Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.            Latar Belakang
Penyakit saluran pernapasan adalah salah satu penyebab kesakitan dan kematian yang
paling sering. Pleuritis adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan nyeri dada yang tajam
sewaktu menarik dan menghembus nafas karena adanya peradangan pada lapisan membran di
sepanjang paru dan dada (pleura). Pleura adalah kantung yang terdiri dari dua lapisan yang
meliputi paru-paru dan memisahkannya dari dinding dada dan struktur-struktur di sekitarnya.
Biasanya, sejumlah kecil cairan yang ada diantara dua lapisan tersebut berfungsi sebagai pelicin,
mencegah gesekan ketika paru-paru mengembang dan menguncup ketika bernafas.
Pada pleuritis, peradangan dari pleura menyebabkan nyeri yang tajam dan akumulasi
cairan, yang mengakibatkan pernafasan menjadi pendek. Kondisi ini umumnya terjadi pada
infeksi pernafasan baik oleh virus maupun bakteri, seperti tuberkulosis atau pneumonia. Cedera
pada dada, seperti fraktur iga, juga dapat menyebabkan peradangan pada pleura. Pleurisy dapat
bersifat akut (gejala timbul tiba-tiba dan menghilang dengan sendirinya) atau kronis (gejalanya
terus berlanjut dan berulang-ulang).
Kondisi ini dapat dirawat dengan obat-obatan anti peradangan untuk mengurangi nyeri dan
antibiotik diberikan apabila penyebab yang mendasarinya adalah infeksi bakteri.

1.2  Rumusan Masalah


1.      Apa definisi dari pleuritis?
2.      Apa etiologi daripleuritis?
3.      Bagaimana manifestasi klinis dari pleuritis?
4.      Bagaimana patofisiologi dari pleuritis?
5.      Apa saja komplikasi pada penderita pasien pleuritis?
6.      Apa saja pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada penderita pasien pleuritis?
7.      Apa saja penatalaksanaan dari pleuritis?
8.      Bagaimana asuhan keperawatan yang harus dilakukan pada penderita pleuritis?
1.2.            Tujuan
Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada klien dengan pleuritis dan konsep
teori dari penyakit pleuritis.

1.3.            Manfaat
Dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa mampu memahami dan membuat
asuhan keperawatan pada klien dengan pleuritis , serta mampu mengimpelementasikannya dalam
proses keperawatan.

 
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Pleuritis mengacu pada inflamasi kedua lapisan pleura, pleura parietalis, yang menutupi
permukaan dinding dada, mediastinum, dan permukaan atas diafragma, dan pleura viseralis,
yang menutupi seluruh permukaan kedua paru (Suzanne , 2001).
Pleuritis adalah peradangan pada pleura disebabkan penumpukan cairan dalam rongga
pleura, selain cairan dapat pula terjadi karena penumpukan pus atau darah. Pleuritis juga dapat
disebut sebagai komplikasi dari efusi pleura atau penyakit pada pleura.
Pleuritis adalah terjadinya suatu peradangan pada selaput dada/paru yang disebabkan oleh
kuman (Anita Mirwani, S.kep).
Menurut Handrosmk dalam wordpress 2011, Pleuritis atau radang pleura (Pleurisy/
Pleuritis/ Pleuritic chest pain) adalah suatu peradangan pada pleura (selaput yang menyelubungi
permukaan paru-paru). Pleuritis adalah terjadinya suatu peradangan pada selaput dada/paru yang
disebabkan oleh kuman.

2.2. Etiologi
Penyebab - penyebab dari timbulnya pleuritis adalah:

1. Virus dan Mikoplasma
Efusi pleura karena virus atau mikroplasma agak jarang. Bila terjadi jumlahnya tidak
banyak dan kejadiannya hanya selintas saja. Jenis - jenis virusnya adalah echovirus, Coxsackie
group, chlamidia, rivkettsia, dan mikroplasma.
2. Bakteri Piogenik
Bakteri yang sering ditemukan adalah: aerob dan anaerob. Bakteri - bakteri aerob
meliputi Streptucocus pneumonia, Streptucocus mileri, Stafilococus aureus, Hemofilus spp,
E.koli, Klebsiela, Pseudomonas spp. Bakteri - bakteri anaerob meliputi Bakteroides spp,
Peptostreptococus, Fusobakterium.
3. Tuberkulosis
Selain komplikasi tuberkulosa, dapat juga disebabkan oleh robeknya rongga pleura atau
melalui aliran getah bening.
4. Fungi
Pleuritis karena fungi amat jarang. Biasanya terjadi karena penjalaran infeksi fungi dari
jaringan paru. Jenis fungi penyebab pleuritis adalah Aktinomikosis, Koksidiomikosis,
Aspergillus, Kriptokokus, Histoplasmolisis, Blastomikosis, dan lain - lain.
5. Parasit
Parasit yang menginvasi ke dalam rongga pleura hanyalah amoeba dalam bentuk tropozoit.
6. Sindrom nefrotik asites
Akumulasi cairan dalam rongga peritoneal. Kondisi ini juga dikenal sebagai penumpukan
cairan rongga peritoneal hidroperitenium atau lebih serinng dikenal sebagai kondisi basal perut.

2.3. Manifestasi Klinis


a.       Nyeri pada dada yang diperburuk oleh bernapas.
b.      Sesak Napas.
c.       Perasaan “ditikam”.
Gejala yang paling umum dari pleurisy adalah nyeri yang umumnya diperburuk oleh
penghisapan (menarik napas). Meskipun paru-paru sendiri tidak mengandung syaraf-syaraf nyeri
apa saja, pleura mengandung berlimpah-limpah ujung-ujung syaraf. Ketika cairan ekstra
berakumulasi dalam ruang antara lapisan-lapisan dari pleura, nyeri biasanya dalam bentuk
pleurisy yang kurang parah. Dengan jumlah-jumlah akumulasi cairan yang sangat besar,
ekspansi dari paru-paru dapat dibatasi, dan sesak napas dapat memburuk.
2.4. Patofisiologi
Ketika kedua membran yang mengalami inflamasi atau bergesekan selama respirasi
(terutama inspirasi), akibatnya nyeri hebat, tersa tajam seperti tusukan pisau. Nyeri dapat
menjadi minimal atau tidak terasa ketika nafas ditahan atau dapat menjalar ke bahu audomen
kemudian sejalan dengan terbentuknya cairan pleura, nyeri akan berkurang pada periode dini
ketika terkumpul sedikit cairan, esekan, fiksi pleura dapat terdengar dengan steteskop, hanya
akan menghilang kemudian bila telah berkumpul cairan dan memisahkan pleura yang mengalami
inflamasi.
Pleuritis dapat terjadi dengan pneumonia atau infeksi traktus resfiratori atas tuberkulosis,
penyakit kolagen, infrak paru atau embolisme paru, pada kanker primer metastatik dan setela
torakatomi.

2.5. Klasifikasi
a.       Pleuritis kering (fibrosa)
Peradangan pada pleura tanpa atau hanya sedikit pengeluaran cairan.
b.      Pleuritis basah (setofirosa)
Terjadinya penimbunan cairan dibuang pleura disebut juga pleura efusi cairan yang berisi di
pleyra dapat berupa:
-exudate
-transudate

2.6. Komplikasi
Adapun komplikasi dari pleuritis ialah :

a. Efusi pleura/ empiema (pleuritis purulenta) (Efusi pleura sendiri adalah suatu keadaan
dimana terdapat penumpukan cairan alam pleura berupa transudut atau eksudat yang
diakibatkan terjadinya ketidak seimbangan antara produksi dan absorpsi dikapiler dan
pleura viseralis).
b. Pneumotorax (pengumpulan udara dalam rongga dada/thorax).
c. Piopneumotoraks (penumpukan nanah pada rongga pleura).
d. Gagal nafas.

2.7. Pemeriksaan Diagnostik


a.       Ronseng dada (rontgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk
mendiagnosis efusi pleura, yang hasilnya menunjukkan adanya cairan).
b.      Pemeriksaan sputum.
c.       Pleura punksi (pengambilan/penyedotan cairan dari lapisan pembungkus paru (pleura).
d.      Biopsi pleura (yaitu pengambilan sebagian jaringan pleura (pembungkus paru) jika ada ruang
yang cukup sehingga jarum biopsi tidak menembus sampai ke paru).
e.       Laboratorium darah (leukosit meningkat).

