Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

KONSEP DASAR EKONOMI KESEHATAN

EKONOMI KESEHATAN

OLEH :

KELOMPOK 2 KELAS 3C

1. GALATIA KAAWOAN 20111101088

2. ILKE SILMAWATI LAHAMU 20111101092

3. MARIA ANGGRENI SIMBOLON 20111101097

4. SELANTIA FEBIYANTI DALAKO 20111101105

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

SEMESTER 3

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan pertolongan-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini.
Adapun maksud penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh
dosen pengajar, di samping itu kami juga ingin memahami lebih banyak serta
memberikan informasi kepada pembaca mengenai “Konsep Dasar Ekonomi Kesehatan”.
Dalam penyusunan makalah ini banyak tantangan dan hambatan yang telah dihadapi,
namun berkat bantuan dari berbagai pihak, penyusunan makalah ini dapat terselesaikan.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini belum mencapai kesempurnaan. Oleh karena itu,
kami masih membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membina dan membangun demi
mencapai kesempurnaan makalah ini. Semoga kiranya makalah ini dapat bermanfaat
serta menambah ilmu pengetahuan bagi pembaca. Terima Kasih.

Manado, 20 Agustus 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................1

1.3 Tujuan....................................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................3

2.1 Pengertian Ekonomi Kesehatan...........................................................................................3

2.2 Kegiatan Ekonomi Dalam Bidang Kesehatan dan Perlunya Ekonomi Dalam Bidang
Kesehatan.....................................................................................................................................5

2.3 Prinsip Ekonomi Kesehatan...............................................................................................10

2.4 Tantangan dan Permasalahan dalam Ekonomi Kesehatan................................................11

BAB III PENUTUP.......................................................................................................................16

3.1 KESIMPULAN...............................................................................................................16

3.2 SARAN...........................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ilmu ekonomi kesehatan yang merupakan hasil dari integrasi dua disiplin ilmu yang telah
baku, yaitu ekonomi dan ilmu kesehatan. Ilmu kesehatan relative baru berkembang.
Perkembagan ini dirasakan teruama di negara-negara maju. Dewasa ini ilmu tersebut dirasakan
semakin berperan di negara-negara berkembang termasuk indonesia, dimana peran tersebut
antara lain dalam penentuan kebijakan di bidang kesehatan sejalan dengan kebutuhan akan
penerapan ilmu ekonomi kesehatan tersebut, perlu dikembangkan rumusan-rumusan /konsep
pembakuan ilmunya. Pembakuan tersebut tidak saja mencakup landasan ontologynya, tetapi juga
mencakup landasan epistomologynya.
Ekonomi dan kesehatan memiliki suatu keterkaitan yang sangat erat. Pembangunan ekonomi
sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan masyarakat, dan perbaikan pada kondisi
kesehatan masyarakat akan mempengaruhi produktivitas kerja. Ekonomi kesehatan dapat
didefinisikan sebagai penerapan teori, konsep dan teknik ilmu ekonomi pada sektor kesehatan,
dengan demikian ekonomi kesehatan berkaitan erat dengan hal-hal sebagai berikut: Alokasi
sumber daya diantara berbagai upaya kesehatan, Jumlah sumber daya yang dipergunakan dalam
pelayanan kesehatan, Pengorganisasian dan pembiayaan dari berbagai pelayanan kesehatan,
Efisiensi pengalokasian dan penggunaan berbagai sumber daya, Dampak upaya pencegahan,
pengobatan, dan pemulihan kesehatan pada individu dan masyarkat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan ekonomi kesehatan?
2. Apa saja kegiatan ekonomi dalam bidang kesehatan dan mengapa perlunya ekonomi dalam
bidang kesehatan?
3. Apa yang dimaksud dengan prinsip ekonomi kesehatan?
4. Apa saja tantangan dan permasalahan dalam ekonomi kesehatan?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian ekonomi kesehatan

1
2. Mengetahui kegiatan ekonomi dalam bidang kesehatan dan perlunya ekonomi dalam bidang
kesehatan
3. Mengetahui prinsip ekonomi kesehatan
4. Mengetahui tantangan dan permasalahan dalam ekonomi kesehatan

