 42,14 %
dengan volume air rata-rata yang dikeluarkan oleh kedua PLTA selama kurun waktu tersebut
3 3
adalah Waduk Saguling sebanyak 2.660 juta M dan Waduk Cirata sebanyak 3.756 juta m .
Sedangksn prosentase peningkatan energi yang terjadi berdasarkan hasil simulasi untuk kedua
PLTA berturut-turut adalah Saguling sebesar 32,72 % dan Cirata sebesar 13,53 %. Sehingga
suatu kesimpulan dari penelitian ini adalah teknik optimasi untuk multi waduk yang terletak secara
series dengan mengunakan program linier dan simulasi bisa dijadikan sebagai acuan dalam
menyusun suatu rencana pengoperasian multi waduk.

Kata Kunci : Optimasi, Simulasi, Progam Linier, Energi Listrik Optimum, Waduk Series.
1. Dosen Fakultas Teknik Universitas Bengkulu
2. Dosen Fakultas Teknik Universitas Riau
3. Disajikan pada Acara Seminar Nasional UNRI, 29 Juni 2010
ABSTRACT

The energy crisis should us to explore all energy resources in Indonesia. Water is
on of the energy resources that used for electric generator. Problem that often appears in
water resources utilization is the optimization of the existing water resources. Saguling
and Cirata reservoir, which function as water supplier for electric generation through
PLTA Saguling and PLTA Cirata. It’s need reservoir operation that can give optimal result
toward both reservoirs. The problem lies in the series formation of both reservoirs so that
water released from Saguling reservoir in upper course will give impact toward the
operation of Cirata reservoir in the lower course. The in appropriate of each reservoir can
cause the disadvantage and fatal impact toward other reservoirs such as the lack of water
in the upper reservoir and the ruins of lower reservoir. The aim of this research is to
identify the operation of multi reservoirs that can give optimal result toward both
reservoirs.
The method used is the optimization technique is linear programming and
simulation. The approach used is the nonlinear variables can be linierization. The result of
the optimization of linear programming are the operational design and energy optimum.
Performance of reservoir evaluated by simulation with applying optimization result. In this
case, simulation functions to review the failure of optimization target. Optimization result
is believed to be appropriate when the reservoir volume is higher than the minimal volume
and lower than the maximum volume. The success of operation technique is shown by the
operation of reservoir is analyzed by simulation.
The result of the research shows that the optimization of multi reservoirs, which is
placed in series condition with the linear program and simulation as one unit will give
optimal result. It is proved by the electric energy, which shows the significant increase,
PLTA Saguling 29,18 % dan Cirata 42,14 %, compared by the existing condition. The
increasing of energy by using simulation technique at both generator are PLTA Saguling
32,72 % and PLTA Cirata 13,53 %.
The conclusion of this research is the optimization technique for multi reservoirs,
which are placed in series condition by using linear program and simulation as a
reference to arrange multi reservoir operational plan.

Key words : Optimization, Simulation, Linier Programming, Optimum Energy


Productivity, Series Reservoir.
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan industri, kebutuhan akan energi listrik dari
tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Sebagai gambaran pada tahun 1993/1994
kosumsi energi listrik untuk Pulau Jawa dan Bali 41.347 GWH (Giga Watt Hour) dengan
beban puncak 6.821 MW (Mega Watt), tahun 2003/2004 mencapai 162.104 GWH
dengan beban puncak 25.700 MW (PT. PLN 1995; Gustiana, 1998; Nugroho. H, 1999),
dan diperkirakan akan meningkat pada tahun 2025. Upaya untuk memenuhi kebutuhan
listrik tersebut bisa diupayakan dengan melalui berbagai cara misalnya mengoptimalkan
semua elemen waduk yang ada atau pembangunan waduk baru. Akan tetapi dana yang
dibutuhkan cukup banyak, waktu pembangunan yang cukup lama, lokasi yang luas serta
dampak sosial. Maka cara yang dianggap paling menguntungkan adalah dengan
mengoptimalkan segala elemen dan potensi waduk yang ada (NTIS, 1983) melalui suatu
pola operasi tertentu.

Penyusunan pola operasi waduk Saguling dan Cirata perlu disusun secara satu kesatuan.
Waduk-waduk tersebut terletak secara serial sehingga pola pengoperasiannya sangat
berbeda dengan waduk tunggal. Permasalahannya adalah jika air disimpan terlalu banyak
pada waduk Saguling yang terletak pada bagian hulu (upstream) maka waduk Cirata
yang terletak pada hilir (down stream) akan mengalami kekurangan air. Begitu
sebaliknya, jika air yang dilepas terlalu banyak maka resiko keruntuhan bisa terjadi pada
waduk Cirata.

Maka pada penelitian ini dicoba untuk menyusun suatu pola operasi yang bisa
memberikan hasil energi yang optimal dengan tetap memperhatikan keberlanjutan dari
fungsi waduk yang ada.

1.2. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyusun pola operasi dua waduk series yang
memberikan hasil energi listrik yang optimal dengan memperhatikan keberlanjutan dari
fungsi waduk itu sendiri.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Waduk adalah suatu tampungan alami atau buatan yang dibuat untuk menyimpan air dan
merelease air tersebut secara beraturan (Ponce, 1989). Umumnya waduk dioperasikan
dengan suatu sistim operasi tertentu yang dikenal dengan pola operasi. Pendekatan yang
digunakan dalam penyusunan suatu pola operasi adalah analisa sistem.

