Anda di halaman 1dari 14

ETIKA PENGEMBANGAN AGROWISATA PADA

KAWASAN SEKITAR TAMAN WISATA ALAM DANAU


TAMBLINGAN

Laporan Penelitian
Disusun Untuk Memenuhi
Tri Dharma Perguruan Tinggi
(Dharma Penelitian)

Oleh:
I Gusti Bagus Rai Utama
Program Studi/Jurusan: Manajemen

SEKOLAH TINGGI ILMU MANAJEMEN


DHYANA PURA DENPASAR
2004

i
ABSTRAK

Dalam pengembangan suatu kawasan ada beberapa faktor yang menjadi


pertimbangan seperti: kealamiahan, keunikan, kelangkaan, optimalisasi penggunaan
lahan, pelibatan tenaga kerja.
Faktor-faktor tersebut telah dipenuhi oleh kawasan wisata danau tamblingan,
kawasan yang masih alami sehingga kelamiannya perlu dijaga agar konsep pariwisata
yang berkesinambungan terwujud untuk generasi yang akan datang. (sustainable
toursime).
Keunikan kawasan ini dengan suhu yang sejuk sepanjang masa, dengan
pemandangan alam yang unik harus terus dijaga dan dilestarikan bukan diexploitasi
untuk kepentingan sesaat. (unique resort).
Hutan konservasi yang membentang disepanjang taman wisata adalah hal
yang dianggap langka pada jaman ini, dan konsep konservasi atau pelestarian
alamnya harus terus dilakukan sehingga kawasan ini akan terus menarik sepanjang
masa. (responsible tourism),
Optimalisasi penggunaan lahan: dengan kepemilikan lahan yang begitu
sempit, tidak akan mungkin kaum petani dapat sejahtera jika tidak melakukan
kombinasi produk dengan pengembangan agrowisata yang nantinya dapat bernilai
ganda bukan hanya bagi sektor pertanian saja tetapi juga sektor pariwisata.
Sebagian besar masyarak disekitas kawasan tamblingan hidup dari mata
pencaharian bertani tetapi sayang, sebagian besar petani memiliki lahan yang sempit,
sedangkan tenaga kerja yang seharusnya siap bekerja terus bertambah, maka sangat
bijaksana jika generasi saat ini memikirkannya agar jangan sampai tenaga kerja yang
siap untuk bekerja tersebut tidak dimanfaatkan atau tidak tersalurkan. Dan ini adalah
tugas seluruh komponen masyarakat.

Kata kunci: kealamiahan, keunikan, kelangkaan, optimalisasi penggunaan lahan,


pelibatan tenaga kerja.

ii
DAFTAR ISI

Hal
Abstrak…………………………………………………………….. ii

BAB. I: GAMBARAN UMUM TAMAN WISATA ALAM


DANAU TAMBLINGAN…………………………………………. 1

1.1 Lokasi dan Status ………………………………….…………… 1


1.2 Topografi……………………………………………………….. 1
1.3 Iklim……………………………………………………………. 1
1.4 Tipe Hutan……………………………………………………… 2
1.5 Flora…………………………………………………………… 2
1.6 Fauna…………………………………………………………… 2
1.7 Potensi Sumber Daya Alam……………………………………. 2
1.7.1 Daya Tarik Obyek. ………………………………………… 2
1.7.2 Kegiatan Wisata Alam. …………………………………… 3
1.7.3 Sarana dan Kemudahan…………………………………… 3
1.7.4 Pencapaian ke Lokasi……………………………………… 3

