Anda di halaman 1dari 13

HIGEIA 3 (2) (2019)

HIGEIA JOURNAL OF PUBLIC HEALTH


RESEARCH AND DEVELOPMENT
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia

Kejadian Penyakit Jantung Koroner pada Penderita Diabetes Mellitus

Nur Lissa Utami1, Mahalul Azam 1

1
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Univesitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Penyakit jantung koroner menduduki peringkat kedua (12,9%) penyabab kematian di Indonesia
Diterima 7 Januari 2019 tahun 2014. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan
Disetujui 21 April 2019 kejadian PJK pada penderita diabetes mellitus (DM) di RSUD Kardinah Kota Tegal.Jenis
Dipublikasikan 30 April penelitian ini observasional analitik dengan rancangan case control. Penelitian dilakukan bulan
2019 Oktober 2017. Data dianalisis dengan menggunakan uji chi square untuk uji bivariat dan regresi
________________ logistik untuk uji multivariat. Hasil penelitian ada hubungan antara umur (p value=0,05,
Keywords: OR=2,796), riwayat keluarga menderita PJK (p value=0,032, OR=2,463), lama menderita DM (p
Coronary Heart Disease, value=0,046, OR=2,31), riwayat aktivitas fisik rendah (p value=0,043, OR=3,077), konsumsi buah
diabetes mellitus, risk factor dan sayur (p value=0,047, OR=2,448), konsumsi makanan berlemak/berkolesterol/gorengan (p
____________________ value= 0,049, OR=2,277), riwayat obesitas (p value=0,000, OR=5,391), riwayat dislipidemia (p
DOI: value=0,004, OR=3,338), riwayat hipertensi (p value=0,026, OR=2,566), ketidakpatuhan diet DM
https://doi.org/10.15294 (p value=0,021, OR=2,531). Sedangkan tidak ada hubungan antara jenis kelamin, tingkat
/higeia/v3i2/23692 pendidikan, pekerjaan, riwayat merokok, lama merokok, konsumsi makanan asin, konsumsi kopi,
____________________ riwayat stress, dan kepemilikan asuransi kesehatan.

Abstract
___________________________________________________________________
Coronary heart disease was ranked as the second (12,9%) cause of death in Indonesia in 2014. The purpose of
this study was to determine the factors associated with the incidence of CHD in patients with diabetes mellitus
(DM) in Kardinah Hospital Tegal. This type of research was analytic observational with case control design.
This study was held in October 2017. Data were analyzed by chi square test for bivariate test and logistic
regression for multivariate test. The results of the study were the relationship between age (p
value=0.034,OR=2,873), family history of CHD (p value = 0.032, OR = 2.463), duration of DM (p
value=0.046,OR=2.31), history of phisically activity (p value=0.043,OR=3,077), consumption of fruits and
vegetables (p value=0.047,OR=2,448), consumption of fatty (p value=0,049,OR=2,277), history of obesity (p
value=0,000,OR=5,391), history of dyslipidemia(p value=0.004,OR=3,338), history of hypertension(p
value=0.026,OR=2,566) DM diet (p value=0.021,OR=2,531). While there is no relationship between sex,
education, occupation, smoking history, duration of smoking, consumption of salty foods, coffee consumption,
history of stress, and health insurance.

© 2019 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi:
p ISSN 1475-362846
Gedung F5 Lantai 2 FIK Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 e ISSN 1475-222656
E-mail: nurlissa19@gmail.com