Analisa sistem adalah suatu pendekatan yang rasional, efisien dan sistematik untuk
mencapai suatu keputusan yang terbaik bagi suatu sistem berdasarkan informasi yang
ada berikut dengan segala keterbatasannya (Pranoto, 1993; Makrup, 1995;
Goulter,2002). Jadi analisa sistem merupakan alat bantu untuk mengambil keputusan
untuk menghasilkan solusi yang optimal dengan jalan memodelkan masalah yang
dihadapi ke dalam suatu pendekatan matematis.

Pada analisa sistem ada tiga komponen utama yang harus diperhatikan. Pertama, untuk
apa melakukan sesuatu (objective), kedua bagaimana melaksanakannya (decision
variable) dan ketiga adalah batasan-batasan apa yang digunakan (constrain). Di dalam
model optimasi ketiga elemen di atas disusun dalam bentuk model matematis menjadi
tiga komponen yaitu (Makrup, 1995) :

1. Fungsi tujuan (objective function)

2. Variabel keputusan (decision variable)

3. Fungsi kendala (constraint function)

Secara matematis ditulis sebagai berikut :


a) Fungsi tujuan (objective function) :
Max f(X1, X2, . . . , Xn-1, Xn)………………………………………………….(.1)
b). Fungsi kendala (constraints function) :
g1 (X1, X2, . . . , Xn) ≤ 0 ……………………………………………….……...(2)
g2 (X1, X2, . . . , Xn) ≤ 0
. . . .
. . . .
. . . .
gn (X1, X2, . . . , Xn) ≤ 0
Variabel keputusan (decision variable) :
(X1, X2, . . . , Xn-1, Xn)………………………………………...…………….….(3)
A. Program Linier (Linear Programming)

Program Linier merupakan salah satu teknik yang sering digunakan dalam manajemen
sumber daya air. Kompoenen yang membentuknya adalah fungsi tujuan (objective
function) dan fungsi kendala (constraint function). Fungsi tujuan merupakan fungsi dari
tujuan yang ingin kita capai misalnya hasil yang optimal seperti memaksimalkan
keuntungan. Fungsi kendala merupakan bentuk penyajian secara matematis dari batasan-
batasan kapasitas yang tersedia yang akan dialokasikan secara optimal kepada berbagai
aktifitas.

Persamaan baku (umum) dari LP dinyatakan sebagai berikut (Mustafa, 1999; Wurbs,
1996; Hilier & Lieberman, 1994; Thaha, 1987; Tarigan, 2001) :

a). Fungsi tujuan (objective function) :

n
Maximize Z = C j X j …………….……………………….……….….………(4)
j=1

b). Fungsi kendala (constraints function)

A11 X1 + A12X2 + . . . + A1nXn ≥ atau ≤ B1………………………….………….…….(5)

A21 X1 + A22X2 + . . . + A2nXn ≥ atau ≤ B2 ……………………………...…………....(6)

Am1 X1 + Am2X2 + . . . + AmnXn ≥ atau ≤ Bm…………………………..…………….….(7)

Syarat non negative : Xj ≥ 0 untuk j = 1,2,3,. . .,n………………………….……………….(8)

Dimana :
Cj = Koefisien fungsi tujuan variabel ke-j
Aij = Koefisien fungsi kendala ke-i variabel ke-j
Bm = Nilai ruas kanan dari persamaan kendala ke-m yang menunjukkan
nilai syarat kendala tersebut
Xj = Variabel keputusan ke-j
Z = Fungsi Tujuan
i = 1,2,. . ., m (indeks untuk jumlah variabel kendala)
j = 1,2,. . ., n (indeks untuk jumlah variabel putusan)
B. Teknik Optimasi

Dalam optimasi suatu waduk baik tunggal maupun ganda (multi reservoir), fungsi tujuan
yang digunakan adalah memaksimalkan keuntungan penggunaan air (Yeh, 1985). Jika
waduk tersebut berfungsi untuk PLTA maka fungsi tujuannya adalah memaksimumkan
energi listrik atau keuntungan PLTA, secara matematis ditulis :

m 12
Max C i, j E i, j
……………………………………………………………..( 9 )
i =1 j =1

Dimana : CI,j = konstanta yang merupakan harga satuan dari variabel keputusan yaitu
harga jual netto energi listrik (Rp/KWH)

EI,j = variabel keputusan yaitu energi listrik (KWH)

i = indeks jenis variabel keputusan dengan nilai 1,2,. . .,m

j = indeks periode waktu bulanan dalam satu tahun, 1,2,. . .,12

Persamaan kendala disusun berdasarkan variabel phisik waduk seperti (Pranoto, 1993) :

1. Aliran masuk ke waduk (inflow)

2. Kapasitas waduk

3. Kapasitas energi yang dihasilkan PLTA

4. Kehilangan air dari waduk akibat penguapan, resapan dan rembesan

5. Faktor konversi dari fungsi tujuan

Secara matematis, persamaan kendala dari hukum kesetimbangan air untuk kedua waduk
series ditulis sebagai berikut (Makrup,1995) :

VI,j+1 = VI,j + II,j - GI,j - SI,j ………………………… (i = 1,2 dan J = 1,2,……,12)….( 10 )

