Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA KLIEN DENGAN POST LAPARATOMY DENGAN STOMA

1. LAPARATOMY
PENGERTIAN
Laparatomy merupakan prosedur pembedahan yang melibatkan suatu insisi
pada dinding abdomen hingga ke cavitas abdomen (Sjamsurihidayat dan Jong,
1997).Laparotomi adalah pembedahan yang dilakukan pada usus akibat terjadinya
perlekatan usus dan biasanya terjadi pada usus halus, yang mana tujuan prosedur
tindakan pembedahan dengan membuka cavum abdomen adalah untuk eksplorasi
(Arif Mansjoer, 2000).Laparatomi adalah pembedahan perut, membuka selaput perut
dengan operasi (Lakaman:2000;194). Pembedahan perut sampai membuka selaput
perut.
Ada 4 cara pembedahan laparatomy yaitu;
a. Midline incision
b. Paramedian, yaitu 2,5 cm), panjang (12,5 cm).; sedikit ke tepi dari garis
tengah
c. Transverse upper abdomen incision, yaitu ; insisi di bagian atas,
misalnya pembedahan colesistotomy dan splenektomy.
d. Transverse lower 4 cm diabdomen incision, yaitu; insisi melintang di
bagian bawah atas anterior spinal iliaka, misalnya; pada operasi
appendictomy.

ETIOLOGI
Etiologi sehingga di lakukan laparatomy adalah karena di sebabkan oleh
beberapa hal (Smeltzer, 2001) yaitu;
1.      Trauma abdomen (tumpul atau tajam)
 Trauma abdomen didefinisikan sebagai kerusakan terhadap struktur yang
terletak diantara diafragma dan pelvis yang diakibatkan oleh luka tumpul atau
yang menusuk (Ignativicus & Workman, 2006). Dibedakan atas 2 jenis yaitu :
 Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga peritonium)
yang disebabkan oleh : luka tusuk, luka tembak.

1
 Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritoneum) yang
dapat disebabkan oleh pukulan, benturan, ledakan, deselerasi, kompresi atau
sabuk pengaman (sit-belt).

2.      Peritonitis
 Peritonitis adalah inflamasi peritoneum lapisan membrane serosa rongga
abdomen, yang diklasifikasikan atas primer, sekunder dan tersier. Peritonitis
primer dapat disebabkan oleh spontaneous bacterial peritonitis (SBP) akibat
penyakit hepar kronis. Peritonitis sekunder disebabkan oleh perforasi
appendicitis, perforasi gaster dan penyakit ulkus duodenale, perforasi kolon
(paling sering kolon sigmoid), sementara proses pembedahan merupakan
penyebab peritonitis tersier.

3.      Sumbatan pada usus halus dan besar (Obstruksi)


 Obstruksi usus dapat didefinisikan sebagai gangguan (apapun penyebabnya)
aliran normal isi usus sepanjang saluran usus. Obstruksi usus biasanya
mengenai kolon sebagai akibat karsinoma dan perkembangannya lambat.
Sebagian dasar dari obstruksi justru mengenai usus halus. Obstruksi total usus
halus merupakan keadaan gawat yang memerlukan diagnosis dini dan tindakan
pembedahan darurat bila penderita ingin tetap hidup. Penyebabnya dapat
berupa  perlengketan (lengkung usus menjadi melekat pada area yang sembuh
secara lambat atau pada jaringan parut setelah pembedahan abdomen),
Intusepsi      (salah satu bagian dari usus menyusup kedalam bagian lain yang
ada dibawahnya akibat penyempitan lumen usus), Volvulus (usus besar yang
mempunyai mesocolon dapat terpuntir sendiri dengan demikian menimbulkan
penyumbatan dengan menutupnya gelungan usus yang terjadi amat distensi), 
hernia (protrusi usus melalui area yang lemah dalam usus atau dinding dan otot
abdomen), dan tumor (tumor yang ada dalam dinding usus meluas kelumen
usus atau tumor diluar usus menyebabkan tekanan pada dinding usus).

4.      Apendisitis mengacu pada radang apendiks


 Suatu tambahan seperti kantong yang tak berfungsi terletak pada bagian
inferior dari sekum. Penyebab yang paling umum dari apendisitis adalah

2
obstruksi lumen oleh fases yang akhirnya merusak suplai aliran darah dan
mengikis mukosa menyebabkan inflamasi.
5.      Tumor abdomen
6.      Pancreatitis (inflammation of the pancreas)
7.      Abscesses (a localized area of infection)
8.      Adhesions (bands of scar tissue that form after trauma or surgery)
9.      Diverticulitis (inflammation of sac-like structures in the walls of the intestines)
10.  Intestinal perforation
11.  Ectopic pregnancy (pregnancy occurring outside of the uterus)
12.  Foreign bodies (e.g., a bullet in a gunshot victim)
13.  Internal bleeding

2. STOMA
2.1. Definisi
Stoma dalam bahasa Yunani adalah mulut. Stoma adalah : usus yang
dikeluarkan dari dinding abdomen melalui proses operasi dan biasanya dilakukan
karena ada kelainan baik bawaan maupun ditemukan saat terjadi kecelakaan
atau bahkan karena ada penyakit dibagian saluran pencernaan ataupun
disaluran perkemihan. (Gibyanto,2011)

Stoma yang bagus

Pada umumnya dibuat untuk ileum (ileostomy) atau colon (colostomy).


Tedapat 2 jenis gastrointestinal Stoma :
1. Temporary (de-functioning) stomas : meliputi ileostomy atau colostomy yang
dibuat untuk melindungi suatu anastomosis atau dekompresi atau
penyembuhan segmen usus bagian distalnya. Stoma mempunyai 2 lubang
yaitu lubang proksimal adalah tempat keluarnya faeces dan lubang distal
tempat keluarnya mukus dari usus bagian distalnya.