2.8. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan adalah untuk menemukan kondisi dasar yang menyebabkan pleuritis dan
untuk menghilangkan nyeri dengan diatasinya penyakit dasar (Pnemonia, dan infeksi), imflamasi
pleuritis biasanya menghilang. Pada waktu yang sama, penting artinya untuk memantau tanda -
tanda dan gejala - gejala efusi pleura, seperti sesak nafas, nyeri dan penurunan ekskruksi dinding
dada.
Analgesik yang diresepkan dan aplikator topikal panas atau dingin akan memberikan
peredaan simptomatik. Indomestasin, obat anti imflamasi non steroidal, dapat memberikan
peredaan nyeri sambil memungkinkan pasien batuk secara efektif. Jika nyeri sangat hebat,
diberikan blok intercostal prokain.
Adapun obat - obat yang dapat digunakan pada penderita dengan masalah pleuritis adalah
sebagai berikut :
1.      Analgesik
2.      Antibiotik
3.      Antidiuretik
4.      Pemasangan WSD untuk mengeluarkan cairan
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
A. Anamnesis: Identitas klien meliputi nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,
suku dan agama.
B. Keluhan utama: nyeri dada yang diperburuk saat bernapas, sesak napas yang ditandai dengan
pernapasan yang cepat dan dangkal.

C. Riwayat penyakit sekarang: pasien mengeluh batuk, sesak napas, nyeri pleuritis, rasa berat
pada dada, dan berat badan menurun.
D. Riwayat penyakit dahulu: Pleuritis sering kali timbul setelah infeksi saluran napas atas
(infeksi pada hidung dan tenggorokan). Resiko tinggi timbul pada klien dengan riwayat post -
operasi, infeksi pernapasan, dan klien dengan imunosupresi (kelemahan dalam sistem imun).
E. Pemeriksaan fisik:

 B1 (Breathing)

Penurunan batuk efektif, produksi sputum, sesak nafas,penggunaan otot bantu nafas, dan
peningkatan frekuensi pernafasan. Adanya bunyi nafas tambahan seperti ronchi atau stidor.

 B2 (Blood)

Peningkatan denyut nadi dan adanya gangguan pertukaran gas.

 B3 (Brain)

Nyeri pada dada akibat penekanan diafragma dan liserasi (luka pada alveoli saat penumpukan
cairan).
 B4 (Bladder)

 B5 (Bowel)

Mual sampai muntah akibat penekanan gasfer sehingga merangsang hipotalamus lateral.
Pemenuhan nutrisi menjadi berkurang.

 B6 (Bone)

Terjadi kelemahan pada otot diafragma akibat penyesuaian tubuh terhadap penurunan ekstansi
paru. Nyeri yang ditimbulkan pada dada mengakibatkan intoleransi gerakan.

3.2 Analisa Data


NO Data Etiologi Masalah
1. DS: Gangguan pertukaran
perubahan tekanan dalam
        Klien mengeluh sulit gas
paru
bernapas
DO:
        Klien tampak sesak
gangguan pada proses difusi
        Pengembangan dada tidak
simetris
        TD: 120/90 mmHg CO2 dan O2 tidak
        Nadi: 102x/menit dibebaskan
        RR: 24x/menit
Suhu: 37C
        Gangguan pertukaran gas
2. DS: Nyeri pada dada
Dekompresi
        Klien mengeluh nyeri dada
DO:
        Ekspresi wajah meringis
Diskontinuitas jaringan
        TD: 120/80mmHg
        Nadi: 102x/menit
        Suhu: 37 C
Pelepasan bradikinin,
        RR: 24x/menit
serofin
P: pleuritis
Q: tertusuk-tusuk
R: di bagian dada
Merangsang ujung saraf
S: 6-8
bebas
T: terus menerus

Hipothalamus

korteks serebri

persepsi nyeri

Nyeri
3. DS: Intoleransi aktivitas
Suplai O2 menurun
        Klien mengeluh lemah dan
kelelahan
Peningkatan frekuensi napas
DO:
        Klien nampak lemah
 
        Klien nampak pucat
Dyspepsia cepat dan dangkal
 

Keterbat
asan gerak

Intoleransi aktivitas

1.3  Diagnosa Keperawatan


1.      Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan dilatasi alveoli akibat dekompresi.
2.      Nyeri dada berhubungan dengan peradangan pada selaput pleura.
3.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen.
4.      Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
5.      Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan produksi spuntum oleh
sel goblet.

a.      Rencana Keperawatan


No. Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional
keperawatan hasil
1. Gangguan pertukaran Setelah dilakukan
1.      Jelaskan pada klien
1.      Dengan menjelaskan
gas berhubungan tindakan mengenai keadaan kepada klien tindakan
dengan dilatasi keperawatan 2x24 klien dan tindakan yang akan diberikan,
alveoli akibat jam, pola napas yang akan dilakukan maka klien akan
dekompresi yang di efektif, dengan pada klien. kooperatif.
tandai dengan: Klien kriteria hasil: 2.      Monitor frekuensi
mengeluh sulit
1.      Klien kooperatif pernapasan dan
2.      Untuk menentukan
bernapas, klien dengan tindakan ekspansi dada. derajat ketidakefektifan
tampak sesak, yang diberikan. pola napas.
pengembangan dada
2.      Klien tidak sulit
3.      Observasi warna
3.      Untuk mengetahui
tidak simetris, TD: bernapas. kulit, membrane adanya kekurangan
120/90 mmHg, Nadi:
3.      Klien tidak sesak. mukosa dan kuku. oksigen akibat sianosis
102x/menit, RR:
4.      Pengembangan baik perifer atau sentral.
24x/menit, Suhu: dada simetris.
370C 5.      Bunyi napas
normal atau bersih.4.      Informasikan kepada
4.      Asap rokok dapat
6.      Tidak adanya keluarga pasien agar membuat klien lebih
sianosis tidak merokok di sesak.
7.      TTV dalam batas dalam ruangan.
normal ( TD:
120/80, Nadi: 60-
5.      Kolaborasi dengan
5.      Memaksimalkan
100x/menit, RR: tim dokter dalam pernapasan dan
16-20x/menit). pemberian oksigen menurunkan kerja
8.      Ekspansi paru tambahan. napas.
berkembang.
2. Nyeri dada Setelah dilakukan
1.      Observasi tingkat
1.      Mengetahui skala nyeri
berhubungan dengan tindakan nyeri klien. dan kualitas nyeri klien.
peradangan pada keperawatan 2x24 2.      Mengetahui keadaan
selaput pleura yang jam, diharapkan
2.      Observasi tanda vital umum klien.
ditandai dengan: nyeri berkurang klien.
klien mengeluh nyeri hingga hilang,
dada, ekspresi wajah dengan kriteria 3.      Memberikan rasa
3.      Ajarkan teknik
meringis, TD: hasil: nyaman pada klien dan
distraksi dan
120/80mmHg, Nadi:
1.      Klien tidak mengurangi rasa sakit.
relaksasi.
102x/menit, Suhu: 37 mengeluh nyeri.
C, RR: 24x/menit 2.      Klien tampak
P: pleuritis rileks. 4.      Analgesik dapat
4.      Kolaborasi dengan mengurangi nyeri dan
Q: tertusuk-tusuk 3.      TTV dalam batas
antibiotik dapat
dokter dalam
R: di bagian dada normal. menghilangkan infeksi.
pemberian analgesik
S: 6-8
dan antibiotik.
T:terus-menerus

3. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan 1.      Observasi respon 1.      Agar dapat dinilai
berhubungan dengan tindakan Individu terhadap tingkat intoleran
ketidakseimbangan keperawatan 2x24 aktivitas aktifitas.
antara suplai dan jam, klien dapat
kebutuhan oksigen melakukan 2.      Ajarkan klien metode
2.      Meminimalkan
yang ditandai dengan: aktivitas dengan penghematan energi kelelahan dan
Klien mengeluh kriteria hasil: untuk aktivitas. membantu
lemah dan kelelahan,
1.      Klien tidak keseimbangan suplai
klien nampak lemah, mengeluh lemah dan kebutuhan oksigen.
klien nampak pucat dan kelelahan.
2.      Klien tidak pucat.
3.      Klien dapat
berpartisipasi
dalam aktivitas
yang di inginkan.
4.      Melaporkan
peningkatan dalam
toleransi aktivitas
yang dapat diukur.