BAB. II: ETIKA RENCANA PENGEMBANGAN


AGROWISATA DI DESA MUNDUK……………………………. 4
4
2.1 Latar Belakang………………………………………………… 4
2.2 Potensi Desa Munduk………………………………………… 4
2.2. 1 Pertimbangan Kelangkaan………………………………… 4
2.2. 2 Pertimbangan Sifat Kealamiahan…………………………… 4
2.2. 3 Pertimbangan Keunikan…………………………………… 5
2.2. 4 Pertimbangan Pelibatan Tenaga Kerja…………………… 5
2.2. 5 Pertimbangan Optimalisasi Penggunaan Lahan…………… 5
2.2. 6 Pertimbangan Keadilan……………………………………. 5
2.2. 7 Pertimbangan Pemerataan…………………………………. 5
2.3 Penataan Kawasan…………………………………………….. 6
2.3. 1 Attractions ………………………………………………… 6
2.3. 2 Facilities…………………………………………………… 6
2.3. 3 Infrastructure……………………………………………… 6
2.3. 4 Transportation…………………………………………….. 6
2.3. 5 Hospitality………………………………………………… 6
2.3. 6 Capital…………………………………………………… 7
2.4 Rancangan Kawasan Tamblingan sebagai Kawasan
Pengembangan Agrowisata. …………………………………. 7
2.4. 1 Apa yang dilakukan………………………………………… 7
2.4. 2 Apa sarana dan Prasarana yang diperlukan………………. 7

iii
2.4. 3 Bagaimana melakukannya…………………………………. 7
2.4. 4 Dimana dilakukan………………………………………… 8
2.4. 5 Siapa saja yang melakukan……………………………… 8
2.4. 6 Apa manfaatnya…………………………………………… 8

BAB. III: PENUTUP: AGROWISATA TAMBLINGAN……… 9

3.1 Kealamiahan …………………………………………………… 9


3.2 Keunikan ……………………………………………………… 9
3.3 Kelangkaan…………………………………………………… 9
3.4 Optimalisasi Penggunaan Lahan……………………………… 9
3.5 Pelibatan Tenaga Kerja………………………………………… 9

iv
BAB. I
GAMBARAN UMUM TAMAN WISATA ALAM
DANAU TAMBLINGAN

1.1 Lokasi dan Status

Taman Wisata Alam Danau Buyan-Danau Tamblingan administratif


pemerintahan termasuk wilayah Kecamatan Sukasada Kecamatan Banjar, Kabupaten
Buleleng dan Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan. Berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Kehutanan No.: 144/Kpts-II/1996 tanggal 4 April 1996, tentang Penetapan
sebagian Kawasan Hutan Batukahu (RTK.4) yang terletak di Kabupaten Dati.II
Tabanan dan Kabupaten Dati.II Buleleng Propinsi Dati.I Bali, seluas 1.336,50 Ha
sebagai Taman Wisata Alam Danau Buyan-Danau Tamblingan (tidak termasuk
Danau Buyan), dimana didalamnya terdapat enclave seluas 8 Ha. Revisi luas kawasan
sesuai dengan Surat Keputusan Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehutanan No.:
140/Kwl-5/1997 tanggal 22 Januari 1997, maka luas Taman Wisata Alam Danau
Buyan-Danau Tamblingan menjadi 1.703 Ha (sudah termasuk Danau Buyan dan
Danau Tamblingan). Kawasan Taman Wisata Alam Danau Buyan-Danau Tamblingan
berbatasan dengan : Sebelah Utara : Desa Wanagiri, Desa Lemukih, Sebelah Timur :
Hutan Lindung, Dsn.Peken, Desa Pancasari, Sebelah Selatan : Desa Batunya, Desa
Candikuning, Sebelah Barat : Dusun Tamblingan, Desa Munduk dan Desa Gesing.
(KSDA:2003)

1.2 Topografi

Kawasan Taman Wisata Alam Danau Buyan-Danau Tamblingan ini topografinya


bervariasi mulai datar ( 0 - 3 % ), Landai ( 3 - 8 % ), Miring ( 8 - 5 % ), agak curam
( 15 - 30 % ), curam ( 30 - 45 %) dan terjal ( > 45 % ) dengan ketinggian dari
permukaan laut mulai dari 1210 m dpl sampai dengan 1350 m dpl. Bagian utara dan
timur kawasan Taman Wisata Alam Danau Buyan-Danau Tamblingan merupakan
daerah yang seluruhnya berkemiringan sangat curam. Bagian selatan batas hutan ini
terutama yang berada antara dua danau juga berkemiringan sangat curam. Areal yang
mempunyai kemiringan curam dan agak curam terdapat diantara Danau Buyan dan
Danau Tamblingan. Sebagian daerah bagian timur dan bagian selatan dari Danau
Buyan dan Danau Tamblingan (sekitar danau) mempunyai kemiringan landai sampai
datar. (KSDA:2003)