3
2. Permanent stomas : lubang dinding abdomen yang dibuat secara permanen
tempat menempelkan bagian akhir dari usus pada permukaan kulit. Terdapat
beberapa bentuk permanent stoma antara lain:
a. Panproctocolectomy : ileostomy permanent yang dibuat dari ileum
terminalis, seluruh colon rectum dan anus diangkat.
b. Total colectomy: ileostomy dibuat tetapi ujung rectum tetap dan
disalurkan ke dinding abdomen sebagai mucus fistula.
c. Abdomenoperineal (A-P) excision : colostoly pada fossa iliaca sinistra,
rectum dan anus diangkat, sering disertai dengan pengangkatan 1/3
bagian atas dinding posterior vagina
d. Hartmarn’s procedure, eksisi dari sigmoid atau atas rectum colostomy
dibuat dan ujung rectum ditutup dan dibiarkan didalam pelvis.
e. Pelvis exenteration: operasi radikal untuk pengangkatan organ pelvis;
dibuat colostoly dan urostomy.
Kelainan pada organ Pencernaan yang menimbulkan indikasi tindakan
gastrointestinal Stoma :
Esafagus : Kanker pada bagian ini akan menyebabkan gangguan
menelan, dimulai sulit menelan dan bila tidak cepat diangkat akan
tersumbat total sehingga tidak bisa menelan sama sekali.
Lambung : Seperti di Esophagus kanker di lambung juga akan
menyebabkan tersumbatnya saluran cerna, tetapi tergantung lokasi,
kanker pada lokasi tertentu tidak akan menyebabkan tersumbatnya
saluran cerna sampai pada stadium lanjut.
Usus Besar : Kanker usus besar awalnya menimbulkan gejala gangguan
pola defikasi artinya secara berangsur angsur penderita merasa tidak
nyaman diperut kemudian mulas yang sukar diterangkan sebabnya
dilanjutkan dengan diare / mencret berak darah lender ini terutama untuk
kanker rectum dan obstruksi saluran cerna karena tersumbatnya usus
besar akhirnya perut kembung karena kotoran menumpuk dalam usus
karena tidak bisa keluar.
Untuk kanker rektum, jenis operasinya tergantung pada seberapa jauh
jarak kanker ini dari anus dan seberapa dalam dia tumbuh ke dalam
dinding rektum. Pengangkatan seluruh rektum dan anus mengharuskan
penderita menjalani kolostomi menetap (pembuatan hubungan antara

4
dinding perut dengan kolon). Dengan kolostomi, isi usus besar
dikosongkan melalui lubang di dinding perut ke dalam suatu kantung,
yang disebut kantung kolostomi.
Usus Halus : Kebanyakan tumor usus halus adalah jinak. Kebanyakan
tumor jinak tidak menyebabkan gejala. Tetapi tumor yang berukuran
besar bisa menyebabkan terdapatnya darah dalam tinja, penyumbatan
usus (sebagian atau total), atau penjeratan usus bila satu bagian usus
masuk ke usus yang berada di depannya (intususepsi).
Pangkreas : Kanker pangkreas karena letaknya sangat sulit terdiagnosis,
biasanya diketahui setelah ada komplikasi ikterus atau penyumbatan
pada usus 12 jari.
Hati : Kanker primer yang terletak ditepi pada keadaan dini bila cepat
diketahui dan segera diambil tindakan operasi akan menyembuhkan
penyakitnya. Pada hati sering dijumpai kanker sekunder yang berasal dari
penyebaran kanker alat tubuh lain seperti usus, paru, payudara, genitalia,
interna (Benbow Maureen, 2007)

2.2. Jenis-Jenis Stoma


1) Kolostomi
Dari kata kolon yang artinya usus besar dan stoma yang artinya mulut
diartikan disini sebagai mulut yang dibuat dari usus besar dan lebih dikenal
sebagai anus buatan. Letak kolostomi pada abdomen bisa dimana saja
sepanjang letak kolon, namun biasanya dilakukan pada bagian kiri bawah, di
daerah kolon sigmoid. Namun dapat pula dibuat dilokasi kolon asendens,
transversum, dan desendens. Letak kolostomi sebaiknya dipilih dengan hati-hati
sebelum tindakan operasi. Sebaiknya hindari lokasi yang memiliki jaringan lemak
yang tebal dan terdapat skar (Kathleen Osborn, 2003).
Jenis jenis kolostomi
- Ascending kolostomi
Kolostomi ascending terletak di bagian kanan atas dari perut. Pada jenis
ini sudah jarang dilakukan sejak ditemukan bahwa ileostomi ,hal ini
dikarenakan ileostomi lebih efektif dibandingkan dengan kolostomi ascending
- Transverse Colostomy

5
Kolostomi transverse terletak dibagian atas dari perut baik di tengah
maupun di sebelah kanan. Pada pemasangan kolostomi jenis transverse ini
dilakukan dengan indikasi seperti dibawah ini

Indikasi :
1. Diverticulitis
2. Trauma (cedera)
3. Cacat lahir
4. Kanker / descending atau
usus sigmoid
5. Obstruksi usus
6. Kelumpuhan
Gambar 7 : Kolostomi Transverse

- Descending or Sigmoid Colostomy


Lolostomi descending / sigmoid ini terletak dibawah perut dan paling
sering dilakukan dibandingkn dengan jenis kolostomi lainnya. indikasi
pemasangan pada kolostomi sigmoid ini adalah seperti dibawah ini

Indikasi :
1. Kanker rektum atau
sigmoid kolon.
2. Diverticulitis
3. Trauma (cedera)
4. Cacat bawaan
5. Obstruksi usus
6. Kelumpuhan

2) Ileostomy
Selama operasi, bagian dari ileum dibawah ke permukaan perut untuk
membentuk stoma, biasanya di sisi kanan. Ini adalah tempat kotoran sekarang
akan berlalu dari tubuh. Isi usus dari ileostomy akan lebih liqiud dan semi-padat.
Anda dapat memiliki baik sebagai akhir ileostomi atau ileostomi loop dan
keduanya diperlakukan dan dirawat dengan cara yang sama. Ileostomy bisa
sementara atau permanen.

6
3) Urostomy
Jenis yang paling umum dari urostomy merupakan saluran ileum yang
biasanya berlokasi di sisi kiri perut. Hal ini melibatkan menggunakan sebuah
segmen pendek dari usus kecil (ileum) yang digunakan sebagai tabung atau
saluran untuk membentuk urin stoma melalui mana dari ureter dialihkan. Hal ini
biasanya setelah kandung kemih orang dan / atau uretra telah dihapus dan
permanen.