BAB IV
PENUTUP

4.1.Kesimpulan
Pleuritis adalah terjadinya suatu peradangan pada selaput dada/paru yang disebabkan oleh
kuman (Anita Mirwani, S.kep). Penyebab-penyebab dari timbulnya pleuritis adalah virus dan
mikoplasma, bakteri Pogenik¸ tuberkulosis, fungi, parasit.
Diketahui bahwa cairan masuk ke dalam rongga kosong antara kedua pleura tersebut, karena
biasanya di sana hanya terdapat sedikit (10-20 cc) cairan yang merupakan lapisan tipis serosa
dan selalu bergerak secara teratur. Terjadinya infeksi pada pleura menyebabkan peradangan
sehingga menimbulkan besarnya permeabilitas pada lapisan pleura, dan menyebabkan masuknya
cairan ke dalam rongga pleura. Pada Pleuritis yang disebabkan fungi dan tuberkulosa terjadi
karena adanya reaksi hipersensitivitas.
Pengobatan pleuritis tergantung kepada penyebabnya. Jika penyebabnya adalah infeksi
bakteri, diberikan antibiotik. Jika penyebabnya adalah virus, tidak diperlukan pengobatan. Jika
penyebabnya adalah penyakit autoimun, dilakukan pengobatan terhadap penyakit yang
mendasarinya.
Tujuan pengobatan adalah untuk menemukan kondisi dasar yang menyebabkan pleuritis dan
untuk menghilangkan nyeri dengan diatasinya penyakit dasar (Pnemonia, dan infeksi), imflamasi
pleuritis biasanya menghilang. Pada waktu yang sama, penting artinya untuk memantau tanda-
tanda dan gejala-gejala efusi pleura, seperti sesak nafas, nyeri dan penurunan ekskruksi dinding
dada.
http://saarianggreni.blogspot.co.id/2014/10/asuhan-keperawatan-pleuritis.html
III.            evaluasi
berdasarkan implementasi yang dilakukan, maka evaluasi yang
diharapkan untuk klien dengan gangguan sistem pernafasan
pleuritis adalah:
ü  tanda-tanda vital stabil
ü  kebutuhan oksigen terpenuhi(tidak sesak)
ü  klien dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari secara mandiri
ü  klien merasa nyaman, infeksi tidak terjadi dan keluarga klien
mengerti tentang penyakit yang diderita.

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes Marilynn dkk.2000. rencana asuhan keperawatan edisi3.


Jakarta: EGC
Mutaqqin arif.2012. asuhan keperawatan klien dengan gangguan
sistem pernafasan. Jakarta: Selemba Medika
http://regianamanah.blogspot.com/ tanggal unduh:3 april 2012

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN


PLEURITIS
Senin, 16 Desember 2013
asuhan keperawatan pada klien pleuritis

SISTEM RESPIRASI
“ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN PLEURITIS”

Di susun oleh :

1. Mita Puspita 1280200002

2. Ida Nurul Ngaini 1280200006

3. Een Sutrisno AS 1280200010


Kelas : 2.a2

Dosen pengasuh : Fourni Ardiansyah, S.Kep., Ns

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU

2012/2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita hanturkan kepada Allah swt berkat segala rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul ”Asuhan Keperawatan pada Klien Pleuritis”.
Dalam Penulisan makalah ini pemakalah merasa masih banyak kekurangan - kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki pemakalah. Untuk itu kritik
dan saran yang membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan
pembuatan makalah ini.

            Dalam penulisan makalah ini pemakalah menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga
kepada pihak - pihak yang membantu dalam menyelesaikan pembuatan makalah ini. Semoga dengan
adanya makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi  pembaca.
Bengkulu, Mei 2013

Penulis

DAFTAR ISI 

HALAMAN JUDUL

               KATA PENGANTAR

               DAFTAR ISI

               BAB I PENDAHULUAN

                A.    Latar belakang


                B.     Tujuan Penulisan
                C.     Metode Penulisan

               BAB II PEMBAHASAN

                A.    Definisi


                B.     Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan
                C.     Etiologi
                D.    Patofisiologi
                E.     Manifestasi Klinis
                F.      Pemeriksaan Fisik
               G.    Pemeriksaan Penunjang
               H.    Kompliaksi
               I.       Pengobatan
               J.       Penatalaksanaan

               BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

              A. Pengkajian

              B. Pemeriksaan Fisik

              C. Diagnosa Keperawatan

              D. Tujuan dan Intervensi Keperawatan

              E. Implementasi

              F. Evaluasi

              BAB III PENUTUP

              A.    Simpulan


              B.     Saran

              DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang


Pleuritis mengacu pada inflamasi kedua lapisan pleura, pleura parietalis, yang menutupi permukaan
dinding dada, mediastinum, dan permukaan atas diafragma, dan pleura viseralis, yang menutupi seluruh
permukaan kedua paru (Suzanne , 2001).
Diketahui bahwa cairan masuk ke dalam rongga kosong antara kedua pleura tersebut, karena
biasanya di sana hanya terdapat sedikit (10-20 cc) cairan yang merupakan lapisan tipis serosa dan selalu
bergerak secara teratur. Terjadinya infeksi pada pleura menyebabkan peradangan sehingga
menimbulkan besarnya permeabilitas pada lapisan pleura, dan menyebabkan masuknya cairan ke dalam
rongga pleura. Pada Pleuritis yang disebabkan fungi dan tuberkulosa terjadi karena adanya reaksi
hipersensitivitas.
Pleurisy seringkali dihubungkan dengan akumulasi dari cairan ekstra dalam ruang antara dua lapisan
dari pleura. Cairan ini dirujuk sebagai pleural effusion. Pleurisy juga dirujuk sebagai pleuritis.
Cairan ini secara terus menerus diserap dan digantikan, terutama melaui lapisan bagian luar dari
pleura. Tekanan didalam pleura adalah negatif (seperti dalam penghisapan) dan menjadi bahkan lebih
negatif selama penghisapan (bernapas masuk). Tekanan menjadi kurang negatif selama penghembusan
(bernapas keluar). Oleh karenanya, ruang diantara dua lapisan dari pleura selalu mempunyai tekanan
negatif. Introduksi dari udara (tekanan positif) kedalam ruang (seperti dari luka pisau) akan berakibat
pada mengempisnya paru.
Serat-serat nyeri dari paru berlokasi pada pleura. Ketika jaringan ini meradang, itu berakibat pada
nyeri yang tajam pada dada yang memburuk dengan napas, atau pleurisy. Gejala-gejala lain dari pleurisy
dapat termasuk batuk, kepekaan dada, dan sesak napas.

B.     Tujuan Penulisan


1.      Tujuan umum
Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman dalam melaksanakan proses asuhan keperawatan pada
klien dengan pleuritis.
2.      Tujuan khusus
a.       Agar mahasiswa dapat mendefinisi penyakit pleuritis.
b.      Agar mahasiswa dapat menjelaskan etiologi penyakit pleuritis.
c.       Agar mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi penyakit pleuritis.
d.      Agar mahasiswa dapat mengetahui manifestasi klinis penyakit pleuritis.
e.       Agar mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan fisik penyakit pleuritis.
f.       Agar mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan penunjang atau diagnostik penyakit pleuritis.
g.      Agar mahasiswa dapat mengetahui komplikasi penyakit pleuritis.
h.      Agar mahasiswa dapat mengetahui pengobatan penyakit pleuritis.
i.        Agar mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan penyakit pleuritis.

C.    Metode Penulisan


Metode yang kami gunakan dalam penyusunan makalah ini yaitu dengan pengkajian literatur baik
dari buku, internet, dan berbagai sumber lainnya yang relevan dengan topik kajian yang kami bahas,
sehingga diharapkan bisa memperkaya isi makalah ini.

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Definisi Pleuritis


http://www.riversideonline.com/source/images/image_popup/r7_pleurisy
Pleuritis mengacu pada inflamasi kedua lapisan pleura, pleura parietalis, yang menutupi permukaan
dinding dada, mediastinum, dan permukaan atas diafragma, dan pleura viseralis, yang menutupi seluruh
permukaan kedua paru (Suzanne , 2001).
Menurut Handrosmk dalam wordpress 2011, Pleuritis atau radang pleura (Pleurisy/ Pleuritis/
Pleuritic chest pain) adalah suatu peradangan pada pleura (selaput yang menyelubungi permukaan
paru-paru).
Pleuritis adalah terjadinya suatu peradangan pada selaput dada/paru yang disebabkan oleh kuman
(Anita Mirwani, S.kep).