Untuk waduk yang di hulu inflownya dipengaruhi oleh waduk di hilir dan aliran samping
antara dua waduk sehingga persamaan inflow untuk waduk di hilir adalah :
I2,j = G1,j + S1,j + Lfi,j………………………………………………………………………………………………….( 11 )

Syarat Kendala (constraint)

VI,j ≥ Vi(min)………………………………………..……………..………….…( 12 )

VI,j ≤ Vi(max)..…………………………………………………………….……...( 13 )

EI,j = diGI,j…………………………………………....…...……………...……( 14 )

GI,j ≥ Gi(min) …………………………………………….……………...….……( 15 )

GI,j ≤ Gi(max) )………………………………………………………...…….…...( 16 )

Dimana :

Eij = Energi yang dihasilkan oleh PLTA ke-i dalam bulan ke-j (m3)

Sij = Limpasan (spill) dari waduk ke-i dalam bulan ke-j (m3)

Vij = Volume tampungan waduk ke-i dalam bulan ke-j (m3)

Iij = Aliran masuk ( Inflow ) ke waduk yang ke-i dalam bulan ke-j (m3)

Gij = Volume air dari waduk ke-i dalam bulan ke-j yang dikeluarkan untuk
generator dalam menghasilkan energi (m3)

.di = Faktor konversi energi listrik dalam KWH ke volume air dalam m3

i = Indeks yang menunjukkan nomor seri waduk : 1,2

j = Indeks yang menunjukkan bulan dalam satu tahun : 1,2,...,12.

C. Simulasi

Simulasi dalam permasalahan pendayagunaan sumber daya air adalah suatu teknik
pemodelan yang digunakan untuk menirukan dan memindahkan perilaku suatu sistem ke
dalam model dengan bantuan komputer, mengambarkan semua karakteristik dari sistim
secara luas dengan penjabaran matematis atau aljabar (Ackoff, 1961; Maas et al., 1962;
Yeh, 1975). Pada model simulasi bisa diprediksi dan ditunjukkan apa yang akan terjadi
pada suatu sistim pada saat tertentu apabila pada sistem diberikan masukan-masukan
tertentu. Dengan demikian pola pengelolaan sistem dapat diputuskan dan ditetapkan
dengan mempelajari reaksi terhadap berbagai skenario pengelolaan sistem tanpa perlu
memiliki sistem itu sendiri secara nyata. Caranya adalah dengan membuat sistem yang
sesungguhnya ditiru dan dibuat modelnya baik secara matematis, analog, digital, maupun
secara fisik lalu diberi masukan sesuai dengan skenario yang kita inginkan, sehingga
unjuk kerja (performance) suatu sistem bisa dilihat dan dianalisis.

Penerapan model simulasi dalam menyelesaikan permasalahan dalam sistem waduk


merupakan teknik pemecahan masalah untuk sistem yang kompleks, disamping
digunakan untuk menganalisis model, simulasi juga dapat digunakan untuk proses
pengambilan keputusan.

Konsep dasar teknik simulasi dalam pengelolaan suatu waduk didasarkan pada
pengembangan persamaan keseimbangan air (water storage) (Ponce, 1989) yaitu :

ds
Ij – Oj = …………………………………………………………………………..( 17 )
dt

Oj = Aij + Sj + Lj ………………………………………………………………….….( 18 )

d s Wj - Wj-1
= ……………………………………………………………….………( 19 )
dt dt

Dimana : I = Aliran masuk ke waduk (inflow) dalam (m3/detik)

O = Aliran keluar dari waduk (outflow) dalam (m3/detik)

ds/dt = Perubahan tampungan terhadap waktu (m3/detik)

S = Limpasan (Spill) dalam (m3)

L = Kehilangan air di Waduk (Losses) (m3/detik)

W = Volume waduk pada elevasi tertentu (m3)


III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Pengelompokan Tahun Data Inflow

Pengelompokan tahun basah, normal, dan kering dilakukan dengan cara mengelompokan
data inflow selama 73 tahun (1928-2001) diurutkan dari data yang terkecil hingga yang
terbesar lalu dirata-ratakan, 1/3 kelompok pertama adalah tahun kering, 2/3 kelompok
kedua adalah tahun normal dan 1/3 kelompok terakhir adalah tahun basah.

3.2. Linierisasi Variabel Non Linier

Linierisasi persamaan non linier untuk tinggi muka air waduk dilakukan dengan cara
mengasumsikan tinggi muka air efektif ( Heff ) besar nilainya tetap. Untuk maksud
tersebut dicari nilai tinggi muka air rata-rata dengan cara menjumlahkan muka air
maksimum dengan muka air minimum lalu dibagi dua (Dagli & Miles, 1985, Yeh, 1985;
Pranoto, 1993; dan Makruf, 1995). Tinggi muka air efektif (Heff) diperoleh dengan cara
mengurangkan tinggi tekanan kotor (gross head) dengan besarnya kehilangan tekanan
(head loss). Sedangkan tinggi tekanan kotor merupakan hasil pengurangan muka air rata-
rata dengan muka air belakang (tile water level).

