Anda di halaman 1dari 11

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 23 TAHUN 2021


TENTANG
PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 10
TAHUN 2021 TENTANG PELAKSANAAN VAKSINASI DALAM RANGKA
PENANGGULANGAN PANDEMI CORONA VIRUS DISEASE 2019 (COVID-19)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa untuk percepatan pelaksanaan Vaksinasi Corona


Virus Disease 2019 (COVID-19) serta untuk
meningkatkan cakupan sesuai dengan arah kebijakan
dalam pelaksanaan Vaksinasi COVID-19, perlu
mengubah beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 10 Tahun 2021 tentang Pelaksanaan
Vaksinasi dalam rangka Penanggulangan Pandemi
Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 19 Tahun 2021 tentang
Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 10 Tahun 2021 tentang Pelaksanaan Vaksinasi
dalam rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus
Disease 2019 (COVID-19);
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan
Menteri Kesehatan tentang Perubahan Ketiga atas
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 10 Tahun 2021
tentang Pelaksanaan Vaksinasi dalam rangka

jdih.kemkes.go.id
-2-

Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease 2019


(COVID-19);

Mengingat : 1. Pasal 17 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah
Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3237);
3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang
Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4916);
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5063);
5. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang
Kekarantinaan Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2018 Nomor 128, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6236);
6. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor
1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan
Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi
Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dan/atau dalam
rangka Menghadapi Ancaman yang Membahayakan
Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem
Keuangan menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 134, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6516);
7. Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2020 tentang
Pengadaan Vaksin dan Pelaksanaan Vaksinasi dalam
rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease
2019 (COVID-19) (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2020 Nomor 227) sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor

jdih.kemkes.go.id
-3-

50 Tahun 2021 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan


Presiden Nomor 99 Tahun 2020 tentang Pengadaan
Vaksin dan Pelaksanaan Vaksinasi dalam rangka
Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease 2019
(COVID-19) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2021 Nomor 129);
8. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2021 tentang
Kementerian Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2021 Nomor 83);
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 Tahun 2020
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2020 Nomor 1146);
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 10 Tahun 2021
tentang Pelaksanaan Vaksinasi dalam rangka
Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease 2019
(COVID-19) (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2021 Nomor 172) sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 19 Tahun 2021 tentang Perubahan Kedua atas
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 10 Tahun 2021
tentang Pelaksanaan Vaksinasi dalam rangka
Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease 2019
(COVID-19) (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2021 Nomor 775);
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 16 Tahun 2021
tentang Pelaksanaan Pengadaan Vaksin dalam rangka
Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease 2019
(COVID-19) (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2021 Nomor 492);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PERUBAHAN
KETIGA ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR
10 TAHUN 2021 TENTANG PELAKSANAAN VAKSINASI
DALAM RANGKA PENANGGULANGAN PANDEMI CORONA
VIRUS DISEASE 2019 (COVID-19).

jdih.kemkes.go.id
-4-

Pasal I
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 10 Tahun 2021 tentang Pelaksanaan Vaksinasi
dalam rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease
2019 (COVID-19) (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2021 Nomor 172) sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 19
Tahun 2021 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 10 Tahun 2021 tentang
Pelaksanaan Vaksinasi dalam rangka Penanggulangan
Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 775), diubah
sebagai berikut:

1. Ketentuan angka 5 Pasal 1 diubah, sehingga Pasal 1


berbunyi sebagai berikut:

Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Vaksin adalah produk biologi yang berisi antigen
berupa mikroorganisme yang sudah mati atau
masih hidup yang dilemahkan, masih utuh atau
bagiannya, atau berupa toksin mikroorganisme yang
telah diolah menjadi toksoid atau protein
rekombinan, yang ditambahkan dengan zat lainnya,
yang bila diberikan kepada seseorang akan
menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif
terhadap penyakit tertentu.
2. Corona Virus Disease 2019 yang selanjutnya disebut
COVID-19 adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrom
Coronavirus 2 (SARSCoV-2).
3. Vaksinasi adalah pemberian Vaksin yang khusus
diberikan dalam rangka menimbulkan atau
meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif
terhadap suatu penyakit, sehingga apabila suatu
saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan