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ekonomi Kesehatan


Ilmu Ekonomi menurut Samuelson (1995) adalah ilmu mengenai pilihan yang
mempelajari bagaimana orang memilih sumber daya produksi yang langka/terbatas, untuk
memperoduksi berbagai komoditi dan mendistribusikannya keanggota masyarakat untuk
dikomsumsi. Ilmu ekonomi merupakan ilmu mengenai bagaimana individu atau
masyarakat, dengan atau tanpa uang menggunakan sumberdaya yang terbatas dengan berbagai
pilihan penggunaannya, untuk keperluan konsumsi saat ini atau dimasa mendatang. Ilmu ini
mengkaji semua biaya dan manfaat dari perbaikan pola alokasi sumber daya yang ada
(Munadhir, 2017).
Menurut Undang-Undang kesehatan tahun 2009, kesehatan adalah keadaan sejahtera dari
badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis (Munadhir, 2017).
Menurut WHO mendefinisikan bahwa ekonomi kesehatan adalah penggunaan ilmu
ekonomi untuk kuantifikasi sumber daya tersebut untuk mencapai tujuan pembangunan
kesehatan, serta kuantifikasi dampak upaya-upaya preventif, kuratif, dan rehabilitatif terhadap
produktivitas individu maupun produktivitas nasional (Munadhir, 2017). Sedangkan menurut
Mills dan Gillson (1999) mendefinisikan ekonomi kesehatan sebagai penerapan teori, konsep dan
teknik ilmu ekonomi dalam sektor kesehatan (Munadhir, 2017). Ekonomi kesehatan
berhubungan dengan hal-hal sebagai berikut :
1. Alokasi sumber daya diantara berbagai upaya kesehtan.
2. Jumlah sumber daya yang dipergunakan dalam pelayanan kesehatan.
3. Pengorganisasian dan pembiayaan dari berbagai pelayanan kesehatan.
4. Efisiensi pengalokasian dan penggunaan berbagai sumber daya.
5. Dampak upaya pencegahan , pengobatan dan pemulihan kesehatan pada individu
dan masyarakat.
Menurut Kharman (1964) menjelaskan bahwa ekonomi kesehatan itu merupakan aplikasi
ekonomi dalam bidang kesehatan. Secara umum ekonomi kesehatan akan berkonsentrasi pada
industri kesehatan. Ada 4 bidang yang tercakup dalam ekonomi kesehatan yaitu :

3
1. Peraturan (regulation)
2. Perencanaan (planning)
3. Pemeliharaan kesehatan (the health maintenance) atau organisasi
4. Analisis Cost dan benefict
Pembahasan dalam ilmu ekonomi kesehatan mencakup costumer (dalam hal ini pasien /
pengguna pelayanan kesehtan) provider (yang merupkan professional investor, yang terdiri dari
publik maupun private), pemerintah ( government). Ilmu ekonomi kesehatan berperan dalam
rasionalisasi pemilihan dan pelaksanaan kegiatan yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan
terutama yang menyangkut penggunaan sumber daya yang terbatas. Dengan diterapkannya ilmu
ekonomi dalam bidang kesehtan, maka kegiatan yang akan di laksanakan harus memenuhi
kriteria efisiensi atau apakah kegitan tersebut bersifat Cost Efective. Ada kalanya menerapkan
ilmu ekonomi harus memenuhi kriteria interest-eficient, sedangkan pada kesehatan adalah
interest-individu.
PPEKI (1989), menyatakan bahwa ilmu ekonomi kesehatan adalah penerapan ilmu
ekonomi dalam upaya kesehatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan untuk
mencapai derajat kesehatan yang optimal. Perubahan mendasar terjadi pada sektor kesehatan,
ketikan sektor kesehatan menghadapi kenyataan bahwa sumber daya yang tersedia (khususnya
dana) semakin hari semakin jauh dari mencukupi. Keterbatasan tersebut mendorong masuknya
disiplin ilmu kesehatan dalam perencanaan, managemen dan evaluasi sektoe kesehatan .
Terdapat banyak definisi ekonomi kesehatan. Salah satunya mendefinsikan ekonomi
kesehatan sebagai ilmu yang mempelajari suplai dan demand sumber daya pelayanan kesehatan
dan dampak sumber daya pelayanan kesehatan terhadap populasi. Tentu saja definisi hanya
merepresentasikan sebagian kecil topik yang dipelajari dalam ekonomi kesehatan. Ekonomi
kesehatan perlu dipelajari, karena terdapat hubungan antara kesehatan dan ekonomi. Kesehatan
mempengaruhi kondisi ekonomi, dan sebaliknya ekonomi mempengaruhi kesehatan. Sebagai
contoh:
1. Kesehatan yang buruk seorang menyebabkan biaya bagi orang tersebut karena
menurunnya kemampuan untuk menikmati hidup, memperoleh penghasilan, atau bekerja
dengan efektif. Kesehatan yang lebih baik memungkinkan seorang untuk memenuhi
hidup yang lebih produktif.
2. Kesehatan yang buruk individu dapat memberikan dampak dan ancaman bagi orang lain.