Gambar: Urostom
Gambar 13 : kantong Urostomi
2.3. Komplikasi Pasca Operasi
Perawat harus menyadari bahwa pasien – pasien dengan operasi ostomy
akan menghadapi resiko komplikasi dan komplikasi yang mungkin timbul pada
umumnya adalah shock, perdarahan, gangguan pernafasan, gangguan
perkemihan, gangguan pencernaan, luka, sepsis, masalah psikologi serta
komplikasi stoma misalnya caput medusa, Dermatitis irritasi, Dermatitis Alergi,
Folikulitis, Pseudoverrucous lesion dan monilia. Dan yang paling sering muncul
adalah komplikasi yang berkaitan dengan reseksi usus, anastomosis dan
konstruksi stoma, seperti ileus, obstruksi, gangguan absorbs, kebocoran,
anastomosis, iskemik, nekrotik stoma dan mucocutaneous separation. Beberapa

7
komplikasi yang muncul dengan manajemen penanganannya adalah sebagai
berikut :
a. Komplikasi kulit disekitar stoma
Definisi : Caput medusa,lebih dikenal dengan varises pada kulit sekitar
stoma.Umumnya terjadi pada pasien–pasien dengan penyakit hati.
Peran perawat dalam penatalaksanaan perawatan komplikasi stoma
dengan caput medusa:
Penatalaksanaan yang bisa dilakukan perawat dalam hal ini adalah
pemberian silver nitrat untuk memotong pembuluh darah bila diperlukan,
Tindakan perawatannya adalah dengan cara membuka kantong dan wafer
yang dilakukan dengan lembut, dengan tehnik tidak menyebabkan trauma
pada kulit peristomal, perawatan kulit yang adekuat dan hindari penggunaan
plester yang tidak perlu.
b. Dermatitis Iritasi
Definisi :Dermatitis ialah kelainan kulit yang subyektif ditandai oleh rasa
gatal dan secara klinis terdiri atas ruam polimorfi yang umumnya berbatas
tidak tegas. Gambaran klinisnya sesuai dengan stadium penyakitnya. Untuk
penamaan dermatitis, berbagai klasifikasi sudah diajukan antara lain
berdasarkan kondisi kelainan, lokasi kelainan, bentuk kelainan, usia pasien
dan sebagainya, contohnya:
Berdasarkan lokasi kelainan misalnya dermatitis manus, dermatitis
seboroik, dermatitis perioral, dermatitis popok, dermatitis perianal,
akrodermatitis, dermatitis generalisata, dsb.
Berdasarkan kondisi kelainan misalnya dermatitis akut, subakut dan
kronis atau dermatitis madidans (membasah) dan dermatitis sika (kering)
Berdasarkan penyebab misalnya dermatitis kontak iritan, dermatitis
kontak alergik, dermatitis medikamentosa, dermatitis alimentosa, dermatitis
venenata, dermatitis stasis, dan sebagainya,
Berdasarkan usia misalnya dermatitis infantil, dsb.,
Berdasarkan bentuk kelainan misalnya dermatitis numularis, dsb.
Etiologi :Dermatitis ringan biasanya terjadi sebagai akibat dari iritasi
reaktif, peradangan, dan kerusakan kulit yang disebabkan oleh kontak
dengan limbah usus, lebih sering dikaitkan dengan ileostomi karena
kandungan asam dari usus kecil Ini terjadi karena system pengantongan

8
stoma yang tidak bagus sehingga terjadi kebocoran dari isi kantong yang
mengiritasi daerah kulit sekitar. Adanya luka kemerahan atau lapisan kulit
yang terangkat bisa mengakibatkan terjadinya perdarahan sehingga pasien
merasa tidak nyaman,ini bisa terjadi karena terlalu sering mengganti kantong
dan cara membersihkan skin barier yang tidak hati – hati.

Gambar : Dermatitis iritasi

Peran perawat dalam penatalaksanaan perawatan komplikasi stoma


dengan Dermatitis iritasi:
Penatalaksanaan yang bisa dilakukan perawat dalam hal ini adalah
melakukan pengangkatan skin barier secara pelan – pelan lalu
mengeringkan daerah kulit setelah dibersihkan, memeriksa keadaan kulit,
lalu menggunakan air bersih untuk mencuci daerah kulit yang teriritasi.
Memberikan douderm pada daerah kulit teriritasi yang terbuka,selain
duoderm bisa juga diberi stomahesive powder yang berfungsi untuk menjaga
kulit tetap kering
c. Dermatitis Alergi
Etiologi : Ini muncul karena kulit alergi terhadap skin barier, plester,
adhesive remover, skin prep dan pasta. Umumnya menimbulkan reaksi
inflamasi dan iritasi pada kulit disekitar stoma pada pasien-pasien dengan
riwayat alergi pada makanan, obat-obatan atau bahan lainnya. Alergi ini
ditandai dengan gatal, panas, perih dan kemerahan pada sekitar kulit dan
untuk pasien ini disarankan untuk menjalani test alergi dengan
menggunakan produk-produk ostomy.
Peran perawat dalam penatalaksanaan perawatan komplikasi stoma
dengan komplikasi Dermatitis alergi :
Perawat dapat melakukan perawatan, salah satunya dengan menghindari
penggunaan adhesive remover atau skin prep. Setelah itu menggunakan

9
pasta yang tidak mengandung alcohol seperti Coloplast strip pasta,
Calamine lotion ini akan melapisi daerah kulit yang kemerahan kemudian
bereaksi sebagai penghambat,barier dan mencegah terjadinya iritasi
berkelanjutan,Swin cream dpt digunakan untuk memberi kelembapan pada
daerah kulit yang teriritasi, Cortate ( Steroid lotion ) dapat mengurangi
kemerahan pada kulit ( jika iritasi kulit tidak sembuh lebih dari 2 minggu
segera hubungi ETN atau dokter.
d. Folikulitis
Definisi : ini adalah inflamasi folikel rambut dipori-pori kulit sekitar stoma.
Etiologi : Bisa terjadi pengangkatan rambut dengan tidak hati – hati.

Peran perawat dalam tindakan perawatan komplikasi stoma dengan


folikulitis :
Perawat dapat melakukan tindakan. Sebaiknya lakukan langsung
pencukuran rambut karena cara ini sangat efektif, kemudian berikan Nystatin
( antifungal powder ) cara penggunaanya ditaburi secara tipis pada daerah
kulit terinfeksi, obat ini dapat diperoleh tanpa menggunakan resep. Jika
keadaan ini masih tetap terjadi seteah pemakaian topical lebih 2 x segera
hubungi ETN atau dokter ).
e. Pseudoverrucous Lession
Definisi : Tampak seperti nodul atau papul berwarna merah
kecoklatan,lesi ini dapat mencapai ketebalan 2-3 mm dari permukaan kulit.
Etiologi : Umumnya lesi ini terjadi pada stoma saluran kemih ini
dikarenakan terjadinya kontak urin dengan kulit sekitar stoma.
Peran perawat dalam tindakan perawatan komplikasi stoma dengan
Pseudoverrucous Lession :

10
Gunakan kantong dengan ukuran dan tipe yang tepat, gunakan kantong
yang drainable dalam bentuk convek, gunakan pasta hidrocoloid sebelum
menempelkan kantong

Gambar 15 : Pseudoverrucous Lession


f. Infeksi Jamur Monilia ,Candida
Definisi : infeksi yang terjadi pada stoma yang dikarenakan oleh
pertumbuhan dan perkembangan jamur monilia candida.
Etiologi : umumnya ditemukan di GI tract, ini terjadi karena infeksi oleh
jamur yang menyebabkan infeksi disekitar stoma. Orang yang mempunyai
stoma potensial akan mengalami infeksi jamur karena daerah sekitar stoma
hangat ,lembab dan tertutup, infeksi bisa menyebar disekitar area yang
lembab.kemudian menimbulkan kemerahan dan gatal.
Peran perawat dalam tindakan perawatan komplikasi stoma dengan
monilia candida:
Bersihkan daerah kulit terinfeksi kemudian keringkan dengan kapas atau
bisa menggunakan hair dryer secara pelan – pelan kemudian berikan
Nystatin powder kedaerah kulit terinfeksi. Gunakan kantong drainable two
piece yang mengandung hidrocoloid dan penggantian kantong bisa 1 atau 2
x dalam seminggu.