jdih.kemkes.go.id
-5-

sakit atau hanya mengalami sakit ringan dan tidak


menjadi sumber penularan.
4. Vaksinasi Program adalah pelaksanaan Vaksinasi
kepada masyarakat yang pendanaannya ditanggung
atau dibebankan pada pemerintah.
5. Vaksinasi Gotong Royong adalah pelaksanaan
Vaksinasi kepada karyawan/karyawati, keluarga
dan individu lain terkait dalam keluarga yang
pendanaannya ditanggung atau dibebankan pada
badan hukum/badan usaha.
6. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat
dan/atau tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik
promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif
yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah, dan/atau masyarakat.
7. Kejadian Ikutan Pasca Vaksinasi COVID-19 adalah
kejadian medik yang diduga berhubungan dengan
Vaksinasi COVID-19.
8. Sistem Informasi Satu Data Vaksinasi COVID-19
adalah sistem informasi yang dibentuk untuk
mendukung proses Vaksinasi mulai dari proses
persiapan, pelaksanaan, proses pelaporan,
monitoring dan evaluasi dengan memanfaatkan
teknologi informasi yang terintegrasi.
9. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik
Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan
negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil
Presiden dan menteri sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
10. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai
unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang
memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan daerah otonom.
11. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang kesehatan.

jdih.kemkes.go.id
-6-

12. Direktur Jenderal adalah direktur jenderal pada


Kementerian Kesehatan yang mempunyai tugas dan
tanggung jawab di bidang pencegahan dan
pengendalian penyakit.

2. Ketentuan Pasal 3 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:

Pasal 3
(1) Pelaksanaan Vaksinasi COVID-19 dilakukan oleh
Pemerintah Pusat.
(2) Pemerintah Pusat dalam melaksanakan Vaksinasi
COVID-19 melibatkan Pemerintah Daerah provinsi
dan Pemerintah Daerah kabupaten/kota serta
badan hukum/badan usaha.
(3) Pelaksanaan Vaksinasi COVID-19 sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan
melalui:
a. Vaksinasi Program; atau
b. Vaksinasi Gotong Royong.
(4) Penerima Vaksin dalam pelayanan Vaksinasi
Program sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf
a tidak dipungut bayaran/gratis.
(5) Karyawan/karyawati, keluarga dan individu lain
terkait dalam keluarga, sebagai penerima Vaksin
COVID-19 dalam pelayanan Vaksinasi Gotong
Royong sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf
b tidak dipungut bayaran/gratis.

3. Ketentuan Pasal 6A diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:

Pasal 6A
(1) Berdasarkan perencanaan kebutuhan vaksinasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, PT Bio
Farma (Persero) menyampaikan permohonan

jdih.kemkes.go.id
-7-

pengadaan Vaksin COVID-19 untuk pelaksanaan


Vaksinasi Gotong Royong kepada Menteri.
(2) Permohonan pengadaan Vaksin COVID-19
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan
untuk kebutuhan:
a. pelaksanaan Vaksinasi oleh badan
hukum/badan usaha untuk
karyawan/karyawati, keluarga, dan individu
lain terkait dalam keluarga; dan
b. pelaksanaan Vaksinasi oleh badan
hukum/badan usaha untuk masyarakat di
sekitar lokasi kegiatan badan hukum/badan
usaha sebagai bagian dari tanggung jawab
sosial perusahaan.

4. Ketentuan Pasal 10A diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:

Pasal 10A
(1) Warga negara asing selain perwakilan negara asing
dan organisasi nirlaba internasional sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10 dapat mengikuti
Vaksinasi Gotong Royong.
(2) Warga negara asing sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) merupakan warga negara asing yang bekerja
di badan hukum/badan usaha yang mengadakan
Vaksinasi Gotong Royong.
(3) Selain warga negara asing sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), warga negara asing lain dapat
mengikuti Vaksinasi Gotong Royong dengan
mendaftar melalui:
a. perwakilan negara asing atau organisasi nirlaba
internasional di Indonesia; atau
b. badan hukum/badan usaha di Indonesia selain
badan hukum/badan usaha yang
melaksanakan Vaksinasi Gotong Royong
sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