4
3. Seorang yang terinfeksi penyakit infeksi dapat menular ke orang lain. Misalnya, AIDS
4. Kepala rumah tangga pencari nafkah yang tidak sehat atau sakit akan menyebabkan
penurunan pendapatan keluarga, makanan dan perumahan yang buruk bagi keluarga
5. Anggota keluarga yang harus membantu merawat anggota keluarga yang sakit akan
kehilangan waktu untuk mendapatkan penghasilan dari pekerjaan
6. Pekerja yang memiliki kesehatan buruk akan mengalami menurunan produktivitas
Jadi pelayanan kesehatan yang lebih baik akan memberikan manfaat bagi individu dan
masyarakat keseluruhan jika membawa kesehatan yang lebih baik. Status kesehatan penduduk
yang baik meningkatkan produktivitas, meningkatkan pendapatan per kapita, meningkatkan
pertumbuhan ekonomi negara

2.2 Kegiatan Ekonomi Dalam Bidang Kesehatan dan Perlunya Ekonomi Dalam Bidang
Kesehatan
2.2.1 Kegiatan Ekonomi dalam Bidang Kesehatan
Kegiatan ekonomi dalam bidang kesehatan yaitu (Mustikawati):
1. KEGIATAN PRODUKSI
 Suatu pekerjaan/kegiatan yang menghasilkan produk barang atau jasa
 Kegiatan menambah nilai kegunaan atau manfaat suatu barang
 Pelaku kegiatan disebut produsen
a. TUJUAN
 Menghasilkan barang atau jasa
 Meningkatkan nilai guna barang atau jasa
 Meningkatkan keuntungan
 Memperluas lapangan usaha
 Menjaga kesinambungan usaha perusahaan
 Meningkatkan kemakmuran masyarakat
b. Contoh;
 Memberikan pelayanan kesehatan
 Menjual obat/alat kesehatan

5
2. KEGIATAN KONSUMSI
 Suatu pekerjaan/kegiatan yang menggunakan suatu produk barang atau jasa yang
diproduksi oleh produsen
 Kegiatan mengurangi atau menghabiskan nilai guna/manfaat suatu barang atau jasa
 Pelaku kegiatan disebut konsumen
a. TUJUAN
 Mengurangi nilai guna barang atau jasa secara bertahap
 Menghabiskan nilai guna barang sekaligus
 Memuaskan kebutuhan secara fisik
 Memuaskan kebutuhan rohani
b. Contoh;
 Berobat ke pelayanan kesehatan
 Membeli obat di apotik

3. KEGIATAN DISTRIBUSI
 Suatu pekerjaan/kegiatan yang menyalurkan produk barang atau jasa dari produsen ke
konsumen
 Kegiatan yang menjembatani kegiatan produksi dan konsumsi.
 Pelaku kegiatan disebut distributor atau penyalur
 Distribusi turut serta meningkatkan kegunaan menurut tempatnya (place utility) dan
menurut waktunya (time utility)
Contoh;
 Agen peralatan kesehatan
 Distributor obat

2.2.2 Perlunya Ekonomi Dalam Bidang Kesehatan


Keterkaitan Antara Kesehatan dan Pembangunan
Laporan Komisi, menganalisis berbagai hubungan keterkaitan antara kesehatan dengan
pembangunan ekonomi yang dapat diterangkan melalui berbagai mekanisme. Berikut ini akan

6
diuraikan pembahasan terhadap tiga fokus area, yaitu pertama, kesehatan dan pembangunan,
kedua, kesehatan dan kemiskinan, dan ketiga, pendekatan dari aspek demografi.
1. Kesehatan dan Pembangunan
Pada tingkat mikro yaitu pada tingkat individual dan keluarga, kesehatan adalah
dasar bagi produktivitas kerja dan kapasitas untuk belajar di sekolah. Tenaga kerja
yang sehat secara fisik dan mental akan lebih enerjik dan kuat, lebih produktif, dan
mendapatkan penghasilan yang tinggi. Keadaan ini terutama terjadi di negara-negara
sedang berkembang, dimana proporsi terbesar dari angkatan kerja masih bekerja
secara manual. Di Indonesia sebagai contoh, tenaga kerja laki-laki yang menderita
anemia menyebabkan 20% kurang produktif jika dibandingkan dengan tenaga kerja
laki-laki yang tidak menderita anemia. Selanjutnya, anak yang sehat mempunyai
kemampuan belajar lebih baik dan akan tumbuh menjadi dewasa yang lebih terdidik.
Dalam keluarga yang sehat, pendidikan anak cenderung untuk tidak terputus jika
dibandingkan dengan keluarga yang tidak sehat.
Pada tingkat makro, penduduk dengan tingkat kesehatan yang baik merupakan
masukan (input) penting untuk menurunkan kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan
pembangunan ekonomi jangka panjang. Beberapa pengalaman sejarah besar
membuktikan berhasilnya tinggal landas ekonomi seperti pertumbuhan ekonomi yang
cepat didukung oleh terobosan penting di bidang kesehatan masyarakat,
pemberantasan penyakit dan peningkatan gizi. Hal ini antara lain terjadi di Inggris
selama revolusi industri, Jepang dan Amerika Selatan pada awal abad ke-20, dan
pembangunan di Eropa Selatan dan Asia Timur pada permulaan tahun 1950-an dan
tahun 1960-an.
Informasi yang paling mengagumkan adalah penelusuran sejarah yang dilakukan
oleh Prof. Robert Fogel, yang menyatakan bahwa peningkatan ketersediaan jumlah
kalori untuk bekerja, selama 200 tahun yang lalu mempunyai kontribusi terhadap
pertumbuhan pendapatan per kapita seperti terjadi di Perancis dan Inggris. Melalui
peningkatan produktivitas tenaga kerja dan pemberian kalori yang cukup, Fogel
memperkirakan bahwa perbaikan gizi memberikan kontribusi sebanyak 30% terhadap
pertumbuhan pendapatan per kapita di Inggris.