B.     Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan


Paru-paru
http://www.healthscout.com/ency/1/imagepages/17235.html
Paru - paru ada dua, merupakan alat pernapasan utama. Paru - paru mengisi rongga dada, terletak
disebelah kanan dan kiri dan disebelah tengah dipisahkan oleh jantung. Paru - paru adalah organ yang
berbentuk kerucut dengan apex (puncak) diatas dan muncul sedikit lebih tinggi dari klafikula didalam
dasar leher. Pangkal paru - paru duduk diatas landai rongga torax, diatas diafragma. Paru - paru
mempunyai permukaan luar yang menyentuh iga - iga, permukaan dalam yang memuat tampuk paru -
paru, sisi belakang yang menyentuh tulang belakang dan sisi depan yang menutupi sebagian sisi depan
jantung.
Fungsi paru - paru ialah pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida. Oksigen dipungut melalui
hidung dan mulut, pada waktu bernapas oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronkhial ke alveoli.
Lobus Paru - paru ( belahan paru - paru)

Paru - paru dibagi menjadi beberapa belahan atau lobus oleh fisura. Paru - paru kanan mempunyai
tiga lobus dan paru - paru kiri mempunyai dua lobus. Setiap lobus tersusun atas lobula. Sebuah pipa
bronkhial kecil masuk kedalam setiap lobula.

Pleura

http://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://practicalhospital.com

Setiap paru dilapisi oleh membran rangkap dua, yaitu pleura. Pleura viseralis erat melapisi paru -
paru, masuk ke dalam fisura dan dengan demikian memisahkan lubus satu dengan yang lain. Membran
ini kemudian dilipat kembali kesebelah tampuk paru - paru dan membentuk pleura pariatalis, dan
melapisi bagian dalam dinding dada.
Di antara kedua lapisan pleura itu terdapat sedikit exsudat untuk meminyaki permukaannya dan
menghindarkan gesekan antara paru - paru dan dinding dada yang sewaktu bernapas bergerak. Dalam
keadaan sehat kedua lapisan itu satu dengan yang lain erat bersentuhan. Ruang atau rongga pleura itu
hanyalah ruang yang tidak nyata, tetapi dalam keadaan tidak normal, udara atau cairan memisahkan
kedua pleura itu dan ruang di antaranya menjadi jelas.

C.    Etiologi
Penyebab - penyebab dari timbulnya pleuritis adalah:
1.      Virus dan Mikoplasma
Efusi pleura karena virus atau mikroplasma agak jarang. Bila terjadi jumlahnya tidak banyak dan
kejadiannya hanya selintas saja. Jenis - jenis virusnya adalah echovirus, Coxsackie group,
chlamidia, rivkettsia, dan mikroplasma.
2.      Bakteri Piogenik
Bakteri yang sering ditemukan adalah: aerob dan anaerob. Bakteri - bakteri aerob meliputi
Streptucocus pneumonia, Streptucocus mileri, Stafilococus aureus, Hemofilus spp, E.koli, Klebsiela,
Pseudomonas spp. Bakteri - bakteri anaerob meliputi Bakteroides spp, Peptostreptococus,
Fusobakterium.
3.      Tuberkulosis
Selain komplikasi tuberkulosa, dapat juga disebabkan oleh robeknya rongga pleura atau melalui
aliran getah bening.
4.              Fungi
Pleuritis karena fungi amat jarang. Biasanya terjadi karena penjalaran infeksi fungi dari jaringan paru.
Jenis fungi penyebab pleuritis adalah Aktinomikosis, Koksidiomikosis, Aspergillus, Kriptokokus,
Histoplasmolisis, Blastomikosis, dan lain - lain.
5.              Parasit
Parasit yang menginvasi ke dalam rongga pleura hanyalah amoeba dalam bentuk tropozoit.

D.    Patofisiologi
Ketika kedua membran yang mengalami inflamasi atau bergesekan selama respirasi (terutama
inspirasi), akibatnya nyeri hebat, tersa tajam seperti tusukan pisau. Nyeri dapat menjadi minimal atau
tidak terasa ketika nafas ditahan atau dapat menjalar ke bahu audomen kemudian sejalan dengan
terbentuknya cairan pleura, nyeri akan berkurang pada periode dini ketika terkumpul sedikit cairan,
esekan, fiksi pleura dapat terdengar dengan steteskop, hanya akan menghilang kemudian bila telah
berkumpul cairan dan memisahkan pleura yang mengalami inflamasi.
Pleuritis dapat terjadi dengan pneumonia atau infeksi traktus resfiratori atas tuberkulosis, penyakit
kolagen, infrak paru atau embolisme paru, pada kanker primer metastatik dan setela torakatomi.

E.     Manifestasi Klinis


1.      Nyeri pada dada yang diperburuk oleh bernapas
2.      Sesak Napas
3.      Perasaan ditikam
Gejala yang paling umum dari pleuritis adalah nyeri yang umumnya diperburuk saat inspirasi
(menarik napas), akibatnya adalah nyeri hebat, terasa seperti ditusuk. Meskipun paru - paru sendiri tidak
mengandung syaraf - syaraf nyeri apa saja, pleura mengandung berlimpah - limpah ujung - ujung syaraf.
Ketika cairan ekstra berakumulasi dalam ruang antara lapisan - lapisan dari pleura, nyeri biasanya dalam
bentuk pleurisy yang kurang parah.
Gejala radang pada awalnya dimulai dengan ketidaktenangan, kemudian diikuti dengan pernapasan
yang cepat dan dangkal. Dalam keadaan akut, karena rasa sakit waktu bernapas dengan menggunakan
otot - otot dada, pernafasan lebih bersifat abdominal. Untuk mengurangi rasa sakit di daerah dada, bahu
penderita nampak direnggangkan keluar (posisi abduksi). Dalam keadaan seperti itu penderita jadi malas
bergerak. Kebanyakan penderita mengalami demam. Kekurangan oksigen yang disebabkan oleh
toksemia dan akibat radang paru - paru yang mengikutinya, penderita dapat mengalami kematian setiap
saat. Pada radang pleura penderita nampak lesu karena adanya penyerapan toksin (toksemia). Proses
kesembuhan dapat pula terjadi, meskipun biasanya diikuti dengan adesi pleura. Penderita demikian
tampak normal, tetapi bila dikerjakan sedikit saja segera menjadi lelah karena turunnya kapasitas vital
pernapasannya. Kebanyakan penderita radang kronik hanya memperlihatkan kenaikan frekuensi
pernapasannya.
Nyeri bervariasi, mulai dari rasa tidak enak sampai nyeri yang tajam seperti ditikam. Nyeri bisa
dirasakan hanya pada saat bernapas dalam atau batuk, atau bisa juga dirasakan terus menerus, tapi
bertambah hebat bila bernapas dalam dan batuk.
Nyeri merupakan akibat dari peradangan pada lapisan pleura sebelah luar dan biasanya dirasakan di
dinding dada tepat di daerah yang mengalami peradangan. Tetapi nyeri juga bisa dirasakan atau hanya
timbul di perut atau leher dan bahu sebagai suatu penjalaran nyeri (referred pain). Nyeri dapat menjadi
minimal atau tidak terasa ketika napas ditahan.
Jika cairan tertimbun dalam jumlah yang besar, maka akan terjadi pemisahan lapisan pleura
sehingga nyerinya hilang. Cairan dalam jumlah yang besar menyebabkan penderita mengalami kesulitan
dalam mengembangkan paru - parunya pada saat bernapas sehingga terjadi gawat pernafasan.

F.     Pemeriksaan Fisik


a.       Inspeksi
1.      Pemeriksaan dada dimulai dari torax posterior, klien pada posisi duduk.
2.      Dada diobservasi dengan membandingkan satu sisi dengan yang lain.
3.      Tindakan dilakukan dari atas (Apeks) sampai kebawah.
4.      Inspeksi torak posterior, meliputi warna kulit dan kondisinya, skar, lesi, massa, dan gangguan tulang
belakang, seperti kiposis, skoliosis, dan lordosis.
5.      Catat jumlah, irama, kedalaman pernapasan, dan kesimetrisan pergerakan dada.
6.      Observasi tipe pernapasan, seperti pernapasan hidung atau pernapasan diafragma dan penggunaan otot
bantu pernapasan.
7.      Kaji konfigurasi dada dan bandingkan diameter anterioposterior dengan diameter lateral atau
transversal.
8.      Kelainan pada bentuk dada.
9.      Observasi kesimetrisan pergerakan dada.
10.  Observasi retraksi abnormal ruang inter kostal selama inspirasi, yang dapat mengidentifikasi obstruksi
jalan nafas.
b.      Palpasi
1.      Dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada dan mengobservasi abnormalitas,
mengidentifikasi keadaan kulit, dan mengetahui vokal tactile premitu.
2.      Palpasi torax untuk mengetahui abnormalitas yang terkaji saat inspeksi seperti massa, lesi, bengkak.
3.      Kaji juga kelembutan kulit terutama jika klien mengeluh nyeri.
4.      Vokal premitus, yaitu getaran dinding dada yang dihasilkan ketika berbicara.
c.       Perkusi
1.      Perkusi langsung, yakni pemeriksa memukul torax klien dengan bagian palmar jari tengah atau keempat
ujung jari tangannya yang dirapatkan.
2.      Perkusi tak langsung, yakni pemeriksa menempelkan suatu objek padat yang disebut pleksi meter pada
dada klien.
d.      Auskultasi
1.      Mencakup mendengarkan bunyi nafas normal, bunyi nafas tambahan (abnormal), dan suara.
2.      Suara napas normal dihasilkan dari getaran udara ketika melalui jalan napas dari laring ke alveoli dengan
sifat bersih.
3.      Suara napas normal meliputi bronkial, bronkoveskular, dan vesekular.