11
g. Stomal Retraksi
Definisi : Pemasangan stoma yang menyebabkan kulit area sekitar stoma
tertarik ke dalam, menimbulkan nyeri, dan memungkinkan untuk terjadi
kebocoran.
Etiologi : Hal ini dapat disebabkan oleh pemilihan kantong stoma yang
kurang tepat baik jenis ataupun ukurannya yang tidak mengikuti lekukan
perut.

Peran perawat dalam tindakan perawatan komplikasi stoma dengan


stomal retraksi:
Dalam penggunaan kantong stoma sebaiknya memilih untuk
menggunakan kantong stoma base plate yang convex, apabila dirasa oleh
keluarga atau pasien, kantong jenis tersebut terlalu mahal, maka dapat
diganti dengan menggunakan various standard size protective sheets
(kantong stomanya menggunakan plastic gula yang dilapisi dengan double
tipe).
h. Stomal Prolaps
Definisi: merupakan penonjolan mukosa colon 6cm atau lebih dari
permukaan kulit. Ada 3 jenis prolaps:
 Penonjolan seluruh dinding colon (loop ileum)
 Adanya strangulasi
 Nekrosis pada usus yang mengalami penonjolan.
Etiologi : prolaps dapat terjadi oleh adanya faktor-faktor peristaltik usus
meningkat, fixasi usus tidak sempurna, mesocolon , tekanan intra abdomen
tinggi, dinding abdomen tipis dan tonusnya yang lemah serta kemungkinan
adanya omentum yang yang pendek dan tipis. Dukes, 2010).

12
Peran perawat dalam tindakan perawatan komplikasi stoma dengan
stomal prolaps:
Dalam merawat klien dengan stoma, keterampilan seorang tenaga
kesehatan (perawat, dokter) menjadi hal yang wajib. Klien berharap
mempunyai stoma yang baik dan letaknya sesuai dengan bentuk perutnya.
Selain itu, klien dianjurkan menggunakan ikat pinggang atau corset, hal ini
bertujuan untuk menahan tekanan dari dalam abdomen melalui luka insisi.
Ketika stoma terlanjur menonjol sebaiknya klien memilih kantong stoma yang
ukurannya lebih besar, hal ini supaya stoma yang menonjol tetap dalam
kondisi lembab karena tertutup oleh kantong stoma.
i. Parastomal Hernia
Definisi : suatu pembengkakan pada area sekitar perut stoma yang
menyebabkan ketidaknyamanan pada klien meskipun tidak selalu
membutuhkan intervensi bedah atau tindakan bedah namun bila terdapat
tanda-tanda perubahan warna stoma maka perlu dilakukan tindakan
pembedahan darurat.
Etiologi : hal ini dapat disebabkan karena kurangnya gerak usus dan klien
mengangkat beban yang terlalu berat atau aktivitas yang berlebihan.
Kebanyakan parastomal hernia akan berkembang dari waktu kewaktu,
setelah operasi, sekitar 12 bulan post operasi, atau bahkan lebih lama

13
Peran perawat dalam penatalaksanaan perawatan komplikasi stoma
dengan parastomal hernia:
Perawat harus menasehati pasien (yaitu klien dengan pemasangan
stoma dalam 3 bulan pertama). Untuk menghindari mengangkat beban yang
terlalu berat atau melakukan aktivitas yang berlebihan meskipun klien
mampu melakukannya. Klien dianjurkan untuk memakai ikat pinggang untuk
melatih memperkuat dinding perut yang dapat menimbulkan terjadinya
hernia parastomal.
j. Granuloma
Granuloma adalah daerah merah tender yang memiliki penampilan
kembang kol yang terjadi di sekitar tepi stoma. Mereka sering
mengembangkan dimana jahitan dimasukkan sekitar stoma tetapi dapat
terjadi bertahun-tahun setelah operasi. Kadang-kadang menggosok dari
flange atau pelat dasar dapat meningkatkan risiko masalah ini.. Perdarahan
yang disebabkan oleh granulasi dapat terjadi dan dapat mengganggu
dengan mengikuti kantong. Template harus diperiksa dan jika perlu
penerapan perak nitrat oleh Perawat Perawatan stoma atau eksisi bedah
mungkin diperlukan
Penyebab granuloma ada dua yaitu : adanya benda asing seperti
benang, atau yang lainnya dan ada yang menucul secara spontan tanpa
penyerta. Tandanya seperti daging muncul dan mudah berdarah.
Peran perawat dalam penatalaksanaan perawatan komplikasi stoma
dengan Granuloma:
a. Angkat benda asing penyebab granuloma
b. Evakuasi granuloma dengan silver nitrat atau benang
c. Tutup granuloma
d. Perhatikan apakah sel kanker atau bukan

14
k. Stenosis
Stenosis stoma juga dapat terjadi. Seringkali penyempitan usus pada
permukaan kulit, tetapi bisa terjadi di dalam perut. Hal ini ditandai dengan:
 Penurunan jumlah tinja berlalu
 Kotoran mungkin muncul pita-seperti
 Bagian dari kotoran dapat menghentikan
Untuk memfasilitasi perjalanan tinja melalui stoma pulmonalis, rendah
residu diet, hidrasi meningkat, dan pelunak tinja biasanya direkomendasikan
sebagai intervensi dini pertama. dilatasi stomal Sesekali lembut, walaupun
kontroversial, adalah pilihan lain, tetapi stenosis berat harus dikelola dengan
tindakan pembedahan.