7
Bukti-bukti makroekonomi menjelaskan bahwa negara-negara dengan kondisi
kesehatan dan pendidikan yang rendah, mengahadapi tantangan yang lebih berat
untuk mencapai pertumbuhan berkelanjutan jika dibandingkan dengan negara yang
lebih baik keadaan kesehatan dan pendidikannya.
Terdapat korelasi yang kuat antara tingkat kesehatan yang baik dengan
pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Secara statistik diperkirakan bahwa setiap
peningkatan 10% dari angka harapan hidup (AHH) waktu lahir akan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi minimal 0.3–0.4% pertahun, jika faktor-faktor pertumbuhan
lainnya tetap. Dengan demikian, perbedaan tingkat pertumbuhan tahunan antara
negara-negara maju yang mempunyai AHH tinggi (77 tahun) dengan negara-negara
sedang berkembang dengan AHH rendah (49 tahun) adalah sekitar 1.6%, dan
pengaruh ini akan terakumulasi terus menerus.
Peningkatan kesejahteraan ekonomi sebagai akibat dari bertambah panjangnya
usia sangatlah penting. Dalam membandingkan tingkat kesejahteraan antar kelompok
masyarakat, sangatlah penting untuk melihat angka harapan hidup, seperti halnya
dengan tingkat pendapatan tahunan. Di negara-negara yang tingkat kesehatannya
lebih baik, setiap individu memiliki rata-rata hidup lebih lama, dengan demikian
secara ekonomis mempunyai peluang untuk untuk memperoleh pendapatan lebih
tinggi. Keluarga yang usia harapan hidupnya lebih panjang, cenderung untuk
menginvestasikan pendapatannya di bidang pendidikan dan menabung. Dengan
demikian, tabungan nasional dan investasi akan meningkat, dan pada gilirannya akan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Kesehatan yang buruk akan memberikan pengaruh buruk terhadap pertumbuhan
ekonomi, hal ini antara lain terjadi di sub-Sahara Afrika dan Asia Selatan. Beban
berat yang diakibatkan oleh penyakit dan pengaruh gandanya terhadap produktivitas,
kependudukan, dan pendidikan mempunyai peranan dalam kinerja ekonomi yang
buruk dan kronis di negara-negara Afrika. Studi terbaru yang dilakukan oleh Bloom
dan Sachs, menemukan bahwa lebih dari setengahnya dari keterbelakangan
pertumbuhan di negara-negara Afrika jika dibandingkan dengan dengan negara-
negara di Asia Timur, secara statistik dapat diterangkan oleh beban berat akibat
penyakit, kependudukan, dan geografis jika dibandingkan dengan variabel-variabel

8
tradisional dari ekonomimakro dan politik pemerintahan. Sebagai contoh, tingginya
angka prevalensi penyakit malaria menunjukkan hubungan yang erat dengan
penurunan pertumbuhan ekonomi sebesar satu persen atau lebih setiap tahunnya
2. Kesehatan dan Kemiskinan
Berbagai indikator kesehatan di negara-negara berpendapatan rendah dan
menengah jika dibandingkan dengan negara-negara berpendapatan tinggi,
memperlihatkan bahwa angka kesakitan dan kematian secara kuat berkorelasi terbalik
dengan pendapatan.
Komitmen global untuk meningkatkan status kesehatan secara jelas dicantumkan
dalam Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals-MDGs).
Tujuan pembangunan milenium tersebut antara lain: (1) menurunkan angka kematian
anak sebesar dua pertiganya pada tahun 2015 dari keadaan tahun 1990; (2)
menurunkan angka kematian ibu melahirkan sebesar tiga perempatnya pada tahun
2015 dari keadaan 1990; dan (3) menahan peningkatan prevalensi penyakit
HIV/AIDS dan penyakit utama lainnya pada tahun 2015. Tujuan pembangunan
milenium difokuskan terhadap pengurangan kemiskinan pada umumnya dan beberapa
tujuan kesehatan pada khususnya, sehingga terdapat keterkaitan antara upaya
keseluruhan penurunan kemiskinan dengan investasi di bidang kesehatan.
Beberapa alasan meningkatnya beban penyakit pada penduduk miskin adalah:
Pertama, penduduk miskin lebih rentan terhadap penyakit karena terbatasnya akses
terhadap air bersih dan sanitasi serta kecukupan gizi. Kedua, penduduk miskin
cenderung enggan mencari pengobatan walaupun sangat membutuhkan karena
terdapatnya kesenjangan yang besar dengan petugas kesehatan, terbatasnya sumber
daya untuk memenuhi kebutuhan dasar, dan terbatasnya pengetahuan untuk
menghadapi serangan penyakit.
Konsekuensi ekonomi jika terjadi serangan penyakit pada anggota keluarga
merupakan bencana jika untuk biaya penyembuhannya mengharuskan menjual aset
yang mereka miliki atau berhutang. Hal ini akan menyebabkan keluarga jatuh
kedalam kemiskinan, dan jika tidak bisa keluar dari hal ini akan mengganggu tingkat
kesejahteraan seluruh anggota keluarga bahkan generasi berikutnya. Serangan
penyakit yang tidak fatal dalam kehidupan awal akan mempunyai pengaruh yang