3.3. Prosedur Optimasi dan Simulasi

Tujuan melakukan optimasi adalah untuk mendapatkan suatu hasil yang optimum dalam
kasus ini berupa energi listrik. Simulasi dilakukan untuk mengevaluasi hasil target
keluaran dari hasil optimasi. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini untuk
prosedur optimasi dan simulasi disajikan pada bagan alir berikut :
START

Identifikasi Fungsi Tujuan dan Kendala

Identifikasi Data Input dan Parameter PL

FORMULA MATEMATIS

Objtv Function : Maks 172 (Ei,j) + 50 (Ei,j) – 60 (Si,j)


Fungsi Kendala :
1. Keseimbangan air
2. Kapasitas tampungan efektif waduk
3. Kapasitas pipa pesat
4. Konversi energi listrik

OPTIMASI
Persamaan linier (input)
diproses dengan Program
LINDO

Output Optimasi
Energi Bulanan (KWH)
Volume air ke turbin (m3)
Limpasan (m3)
Volume waduk sisa (m3)

Simulasi dengan MS Excel

Output Simulasi
Energi Bulanan (KWH)
Keandalan
Kelentingan
Kerawanan

G
G

Tampungan Awal bulan


J=1

Hitung :
Taget energi Volume Waduk,
diturunkan Evaporasi, delta storage,
Unjuk Kerja

Ya If
Vi,j+1 < Vmin
Spill
Tdk
Si,j = Vi,j+1 - Vmax

If Ya
Vi,j+1 > Vmax

Tdk

Ya If
Vi,j+1 < Vmin

Tdk

CETAK
Energi Bulanan (Kwh)
Keandalan
Kelentingan
Kerawanan

STOP

Gambar 1. Bagan Alir Optimasi Gabungan Program Linier dengan Simulasi


3.4. Penyusunan Model Optimasi dan Simulasi

Untuk menyusun model optimasi dan simulasi dua reservoir seri, dasar penyusunan
persamaan matematisnya yang akan dijadikan sebagai input pada optimasi dengan program
linier maupun pada simulasi secara skematis disajikan pada Gambar 2. Persamaan
keseimbangan air (water balance equations) untuk dua waduk seri dapat dinyatakan seperti
persamaan (17), (18) dan (19) yang merupakan dasar untuk optimasi :

L1t L2t

I1t V1t S1t G1t Lf V2t S2t G2t

Waduk Saguling Waduk Cirata


Keterangan Gambar :
= Waduk

= Inflow Node

= Aliran Samping (Lateral flow)

= Generator PLTA

Gambar 2. Diagram Skematis Sistem Waduk Serial

3.5. Menyusun Persamaan Matematis Model

Persamaan matematis model disusun dengan merumuskan fungsi tujuan dan fungsi kendala
untuk program linier sebagai berikut :

1. Fungsi tujuan (objective function)

Sebagai fungsi tujuan dalam penelitian ini adalah mengoptimalkan energi listrik, secara
matematis dapat ditulis sebagai berikut :
2 12 2 12
Max Z = c E ij − M Sij …………………………………………....( 20 )
i =1 j =1 i =1 j =1

2. Fungsi kendala (constraint function)


Fungsi kendala adalah batasan-batasan yang ada pada waduk yangberkaitan dengan
transformasi keberadaan debit inflow dari waduk itu. Untuk kasus waduk Saguling dan
Cirata transformasi yang terjadi sesuai dengan fungsi waduk yang ditentukan oleh
faktor berikut :
a. Kapasitas waduk
b. Total pelepasan air untuk turbin masing-masing PLTA
c. Kehilangan air pada waduk seperti evaporasi, infiltrasi dan lain-lain
d. Besarnya limpasan (spill)yang diizinkan pada bangunan pelimpah
e. Khusus untuk waduk Cirata terdapat aliran samping.
Secara matematis, persamaan kendala dari kesetimbangan air untuk kedua waduk
ditulis sebagai berikut :
V1,j+1 = V1,j + I1,j – G1,j – S1,j ................................ ….…………………….………( 21 )
Untuk Waduk Cirata, inflownya dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu aliran samping,
limpasan (spill), dan release dari waduk di hulu (Saguling) sehingga persamaan untuk
air masuk ke Cirata secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :

I2,j = G1,j + S1,j + Li,j…………………..……………………………..…………( 22 )

Dimana : c = Nilai ekonomi air untuk energi (Rp/m3)


M = Nilai ekonomis air yang melimpas (Rp /m3)
Eij = Energi yang dihasilkan dari reservoir ke-i dalam bulan ke-j (m3)
Sij = Limpasan (spill) dari reservoir ke-i dalam bulan ke-j (m3)
Vij = Volume tampungan dari reservoir ke-i dalam bulan ke-j (m3)
Iij = Aliran masuk ke dalam reservoir ke-i dalam bulan ke-j (m3)
Gij = Volume air (m3) dari reservoir ke-i dalam bulan ke-j yang
dikeluarkan untuk menghasilkan energi
i = Indeks yang menunjukkan nomor seri waduk ( Saguling = 1)
j = Indeks yang menunjukkan bulan operasi waduk : 1,2,…,12.
di = Faktor konversi energi listrik dari KWH ke volume air
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Optimasi dilakukan dengan bantuan program komputer yaitu LINDO. Sebagai data input
yang digunakan adalah data inflow tahunan yang terdapat pada alat pencatat data kedua
waduk. Data inflow tahunan mulai dari tahun 1928-2007 dikelompokan menjadi tahun
basah, normal dan kering. Dengan memasukan fungsi tujuan dan konstrain seperti pada
metodologi maka diperoleh jumlah produksi energi tahunan untuk masing-masing tahun
dalam Kwh serta nilai keuntungan (objective value) yang bisa diperoleh dalam rupiah.
Resume dari hasil keluaran program tersebut disajikan pada Tabel 1 berikut :