jdih.kemkes.go.id
-8-

(4) Warga negara asing yang melakukan Vaksinasi


Gotong Royong dengan mendaftar melalui
perwakilan negara asing atau organisasi nirlaba
internasional di Indonesia sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) huruf a wajib memiliki izin tinggal atau
nomor paspor sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(5) Warga negara asing sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dan warga negara asing yang melakukan
pendaftaran Vakinasi Gotong Royong melalui badan
hukum/badan usaha di Indonesia sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf b wajib memiliki
Kartu Izin Tinggal Sementara (KITAS), Kartu Izin
Tinggal Tetap (KITAP), atau izin tinggal, dan nomor
paspor sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(6) Ketentuan mengenai teknis pelaksanaan Vaksinasi
Gotong Royong melalui pendaftaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) ditentukan oleh masing-
masing perwakilan negara asing, organisasi nirlaba
internasional atau badan hukum/badan usaha dan
berkoordinasi dengan PT Bio Farma (Persero)
dengan tetap mengacu pada ketentuan peraturan
perundang-undangan.

5. Ketentuan Pasal 10B diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:

Pasal 10B
Vaksin COVID-19 yang digunakan dalam pelaksanaan
Vaksinasi Gotong Royong tidak dapat menggunakan
Vaksin COVID-19 yang diperoleh dari hibah, sumbangan,
atau pemberian dari masyarakat, atau hibah luar negeri
baik secara bilateral maupun multilateral.

jdih.kemkes.go.id
-9-

6. Ketentuan Pasal 19 diubah berbunyi sebagai berikut:

Pasal 19
(1) Pendistribusian Vaksin COVID-19 untuk Vaksinasi
Gotong Royong dilaksanakan oleh PT Bio Farma
(Persero) kepada Fasilitas Pelayanan Kesehatan
yang bekerja sama dengan badan hukum/badan
usaha untuk:
a. pelaksanaan Vaksinasi Gotong Royong
terhadap karyawan/karyawati, keluarga,
individu lain terkait dalam keluarga dan
masyarakat lain.
b. pelaksanaan Vaksinasi Gotong Royong melalui
pendaftaran perwakilan negara asing,
organisasi nirlaba internasional di Indonesia,
atau badan hukum/badan usaha di Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10A ayat
(3).
(2) Dalam kondisi tertentu disuatu wilayah tidak
terdapat Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang
bekerja sama dengan badan hukum/badan usaha
untuk pelaksanaan Vaksinasi Gotong Royong
distribusi Vaksin COVID-19 untuk warga negara
asing yang pendaftarannya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 10A ayat (3), distribusi Vaksin COVID-
19 dilakukan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan lain
setelah berkoordinasi dengan Kementerian
Kesehatan dan Kementerian Luar Negeri.
(3) PT Bio Farma (Persero) dalam pendistribusian
Vaksin COVID-19 untuk Vaksinasi Gotong Royong
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat bekerja
sama dengan pihak ketiga.
(4) Jumlah Vaksin COVID-19 yang didistribusikan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
harus sesuai dengan kebutuhan Vaksin COVID-19
untuk pelaksanaan vaksinasi yang dilakukan oleh
badan hukum/badan usaha.

jdih.kemkes.go.id
- 10 -

7. Ketentuan ayat (2) Pasal 43 diubah sehingga Pasal 43


berbunyi sebagai berikut:

Pasal 43
(1) Pendanaan pelaksanaan Vaksinasi Program
dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara dan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah.
(2) Pendanaan pelaksanaan Vaksinasi Gotong Royong
yang dilaksanakan oleh badan hukum/badan
usaha dibebankan pada badan hukum/badan
usaha yang bersangkutan.
(3) Pendanaan untuk pemantauan dan
penanggulangan Kejadian Ikutan Pasca Vaksinasi
COVID-19 dibebankan pada Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara.
(4) Pendanaan untuk pelayanan kesehatan bagi
penerima Vaksin COVID-19 yang mengalami
gangguan kesehatan akibat Kejadian Ikutan Pasca
Vaksinasi COVID-19 dibebankan pada anggaran
Kementerian Kesehatan atau program Jaminan
Kesehatan Nasional yang diselenggarakan oleh
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Pasal II
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.

jdih.kemkes.go.id
- 11 -

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 28 Juli 2021

MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BUDI G. SADIKIN

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 28 Juli 2021

DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BENNY RIYANTO

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2021 NOMOR 866

jdih.kemkes.go.id

Anda mungkin juga menyukai