311
Nur, L. U., Mahalul, A. / Kejadian Penyakit Jantung / HIGEIA 3 (2) (2019)

PENDAHULUAN aterosklerosis yang pada akhirnya menyebabkan


penyumbatan vaskuler. Bila mengenai arteri
Penyakit Jantung Koroner atau PJK perifer, maka dapat menyebabkan insufisiensi
terjadi akibat penyempitan atau penyumbatan di intravaskuler perifer, gangren extremitas, serta
dinding nadi koroner karena adanya endapan insufisiensi serebral dan stroke. Bila mengenai
lemak dan kolesterol sehingga mengakibatkan arteri koronaria dan aorta, maka dapat
suplai darah ke jantung menjadi terganggu. menyebabkan penyakit jantung koroner
Berdasarkan Riskesdas 2013 yang termasuk (Misinem, 2015). Penderita diabetes mellitus
dalam klasifikasi penyakit jantung koroner memiliki kadar glukosa yang tinggi sehingga
adalah Angina Pektoris dan Infark Miokard. dapat meningkatkan viskositas darah.
Angina Pektoris disebabkan karena kurangnya Meningkatnya viskositas darah ini dapat
pasokan darah karena penyempitan arteri menyebabkan kerja jantung lebih berkerja keras.
koroner yang mengakibatkan nyeri dada yang Selain itu tingginya glukosa akan diiringi pula
muncul pada saat istirahat ataupun pada saat meningkatnya kadar lemak yang menempel di
beraktifitas. Bila darah tidak mengalir sama dinding pembuluh darah. Adanya lemak ini
sekali karena arteri koroner tersumbat, penderita akan menyebabkan menyempitnya pembuluh
dapat mengalami serangan jantung yang disebut darah sehingga aliran darah dapat terganggu.
Infark Miokardrentang waktu yang lebih lama Adanya lemak yang menempel juga akan
daripada Angina dan tidak akan membaik menyebabkan pembuluh darah yang menjadi
dengan istirahat ataupun obat pereda nyeri dan keras dan penyumbatan pembuluh darah
bahkan sampai terjadi pingsan, syok, bahkan (Nugroho, 2017).
meninggal seketika (Misinem, 2015). Diabetes meningkatkan risiko penyakit
Penyakit jantung koroner menduduki jantung koroner sebesar 7,75 (95% CI :7,31-
peringkat pertama penyabab kematian di dunia 8,22) kali lebih besar dan setelah dikontrol
pada tahun 2015. Sebanyak 8,76 juta orang dengan faktor-faktor lain, berisiko 8,43 kali
meninggal akibat penyakit jantung koroner pada (95% CI=7,14-9,95) dibandingkan dengan orang
tahun 2015. Sedangkan untuk di Indonesia yang tidak menderita diabetes (Ghani, 2016).
berdasarkan data Sample Registration Survey Hasil penelitian North Catalonia Diabetes
tahun 2014 menunjukan penyakit jantung Study di Spanyol diketahui bahwa prevalensi
koroner merupakan penyebab kematian terbesar penyakit kardiovaskular pada pasien DM tipe 2
kedua di Indonesia dengan persentase sebesar adalah sebesar 22% yang meliputi 4,6% iskemik
12,9% setelah stroke (21,1%) dan kemudian perifer dan 18,9% PJK (Jurado, 2009).
diikuti diabtes (6,7%) (Kemenkes RI, 2016). Prevalensi penyakit jantung koroner pada
Diabetes merupakan salah satu faktor penderita diabetes mellitus sebesar 9,2%
risiko penting terjadinya penyakit jantung berdasarkan analisis hasil Riskesdas 2013
koroner. diabetes mellitusdi Jawa Tengah (Ghani, 2016). Penelitian di RSUP Dr. Kariadi
menjadi prioritas utama pengendalian PTM, menunjukan 56 dari 80 orang dengan penyakit
karena jika diabetes mellitus tidak dikelola jantung koroner menderita diabetes mellitus.
dengan baik maka akan menimbulkan PTM Penelitian lain di RSUD Kota Semarang
lanjutan seperti jantung, stroke, gagal ginjal, dsb menunjukan 28 dari 39 orang dengan penyakit
(Rosdiana, 2017).Semakin lama seseorang jantung koroner menderita diabetes mellitus.
menderita DM maka semakin mudah penderita Prevalensi DM maupun PJK di Kota
DM mengalami komplikasi (Lathifah, 2017). Tegal pada hasil Riskesdas Provinsi Jawa
Diabetes mellitusyang tidak dikelola dengan Tengah tahun 2013 diatas angka provinsi.
baik mengakibatkan komplikasi yang bersifat Prevalensi DM yang terdiagnosis dokter
kronik salah satunya yaitu komplikasi tertinggi terdapat di Kota Tegal dan Kota
makroangiopati. Makroangiopati diabetik Surakarta yaitu sebesar 2,8% (prevalensi DM
mempunyai gambaran histopatologi berupa angka provinsi=1,6%). Prevalensi PJK angka