Peran perawat dalam penatalaksanaan perawatan komplikasi stoma


dengan Stenosis:
Manajemen hiperplasia yang mengakibatkan stenosis dari saluran ileum
dimulai dengan evaluasi lesi hyperplasic melanggar pada area peristomal.
Diduga lesi ganas memerlukan rujukan pemeriksaan dokter, tetapi lesi jinak
dapat diobati dengan cauterizing daerah yang terkena dengan silver nitrat
dan mengubah sistem pouching sehingga limbah tidak mempengaruhi
integritas kulit peristomal. Selain itu akibat adanya feses yang tersisa pada
pouching, maka dilakukan irigasi stoma.
l. Nekrosis
Stoma harus memiliki suplai darah yang baik yang ditunjukkan dengan
stoma menjadi warna merah muda yang sehat, sedikit lebih gelap dari
bagian dalam mulut. Nekrosis terjadi jika suplai darah ke stoma dibatasi
(biasanya 24-48 jam setelah operasi). Awalnya stoma akan menjadi merah
gelap dan bahkan mungkin berubah menjadi hitam, ini merupakan indikasi
bahwa suplai darah terganggu. Tutup observasi diperlukan dan jika tidak ada
perbaikan operasi lebih lanjut mungkin diperlukan.

15
Peran perawat dalam penatalaksanaan perawatan komplikasi stoma
dengan Nekrosis
Manajemen konservatif nekrosis stomal melibatkan observasi langsung
dengan penilaian yang sering melalui kantong transparan untuk memantau
setiap perkembangan cedera. Ketika mukosa nekrotik jelas di atas tingkat
fasia, intervensi yang wajar termasuk mengubah ukuran alat ostomy dan
melembagakan diet rendah residu untuk memfasilitasi perjalanan efluen
melalui stoma yang juga mungkin menunjukkan stenosis. Jika nekrosis
terbatas pada daerah di atas fasia dan pasien tidak septik, ostomy yang
dapat menyembuhkan dari waktu ke waktu, tetapi pemisahan mukokutan,
stenosis, atau retraksi dapat terjadi. Sebaliknya, nekrosis yang meluas di
bawah level fasia membutuhkan pemberitahuan segera dokter bedah karena
revisi mendesak diindikasikan.

ASUHAN KEPERAWATAN
Asuhan Keperawatan merupakan suatu proses yang meliputi lima tahap yaitu
pengkajian, analisa data, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

PENGKAJIAN FOKUS
Pengkajian keperawatan yang berkelanjutan dilaksanakan untuk mendeteksi
infeksi. Kulit yang mengalami disrupsi , eritamatosus serta basah amat rentan terhadap
infeksi dan dapat menjadi tempat kolonisasi mikroorganisme pathogen yang akan
memperberat inflamasi antibiotik , yang diresepkan dokter jika terdapat infeksi , dipilih
berdasarkan hasil kultur dan sensitivitas.

I. BIODATA
a. Identitas secara Umum
b. Riwayat Kesehatan
– Riwayat penyakit dahulu ( RPM )
Meluasnya dermatosis keseluruh tubuh dapat terjadi pada klien planus ,
psoriasis , pitiasis rubra pilaris , pemfigus foliaseus , dermatitis. Seboroik dan
dermatosiss atopik , limfoblastoma.
– Riwayat Penyakit Sekarang
Mengigil panas , lemah , toksisitas berat dan pembentukan skuama kulit,

16
– Riwayat penyakit keluarga
c. Riwayat Lingkungan
d. Pola Aktivitas-Latihan
 Apakah pemasangan stoma mengganggu aktivitas klien
 Apakah klien membutuhkan bantuan dalam melaksanakan aktivitasnya
e. Pola Nutrisi
 Bagaimana nafsu makan klien
 BB normal atau tidak
 Bagaimana kebiasaan makan pasien
 Makanan yang menyebabkan diarhe
 Makanan yang menyebabkan konstipasi
f. Pola Eliminasi
 Apakah ada perubahan eliminasi tinja :
 Konsistensi, bau, warna feces
 Apakah ada konstipasi / diare
 Apakah feces tertampung dengan baik
 Apakah pasien dapat mengurus feces sendiri
g. Pola Tidur-Istirahat
 Apakah kebutuhan istirahat dan tidur terpenuhi
 Tidur nyenyak/tidak
 Apakah stoma mengganggu tidur/tidak
 Adakah faktor lingkungan mempersulit tidur
 Adakah faktor psikologis mempersulit tidur
h. Pola Kebersihan Diri
 Berapa kali mandi dalam sehari
 Penggunaan sabun untuk mandi
 Apakah ganti baju apa tidak
 Bagaimana klien cara klien menjaga kebersihan area disekitar stoma
i. Pola peran & Hubungan
 Apakah peran klien dalam keluarga
 Apakah ada system pendukung yang mampu mensupport klien
 Bagaimana klien memenuhi tugas/perannya
 Apakah ada kesulitan menentukan dalam menjalankan peran atau dalam
keluarga

17
 Apakah ada masalah peran yang dihadapi klien ketika klien menjalani
perawatan stoma
j. Pola mekanisme/penanggulangan stress dan koping
Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, faktor
stress, perasaan tidak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan, karena
ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif berupa marah,
kecemasan, mudah tersinggung dan lain – lain, dapat menyebabkan klien tidak
mampu menggunakan mekanisme koping yang konstruktif / adaptif.
Gejala : faktor stress, perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan,
Tanda : menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan
kepribadian.
Fase Adaptasi Psikologis klien post operasi stoma
 Shock/panic
Biasanya terjadi segera setelah operasi. Pasien tidak dapat memproses
informasi dan mungkin menangis, cemas dan pelupa. Fase ini bisa
berlangsung dari hari ke minggu.
 Denial (penolakan) atau defense (pertahanan)
Fase ini bisa berlangsung selama beberapa minggu atau bulan dan
penundaan proses adaptasi. Selama fase ini, individu menyangkal atau
menghindar. Sehingga klien mungkin berfikir tentang angan angan :
seandainya saya tidak…
 Pengakuan
Pada fase ini klien mulai menghadapi kenyataan dari situasi. Dan sudah
berfikir mengenai realita/keadaan yang telah terjadi.
 Adaptation/Resolution Adaptasi / Resolusi
Selama fase ini, kesedihan akut mulai mereda. Pasien mulai cara yang
konstruktif dan mulai untuk membangun struktur baru. Mereka
mengembangkan rasa baru senilai. Fase ini dapat berlangsung satu hingga
dua tahun.
k. Pola Komunikasi
 Apakah ada kesulitan bagi klien dalam mengungkapkan apa yang dirasakan
 Apakah ada pantangan atau larangan yang mempersulit
penyembuhan/perawatan stoma
l. Konsep diri