Tabel 1. Hasil Optimasi dengan LINDO


Produksi Energi Objective Value
Saguling Cirata Saguling Cirata
Tahun Kwh Kwh Rp Rp
6 6
1 2 3 ( x 10 ) 4 ( x 10 )
Basah 3,790,197,210 2,134,158,200 651,913,920,120 106,707,910,000
Normal 3,235,670,810 1,787,145,610 556,535,379,320 89,357,280,500
Kering 2,574,480,920 1,402,962,940 442,810,718,240 70,148,147,000
Total 9,600,348,940 5,324,266,750 1,651,260,017,680 266,213,337,500
Rata-2 3,200,116,313 1,774,755,583 550,420,005,893 88,737,779,167

Produksi energi yang mampu dihasilkan berdasarkan hasil optimasi ternyata bisa lebih
tinggi jika dibandingkan dengan produksi energi eksisting untuk kedua waduk. Hal ini
menunjukan bahwa air yang ada secara teoritis masih bisa dimanfaatkan untuk
menghasilkan energi tambahan. Nilai objective value menunjukan tingkat peningkatan
pendapatan kedua PLTA untuk tahun basah, kering dan normal dalam rupiah. Pola operasi
tersebut disusun berdasarkan jumlah air yang direlease dari hasil dari keluaran program
LINDO, kemudian dibandingkan dengan Pola operasi waduk eksisting. Pada pola eksisting
jumlah air yang dilepas lebih kecil jika dibandingkan dengan hasil penelitian. Hal ini
disebabkan karena pola operasi eksisting harus memperhatikan pusat pembangkit listrik
lainnya, sehingga produksi energi yang dihasilkan harus sesuai dengan kebutuhan dan bisa
diserap oleh konsumen. Jumlah energi bulanan yang dihasilkan oleh kedua waduk
disajikan pada Tabel 2 dan 3 dibawah ini.
Tabel 2. Energi Hasil Optimasi dan Eksisting Waduk Saguling
SAGULING EKSISTING SAGULING OPTIMASI
Basah Normal Kering Basah Normal Kering
Bulan Kwh Kwh Kwh Kwh Kwh Kwh
Januari 251.900.000 229.000.000 178.300.000 364.041.220 364.041.220 325.426.850
Februari 209.990.000 190.900.000 157.300.000 364.041.220 364.041.220 109.212.370
Maret 339.020.000 308.200.000 203.500.000 364.041.220 364.041.220 364.041.220
April 349.800.000 318.000.000 234.100.000 364.041.220 178.878.590 118.855.130
Mei 248.930.000 226.300.000 188.700.000 287.440.900 109.212.370 109.212.370
Juni 198.440.000 180.400.000 152.200.000 364.041.220 155.373.920 226.175.860
Juli 161.150.000 146.500.000 125.700.000 117.172.960 207.745.380 109.212.370
Agustus 143.880.000 130.800.000 110.300.000 364.041.220 216.828.450 109.212.370
September 134.310.000 122.100.000 84.600.000 109.212.370 218.480.720 240.455.010
Oktober 156.200.000 142.000.000 108.500.000 364.041.220 364.041.220 364.041.220
November 237.600.000 216.000.000 161.100.000 364.041.220 364.041.220 134.594.930
Desember 249.590.000 226.900.000 188.100.000 364.041.220 328.945.280 364.041.220

Tabel 3. Energi Hasil Optimasi dan Eksisting Waduk Cirata.


CIRATA EKSISTING CIRATA OPTIMASI
Basah Normal Kering Basah Normal Kering
Bulan Kwh Kwh Kwh Kwh Kwh Kwh
Januari 87.120.000 79.200.000 60.800.000 406.157.760 387.761.220 365.022.880
Februari 116.380.000 105.800.000 86.800.000 198.866.000 188.214.900 81.881.280
Maret 186.560.000 169.600.000 108.300.000 218.394.130 189.609.070 81.881.280
April 176.550.000 160.500.000 113.200.000 215.104.900 81.881.280 81.881.280
Mei 151.360.000 137.600.000 114.500.000 159.198.050 140.275.600 81.881.280
Juni 117.260.000 106.600.000 94.200.000 137.454.430 81.881.280 81.881.280
Juli 104.610.000 95.100.000 80.800.000 81.881.280 85.458.920 81.881.280
Agustus 99.000.000 90.000.000 73.700.000 81.881.280 81.881.280 109.027.580
September 92.400.000 84.000.000 56.100.000 109.629.150 81.881.280 81.881.280
Oktober 110.110.000 100.100.000 78.700.000 150.436.050 138.972.400 81.881.280
November 134.860.000 122.600.000 101.300.000 180.646.580 81.881.280 81.881.280
Desember 127.710.000 116.100.000 92.200.000 194.508.590 247.447.100 191.980.960

Selisih energi bulanan rata-rata pada masing-masing tahun disajikan pada Tabel 4 Berikut :
SELISIH Porsentase
Basah Normal Kering Basah Normal Kering
KWH KWH KWH KWH KWH KWH