1.3 Iklim

Menurut klasifikasi Schmidt & Ferguson termasuk ke dalam tipe iklim A dengan
rata-rata curah hujan 2000-2800 mm/tahun dan rata-rata hari hujan/tahun 155,6 hari,
bulan basah 4-10 dan bulan kering 0-5, dengan suhu udara berkisar antara 11,5o- 24 o
C. (KSDA:2003)

1
1.4 Tipe Hutan

Tipe hutan di Taman Wisata Alam Danau Buyan-Danau Tamblingan termasuk


tipe hutan hujan tropis pegunungan (dataran tinggi) yang dicirikan dengan curah
hujan yang tinggi, kondisi kawasan selalu basah dengan keragaman jenis tumbuhan
yang relatif tinggi. (KSDA:2003)

1.5 Flora

Tipe vegetasi hutan di Taman Wisata Alam Danau Buyan-Danau Tamblingan


termasuk dalam tipe hutan hujan tropis pegunungan dengan kondisi yang secara
umum masih utuh dan alami. Selain hutan alam yang masih utuh terdapat pula
tanaman reboisasi nangka (Artocarpus sp) tahun 1986/1987 terletak dipinggir Danau
Buyan dan Danau Tamblingan, hutan tanaman dengan jenis Damar (Agathis alba),
Rasamala (Altingea excelsa) dan Cempaka (Mechelia champaka) serta semak belukar
yang merupakan kelas reboisasi Murbai. Luas masing-masing adalah : Hutan alam
seluas ± 410 Ha, Hutan tanaman/reboisasi seluas ± 68,65 Ha.
Berdasarkan hasil inventarisasi flora dan fauna tahun 1988, menunjukkan bahwa jenis
lateng (Laportea spmendominasi pada tingkat pohon, disusul oleh jenis bunut (ficus
indica), kayu batu (Eugenia jambaloides) dan Sambu (Vernonia arbaca). Pada tingkat
tiang didominasi oleh jenis blantih (Homalanthus giganteus), kayu batu (Eugenia
jambaloides) dan Lempeni (Ardisisa humulis). Pada tingkat semai jenis yang
mendominir adalah jenis Lateng, Lempeni dan Udu (Lithea velirtinia), sedangkan
untuk tumbuhan bawah terdiri dari jenis pakis, bentek, cabe-cabe, pinang hutan dan
lain-lain. (KSDA:2003)

1.6 Fauna

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan jenis fauna yang terdapat di kawasan


Taman Wisata Alam Danau Buyan-Danau Tamblingan terdiri dari jenis Ayam Hutan
(Gallus sp), Cerucuk (Pycnonotus goievier), Kera abu-abu (Macaca fascicularis) dan
jenis lainnya terutama jenis Aves. Dalam perjumpaan tidak langsung dapat ditemukan
melalui kotoran, jejak dan suara seperti jenis Deluk (Melogale orientalis), Sri gunting
(Dicrurus renifer) dan Kepecit (Estrilda amandava) Keragaman jenis yang ada di
Kawasan ini relatif lebih sedikit dibanding kawasan Cagar Alam Batukahu, hal ini
disebabkan oleh minimnya ketersediaan sumber makanan yang ada. (KSDA:2003)

1.7 Potensi Sumber Daya Alam

1.7.1 Daya Tarik Obyek.


Dengan terdapatnya dua buah Danau yang cukup luas yang dikelilingi hutan
yang masih asri serta tebing-tebing curam yang menawan, menjadikan kawasan ini
mempunyai panorama alam yang menarik. Pada lokasi yang mempunyai ketinggian
tertentu dapat melepaskan lelah untuk menikmati pemandangan Danau ini. Di
2
beberapa lokasi pinggir Danau terdapat pula beberapa buah Pura yang dibangun
diantara pepohonan yang besar dan lebat, sehingga dapat menambah potensi yang
tidak hanya indah tapi unik dan khas. (KSDA:2003)