18
 Gambaran diri
Perubahan permanen dan signifikan dalam penampilan tubuh dan
kemampuan fungsional dapat mengubah cara orang menginternalisasi citra
tubuh dan konsep diri.
 Identitas diri
Pemasangan stoma yang dilakukan apakah mempengaruhi identitas klien
sebagai seorang wanita atau pria.
 Ideal diri
Rasa takut kehilangan adalah normal akan tetapi apakah klien
menganggap hal tersebut merupakan hal yang sangat berarti dan tak bisa
dirubah?apa yang klien inginkan dan bagaimana klien dapat
memenuhinya/merubahnya
 Harga diri
Apakah pikiran tersebut membuat klien malu, menangis, perasaan
ditolak(tidak diterima), atau bahkan depresi
 Peran
Apakah klien merasa peran sosialnya akan berubah dan bahwa orang
lain tidak dapat menerima mereka seperti di masa lalu
Dalam proses rehabilitasi ada saat bahwa pasien harus memiliki
kesempatan untuk mengekspresikan atau menyangkal perasaan mereka,
tentang operasi mereka, perubahan dalam tubuh mereka atau citra diri mereka.
m. Pola Nilai & Kepercayaan
 Apakah pemasangan stoma mengganggu proses ibadah klien
 Kegiatan keagamaan seperti apa yang tidak dapat dilakukan ketika klien
terpasang stoma

n. Pemeriksaan fisik
a. KU : lemah
b. TTV : suhu naik atau turun.
c. Kepala
Bila kulit kepala sudah terkena dapat terjadi alopesia.
d. Mulut
Dapat juga mengenai membrane mukosa terutama yang disebabkan oleh
obat.

19
e. Abdomen
Inspeksi : bentuk abdomen, integritas kulit (pigmentasi, lesi, striae, scar,
umbilikus)
Pengkajian Stoma setelah 48 jam Post Operasi
1. Tipe stoma.
Tidak bisa dibedakan hanya dengan inspeksi saja, semua tipe stoma,
baik warna maupun penampilannya sama.Kadang – kadang lokasi stoma
didingding abdomen dapat membantu menentukan tipe stoma, misalnya
ileustomy, lokasinya dikuadrant kiri bawah untuk kita harus selalu
membaca laporan operasi.
2. Stomal viability
Diukur lewat warna, turgor stoma.Stoma dibentuk dari mucosa usus
yang bersifat lembab, berwarna merah daging dan odem adalah hal yang
umum terjadi pada pasca operasi ostomi. stoma akan tampak tegang, agak
sedikit berkilau dan tampak bening.
3. Ketinggian Stoma
Ketinggian stoma terbagi tiga yaitu flush stoma dimana kedudukan
stoma lebih rendah dari permukaan kulit,stoma yang menonjol keluar
panjang jenis stoma ini akan beresiko trauma pada pemasangan kantong
dan stoma normal dengan ukuran 2,5 cm
4. Konstruksi Stoma
Tipe konstruksi stoma ada loop stoma, end stoma, doble barrel stoma
dan divided stoma tipe stoma penting diketahui untuk menilai permanent
atau tidaknya stoma dibuat.Hal – hal yang berkaitan dengan konstruksi
stoma seppperti pemasangan rod atau jembatan pada loop stoma,
pemasangan stent atau kateter ureter pada urinary stoma
5. Lokasi Stoma
Lokasi stoma pada abdomen akan sesuai dengan tipe stoma yang
dibuat,perlu dikaji pula kondisi luka operasi,garis ikat pinggang,lipatan –
lipatan dan kerutan – kerutan pada perut
6. Ukuran Stoma
Ukuran stoma dikaji dengan akurat dengan menggunakan satuan
ukuran inchi atau centimeter.Stoma diukur dari dasarnya dimana mukosa
bertemu dengan kulit.

20
7. Jahitan Pada Mucocutaneous.
Garis jahitan pada pertemuan mukosa dan kulit harus selalu dikaji
apakah terlihat reaksi alergi terhadap benang jahit,atau terlihat tanda-tanda
infeksi dan terjadi pemisahan mukosa dengan kulit.
8. Kulit Disekitar Stoma
Gangguan pada kulit disekitar stoma ditandai dengan adanya
erithema, maserasi, kemerahan, ulserasi dan melepuh.

Pengkajian stoma (terlampir)


Kaji secara perlahan permukaan perut di mulai ketika pasien masih
berbusana dengan posisi duduk dengan kaki di lantai
Kaji pada area sabuk penjepit, ukuran pinggang, dan lainnya misalnya
ostomy drain dan lain-lain

Palpasi : adanya massa, adanya distensi abdomen


Perkusi : untuk mengetahui adanya cairan/massa drongga abdomen
Auskiltasi : dengarkan suara bising usus dan catat jumlahnya dalam 1 menit.
f. Ekstremitas
Perubahan kuku dan kuku dapat lepas.
g. Kulit
 Untuk inspeksi yang akurat
 Tanyakan pada klien tentang adanya lesi,kemerahan, memar.
 Apakah klien memperhatikan adanya perubahan warna kulit
 Tanyakan apakah terjadi trauma kulit akhir- akhir ini.
 Tanyakan apakah klien punya riwayat alergi yang menyebabkan
kemerahan atau bintik-bintik Merah dan gatal.
 Tanyakan apakah klien menggunakan obat- obatan topical atau ramuan
sendiri.
 Tanyakan apakh klien pergi ke salon perawatan kulit, menggunakan
lampu pemanas, pil perawatan kulit.
 Tanyakan apakah klien punya riwayat keluarga dengan gangguanm kulit
yang serius