9
merugikan selama siklus hidup berikutnya. Pendidikan secara luas dikenal sebagai
kunci dari pembangunan, tetapi masih belum dihargai betapa pentingnya kesehatan
anak dalam pencapaian hasil pendidikan. Kesehatan yang buruk secara langsung
menurunkan potensi kognitif dan secara tidak langsung mengurangi kemampuan
sekolah. Penyakit dapat memelaratkan keluarga melalui menurunnya pendapatan,
menurunnya angka harapan hidup, dan menurunya kesejahteraan psikologis.
3. Pendekatan Aspek Demografi
Hal yang paling merugikan, namun kurang diperhatikan, biaya yang tinggi dari
kematian bayi dan anak dapat ditinjau dari aspek demografi. Keluarga miskin akan
berusaha mengganti anaknya yang meninggal dengan cara memiliki jumlah anak
yang lebih banyak. Jika keluarga miskin mempunyai banyak anak maka keluarga
tersebut tidak akan mampu melakukan investasi yang cukup untuk pendidikan dan
kesehatan untuk setiap anaknya. Dengan demikian, tingginya beban penyakit pada
keluarga yang memiliki banyak anak akan menyebabkan rendahnya investasi untuk
kesehatan dan pendidikan untuk setiap anaknya.
Bukti empiris tentang adanya hubungan antara tingkat fertilitas dengan tingkat
kematian anak adalah sangat kuat. Negara-negara yang memiliki angka kematian bayi
kurang dari 20, mempunyai angka rata-rata tingkat fertilitas (Total Fertility Rate)
sebesar 1.7 anak. Negara-negara dengan tingkat kematian bayi diatas 100 mempunyai
angka rata-rata tingkat fertilitas 6,2 anak. Pola ini menuntun pengertian kita bahwa
negara-negara yang mempunyai tingkat kematian bayi yang tinggi mempunyai
tingkat pertumbuhan penduduk tercepat di dunia dengan segala konsekwensinya.
Ketika angka kematian anak menurun, disertai dengan turunnya tingkat
kesuburan, secara keseluruhan tingkat pertumbuhan penduduk juga menurun dan rata-
rata umur penduduk akan meningkat. Ratio ketergantungan penduduk juga akan
menurun. Perubahan demografi ini akan mendorong keseluruhan peningkatan GNP
per kapita dan pertumbuhan ekonomi. Meningkatnya proporsi penduduk usia kerja
secara langsung meningkatkan GNP per kapita (Atmawikarta, 2009).

2.3 Prinsip Ekonomi Kesehatan

10
Salah satu prinsip ekonomi menyatakan pada pasar sempurna (perfect market), demand
dan supply ditentukan secara independent. Artinya produsen menentukan supply, konsumen
menentukan demand. Harga barang naik atau turun hingga jumlah yang disuplai sama dengan
jumlah yang diminta, yaitu tercapainya ekuilibrium
Prinsip dasar ekonomi lainnya menyatakan, demand akan sama dengan supply pada pasar
sempurna. Meskipun demand dan supply kesehatan tidak mengikuti pasar sempurna, tetapi
beberapa aspek supply dan demand tetap berlaku.
Demand terhadap pelayanan kesehatan dapat dihitung berdasarkan : – Bed occupancy –
Jumlah kunjungan rawat jalan – Jumlah tes diagnostik – dsb.

2.4 Tantangan dan Permasalahan dalam Ekonomi Kesehatan


2.4.1 Tantangan dalam Ekonomi Kesehatan
Pesan strategis tersebut merupakan tantangan bidang kesehatan yang menjadi fokus perhatian
Menkes, yakni penurunan angka Stunting, Angka Kematian Ibu dan Bayi, perbaikan pengelolaan
Sistem JKN dan penguatan pelayanan kesehatan, serta obat dan alat kesehatan.