1.7.2 Kegiatan Wisata Alam.

Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain: wisata tirta, memancing, berkemah,
lintas alam, penjelajahan, jungle tracking, wisata ilmiah/widya wisata. (KSDA:2003)

1.7.3 Sarana dan Kemudahan

Taman Wisata Alam ini telah memiliki 2 unit bumi perkemahan dengan fasilitas
MCK, shelter, pos jaga, sampan, dan tenaga pemandu. (KSDA:2003)

1.7.4 Pencapaian ke Lokasi

Untuk mencapai lokasi dapat mempergunakan kendaraan umum (mini bus)


dari Terminal Ubung, Denpasar ke jurusan Singaraja/Pancasari turun di Desa
Pancasari dengan jarak 57 Km dan waktu tempuh ± 1,5 jam. Dari kota Singaraja -
Pancasari - Bedugul sejauh 32 Km dengan waktu tempuh 40 menit. (KSDA:2003)

3
BAB. II
ETIKA RENCANA PENGEMBANGAN
AGROWISATA DI DESA MUNDUK

2.1 Latar Belakang

Stakeholder dalam pengembangan pariwisata jika dikelompokkan terdiri dari 4


(empat) kelompok, yaitu (i) Pemerintah Pusat dan daerah) sebagi regulator, mediator,
dan dinamistrator serta motivator. (ii) Masyarakat di kawasan/obyek/taman wisata
sebagai tuan rumah. (iii) Swasta (pelaku usaha) baik sarana ataupun jasa pariwisata,
dan yang terakhir adalah (iv) Wisatawan, yang akan menikmati keseluruhan produk
yang disajikan oleh stakeholder yang lain. (Puslitdimas STP Tri Sakti: 2001).
Suatu kawasan dapat dikembangkan menjadi Agrowisata dengan mempertimbangkan
hal-hal dibawah ini: Pertimbangan Kelangkaan, Sifat Kealamiahan, Keunikan,
Pelibatan Tenaga Kerja, Optimalisasi Penggunaan Lahan, Keadilan, Pemerataan.
(Puslitdimas STP Tri Sakti: 2001).

2.2 Potensi Desa Munduk

2.2.1 Pertimbangan Kelangkaan

Kalau kita berjalan-jalan disekitar kawasan Taman Wisata danau tamblingan,


kita akan disuguhi dengan hamparan kebun bunga pecah seribu (148 ha), yang
diselingi dengan tanaman jeruk (25 ha) belum lagi hamparan kopi (403 ha) yang
cukup luas serta kebun bawang putih (11.230 ha) dan jenis sayuran lainnya seperti
lombok (10 ha), wortel dan sebagainya. Yang menjadi pertimbangan kelangkaan
adalah adanya hamparan bunga pecah seribu yang tidak dimiliki oleh daerah lain.
(Monografi Desa Munduk:2003)

2.2.2 Pertimbangan Sifat Kealamiahan

Kawasan ini adalah kawasan yang cukup alamiah karena masih baru dan asri
masih mungkin ditata kembali atau di redesign untuk menjadi kawasan agrowisata
yang cukup menarik. Selain terletak berdekatan dengan kawasan wisata yang sudah
terkenal yaitu Bedugul, infrastruktur relatif mudah untuk dijangkau baik oleh
Wisatawan Nusantara terlebih lagi Wisatawan Manca Negara. Untuk mencapai lokasi
dapat mempergunakan kendaraan umum (mini bus) dari Terminal Ubung, Denpasar
ke jurusan Singaraja/Pancasari turun di Desa Pancasari dengan jarak 57 Km dan
waktu tempuh ± 1,5 jam. Dari kota Singaraja -Pancasari - Bedugul sejauh 32 Km
dengan waktu tempuh 40 menit. (KSDA:2003)

4
2.2.3 Pertimbangan Keunikan

Kawasan ini juga mempunyai keunikan yang cukup menonjol, dengan


hamparan kebun bunga serta banyaknya terdapat pura (33 buah pura) berpotensi
menjadi kawasan wiasata religius.