312
Nur, L. U., Mahalul, A. / Kejadian Penyakit Jantung / HIGEIA 3 (2) (2019)

provinsi 0,5%, sementara prevalensi di Kota HDL, dan lama menderita diabetes. Penelitian
Tegal sebesar 0,7%. Kasus PJK di kota Tegal di Indonesia mengenai faktor risiko penyakit
berdasarkan data Dinas Kesehatan tahun 2015 jantung koroner pada penderita diabetes
sejak tahun 2007 hingga 2015 cenderung mellitus menyebutkan bahwa faktor risikonya
meningkat, meskipun pernah mengalami adalah jenis kelamin pria (OR=2,7), merokok
penurunan yang signifikan pada tahun 2010 (OR=2,7), obesitas (OR=4,0), hipertensi
menjadi 862 kasus dari 1602 tahun 2009 dan (OR=4,3), lama menderita diabetes mellitus ≥10
pada tahun 2013 turun dari 1628 kasus tahun tahun (OR=2,3), latihan fisik kurang (OR=3,2),
2012 menjadi 636 kasus. Kasus PJK di Kota ketidakpatuhan diet DM (OR=4,3), kadar
Tegal berturut-turut dari tahun 2013 hingga kolesterol total ≥200 mg/dl (OR=2,3), kadar
2015 yaitu 636 kasus, 915 kasus, dan 1122 LDL ≥100mg/dl (OR=2,5), kadar HDL ≤45
kasus. mg/dl (OR=9,8), dan kadar trigliserida ≥150
Berdasarkan hasil observasi di RSUD mg/dl (OR=6,7) (Yanti, 2010). Penelitian
Kardinah, kasus penyakit jantung koroner mengenai faktor risiko penyakit jantung koroner
menunjukan ketidakstabilan jumlah kasus. Pada pada penderita diabetes mellitus telah dilakukan
tahun 2013 terdapat 166 kasus penyakit jantung di beberapa tempat, namun sepengetahuan
koroner, kemudian mengalami penurunan pada peneliti belum pernah dilakukan di RSUD
tahun 2014 menjadi 116 kasus dan 114 kasus Kardinah Kota Tegal. Selain itu, perbedaan
pada tahun 2015 lalu terjadi peningkatan yang penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
signifikan pada tahun 2016 yaitu menjadi 175 adalah variabel bebas yang diduga berpengaruh
kasus. Karakteristik pasien penyakit jantung terhadap penyakit jantung koroner pada
koroner pada tahun 2016 berdasarkan jenis penderita diabetes mellitus dalam penelitian ini
kelamin lebih banyak pada laki-laki yaitu lebih banyak. Varibel yang berbeda degan
sebanyak 101 kasus (58%) dan pada perempuan penelitian terdahulu yaitu lama merokok,
73 kasus (42%). Karakteristik berdasarkan usia konsumsi makanan berlemak atau berkolesterol
paling tinggi yaitu pada usia 45-64 tahun atau gorengan dan konsumsi makanan asin.
sebanyak 103 kasus (59,2%), diikuti usia ≥65 Oleh sebab itu, tujuan dilakukannya penelitian
tahun sebanyak 39 kasus (22,4%), usia 35-44 ini yaitu untuk mengetahui faktor risiko
tahun sebanyak 18 kasus (10,3%),usia 25-34 kejadian PJK pada penderita DM di RSUD
sebanyak 9 kasus (5,2%), dan pada usia 15-24 Kardinah Kota Tegal.
tahun sebanyak 5 kasus (2,9%).
Kasus diabetes mellitus di RSUD METODE
Kardinah menunjukan peningkatan dari tahun
2013 hingga 2016 secara berturut-turut yaitu 511 Penelitian ini menggunakan metode
kasus, 534 kasus, 557 kasus, dan 647 kasus. penelitian analitik observasional dengan desain
Karakteristik pasien diabetes mellitus lebih penelitian case control. Sampel kasus dalam
banyak diderita oleh perempuan sebanyak 384 penelitian ini adalah seluruh pasien diabetes
(59,3%) sedangakan untuk laki-laki sebanyak mellitus tipe 2 dengan penyakit jantung koroner
263 (40,7%). Sedangkan jumlah kasus PJK pada yang pernah dirawat inap dan tercatat di rekam
penderita DM diketahui pada tahun 2016 dari medis RSUD Kardinah Kota Tegal pada bulan
bulan Juli-Desember sebanyak 40 kasus, dan di September 2017 sampai periode waktu tahun
tahun 2017 dari bulan Januari hingga September 2016 (responden tersebut diambil hingga jumlah
sebanyak 68 kasus. sampel minimal penelitian terpenuhi) dengan
Berdasarkan penelitian (Al-Khateeb, kriteria inklusi: 1). responden telah melakukan
2016) faktor risiko penyakit jantung koroner pemeriksaan EKG dengan hasil terdiagnosa
pada penderita diabetes mellitus adalah usia penyakit jantung koroner; 2) responden
(laki-laki ≥45 tahun, perempuan ≥55 tahun), terdiagnosa diabetes mellitus sebelum
riwayat keluarga, kadar kolesterol total, kadar terdiagnosa penyakit jantung koroner; 3)