SAGULING 92.448.934 66.547.568 56.840.077 41,38 32,77 27,99

CIRATA 52.520 34.995 28.530 41,91 30,72 25,04


Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa jumlah energi listrik yang bisa diproduksi oleh
kedua waduk untuk tahun basah, normal dan kering masih bisa ditingkatkan. Untuk waduk
Saguling prosentase energi yang bisa ditingkatkan pada tahun basah 41,38%, tahun normal
32,77 % dan tahun kering 27,99%. Begitu juga dengan waduk Cirata, jumlah energi listrik
yang bisa ditingkatkan pada tahun basah adalah 41,91%, tahun normal sebesar 30,72% dan
tahun kering 25,04%.
Hasil optimasi dievaluasi dengan mengunakan simulasi dengan memperhatikan unjuk kerja
waduk (performance of reservoirs) yaitu tingkat keandalan, kelentingan, dan kerawanan.
Untuk menentukan tingkat kegagalan dan kesuksesan maka digunakan pendekatan apabila
terjadi limpasan atau elevasi muka air setelah operasi dibawah muka air minimum yang
disyaratkan maka dianggap gagal, jika sebaliknya maka dianggap sukses. Hasil
perhitungan unjuk kerja waduk adalah sebagai berikut :

1). Keandalan : Saguling 99,40 % dan Cirata 96,43 %, memberikan indikasi bahwa dalam
pengoperasian waduk pernah mengalami kegagalan, untuk kembali ke kondisi sukses maka
Waduk Saguling membutuhkan waktu 1 bulan dan Cirata 0,83 bulan.

2). Jika terjadi suatu kegagalan maka berdasarkan analisis kerawanan maka 20%
kebutuhan air untuk PLTA Saguling tidak terpenuhi dan 39,20% kebutuhan PLTA Cirata
tidak terpenuhi.

3). Nilai maksimum deficit ratio untuk kedua waduk jika terjadi kegagalan berturut-turut
adalah 20% dan Cirata 40%. Nilai maksimum deficit adalah Saguling 294 m3/detik dan
Cirata 1.626 m3/detik.

Hasil simulasi memberikan suatu pola operasi waduk yang berkelanjutan. Pola operasi
hasil simulasi untuk kedua waduk disajikan pada Gambar berikut :
Elevasi Simulasi vs Eksisting Basah Saguling

650,0
640,0
elevasi (m)

630,0
620,0
610,0
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan
Bulan

Eksisting Simulasi Batas Atas Batas Bawah

Gambar 3. Pola Operasi Waduk Saguling untuk Tahun Basah

Elevasi Simulasi vs Eksisting th Normal Saguling

650,0

640,0
elevasi (m)

630,0

620,0

610,0
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan
Bulan

Eksisting Simulasi Batas Atas Batas Bawah

Gambar 4. Pola Operasi Waduk Saguling untuk Tahun Normal

Elevasi Simulasi vs Eksisting th Kering Saguling

650,0
elevasi (m)

640,0
630,0
620,0
610,0
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
Bulan

Eksisting Simulasi Batas Atas Batas Bawah

Gambar 5. Pola Operasi Waduk Saguling untuk Tahun Kering


Elevasi Simulasi vs Eksisting Basah Cirata

225,0
220,0
elevasi (m)

215,0
210,0
205,0
200,0
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
Bulan

Eksisting Simulasi Batas Atas Batas Bawah

Gambar 6. Pola Operasi Waduk Cirata untuk Tahun Basah

Elevasi Simulasi vs Eksisting th Normal Cirata

225,0
220,0
elevasi (m)

215,0
210,0
205,0
200,0
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
Bulan

Eksisting Simulasi Batas Atas Batas Bawah

Gambar 7. Pola Operasi Waduk Cirata untuk Tahun Normal

Elevasi Simulasi vs Eksisting th Kering Cirata

225,0
220,0
elevasi (m)

215,0
210,0
205,0
200,0
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan
Bulan

Eksisting Simulasi Batas Atas Batas Bawah

Gambar 8. Pola Operasi Waduk Cirata untuk Tahun Kering


Dengan pola operasi hasil simulasi, jumlah peningkatan energi yang terjadi untuk PLTA
Saguling untuk tahun basah sebesar 92.448.934 KWH, tahun Normal 66.547.568 KWH
dan tahun kering sebesar 56.840.077 KWH. Untuk PLTA Cirata pada tahun basah sebesar
52.519.850 KWH, tahun Normal 34.995.468 KWH dan tahun Kering sebesar 28.530.245
KWH. Prosentase peningkatan produksi energi rata-rata pada masing-masing kelompok
jenis tahun pada kedua PLTA adalah : Saguling untuk tahun Basah sebesar 29,27 %, untuk
tahun Normal sebesar 24,68 % dan tahun Kering sebesar 26,49 %, dan PLTA Cirata untuk
tahun Basah sebesar 29,53 %, untuk tahun Normal 23,50 % dan untuk tahun Kering
sebesar 24,40 %.

Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan untuk optimasi multi Waduk Saguling dan Cirata
yang terletak secara seri dengan mengunakan program linier dan simulasi maka dapat
disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1. Berdasarkan pola operasi hasil keluaran LINDO jumlah energi yang dihasilkan oleh
kedua PLTA mengalami peningkatan dibandingkan dengan energi hasil eksisting.
Pada PLTA Saguling prosentase energi yang bisa ditingkatkan pada tahun basah
sebesar 41,38%, tahun normal 32,77 % dan tahun kering 27,99%. Begitu juga
dengan PLTA Cirata, jumlah energi listrik yang bisa ditingkatkan pada tahun basah
adalah 41,91%, tahun normal sebesar 30,72% dan tahun kering 25,04%.
2. Berdasarkan pola operasi simulasi, jumlah energi yang dihasilkan oleh kedua
PLTA juga mengalami peningkatan, akan tetapi peningkatan yang terjadi lebih
kecil dari hasil optimasi. Prosentase peningkatan produksi energi rata-rata pada
masing-masing kelompok jenis tahun berdasarkan hasil simulasi pada kedua PLTA
adalah : Saguling untuk tahun Basah sebesar 29,27 %, untuk tahun Normal sebesar
24,68 % dan tahun Kering sebesar 26,49 %, dan PLTA Cirata untuk tahun Basah
sebesar 29,53 %, untuk tahun Normal 23,50 % dan untuk tahun Kering sebesar
24,40 %..
Daftar Pustaka