G.    Pemeriksaan Penunjang


1.      Pada sinar tembus dada didapatkan bayangan seperti kurva, dengan permukaan daerah lateral lebih
tinggi daripada bagian medial.
2.      Pada torakosintesis ditemukan: Warna cairan agak kemerah-merahan, kuning kehijauan dan agak
purulen, atau merah tengguli. Warna cairan pleura normal adalah agak kekuning-kuningan. Pemeriksaan
biokimia meliputi cairan eksudat dan transudat, kadar cairan transudat normalnya <3 g/dl dan eksudat >
3 g/dl.

3.      Pemeriksaan lain adalah pH, kadar glukosa dan kadar amilase.

4.      Pleuritis karena virus atau mikoplasma: Cairan efusi biasanya eksudat dan berisi leukosit 100 - 6.000 per
cc.
5.      Pleuritis karena bakteri piogenik: Deteksi antibodi terhadap virus dalam cairan efusi.
6.      Pleuritis tuberkulosa: Mula - mula yang dominan adalah sel polinuklear, tapi kemudian sel limfosit
karena reaksi hipersensitivitas terhadap tuberkuloprotein. Pemeriksaan utama untuk menegakkan
diagnosa dalam cairan efusi (kultur) atau dengan biopsi jaringan pleura. Secara umum pemeriksaan
untuk menegakkan diagnosa adalah:
Rontgen Thorax

H.    Komplikasi

Adapun komplikasi dari pleuritis ialah :

        Efusi pleura/ empiema (pleuritis purulenta)

        Pneumotorax (pengumpulan udara dalam rongga dada/thorax)

        Piopneumotoraks

        Abses paru (terkumpulnya nanah dalam rongga yang tadinya tidak ada)

        Gagal nafas

I.       Pengobatan

Pengobatan pleuritis tergantung kepada penyebabnya. Jika penyebabnya adalah infeksi bakteri,
diberikan antibiotik. Jika penyebabnya adalah virus, tidak diperlukan pengobatan. Jika penyebabnya
adalah penyakit autoimun, dilakukan pengobatan terhadap penyakit yang mendasarinya.

Apapun penyebab dari pleuritis, biasanya nyeri dada bisa diredakan dengan memberikan obat
pereda nyeri seperti asetaminofen atau ibuprofen. Kodein dan golongan narkotik lainnya merupakan
pereda nyeri yang lebih kuat tetapi cenderung bersifat menekan batuk, sehingga bukan merupakan
langkah yang baik karena bernafas dalam dan batuk membantu mencegah terjadinya pneumonia.
Karena itu jika sudah tidak terlalu nyeri, penderita pleuritis dianjurkan dan didorong untuk bernafas
dalam dan batuk.
Batuk mungkin tidak terlalu nyeri jika penderita atau penolong menempatkan / memeluk sebuah
bantal di daerah yang sakit. Membungkus seluruh dada dengan perban elastis yang tidak lengket,
juga bisa membantu meredakan nyeri yang hebat. Tetapi membungkus dada untuk mengurangi
pengembangannya, akan meningkatkan resiko terjadinya pneumonia.

J.      Penatalaksanaan

Tujuan pengobatan adalah untuk menemukan kondisi dasar yang menyebabkan pleuritis dan untuk
menghilangkan nyeri dengan diatasinya penyakit dasar (Pnemonia, dan infeksi), imflamasi pleuritis
biasanya menghilang. Pada waktu yang sama, penting artinya untuk memantau tanda - tanda dan gejala
- gejala efusi pleura, seperti sesak nafas, nyeri dan penurunan ekskruksi dinding dada.

Analgesik yang diresepkan dan aplikator topikal panas atau dingin akan memberikan peredaan
simptomatik. Indomestasin, obat anti imflamasi non steroidal, dapat memberikan peredaan nyeri sambil
memungkinkan pasien batuk secara efektif. Jika nyeri sangat hebat, diberikan blok intercostal prokain.

Adapun obat - obat yang dapat digunakan pada penderita dengan masalah pleuritis adalah sebagai
berikut :

1.      Analgesik

2.      Antibiotik

3.      Antidiuretik

4.      Pemasangan wsd untuk mengeluarkan cairan

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

1)      Pengkajian

        Biodata
nama :

umur :

jenis klamin :

        Riwayat kesehatan

         Keluhan Utama dan Riwayat Kesehatan Sekarang

Keluhan utama yang sering timbul pada klien pleuritis adalah nyeri dada yang diperburuk saat bernapas,
sesak napas yang ditandai dengan pernapasan yang cepat dan dangkal.

         Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Pleuritis sering kali timbul setelah infeksi saluran napas atas (infeksi pada hidung dan tenggorokan).
Resiko tinggi timbul pada klien dengan riwayat post - operasi, infeksi pernapasan, dan klien dengan
imunosupresi (kelemahan dalam sistem imun).

2)      Pemeriksaan fisik

        Pemeriksaan Kulit

         Inspeksi : kulit tidak ada ikterik / pucat / sianosis.

         Palpasi : lembab, turgor baik / elastic, tidak ada edema.

        Pemeriksaan Rambut dan Kuku


         Inspeksi : bersih, bentuk normal tidak ada tanda-tanda jari tabuh (clubbing finger), tidak ikterik /
sianosis.
         Palpasi : aliran darah kuku akan kembali < 3 detik.
        Pemeriksaan kepala, wajah, mata, telinga, hidung, mulut dan leher
         Kepala
  Inspeksi : simetris, bersih, tidak ada lesi, tidak menunjukkan tanda - tanda kekurangan gizi (rambut jagung
dan kering)
  Palpasi : tidak ada penonjolan / pembengkakan, rambut lebat dan kuat / tidak rapuh.
         Wajah
  Inspeksi : warna sama dengan bagian tubuh lain,  tidak pucat / ikterik, simetris.
  Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan edema.
         Mata
  Inspeksi : simetris mata kika, simetris bola mata kika, warna konjungtiva pink, dan sclera berwarna putih.
  Palpasi : tidak nyeri tekan
         Telinga
  Inspeksi : bentuk dan posisi simetris kika, integritas kulit bagus, warna sama dengan kulit lain, tidak ada
tanda - tanda infeksi, dan alat bantu dengar.
  Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
         Pemeriksaan Hidung
  Inspeksi : simetris kika, warna sama dengan warna kulit lain, tidak ada lesi, tidak ada sumbatan,
perdarahan dan tanda - tanda infeksi.
  Palpasi dan perkusi : tidak ada bengkak dan nyeri tekan.
         Pemeriksaan mulut dan bibir
  Inspeksi dan palpasi struktur luar : warna mukosa mulut dan bibir, tekstur , lesi, dan stomatitis.
  Inspeksi dan palpasi strukur dalam  : gigi lengkap, tidak ada tanda - tanda gigi berlobang atau kerusakan
gigi, tidak ada perdarahan atau radang gusi, lidah simetris, warna pink, langit - langit utuh dan tidak ada
tanda infeksi.
         Pemeriksaan leher
  Inspeksi : warna sama dengan kulit lain, integritas kulit baik, bentuk simetris, tidak ada pembesaran
kelenjer gondok.
  Inspeksi dan auskultasi arteri karotis: arteri karotis terdengar.
  Inspeksi dan palpasi kelenjer tiroid : tidak teraba pembesaran kel.gondok, tidak ada nyeri, tidak ada 
pembesaran kel.limfe, tidak ada nyeri.
  Auskultasi : bising pembuluh darah.
         Pemeriksaan Dada dan Paru - paru
  Inspeksi : Nampak sakit, gerak dada sisi sakit tertinggal, tidak simetris
  Palpasi : gerak dada sisi sakit tertinggal, fremitus raba sisi sakit turun
  Perkusi : Suara ketuk sisi sakit redup pada bagian bawah garis Ellis Damoiseau
  Auskultasi : Suara nafas sisi sakit turun/hilang
         Pemeriksaan Kardiovaskuler
  Inspeksi : simetris
  Perkusi : dennyutan aorta teraba
  Palpasi : pembesaran, nyeri tekan
  Auskultasi : bunyi jantung pertama akibat penutupan katub mitralis dan trikuspidalis (“lub”), bunyi
jantung kedua akibat penutupan katup aorta dan pulmonalis (“dub”)
         Pemeriksaan Abdomen
  Inspeksi : bentuk simetris, warna dengan warna kulit lain, tidak ikterik tidak terdapat ostomy, distensi,
tonjolan, pelebaran vena, kelainan umbilicus.
  Auskultasi : suara peristaltic terdengar setiap 5-20x/dtk
  Perkusi : timpani, bila hepar dan limfa membesar = redup dan apabila banyak cairan = hipertimpani
  Palpasi : tidak teraba penonjolan tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa dan penumpukan cairan
         Pemeriksaan Anus
  Inspeksi : hemoroid, tidak ada lesi, warna
  Palpasi : Tidak ada nodula pada dinding rectum, massa,tidak ada rasa nyeri
         Pemeriksaan  Alat kelamin
  Inspeksi : penyebaran dan pertumbuhan rambut pubis merata,
  Palpasi : tidak nyeri tekan