1. Intervensi Spesifik dan Intervensi Sensitif pada Stunting


Dalam mengatasi stunting, telah ditetapkan program percepatan pencegahan stunting
secara konvergensi, melalui intervensi spesifik dan intervensi sensitif. Intervensi Spesifik
merupakan tanggung jawab Kementerian Kesehatan, sedangkan intervensi sensitif menjadi
tanggungjawab Kementerian maupun Lembaga lain, terkait ketersediaan sumber pangan,
ketersediaan air bersih dan sanitasi, pemberdayaan masyarakat, peningkatan pengasuhan di
tingkat keluarga dan masyarakat, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat tidak mampu.
Untuk ketersediaan sumber pangan diperlukan kolaborasi dan sinergi program dengan
Kementerian Pertanian, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi serta Kementerian Dalam Negeri. Pemberdayaan masyarakat dibutuhkan
kerjasama dan sinergi programnya dengan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi, dan Kementerian Dalam Negeri.
Sementara itu Kementerian Agama serta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
dibutuhkan untuk peningkatan pengasuhan di tingkat keluarga dan masyarakat.

2. Butuh Dukungan Lintas Sektor Atasi AKI/AKB


11
Begitupula dalam hal percepatan penurunan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian
Bayi (AKI/AKB). Menkes Terawan mengatakan perlu komitmen dan dukungan lintas
kementerian/lembaga dalam hal pemberdayaan perempuan dan wajib belajar 12 tahun.
Hal tersebut dapat dilakukan dengan kolaborasi dan sinergi bersama Kementerian Agama
dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Pencegahan pernikahan anak berkolaborasi
denga Kementerian Agama, Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Peningkatan peran perempuan dalam sosial ekonomi berkolaborasi dengan Kementerian
Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, Kementerian Agama dan Kementerian Dalam Negeri berkolaborasi dalam
peningkatan kesehatan reproduksi remaja dan calon pengantin serta peningkatan peran tokoh
masyarakat dan agama dilakukan bersama dengan Kementerian Agama, Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.
Peran Pemerintah daerah untuk pelaksanaan koordinasi organisasi perangkat daerah
masih merupakan tantangan yang perlu kita upayakan bersama agar mendapatkan hasil yang
lebih optimal.

3. Kemudahan Akses Layanan Kesehatan pada JKN


Pemerintah menjamin akses pelayanan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu melalui
pemberian bantuan iuran program JKN. Saat ini program JKN-KIS telah mengalami
perkembangan yang signifikan dilihat dari kepesertaan dan kunjungan
pelayanan/pemanfaatan sejak dilaksanakan pada tahun 2014.
Kepesertaan Program JKN saat ini telah mencapai 83% dari seluruh penduduk Indonesia
atau sejumlah 224 juta jiwa. Jumlah masyarakat yang tercakup dalam skema Penerima
Bantuan Iuran (PBI) terus mengalami peningkatan setiap tahunnya dan pada tahun 2019 telah
mencapai 96,5 juta jiwa PBI.
“Untuk kita ketahui bersama, Cakupan Kesehatan Semesta (Universal Health
Coverage/UHC) mempunyai arti bahwa seluruh masyarakat memiliki akses ke pelayanan
kesehatan yang mereka butuhkan, kapan saja dan dimana saja mereka membutuhkannya
tanpa kesulitan finansial,” ucap Menkes Terawan.

12
Ini mencakup berbagai pelayanan kesehatan esensial termasuk pelayanan promotif,
preventif, kuratif, rehabilitatif dan paliatif. Oleh karena itu upaya-upaya terus kita lakukan
dalam rangka peningkatan akses pelayanan kesehatan.Tidak hanya peningkatan akses
pelayanan kesehatan tetapi juga diupayakan peningkatan mutu pelayanan kesehatan salah
satunya dengan melakukan akreditasi puskesmas.
Akreditasi puskesmas difokuskan kepada upaya promotif, preventif dan program
prioritas. Harapannya dengan berfokus kepada upaya promotif-preventif dapat lebih efisien
dalam pembiayaan kesehatan dan mempercepat capaian target pembangunan kesehatan.

4. Kendalikan Harga Obat dan Alat Kesehatan


Dalam hal peningkatan akses pelayanan kesehatan, juga diupayakan pengendalian harga
obat dan alat kesehatan. Langkah-langkah percepatan yang akan dilakukan adalah
mendorong investasi, mempercepat lisensi wajib obat yang sangat dibutuhkan, membuka
peluang investasi sebesar-besarnya dan deregulasi perizinan yang menghambat.