1. Arismunandar A., dan Kuwara S., (1991) Teknik Listrik Jilid I : Pembangkit
dengan Tenaga Air, PT. Pradnya Paramita, Jakarta 168p.
2. Baugsto, W.A.B, et all., (1993). The Complete Software Tool for Dynamic
Simulation, Model Data, Norway-A.S.
3. Bazaraa, M.S., (1990). Linier Programming and network flows. 2nd ed, John Wiley
and Sons, Inc. Canada.
4. Bogardi, J.J., (1988). Lecture Note on Advanced Techniques in Water Resources
Planning and Management, Divisi of Water Resources Planning and Management,
AIT, Bangkok.
5. Budieny H., (2000). Analisa Optimasi Pengelolaan Sumberdaya Air Waduk Sermo,
Tesis Program Studi Teknik Sipil, Jurusan Ilmu-ilmu Teknik, Program Pasca
Sarjana Universitas Gajah Mada Yogyakarta, Yogyakarta.
6. Candra Sari, Yunita., (2001). Optimasi Pengelolaan Waduk Sangiran Dari Sisi
Ekonomi, Tesis, Magister Pengelolaan Sumber Daya Air UGM, Yogyakarta.
7. Chandler, Subhash, and Khaliquzzaman., (1997). Network Flow Programming
Model for Multireservoir Sizing, Journal of Water Resources Planning and
Management, vol. 123 No. 1. Pp 15-22. ASCE.
8. Dandekar, M.M., dan K. N. Sharma., (1991). ( Penerjemah, D. Bambang Setyadi,
Sutanto). Pembangkit Listrik Tenaga Air. Cet. 1. Penerbit Universitas Indonesia.
Jakarta.
9. Dagli, C. H., and J. F. Miles., (1980). Determining Operating Polices for Water
Resources Sistem, J. Hidrol, 47 (34), 297-306
10. Dorfman. R., (1962). Matematical Models : The multi structure approach, in
Design of Water Resources Systems, edited by A. Maass, Harvard University Press,
Cambridge, Mass.
11. Falkson, M.L. and Loucks, P.D. (1970). A Comparison of Some Dynamic, Linier
and Policy Iteration Methods for Reservoir Operastion. Journal of The American
Water Resources Association, vol 6 No. 3. Pp 384-400. San Antonio, Texas.
12. Goulter. I.C., (1983). An Introduction to Water Resources System Theory and
Aplication, Course Notes, University of Manitoba, Canada.
13. Goulter. I.C., (1983). Optimization of Civil Engineering Systems, Course Notes,
University of Manitoba, Canada.
14. Gustiana, Dewi., (1998). Potensi Aliran Sungai di Jawa Barat Belum
Dimanfaatkan secara Optimal, Artikel Harian Umum Republika, Jakarta.
15. Hall, W.A. and Dracup, J.A., (1990), Water Resources System Engineering, Mc.
Graw Hill Book Co, New York, U.S.A.
16. Hilier, Frederick S and Lieberman, Gerald J., (1994). Penterjemah : Gunawan, Elen
and Wirda Mulia, Ardi. Pengantar Riset Operasi Jilid 1. Erlangga, Jakarta.
17. Kasiro, Ibnu., et all., (1995). Bendungan Besar di Indonesia, Yayasan Badan
Penerbit PU, Jakarta.
18. Law, Averill M., (1991). Simulation Modeling and Analysis, McGraw-Hill series in
Industrial Engineering and Management Science, Singapore.
19. Lai Hwang, Ching., and Lai Jou, Young., (1993). Possibilistic Linear Programing
for Managing Interest Rate Risk, Journal of Fuzzy Sets and System, vol 54, pp 135-
146, North Holland.
20. Linsley, R.K., et all., Penterjemah, Yandi Hermawan., (1986). Hidrologi untuk
Insinyur. Erlangga, Jakarta.
21. Loucks, D. P., J. R. Stedinger, and D. A. Haith., (1981). Water Resource System
Planning and Analisis, Prentice Hall Inc, Englewood Cliffs, New Jersey.
22. Martsanto, D., (1992). Optimization of Jatiluhur Reservoir System by Using Linier
Programming, Master Tesis, Asian Institute of Technology of Bangkok, Bangkok.
23. Makrup, L.L., (1995). Optimasi Pengelolaan Sistem Multi Reservoir dengan
Metode Program Linier (Studi Kasus Reservoir Wadas Lintang dan Pejengkolan,
Jateng), Thesis, ITB, Bandung.
24. Maass, A., et al (1962). Design of Water Resources System, Harvard University
Press, Cambrige.
25. Mohan, S., and Raipure. M.D., (1990). Multiobjective Analysis of Multireservoir
System, Journal of Water Resources Planning and Management, vol. 118. No. 4. pp
356-370, ASCE.
26. Muslich, M., (1993). Metode Kuantitatif, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, Jakarta.
27. Mustafa, Zainal., (1999). Belajar Cepat Linier Programming dengan Quantitave
System, Ekonesia, Yogyakarta.
28. Nugroho, Hari., (1999). Menuju Optimalisasi Eksploitasi Energi Sumber Daya Air,
Thesis, ITB, Bandung.
29. NTIS, (1983). Optimal Operation of a Multiple Reservoir System, California
University, Davis.
30. Petrus, S., (1997). Perencanaan Debit Air Masuk ke Waduk Kaskade Citarum,
PUSLITBANG Pengairan, Depertemen Pekerjaan Umum, Bandung.
31. Ponce, Victor Miguel., (1989). Engineering Hidrologi ; Principles and Practices,
Prentice Hall, New Jersey.
32. Pranoto, Sumbogo., (1993). Optimasi Pemanfaatan Air DAS Serayu dengan
Menggunakan Program Linier dan Simulasi, Tesis, ITB, Bandung.
33. Pranoto, Sumbogo., (1994). “Kombinasi Analisa Program Linier dan Simulasi
untuk Optimasi Pemanfaatan Air DAS”, Makalah Seminar Kelompok Hidro,
Jurusan Sipil, 30 April 1994, UNDIP, Semarang, 31p.
34. Qomariyah, S., (1992). Analisa Perhitungan Kapasitas Waduk Mengunakan Model
Simulasi dan Optimasi, Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pengairan, no.25, TH.
7-KWIII, pp. 61-64.
35. Qomariyah, S., dan Hermono, S. B., (1995) Analisa Sistem dalam Perencanaan dan
Pengembangan SDA, Prosiding PIT-HATTI XII, Surabaya, pp 8-16.
36. Rao, S.S., (1978). Optimization, Theory and Application, edisi ke-2, Wiley Eastern
Limited, New Delhi.
37. Rahmad Jayadi., (1999). Teknik Optimasi untuk Pengelolaan Sumber Daya Air,
Fakultas Teknik Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
38. Santoso, Tukul dan Suladjono., (1995). Pengoperasian Waduk Kaskade Citarum,
Makalah seminar “Reservoir Operation and Sedimentation” pp 1-28. Jakarta.
39. Siswanto., (1992). Pemrograman Linier Lanjutan, Penerbitan Universitas
Atmajaya, Yogyakarta.
40. Siswanto., (1990). LINDO, Bagaimana Cara Menggunakannya, Penerbitan
Universitas Atmajaya, Yogyakarta.
41. Soewarno., (1995). Hidrologi : Aplikasi Metode Statistik untuk Analisa Data, Jilid I
dan II, Nova, Bandung.
42. Solichin., (1993). Optimasi Operasi Sistem Multi Waduk dengan Menggunakan
Program Dinamik Socastic, Tesis, ITB, Bandung
43. Strycharczyk, B.J. and Stedinger R.J., (1987). Evaluation of a "Reliability
Programming" Reservoir Model, Journal of Water Resources Research, vol 23, No.
2, pp 225-229, American Geophysical Union.
44. Suharyanto, dan Pranoto, SA., (1999). Analisa Pelayanan Jaringan Air Bersih,
Jurnal Media Komunikasi Teknik Sipil, edisi xv pp 35-41.
45. Suharyanto., (1997). Analisis Unjuk Kerja Pengoperasian Waduk, Media
Komunikasi Teknik Sipil, edisi VIII, 1997, pp 51-57.
46. Sudjarwadi, (1989). Pola Operasi Pengaturan Waduk, PAU IT-UGM, Yogyakarta.
47. Tarigan, Abinteras., (2001). Optimasi Pemanfaatan Air Waduk Kedung Ombo
dengan Program Linier, Tesis, Magister Teknik Sipil, UNDIP, Semarang.
48. Thaha, Hamdi A., (1987). Operation Research : An Introduction. ed 5the. Hamilton
Printing Caompany. USA.
49. Tong, Jiandong., et al., (1997). Mini Hidropower, John Wiley & Sons Ltd,
England.
50. Turgeon, Andre., (1980). Optimal Operation of Multireservoir Power System with
Stochastic Inflows, Journal of Water Resources Research, vol 16, No. 2, pp 275-
283, American Geophysical Union.
51. Winardi., (1981). Pengantar Linier Programming, Penerbit Alumni, Bandung.
52. Wijaya, F., dan Anwar, N., (1995). “Analisa Optimasi Pengoperasian Waduk Pacal
Mengunakan Program Linier”, PIT XII HATHI, Surabaya, pp 319-325.
53. Wurbs, R. A., (1996). Modeling and Analisis Reservoir System Operation, Prentice
Hall, Inc., USA.
54. Yeh, W. W-G., (1985). Reservoir Management and Operation Models, Water
Resources Research. vol. 21, pp 1797-1818, The American Geophysical Union.
55. Yeh, W. W-G., and Trott J.W., (1973). Optimization of Multiple Reservoir System,
Journal of Hidrolics Division, Vol 99, No. HY 10,

Anda mungkin juga menyukai