3)      Diagnosa Keperawatan

1.      Ketidakefektifan jalan nafas b/d menurunnya ekspansi paru sekunder terhadap menumpuknya cairan
dalam rongga pleura.

2.      Nyeri dada b/d faktor biologis (adanya infeksi )

3.      Intoleransi aktivitas b/d ketidak seimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.

4.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d anoreksia

4)      Intervensi dan Tujuan Keperawatan

Diagnosa I
Ketidakefektifan jalan nafas b/d menurunnya ekspansi paru sekunder terhadap menumpuknya cairan
dalam rongga pleura

Tujuan : Pola nafas efektif dengan kriteria

o   Sesak nafas berkurang hingga hilang

o   Batuk berkurang hingga hilang

o   Auskultasi bunyi nafas vesikuler

1.      Intervensi : Kaji frekuensi, kedalaman dan kualitas pernapasan.

Rasional : meningkatkan frekuensi pernapasan merupakan indikator sesak yang dialami oleh pasien.

2.      Intervensi : beri posisi semi fouler.

Rasional : posisi ini dapat memaksimalkan ekspansi paru.

3.      Intervensi : observasi tanda vital tiap 4 jam.

Rasional : mengetahui keadaan umum pasien dan memberi gambaran mekanisme jantung dan
pernapasan.

4.      Intervensi : beri minum air hangat.

Rasional : air hangat berfungsi sebagai pengencer dahak.

5.      Intervensi : kolaborasi dengan dokter pemberian oksigen.

Rasional : memenuhi kebutuhan suplai oksigen.

6.      Intervensi : kolaborasi dengan dokter pemasangan selang dada.

Rasional : tindakan lanjutan mengeluarkan cairan dalam rongga pleura.

Diagnosa II

Nyeri dada b/d faktor biologis (adanya infeksi )


Tujuan : Nyeri berkurang hingga hilang dengan kriteria

o   Nyeri tidak ada


o   Nadi normal, suhu normal.

1. Intervensi : Kaji tingkat nyeri

Rasional : Mengetahui skala nyeri dan kualitas nyeri

2. Intervensi : Observasi tanda vital

Rasional : Mengetahui keadaan umum pasien

3. Intervensi : Ajarkan tekhnik relaksasi bila nyeri

Rasional : Mengetahui keadaan umum pasien

4. Intervensi : Ajarkan tekhnik relaksasi bila nyeri

Rasional : Memberikan rasa nyaman dam mengurangi rasa sakit

5. Intervensi : Kolaborasi dengan dokter pemberian analgetik dan antibiotik

Rasional : Analgetik dapat mengurangi nyeri dan antibiotik dapat menghilangkan infeksi

Diagnosa III

Intoleransi aktivitas b/d ketidak seimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.

Tujuan : adanya kemampuan melakukan aktivitas dengan kriteria :

o   Pasien segar tidak lemah


o   Pasien tidak pucat
o   Tidak tacipnea

1. Intervensi : Kaji tingkat intoleran aktivitas

Rasional : Mengetahui tingkat aktivitas pasien dan dapat menentukan dalam menentukan intervensi
2. Intervensi : Observasi frekuensi pernapasan dalam aktivitas

Rasional : Mengetahui frekuensi pernapasan

3. Intervensi : Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan

Rasional : Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen

4. Intervensi : Berikan oksigen sesuai indikasi, instruksi dokter

Rasional : Mengurangi sesal, terpenuhinya suplai oksigen

Diagnosa IV

Perubahan nutrisi kurang darai kebutuhan tubuh b/d anoreksia.

Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria :

o   Nafsu makan baik


o   Porsi makan dihabiskan
o   Kondisi pasien tidak lemah

1. Kaji masukan nutrisi setiap hari dan kebiasaan diet.

Rasional : mengetahui banyaknya nutrisi yang masuk.

2. Pantau berat badan saat masuk rumah sakit dan saat sekarang.

Rasional : untuk mengetahui masukan, diet/menentukan kebutuhan kalori.

3. Pertahankan diet tinggi protein dan karbohidrat.

Rasional : dapat menambah energi.

4. Anjurkan makan sering tapi sedikit.

Rasional :memenuhi kebutuhan nutrisi.

5. Beri makanan yang bervariasi (masih dalam standar diet).


Rasional : makanan yang bervariasi dapat menambah daya tarik untuk makan.

6. Health education tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh dalam masa penyembuhan.

Rasional : dengan memahami pentingnya nutrisi dapat menimbulkan motivasi untuk makan.

5)      Implementasi
Diagnosa I
1. Mengkaji frekuensi, kedalaman dan kualitas pernapasan
2. Memberi posisi semi fouler
3. Mengobservasi tanda vital tiap 4 jam
4. Memberi minum air hangat
5. Mengkolaborasi dengan dokter pemberian oksigen
6. Mengkolaborasi dengan dokter pemasangan selang dada

Diagnosa II

1. Mengkaji tingkat nyeri

2. Mengobservasi tanda vital

3. Mengajarkan tekhnik relaksasi bila nyeri

4. Mengkolaborasi dengan dokter pemberian analgetik dan antibiotik

Diagnosa III

1. Mengkaji tingkat intoleran aktivitas

2. Mengobservasi frekuensi pernapasan dalam aktivitas

3. Membantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan

4. Memberikan oksigen sesuai indikasi, instruksi dokter


Diagnosa IV

1. Mengkaji masukan nutrisi setiap hari dan kebiasaan diet

2. Memantau berat badan saat masuk rumah sakit dan saat sekarang

3. Mempertahankan diet tinggi protein dan karbohidrat

4. Menganjurkan makan sering tapi sedikit

5. Memberi makanan yang bervariasi (masih dalam standar diet)

6. Health education tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh dalam masa penyembuhan

6)      Evaluasi
Berdasarkan implementasi yang di lakukan, maka evaluasi yang di harapkan untuk klien dengan
gangguan sistem pernapasan pleuritis adalah : tanda-tanda vital stabil, kebutuhan nutrisi terpenuhi,
kebutuhan oksigen terpenuhi (tidak sesak), klien dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari secara mandiri,
klien merasa nyaman infeksi tidak terjadi dan keluaga klien mengerti tentang penyakitnya.
http://asuhankeperawatanpadaklienpleuritis.blogspot.co.id/