2.2.4 Pertimbangan Pelibatan Tenaga Kerja

Tercatat komposisi penduduk desa munduk cukup bervariativ jika dilihat dari
mata pencahariannya: 51 (lima puluh satu) orang sebagai Pegawai Negeri Sipil, 12
Orang ABRI, 353 Orang Pegawai Swasta, 15 orang pedagang, 1.684 orang petani,
233 Tukang bangunan, 655 orang buruh tani 14 orang pensiunan, 11 orang nelayan.
Dengan melihat konfigurasi mata pencaharian penduduk desa munduk seperti diatas
maka besar harapan jika dapat dikembangkan agrowisata kehidupan kaum petani
yang menjadi golongan mayoritas dapat terangkat lebih sejahtera. (Monografi Desa
Munduk:2003)

2.2.5 Pertimbangan Optimalisasi Penggunaan Lahan

Luas ladang dan sawah yang hanya tercatat 294 Hektar cukup
memprihatinkan jika tidak dilakukan optimalisasi penggunaan lahan yang begitu
sempitnya, alternatifnya adalah pengembangan agrowisata yang berbasiskan tanaman
unik tertentu seperti bunga pecah seribu dengan kombinasi jeruk, kebun anggrek atau
tanaman hias lainnya yang mungkin dapat dijual kepada wisatawan secara langsung.
(Monografi Desa Munduk:2003)

2.2.6 Pertimbangan Keadilan

Sistem pembagian pendapatan dari pengelolaan Taman wisata danau


Tamblingan pada saat ini terkonfigurasi menjadi: 45% untuk Pemerintah daerah, 45%
untuk desa adat munduk dan 10% untuk KSDA (Konservasi Sumber Daya Alam).
Jika agrowisata dapat dikembangkan, tentunya agrowisata yang berbasiskan
kerakyatan akan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara langsung, baik
berupa pembelian hasil pertanian secara langsung oleh wisatawan maupun oleh Pusat
Kesejahteraan Petani yang harus dibentuk nantinya sehingga konsep keadilan dapat
terbagi dengan adil.

2.2.7 Pertimbangan Pemerataan

Pengembangan Agrowisata nantinya diharapkan dapat menggerakkan


perekonomian masyarakat secara keseluruhan, baik masyarakat petani/desa, penanam
modal/investor, regulator (Pemda, BKSDA, desa Adat dan Diparsenibud). Dengan
melakukan koordinasi diadalam perencanaan secara detail dari input-input yang ada.
5
2.3 Penataan Kawasan

Agrowisata pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan yang mengintegrasikan


sistem pertanian dan sistem pariwisata sehingga membentuk obyek wisata yang
menarik. Untuk dapat mengembangkan suatu kawasan menjadi kawasan pariwisata
ada lima unsur yang harus dipenuhi seperti dibawah ini:

2.3.1 Attractions atau Hal-hal yang menarik perhatian para wisatawan:

Kawasan disekitar taman wiasata danau Tamblingan sebenarnya mempunyai


banyak tempat menarik yang bisa diandalkan sebagai attractions sperti: Hutan
Konservasi, danau, pura-pura, perkebunan rakyat bunga pecah seribu yang tentunya
jika akan dikembangkan menjadi agrowisata harus ditata kembali baik benih dan cara
tanamnya sehingga akan lebih menarik bagi wisatawan untuk membelinya.

2.3.2 Facilities: atau fasilitas-fasilitas yang diperlukan

Fasilitas yang diperlukan mungkin penambahan sarana umum,


telekomunikasi, hotel dan restoran pada sentra-sentra pasar attractions potensial. hal
ini sebagian sudah ada tinggal penambahan dan peningkatan kualitas.