2.4.2 Permasalahan dalam Ekonomi Kesehatan


Perkembangan beberapa tahun terakhir terlihat lonjakan minat dalam mereformasi organisasi
dan sistem kesehatan dengan mengganti peranan pemerintah ke arah kekuatan pasar. Hal ini
dipicu oleh terus meningkatnya biaya kesehatan dan prioritas yang makin bersaing seperti
pendidikan, kesejahteraan, dan keprihatinan terhadap masalah lingkungan. Sehingga analis dan
pembuat kebijakan telah berpaling kepada pasar yang kompetitif sebagai sarana pilihan untuk
mereformasi sistem perawatan medis. Masalah pengelolaan sumber daya ke dalam bidang
kesehatan yang semakin bersaing dengan bidang lainnya membuka ruang makin besar bagi ilmu
ekonomi untuk berperan mengatasinya (Ichwan)
1. Masalah Alokasi Kesehatan
Dua alasan sederhana yang mendasari kehadiran ilmu ekonomi sebagai ilmu tentang
tingkah laku manusia. Pertama, adanya keterbatasan sumber daya yang tersedia bagi
kehidupan, yang berarti pula bagi setiap masyarakat, organisasi, dan individu. Kedua,
nampaknya needs dan wants kita sebagai manusia dan masyarakat tidak dapat terpenuhi
secara sempurna.

13
Kedua hal tersebut memberi kejelasan mengapa proses pemilihan harus dilakukan. Tidak
hanya pilihan tentang apa yang harus dilakukan, tetapi juga tentang pilihan apa yang tidak
harus dilakukan. Kedua alasan sederhana di atas memberikan sebuah pemahaman bahwa
setiap keputusan yang ditetapkan dalam usaha memenuhi suatu kebutuhan hidup dengan
sumberdaya yang terbatas akan menimbulkan biaya bagi usaha memenuhi kebutuhan hidup
lainnya. Biaya yang timbul dari proses tersebut dikenal dengan opportunity cost.
Sehingga konsep opportunity cost menjadi bagian pokok ilmu ekonomi. Konsep ini
mengandung pengertian tentang pengorbanan. Menyadari bahwa sumber daya ekonomi yang
tersedia terbatas, alokasinya untuk suatu jenis kegiatan akan menyebabkan hilangnya
manfaat atas penggunaan sumber tersebut pada kegiatan lainnya. Sebagai contoh penerapan
sumber daya ekonomi yang terbatas adalah waktu, apabila Amir menetapkan bahwa jam
tertentu digunakan untuk memproduksi barang A maka Amir akan kehilangan manfaat atas
waktu tersebut untuk menghasilkan barang lainnya yang bersamaan waktunya. Contoh lain
untuk pelayanan kesehatan rumah sakit, apabila suatu rumah sakit menetapkan bahwa
persentase tertentu dari anggaran rumah sakit digunakan untuk membeli peralatan pelayanan
gigi (dental unit), rumah sakit bersangkutan kehilangan kesempatan untuk menggunakan
dana tersebut untuk membeli peralatan kesehatan anak.
Konsep opportunity cost mendorong kita untuk meletakkan nilai moneter kepada biaya.
Sehingga penggunaan waktu seperti contoh di atas, opportunity cost yang muncul dapat
diukur berdasarkan beberapa kemungkinan pendapatan yang hilang karena tidak dapat
menghasilkan barang lain pada waktu yang bersamaan.

2. Masalah Permintaan dan Penawaran di Pasar


Karena komoditas kesehatan mempunyai ciri berbeda dengan komoditas lainnya,
organisasi pasar pelayanan kesehatan berbeda dengan pasar komoditas lainnya. Seperti
biasanya yang telah kita pahami bahwa sumber daya adalah langka sementara keinginan
manusia tak terbatas. Keadaan tersebut merupakan sebuah konsep dasar yang membentuk
landasan penting mengenai permintaan-penawaran. Permintaan sebagai kemauan konsumen
membayar berbagai barang dan jasa yang dikonsumsinya. Sementara penawaran berkaitan
dengan sisi produksi yang menjelaskan bagaimana biaya faktor-faktor produksi dan harga
produk berpengaruh terhadap kuantitas barang yang ditawarkan.