BAB
PEMBAHASAN

A.  KONSEP DASAR MEDIK


1.      PENGERTIAN
Pleuritis adalah peradangan dari lapisan sekeliling paru-paru (pleura). Ada dua pleura:
satu yang melindungi paru (diistilahkan visceral pleura) dan yang lain melindungi dinding
bagian dalam dari dada (parietal pleura). Dua lapisan-lapisan ini dilumasi oleh cairan
pleural.Pleurisy seringkali dihubungkan dengan akumulasi dari cairan ekstra dalam ruang antara
dua lapisan dari pleura. Cairan ini dirujuk sebagai pleural effusion. Pleurisy juga dirujuk
sebagai pleuritis. Serat-serat nyeri dari paru berlokasi pada pleura. Ketika jaringan ini meradang,
itu berakibat pada nyeri yang tajam pada dada yang memburuk dengan napas, aka pleurisy.
Gejala-gejala lain dari pleurisy dapat termasuk batuk, kepekaan dada, dan sesak napas.
Pleuritis / radang pleura (Pleurisy/Pleurisis/ Pleuritic chest pain) adalah suatu
peradanganpada pleura (selaput yang menyelubungi permukaan paru-paru). Radang pleura
dapatberlangsung secara subakut, akut atau kronis, dengan ditandai perubahan proses
pernafasanyang intensitasnya tergantung pada beratnya proses radang. Pada yang berlangsung
subakutproses radang biasanya dibarengi dengan empiema serta mengakibatkan layuhnya
sebagianparu-paru, hingga pernafasan akan mengalami kesulitan (dispnea). Biasanya
pernafasanbersifat cepat dan dangkal. Pada yang berlangsung akut penderita mengalami
kesakitan waktubernafas hingga pernafasan jadi dangkal, cepat serta bersifat abdominal. Yang
berlangsungkronis, pada waktu istirahat tidak tampak adanya perubahan pada proses
pernafasannya.
Bila disertai dengan penimbunan cairan di rongga pleura maka disebut efusi pleura tetapi
bilatidak terjadi penimbunan cairan di rongga pleura, maka disebut pleurisi kering. Setelah
terjadiperadangan, pleura bisa kembali normal atau terjadi perlengketan.

2.      ANATOMI FISIOLOGI


Pleura adalah membra tipis terdiri dari 2 lapisan yaitu pleura visceralis dan parietalis.
Secara histologis kedua lapisan ini terdiri dari sel mesothelial, jaringaan ikat, dan dalam keadaan
normal, berisikan lapisan cairan yang sangat tipis. Membran serosa yang membungkus parekim
paru disebut pleura viseralis, sedangkan membran serosa yang melapisi dinding thorak,
diafragma, dan mediastinum disebut pleura parietalis. Rongga pleura terletak antara paru dan
dinding thoraks. Rongga pleura dengan lapisan cairan yang tipis ini berfungsi sebagai pelumas
antara kedua pleura. Kedua lapisan pleura ini bersatu pada hillus paru. Dalam hal ini, terdapat
perbedaan antara pleura viseralis dan parietalis, diantaranya :
a.       Pleura visceralis :
  Permukaan luarnya terdiri dari selapis sel mesothelial yang tipis < 30mm.
  Diantara celah-celah sel ini terdapat sel limfosit
  Di bawah sel-sel mesothelial ini terdapat endopleura yang berisi fibrosit dan histiosit
  Di bawahnya terdapat lapisan tengah berupa jaringan kolagen dan serat-serat elastik
  Lapisan terbawah terdapat jaringan interstitial subpleura yang banyak mengandung pembuluh
darah kapiler dari a. Pulmonalis dan a. Brakhialis serta pembuluh limfe
  Menempel kuat pada jaringan paru
  Fungsinya. untuk mengabsorbsi cairan. Pleura

b.      Pleura parietalis


  Jaringan lebih tebal terdiri dari sel-sel mesothelial dan jaringan ikat (kolagen dan elastis)
  Dalam jaringan ikat tersebut banyak mengandung kapiler dari a. Intercostalis dan a. Mamaria
interna, pembuluh limfe, dan banyak reseptor saraf sensoris yang peka terhadap rasa sakit dan
perbedaan temperatur. Keseluruhan berasal n. Intercostalis dinding dada dan alirannya sesuai
dengan dermatom dada
  Mudah menempel dan lepas dari dinding dada di atasnya
  Fungsinya untuk memproduksi cairan pleura

3.      PATOFISIOLOGI
Diketahui bahwa cairan masuk ke dalam rongga kosong antara kedua pleura tersebut,
karena biasanya di sana hanya terdapat sedikit (10-20 cc) cairan yang merupakan lapisan tipis
serosa dan selalu bergerak secara teratur. Terjadinya infeksi pada pleura menyebabkan
peradangan sehingga menimbulkan besarnya permeabilitas pada lapisan pleura, dan
menyebabkan masuknya cairan ke dalam rongga pleura. Pada Pleuritis yang disebabkan fungsi
dan tuberkulosa terjadi karena adanya reaksi hipersensitivitas.
         Infeksi-Infeksi: bakteri-bakteri (termasuk yang menyebabkan tuberculosis), jamur-jamnur,
parasit-parasit, atau virus-virus.
         Kimia-Kimia Yang Terhisap Atau Senyawa-Senyawa Beracun: paparan pada beberapa agen-
agen perbersih seperti ammonia.
         Penyakit-Penyakit VaskularKolagen: lupus, rheumatoid arthritis.
         Kanker-Kanker: contohnya, penyebaran dari kanker paru atau kanker payudara kepleura.
         Tumor-Tumor Dari Pleura: mesothelioma atau sarcoma.
         Kemacetan: gagal jantung.
         Pulmonary embolism: bekuan darah didalam pembuluh-pembuluh darah ke paru-paru.Bekuan-
bekuan ini adakalanya dengan parah mengurangi darah dan oksigen kebagian-bagian dari paru
dan dapat berakibat pada kematian pada bagian itu darijaringan paru (diistilahkan lung
infarction). Ini juga dapat menyebabkan pleurisy.
         Rintangan dariKanal-Kanal Limfa: sebagai akibat dari tumor-tumor paru yangberlokasi secara
central.
         Trauma: patah-patahan rusuk atau iritasi dari tabung-tabung dada yang digunakanuntuk
mengalirkan udara atau cairan dari rongga pleural pada dada
         Obat-Obat Tertentu: obat-obat yang dapat menyebabkan sindrom-sindrom sepertilupus (seperti
Hydralazine, Procan, Dilantin, dan lain-lainnya).
         Proses-proses Perut: seperti pankreatitis, sirosis hati.
         Lung infarction: kematian jaringan paru yang disebabkan oleh kekurangan oksigendari suplai
darah yang buruk

4.      ETIOLOGI
Penyebab-penyebab dari timbulnya pleuritis adalah:
      Virus dan mikoplasma
Jenis-jenis virusnya adalah: ECHO virus, Coxsackie group, Rickettsia dan mikroplasma.
      Bakteri piogenik
Bakteri yang sering ditemukan adalah: aerob dan anaerob. Bakteri-bakteri aerob meliputi
Streptucocus pneumonia, Streptucocus mileri, Stafilococus aureus, Hemofilus spp, E.koli,
Klebsiela, Pseudomonas spp. Bakteri-bakteri anaerob meliputi Bakteroides spp,
Peptostreptococus, Fusobakterium.
      Tuberkulosa
Selain komplikasi tuberkulosa, dapat juga disebabkan oleh robeknya rongga pleura atau melalui
aliran getah bening.
      Fungi
Pleuritis karena fungi amat jarang. Biasanya terjadi karena penjalaran infeksi fungi dari jaringan
paru-paru. Jenis fungsi penyebab Pleuritis adalah aktinomikosis, koksidioidomikosis, aspergillus,
kriptokokus, histoplasmosis, blastomikosis dan lain-lain.
      Parasit
Parasit yang menginvasi ke dalam rongga pleura hanyalah amoeba dalam bentuk tropozoit.

5.      MANIFESTASI KLINIK


  Nyeri pada dada yang diperburuk oleh bernapas
  Sesak Napas
  Perasaan ditikam
Gejala yang paling umum dari pleuritis adalah nyeri yang umumnya diperburuk
olehpenghisapan (menarik napas). Meskipun paru-paru sendiri tidak mengandung syaraf-
syarafnyeri apa saja, pleura mengandung berlimpah-limpah ujung-ujung syaraf.Ketika
cairanekstra berakumulasi dalam ruang antara lapisan-lapisan dari pleura, nyeri biasanya
dalambentuk pleuritis yang kurang parah. Dengan jumlah-jumlah akumulasi cairan yang
sangatbesar, ekspansi dari paru-paru dapat dibatasi, dan sesak napas dapat memburuk.
Gejala radang pada awalnya dimulai dengan ketidaktenangan, kemudian diikutidengan
pernafasn yang cepat dan dangkal. Dalam keadaan akut, karena rasa sakit waktubernafas dengan
menggunakan otot-otot dada, pernafasan lebih bersifat abdominal. Untukmengurangi rasa sakit
di daerah dada, bahu penderita nampak direnggangkan keluar (posisiabduksi). Dalam keadaan
seperti itu penderita jadi malas bergerak. Kebanyakan penderita mengalami demam. Kekurangan
oksigen yang disebabkan oleh toksemia dan akibat radangparu-paru yang mengikutinya,
penderita dapat mengalami kematian setiap saat. Pada radanagpleura penderita nampak lesu
karena adanya penyerapan toksin (toksemia). Proseskesembuhan dapat pula terjadi, meskipun
biasanya diikuti dengan adesi pleura. Penderitademikian tampak normal, tetapi bila dikerjakan
sedikit saja segera menjadi lelah karenaturunya kapasitas vital pernafasannya. Radang pleura
kronik, yang mungkin ditemukan padasapi yang menderita tuberkulosis, mungkin saja tidak
mengakibatkan gejala pernafasan yangberarti. Kebanyakan penderita radang kronik hanya
memperlihatkan kenaikan frekuensipernafasannya.