2.3.3 Infrastructure atau Infrastruktur

Infrastruktur yang dimaksud dalam bentuk Sistem pengairan, Jaringan


komunikasi, fasilitas kesehatan, terminal pengangkutan, sumber listrik dan energi,
system pembuangan kotoran/pembungan air, jalan raya dan system keamanan.

2.3.4 Transportation: jasa-jasa pengangkutan

Transportasi umum, Bis-Terminal, system keamanan penumpang, system


Informasi perjalanan, tenaga Kerja, kepastian tariff, peta kota/obyek wisata.

2.3.5 Hospitality: Keramah-tamahan atau kesediaan untuk menerima tamu.

Keramah-tamahan masyarakat akan menjadi cerminan keberhasilan sebuah


system pariwisata yang baik. Untuk dapat membuat masyarakat ramah-tamah dan
siap menerima kedatangan wisatawan maka masyarakat local mutlak harus dilibatkan
dalam system pengembangan pariwisata di kawasan Tamblingan agar kesejahteraan
masyarakat meningkat dan perekonomian masyarakat bergulir dengan sendirinya.
(Spillane, 1994:63)

6
2.3.6 Capital: Jika kelima unsur tersebut telah terpenuhi,.

sekarang yang menjadi perhatian kita adalah bagaimana memperoleh modal


untuk pembangunannya? Dengan tidak meniru pola pengembangan pariwisata Bali
Selatan yang berbasis Kapitalis, masyarakat hanya menjadi penonton di negeri
sendiri. (Ardika). Fasilitas umum/publik mungkin dibangun oleh pemerintah
sadangkan usaha kecil berupa sentra usaha masyarakat yang mungkin diusahan oleh
masyarakat sebaiknya masyarakat dilibatkan sepenuhnya sebagai pelaku pariwisata
yang utuh. Pembangunan tidah hanya diarahkan untuk mengejar target PAD tetapi
seberapa banyak masyarakat kecil dapat dilibatkan dalam system yang
dikembangkan. (Ardika)

2.4 Rancangan Kawasan Tamblingan sebagai Kawasan Pengembangan


Agrowisata.

2.4.1 Apa yang dilakukan

Ciptakan Attraksi yang menarik wisatawan dengan cara Manata kawasan-


kawasan yang selama ini telah menjadi sentra-sentra kunjungan seperti kawasan
Hutan Konservasi sebagai atraksi yang menarik untuk wisata lintas alam, danau
tamblingan untuk wisata memancing, kebun bunga yang sudah ada serta
mengembangkan varietas baru agar lebih menarik untuk dibeli oleh wisatawan
sebagai souvenir setelah berwisata.

2.4.2 Apa sarana dan Prasarana yang diperlukan

Pembangunan akomodasi wisata atas prakarsa dan menjadi milik masyarakat


setempat melalui koperasi pariwisata masyarakat, Lembaga pengembangan
masyarakat berupa koperasi yang bekerjasama dengan pihak luar sebagai penanam
modal. Peraturan-peraturan/kepastian hukum (stakeholder) tentang pola dan model
pengembangan wisata agro yang akan dikembangkan. (Bali Post, Pendit: 7)

2.4.3 Bagaimana melakukannya

Melaukan konsultasi dengan Konsultan Manajemen LSM, perusahan


konsultan atau hotel besar, Biro Perjalanan Wisata sebagai bapak asuh, Akses ke-
sumber modal: pemerintah, bank atau bantuan luar negeri, Kontribusi masyarakat
berupa pembebasan lahan dapat dikonversi dalam bentuk modal/saham, Melibatkan
SDM Lokal. Sebagai tenaga Kerja dalam kegiatan agro wisata yang akan
dikembangkan.

7
2.4.4 Dimana dilakukan

Sudah Pasti, Kalau Pemda Buleleng turun tangan dengan berkoordinasi


dengan BKSDA serta Desa adat disekitar kawasan, proyek ini dikembangkan pada
seluruh wilayah disekitar Taman Wisata Danau Tamblingan. Mungkin sebagai
proyek sample desa Munduk yang paling dekat dengan danau Tamblingan.