1. Inspeksi :

21
 Inspeksi warna dan pigmentasi kulit
 Hasil normal : pigentasi normal pada kulit warna putih berkisar antara
Merah muda sampai kemerahan, sedang pada kulit gelap adalah
Coklat samar sampai Coklat gelap.
 Perhatikan bila kulit pucat atau gelap lebih dari biasanya.
 Perhatikan dimana terjadi variasi warna
 Inspeksi warna bibir, kuku, telapak tangan dan konjungtiva.( hasil
normal warna teran)
 Inspeksi sclera untuk adanya jaundis.
 Perhatikan lebih pada daerah traksi, amputasi, dan balutan
Pengkajian lesi
 Letak anatomi : setempat.
 Susunan : garis, berkelompok, dermatomal.
 Jenis : lesi primer / sekunder.
 Warna : Merah. Putih, Coklat dll.
2. Palpasi
 Menggunakan ujung jari palpasi permukaan Kulit untuk Merasakan
kelembabanya.( lebab, kering, berminyak ).
 Palpasi suhu kulit dengan bagian dorsal/ punggung tangan,
bandingkan bagian tubuh yang simetris.( hangat atau
dingin ).Bandingkan antara atas dan bawah.
 Tekan ringan kulit untuk menentukan teksturnya ( halus atau kasar ),
kelembutan, ketegangan kedalaman lesi permukaan. ( hasil normal
pada anak – anak dan dewasa adalah halus, lembut dan lentur ).
 Kaji turgor dengan mencubit kulit pada punggung tangan dan lengan
bawah dan lepaskan.
 Kaji mobilitas kulit ( menurun pada edema ).
 Pengkajian pitting edema
 Cara : tekan kulit area edema selama 5 detik danb lepaskan ukur
kedalaman dengan millimeter.
Perubahan – perubahan warna pada kulit
NO WARNA PENYEBAB LOKASI
 Coklat Peningkatan melanin ; terpajan sinar UV , kehamilan, penyakit
Addison. Wajah, areola mamae, putting susu, lengan tangan bawah.

22
NO WARNA PENYEBAB LOKASI
 Sianosis Peningkatan deoksihemoglobin abnormal, hipoksi Perifer,/
penurunana aliran darah ke kulit, penurunan oksihemoglobin.
( lingkungan yang dingin, PJK, peny. Paru, edema syndrome nefrotik,
syok ). Punggung kuku, bibir, mulut, kulit untuk sisnosis sentral yang
kuat.
 . Pucat Penurunan warna / melanin, anemia, albinisme, virtilligo,
edema, Kulit. konjungtiva, bibir, punggung kuku.
 Merah Peningkatan visibilitas oksihemoglobin krn dilatasi p.darah
superfisial, atau peningkatan aliran darah ke kulit, Demam, ruam kulit,
masukan alkohol, trauma langsung, inflamasi setempat.
 Jaundise/ Kuning, ikterik, Peningkatan penyimpanan bilirubin dalam
jaringan.( penyakit hepar, ginjal, pancreas, hemolisis sel – sel darah
Merah, peningkata
 masukan karoten. Sclera, membran mukosa , kulit
 Kehitaman/ kebiruan. Ekstravasasi darah ke jaringan subcutan
( ekimosis), Ekstremitas, kepala, area yang mudah terluka atau
trauma.
Dari beberapa komplikasi pemasangan stoma dapat dirumuskan beberapa
kemungkinan diagnose keperawatan antara lain:

Diagnosa untuk komplikasi stoma


1. Komplikasi kulit disekitar stoma
a. Kerusakan integritas kulit b.d tindakan perioperatif
b. Nyeri akut b.d adanya destruksi jaringan
c. Resiko infeksi yang beresiko karena kerusakan jaringan, prosedur invasive,
peningkatan pemajanan lingkungan terhadap pathogen.
2. Dermatitis
a. Gangguan citra tubuh b.d pembedahan
b. Kerusakan integritas kulit b.d tindakan perioperatif
3. Folikulititis
a. Kerusakan integritas kulit b.d tindakan perioperatif
b. Nyeri akut b.d adanya destruksi jaringan

23
c. Resiko infeksi yang beresiko karena kerusakan jaringan, prosedur invasive,
peningkatan pemajanan lingkungan terhadap pathogen.
4. Pseudoverrocous lesion
a. Kerusakan integritas kulit b.d tindakan perioperatif
b. Nyeri akut b.d adanya destruksi jaringan
c. Resiko infeksi yang beresiko karena kerusakan jaringan, prosedur invasive,
peningkatan pemajanan lingkungan terhadap pathogen.
5. Infeksi jamur monilia
a. Resiko infeksi yang beresiko karena kerusakan jaringan, prosedur invasive,
peningkatan pemajanan lingkungan terhadap pathogen.
b. Kerusakan integritas kulit b.d tindakan perioperatif
6. Stomal retraksi
a. Nyeri akut b.d adanya destruksi jaringan
b. Kerusakan integritas kulit b.d tindakan perioperatif
7. Stomal prolaps
a. Nyeri akut b.d adanya destruksi jaringan
b. Intoleransi aktivitas b.d tirah baring
c. Cemas b.d perubahan dalam status kesehatan

8. Parastomal hernia
a. Nyeri kronis b.d adanya destruksi jaringan
b. Kurang pengetahuan b.d kurang pajanan terhadap informasi penyakit
c. Konstipasi
Perencanaan Keperawatan

NO. Diagnosa kep. Tujuan-Kriteria Intervensi Rasional


1. Resiko tinggi Mempertahankan *Observasi area kulit Memantau proses
terhadap integritas kulit peristomal setiap penyembuhan
kerusakan dgn. Kriteria : penggantian kantong, mengidentifikasi
integritas kulit *Kulit sekitar besihkan dengan air dan masalah dan
b/d aliran stoma tidak keringkan. Catat iritasi, mencegah kerusakan
feses/flatusdari eritema kemarahan, ( warna gelap kulit.
stoma . atau kebiru-biruan )
Sesuai dengan
         Ukur stoma secara penyembuhan edema
periodik ,selama 6 minggu pasca 0perasi, ukuran
pertama dan sebulan kantong harus tepat,
selama 6 bulan. shg.feses terkumpul
dan kontak dgn. Kulit

24
dpt.dicegah.
* Berikan pelindung kulit Melindungi kulit dari
yang efektif perekat kantong.
*Sokong kulit sekitar bila Mencegah iritasi
mengangkat kantong jaringan/kerusakan
,lakukan dgn. perlahan,
kemudian cuci dgn. Baik.
*Observasi keluhan nyeri,
rasa terbakar, Antisipasi terhadap
gatal,melepuh disekitar infeksi kandida yang
stoma. memerlukan
intervensi.
2 Gangguan citra Dapat menerima       Kontak dengan klien        Membina saling
tubuh b/d perubahan ke secara sering, perlakukan percaya.
psikososial dalam konsep diri klien dengan hangat dan
gangguan tanpa disertai sikap yang positif
struktur tubuh harga diri yang        Dorong [pasien/orang
( stoma ) negatif.. terdekat untuk       Membantu pasien
Kriteria; menyatakan perasaan untuk mengenali
Menunjukan tentang stoma. perasaan sebelum
penerimaan dapat menerima
dengan melihat,        Berikan kesempatan dengan efektif..
menyentuh kepada pasien/orang        Membantui pasien
stoma. terdekat untuk melihat dan dalam proses
Berpartisipasi menyentuh stoma penerimaan.
dalam perawatan
diri.        Berikan kesempatan
Menyatakan kepada pasien untuk * MDgn. Mencoba
perasaan tentang menerima illeostomi merawat didi sendiri,
stoma . melalui partisipasi pada dapat membantu
perawatan diri. meningktkan
       Rencanakan/jadwalkan kepercayaan diri
aktivitas perawatan * Meyakinkan klien
dengan pasien bahwa dia dapat
menangani hal
tsb.dan meningkatkan
harga diri.
3 Nyeri akut b/.d Menyatakan nyeri        Kaji nyeri, karakteristik, Membantu
kerusakan kulit hilang atau catat lokasi, dannnnnnnn mengevaluasi derajat
(insisi/drain),akti terkontrol intensitas. ketidaknyamanan dan
vitas proses Kriteria :        Berikan tindakan kefektifan analgesik
penyakit,        Menyatakan kenyamanan mis.pwt. Mencegah
( kanker,trauma) nyeri hilang, mulu, pijatan punggung, pengeringan mukosa
,takut atau        *Mampu atau ubah posisi. oral dan
ansietas. tidur/istirahat ketidaknyamanan,
dengan tepat menurunkan
       Pasien dapat ketegangan otot dan
rileks. Dorong pasien untuk meningkatkan
menyatakan masalah, relakasasi.
dengarkan dengan Menurunkan
aktifdan berikan ansietas.sehingga