6.      PENATALAKSANAAN
Tujuan pengobatan adalah untuk menemukan kondisi dasar yang menyebabkan pleuritis
dan untuk menghilangkan nyeri dengan diatasinya penyakit dasar (Pnemonia, dan infeksi),
imflamasi pleuritis biasanya menghilang. Pada waktu yang sama, penting artinya untuk
memantau tanda-tanda dan gejala-gejala efusi pleura, seperti sesak nafas, nyeri dan penurunan
ekskruksi dinding dada.
Analgesik yang diresepkan dan aplikator topikal panas atau dingin akan memberikan
peredaan simptomatik. Indomestasin, obat anti imflamasi non steroidal, dapat memberikan
peredaan nyeri sambil memungkinkan pasien batuk secara efektif. Jika nyeri sangat hebat,
diberikan blok intercostal prokain.
Adapun obat-obat yang dapat digunakan pada penderita dengan masalah pleuritis adalah
sebagai berikut :
o   Analgesik
o   Antibiotik
o   Antidiuretik
o   Pemasangan wsd untuk mengeluarkan cairan
7.      PEMERIKSAAN DIAGNOSIS
o   Ronseng dada
o   Pemeriksaan sputum
o   Pleura punksi
o   Biopsi pleura
o   Laboratorium darah (leukosit meningkat)

8.      KOMPLIKASI
Adapun komplikasi dari pleuritis ialah :
  Efusi Pleura
9.      WOC PLEURITIS

Virus Bakteri Fungi


Parasit

Masuk ke saluran nafas sampai ke rongga pleura

Terjadi proses hipersensitivitas dan pe permeabilitas lap. Pleura

Proses iritasi / inflamasi

PLEURITIS

Suplai O2 menurun pe ukuran rongga


ekspansi paru

pleura

Peningkatan frekuensi nafas suplai O2


Penekanan daerah

Dyspepsia cepat & dangkal sekitar


frekuensi nafas
Gerak terbatas merangsang nocyceptor susah bernafas

(dispnea)
Intoleran aktifitas
 
Merangsang pengeluaran
Ketidak efektifan
jalan nafas
 

BHP

Susah makan spinal cort

Anoreksia thalamus

Intake ≠ adekuat cortex serebri

nyeri
 

Pembentukan ATP menurun

Perubahan nutrisi (-) dari


kebutuhan
 
 
B.  KONSEP DASAR KEPERAWATAN
       I.            PENGKAJIAN
Keadaan-keadaan berikut biasanya terjadi saat periode latent saat fungsi paru relatif
masih terlihat normal (misalnya 12 – 24 jam setelah trauma/shock atau 5 – 10 hari setelah
terjadinya sepsis) tapi secara berangsur-angsur memburuk sampai tahapan kegagalan pernafasan.
Gejala fisik yang ditemukan amat bervariasi, tergantung daripada pada tahapan mana diagnosis
dibuat.
a)      Anamnase
Identitas
Keluhan utama
b)      Riwayat keperawatan
Masalah pernapasan  yang dialami
Riwayat penyakit saluran pernapasan
Riwayat kardiovaskuler
Gaya hidup

    II.            DIAGNOSA KEPERAWATAN


  Ketidakefektifan jalan nafas b/d menurunnya ekspansi paru sekunder terhadap menumpuknya
cairan dalam rongga pleura
  Nyeri dada b/d faktor biologis (adanya infeksi )
  Intoleransi aktivitas b/d ketidak seimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
  Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d anoreksia

III.            INTERVENSI
a.       Ketidakefektifan jalan nafas b/d menurunnya ekspansi paru sekunder terhadap
menumpuknya cairan dalam rongga pleura
Tujuan
         Pola nafas efektif  dengan criteria
         Sesak nafas berkurang hingga hilang
         Batuk berkurang hingga hilang
         Auskultasi bunyi nafas vesikuler
Intervensi :
1)      Kaji frekuensi,kedalaman dan kualitas pernapasan
Rasional : meningkatkan frekuensi pernapasan merupakan indikator sesak yang dialami oleh pasien .
2)      Beri posisi semi fouler
Rasional : posisi ini dapat memaksimalkan ekspansi paru
3)      Observasi tanda vital tiap 4 jam
Rasional : mengetahui keadaan umum pasien dan memberi gambaran mekanisme jantung dan pernapasan .
4)      Memberi minum air hangat
Rasional : air hangat berfungsi sebagai pengencer dahak
5)      Kolaborasi dengan dokter pemberian oksigen
Rasional : memenuhi kebutuhan suplei oksigen
6)      Kolaborasi dengan dokter pemasangan selang dada
Rasional : tindakan lanjut mengeluarkan cairan dalam rongga pleura 

b.      Nyeri dada b/d faktor biologis (adanya infeksi )


Tujuan
         Nyeri berkurang hingga hilang dengan criteria
         Nyeri tidak ada
         Nadi normal,suhu normal
Intervensi
1)      Kaji tingkat nyeri
Rasional : mengetahui skala nyeri dan kualitas  nyeri
2)      Observasi tanda vital
Rasional : mengetahui keadaan umum pasien
3)      Ajarkan teknik relaksasi bila nyeri
Rasional : memberikan rasa nyaman dan mengurangi rasa sakit
4)      Kolaborasi dengan dokter pemberian analgetik dan antibiotic
Rasional : analgetik dapat mengurangi nyeri dan antibiotik dapat menghilangkan infeksi

c.       Intoleransi aktivitas b/d ketidak seimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
Tujuan : adanya kemampuan melakukan aktivitas dengan kriteria :
         Pasien segar tidak lemah
         Pasien tidak pucat
         Tidak tacipnea 
Intervensi
1)      Kaji tingkat intoleran aktivitas
Rasional : mengetahui tingkat aktivitas pasien dan dapat menentukan dalam menentukan intervensi
2)      Observasi frekuensi pernapasan  dalam aktivitas
Rasional : mengetahui frekuensi pernapasan
3)      Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan
sional : meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan  suplai dan kebutuhan oksigen
4)      Berikan oksigen sesuai indikasi, instruksi dokter
Rasional : mengurani sesak, terpenuhinya suplai oksigen

d.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d anoreksia


Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria :
         Nafsu makan baik
         Porsi makan dihabiska kondisi pasien tidak lemah
Intervensi
1)      Kaji masukan nutrisi setiap hari dan kebiasaan diit
Rasional : mengetahui banyaknya nutrisi yang masuk
2)      Pantau berat badan saat msuk rumah skit dan saat sekarang
Rasional : untuk mengetahui masukan,diet/menentukan kebutuhan kalori
3)      Pertahankan diet tinggiprotein dan karbohidrat
Rasional : dapat menambah eneri
4)      Anjurka makan seringtapi sering
Rasional : memenuhi kebutuhan nutrisi
5)      Beri makanan yang bervariasi (masih dalam standar diet)
Rasional : makanan yang bervariasi dapat menambah daya tarik untuk makan.
6)      Health education tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh dalam masa penyembuhan
Rasional : dengan memahami pentingnya nutrisi dapat menimbulkan motivasi untuk makan

IV.            IMPLEMENTASI
Dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang telah di susun dalam rencana keperawatan.

    V.            EVALUASI


Berdasarkan implementasi yang di lakukan, maka evaluasi yang di harapkan untuk klien
dengan gangguan sistem pernapasan pleuritis adalah: tanda-tanda vital stabil, kebutuhan nutrisi
terpenuhi,kebutuhan oksigen terpenuhi (tidak sesak), klien dapat memenuhi kebutuhan sehari-
hari secara mandiri, klien merasa nyaman infeksi tidak terjadi dan keluaga klien mengerti tentang
penyakitnya.

Anda mungkin juga menyukai