14
Konsumen pada dasarnya akan memiliki berbagai keinginan terhadap barang dan jasa.
Ketika dihadapkan dengan kondisi pendapatan yang terbatas, kita dapat memperoleh
pengertian tentang permintaan konsumen sebagai willingness to pay (WTP). Pada fungsi
permintaan diasumsikan orang akan memberikan nilai kepada barang dan jasa yang
membawa manfaat saja. Secara implisit dianggap bahwa orang ketika melakukan penilaian
mempunyai pengetahuan yang baik tentang barang dan berbagai aspek yang berkaitan
dengan barang yang sedang dinilai, orang tersebut berada pada ruang yang tepat. Ide
demikian itulah yang mendasari pengertian tentang consumer sovereignty, yaitu sebuah
istilah ekonomi yang menunjukkan bahwa konsumen memutuskan suatu pilihan berdasarkan
informasi yang sempurna. Istilah ini mempertegas bahwa keputusan konsumen ditetapkan
atas dasar seharusnya sovereign di pasar.
Fungsi permintaan menjelaskan tentang hubungan antara harga dan jumlah barang yang
diminta dan menganggap bahwa pendapatan, harga barang lain, dan selera dalam keadaan
konstan (tidak berubah). Pada umumnya fungsi permintaan tersebut sedemikian rupa
sehingga tercermin dari bentuk kurvanya yang berkemiringan dari kiri atas ke kanan bawah.
Bentuk kurva demikian mengisyaratkan ketika harga barang dan jasa turun (menjadi lebih
murah dari sebelumnya) maka jumlah barang dan jasa yang diminta cenderung bertambah,
sebaliknya ketika harga barang dan jasa naik (menjadi lebih mahal dari sebelumnya) maka
jumlah barang dan jasa yang diminta cenderung berkurang.
Asumsi utama yang melekat pada permintaan adalah bahwa orang yang tepat untuk
menilai suatu barang atau jasa adalah mereka yang akan memperoleh manfaat dari barang
atau jasa tersebut. Fungsi permintaan mengasumsikan pula bahwa konsumen adalah mereka
yang paling baik informasinya tentang barang atau jasa yang akan dikonsumsi sehingga
dialah orang yang tepat memberikan penilaian. Atas dasar inilah lahir landasan penting
mengenai cunsumer sovereignty, sebuah pandangan bahwa konsumen seharusnya
mempunyai kebebasan di sisi permintaan pasar. Namun landasan penting tersebut tidak
benar-benar tercipta pada komoditi pelayanan kesehatan karena konsumen tidak cukup
memiliki pengetahuan tentang komoditi yang akan dikonsumsinya. Konsumen mempunyai
pengetahuan yang terbatas mengenai berbagai aspek yang melekat pada komoditas
kesehatan, seperti pengetahuan yang terbatas mengenai keadaan kesehatan, efektivitas

15
pelayanan kesehatan yang tersedia, biaya yang diperlukan untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan yang efektif.

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ekonomi kesehatan adalah penerapan ilmu ekonomi dalam upaya kesehatan untuk
mencapai derajat kesehatan yang optimal serta ilmu yang mempelajari supply dan demand
sumber daya pelayanan kesehatan dan dampak sumber daya pelayanan kesehatan terhadap
populasi.
Kegiatan ekonomi dalam bidang kesehatan yaitu kegiatan produksi, konsumsi dan
distribusi. Ekonomi kesehatan sangat dibutuhkan dan perlu dipelajari, karena terdapat
hubungan antara kesehatan dan ekonomi. Kesehatan mempengaruhi kondisi ekonomi, dan
sebaliknya ekonomi mempengaruhi kesehatan. Jadi pelayanan kesehatan yang lebih baik
akan memberikan manfaat bagi individu dan masyarakat keseluruhan jika membawa
kesehatan yang lebih baik.

3.2 SARAN
Sebaiknya derajat kesehatan suatu penduduk akan berpengaruh terhadap perkembangan
dan pembangunan ekonomi. Oleh sebab itu program-program kesehatan hendaknya di
pandang sebagai suatu bagian dari strategi yang menyuluruh untuk meningkatkan
kesejahteraan sosial dan ekonomi dari suatu penduduk. Strategi tersebut membutuhkan
pilihan program-program yang dapat meningkatkan derajat kesehatan secara efisien. Misal :
pengembangan jaringan pelayanan kesehatan, pembangunan infra struktur lain seperti air
bersih dan perbaikan lingkungan, atau berbagai kegiatan untuk meningkatkan gizi
masyarakat. Ilmu ekonomi kesehatan dapat membantu mengevaluasi dan menentukan
pilihan yang tepat.

17
DAFTAR PUSTAKA
Bibliography
Atmawikarta, A. (2009). Investasi Kesehatan Untuk Pembangunan Ekonomi. Retrieved Agustus
22, 2021
Ichwan, M. (n.d.). Modul Ekonomi Kesehatan. Retrieved Agustus 22, 2021, from
http://www.pustaka.ut.ac.id/lib/wp-content/uploads/pdfmk/ESPA4533-M1.pdf
Mustikawati, I. S. (n.d.). Kegiatan Ekonomi Kesehatan. Retrieved Agustus 22, 2021, from
https://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-paper-6705-
KEGIATAN_EKONOMI_KESEHATAN_new-6.pdf
Nadhir, M. (2017). BAHAN AJAR EKONOMI KESEHATAN. Retrieved Agustus 22, 2021, from
Research Gate:
https://www.researchgate.net/publication/340593302_BAHAN_AJAR_EKONOMI_KES
EHATAN

18

Anda mungkin juga menyukai