25
dudkungan dengan dapat meningkatkan
penerimaan Relaksasi.
Kolaborasi :berikan obat
analgesia s/d program Menurunkan nyeri,
therapi.. meningkatkan
kenyamanan.
4 Kerusakan Penyembuhan Observasi lkua dan catat Perdarahan post
jaringan luka tepat waktu karakteristik drainase. operasi sering terjadi
integritas kulit dan bebas tanda- pada 48 jam pertama
b/d reseksi tanda infeksi. an infeksi dapat
perineal, Kriteria : terjadi kapan saja.
tertahannya Luka sembuh
Ganti balutan sesyuai Menurunkan iritasi
sekresi/drainase tanpa komplikasi:
dengan kebutuhan dan kulit dan mencegah
, gg. Sirkulasi, gunakan tehnik aseptik terjadinya infeksi
edema dan dan aniseptika.
nutrisi. Rubah posisi Menurunkan resiko.
tidur,anjurkan untuk tidur Pengumpulan dan
miring, atau setengan meningkatkan
duduk drainage.
Kolaborasi: Irigasi luka Diperlukan untuk
sesuai dengan indikasi mengobati inflamasi .
gunakan cairan garam faal
atau cairan lain.
5 Resiko Mempertahankan Awasi masukan dan Kehilangan cairan
kekurangan hidrasi adekuat. haluaran dengan cermat, yang paling besar
cairan dan Kriteria: ukur feses cair, dan terjadi pada
elektrolit b/d Membran mukosa timbang berat badan illeostomi, tetapi
keluaran lembab. setiap hari secara umum tidak
ileostomi Turgor kulit baik. lebih dari 500-800
dengan volume Pengisian kapiler ml/hari.
tinggi baik. Observasi tanda vital, Perubahan gejala tsb.
Tanda vital stabil. catat hipotensi postural, Menunjukan status
Intake dan out put takhikardia dan evaluasi hidrasi, shg. Dpt
seimbang. turgor kulit, pengisian memperkirakan
kapiler dan membran kebutuhan cairan.
mukosa
Kolaborasi :
Catat dan observasi hasil Deteksi homeostasis,
lab. ( Ht. Dan elektrolit ). membantu
menentukan
kebutuhan cairan.
Berikan cairan IV dan Dapat
elektrolit sesuai dengan mempertahankan
indikasi. ferfusi jaringan
adekuat.
6 Resiko tinggi Memrpertahanka Lakukan pengkajian nutrisi Mengidentifikasi
terhadap n berat badan dengan seksama kebutuhan
perubahan Kriteria : Auskultasi bising usus. Kembalinya fungsi
nutrisi kurang Menunjukan usus menunjukan
dari kebutuhan peningkatan berat kesiapan untuk
b/d adanya badan bertahap mencerna kembali.

26
gangguan Hb. Normal Mulai dengan nutrisi Menurunkan insiden
absorpsi. ( L.13-17,P:11- cairan perlahan kram abdomen dan
15) mual.
Identifikasi bau yang Sensitivitas thd.
ditimbulkan oleh makanan Makanan tertentu
dan sementara batasi diet tidak umum setelah
secara bertahap, bedah usus.
Konsul dengan shli Membantu mengkaji
kebutuhan nutrisi
klien.
Tingkatkan diet dari cairan Diet rendah sisa
sampai makanan rendah dpt.dipertahankan
sisa ,bila masukan oral sampai 6-8 minggu
dimulai.. pertama, untuk
memberikan waktu
yang adekuat untuk
penyembuhan usus.
Berikan makanan Untuk mengantisipasi
enteral/parenteral jika kebutuhan tubuh
diindikasikan. dalam metBO

DAFTAR PUSTAKA

Cronin E (2008c) Sebuah panduan untuk penggunaan yang tepat dari produk
perawatan stoma cembung Keperawatan gastrointestinal; 6:. 2, 12-16.
Smeltzer, Suzanne C. & Brenda G. Bare. 2002. Keperawatan Medical Bedah. Volume
2. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Potter & Perry. 2006. Fundamental Keperawatan. Volume 2. Jakarta : Buku Kedokteran
EGC
Evanjh. 21 Mei 2011. Asuhan Keperawatan Pasien dengan Stoma :
http://www.google.com/asuhan-keperawatan-pasien.dengan-stoma, diakses
tanggal 7 November 2011, jam 15:54 WIB
Butler DL (2009) komplikasi pasca operasi dini setelah operasi ostomy Jurnal
Keperawatan luka, ostomy dan kontinensia; 36:. 5, 513-519.
Dukes S (2010) Pertimbangan saat merawat orang dengan stoma prolaps British
Journal of Nursing; 19:. 17, S21-S26.
Thompson MJ, Trainor B (2007) Pencegahan hernia parastomal: perbandingan hasil 3
tahun tentang Keperawatan gastrointestinal; 5:. 3, 22-28.
Patricia, B. Practical stoma wound and continence management. second
edition, USA: 2004
Giovanna Bosio, at. all. A Proposal for Classifying Peristomal Skin Disorders:

27
Results of a Multicenter Observational Study. 53 (9). Sep 01.2007. (cited Nov
03.2008). Available from: http//www.Ostomy medical supplies.com Perry and
Potter Fundamental of nursing:concept, process and practice fourth edisien
mosby-Year Book inc.

28

Anda mungkin juga menyukai