2.4.5 Siapa saja yang melakukan

Masyarakat sebagai komponen Utama/subyek yang berkepentingan atas


kesejahteraan, Pemerintah (PEMDA, BKSDA, DIPARDA, dan DESA ADAT)
sebagai regulator/pengatur, penata system wisata agro yang akan dibangun agar
menjadi agrowisata, Pihak Luar dalam hal sebagai konsultan, Joint-Investor
(Masyarakat—Koperasi-Penanam modal), lembaga keuangan seperti bank.

2.4.6 Apa manfaatnya

Pelestarian Alam dan lingkungan hidup (Konservasi) sekaligus memberikan


manfaat bagi masyarakat luas untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya,
Peningkatan PAD dari hasil pengelolaan atraksi wisata yang dikelola, Wujud
kepedulian terhadap Lingkungan, masyarakat kecil serta Wujud penghormatan
kepada sang Pencipta (Konsep Tri Hita Karana)

8
BAB. III
PENUTUP
AGROWISATA TAMBLINGAN
Kekhasan kawasan Tamblingan yang didukung oleh keindahan alam serta
keaslian hutan konservasinya serta kekhasan kebun rakyat berupa bunga pecah seribu
dan kebun jeruk yang baru saja berkembang jikalau dikelola secara profesional
dengan pengembangan model agrowisata akan menjadi alternatif terbaik yang sangat
prospektif untuk melakukan diversifikasi sektor pertanian sekaligus sektor pariwisata
dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pengembangan Agrowisata pada
kawasan taman wisata danau Tamblingan akan berdampak baik jika beberapa nilai-
nilai etika perencanaan diterapkan, adapun etika tersebut adalah:

3.1 Kealamiahan
Kawasan Wisata Danau Tamblingan adalah kawasan yang masih alami sehingga
kelamiannya perlu dijaga agar konsep pariwisata yang berkesinambungan terwujud
untuk generasi yang akan datang. (sustainable toursime)

3.2 Keunikan
Keunikan kawasan ini dengan suhu yang sejuk sepanjang masa, dengan
pemandangan alam yang unik harus terus dijaga dan dilestarikan bukan diexploitasi
untuk kepentingan sesaat. (Unique Resort)

3.3 Kelangkaan
Hutan Konservasi yang membentang disepanjang Taman Wisata adalah hal yang
dianggap langka pada jaman ini, dan konsep konservasi atau pelestarian alamnya
harus terus dilakukan sehingga kawasan ini akan terus menarik sepanjang masa.
(Responsible Tourism)

3.4 Optimalisasi Penggunaan Lahan


Dengan kepemilikan lahan yang begitu sempit, tidak akan mungkin kaum petani
dapat sejahtera jika tidak melakukan kombinasi produk dengan pengembangan
agrowisata yang nantinya dapat bernilai ganda bukan hanya bagi sektor pertanian saja
tetapi juga sektor pariwisata.

3.5 Pelibatan Tenaga Kerja


Sebagian besar masyarak disekitas kawasan tamblingan hidup dari mata
pencaharian bertani tetapi sayang, sebagian besar petani memiliki lahan yang sempit,
sedangkan tenaga kerja yang seharusnya siap bekerja terus bertambah, maka sangat
bijaksana jika generasi saat ini memikirkannya agar jangan sampai tenaga kerja yang
siap untuk bekerja tersebut tidak dimanfaatkan atau tidak tersalurkan. Dan ini adalah
tugas seluruh komponen masyarakat.

9
Daftar Pustaka
Ardika. 2001. Artikel. Jakarta: Harian Kompas

Pendit. 2001. Artikel. Denpasar: Harian Bali Post, hal 7

Spillane. 2001. Pariwisata dan Pembangunan Ekonomi. Jakarta:____

Yoharman Syamsu. 2001. Puslitdimas STP Trisaksi. Jakarta:Bintara .

INMENDAGRI No. 23 Th 1989.Monografi Desa Munduk. 2003.


Singaraja:Bagian Pemerintah Desa Setwilda Tk. II Buleleng.

KSDA.2003 pada www.ksda-bali.org.id

10

Anda mungkin juga menyukai