313
Nur, L. U., Mahalul, A. / Kejadian Penyakit Jantung / HIGEIA 3 (2) (2019)

Responden usia dewasa >45 tahun; 4) dan dokumentasi berupa hasil rekam medis.
responden yang tinggal dan menetap di wilayah Peneliti juga melakukan pengurusan surat
Kota Tegal dan Kabupaten Tegal; dan kriteria keterangan kelaikan etik (ethical clearance) yang
eksklusi: 1) data rekam medis responden tidak dikeluarkan oleh Komisi Etik Penelitian
lengkap; 2) tidak bersedia menjadi responden Kesehatan Universitas Negeri Semarang.
penelitian; 3) responden telah meninggal. Teknik pengolahan data dimulai dengan
Sampel kontrol dama penelitian ini editing (memeriksa kembali kuesioner yang telah
adalah pasien diabetes mellitus tipe 2 tanpa diisi pada saat pengumpulan data untuk
komplikasi penyakit jantung koroner yang memastikan bahwa kuesionernya telah diisi
pernah dirawat inap dan tercatat di rekam medis semua dan dapat dibaca dengan baik).Coding
RSUD Kardinah Kota Tegal pada periode (mengubah data hasil kuesioner ke dalam
waktu tahun 2017 (responden tersebut diambil bentuk yang lebih ringkas dengan menggunakan
hingga jumlah sampel minimal penelitian kode-kode tertentu. Pemberian kode tersebut
terpenuhi) dengan kriteria inklusi: 1) responden dengan tujuan untuk menyederhanakan data
telah melakukan pemeriksaan EKG dengan yang diperoleh yang kemudian akan
hasil pemeriksaan tidak terdiagnosa penyakit dianalisis).Entry data (setelah data diedit dan
jantung koroner; 2) responden usia dewasa > 45 dilakukan pemberian kode maka dilanjutkan
tahun; 3) responden yang tinggal dan menetap dengan memasukan data ke program komputer
di wilayah Kota Tegal dan Kabupaten Tegal; untuk selanjutnya dilakukan analisa dengan
dan kriteria eksklusi: 1) tidak bersedia menjadi menggunakan program SPSS Statistic
responden penelitian; 2) responden telah 21.0).Tahap terakhir adalah tabulating
meninggal. (memasukkan data-data hasil penelitian ke
Besar sampel minimal yang didapat dalam tabel-tabel sesuai dengan kriteria).
berdasarkan rumus perhitungan sampel minimal Analisis data dalam penelitian ini yaitu
dari Lameshow adalah sebesar 52 orang, analisis univariat, bivariat, dan multivariat.
kemudian ditambah 10% untuk mengantipasi Analisis univariat digunakan untuk melakukan
masalah yang akan dihadapi saat penelitian, analisis distribusi dan persentase dari masing-
sehingga sampel yang dibutuhkan sejumlah 58. masing variabel. Variabel bebas yang diteliti
Perbandingan sampel kasus:kontrol adalah 1:1, dalam penelitian ini yaitu jenis kelamin, usia,
sehingga sampel kasus sebanyak 60 responden riwayat keluarga penyakit jantung koroner,
dan kontrol 60 responden.Teknik pengambilan lama menderita diabetes mellitus, tingkat
sampel yang digunakan adalah teknik purposive pendidikan, status pekerjaan, status merokok,
sampling. lama merokok, aktivitas fisik, status obesitas,
Sumber data primer dalam penelitian ini status obesitas sentral, konsumsi buah dan
adalah dengan menggunakan kuesioner. sayur, konsumsi makanan berlemak, konsumsi
Sedangkan sumber data sekunder dalam makanan asin, konsumsi kopi, status
penelitian ini adalah Riset Kesehatan Dasar dislipidemia, status hipertensi, stres,
Nasional (Riskesdas) 2013, profil kesehatan ketidakpatuhan diet DM, dan kepemilikan
provinsi Jawa Tengah 2013, data Dinas asuransi kesehatan. Analisis bivariat dilakukan
Kesehatan Kota Tegal, data RSUD Kota Tegal, untuk melihat hubungan variabel bebas dan
dandata rekam medis pasien penyakit jantung variabel terikat dengan uji statistik yang
koroner pada pendertita diabetes mellitusuntuk disesuaikan dengan skala data yang ada. Uji
mengetahui riwayat penyakit jantung koroner statistik pada penelitian ini menggunakan uji chi
pada penderita diabetes mellitus. Instrumen square, untuk melihat apakah ada hubungan
yang digunakan dalam penelitian adalah rekam yang bermakna antara variabel bebas dan
medis dari RSUD Kardinah Kota Tegal dan terikat. Syarat uji chi square adalah sel yang
kuesioner. Teknik pengumpulan data dilakukan mempunyai nilai expected kurang dari 5,
dengan metode wawancara dengan kuesioner maksimal 20% dari jumlah sel. Jika syarat uji

314
Nur, L. U., Mahalul, A. / Kejadian Penyakit Jantung / HIGEIA 3 (2) (2019)

chi square tidak terpenuhi, maka uji alternatifnya Tabel 1. Gambaran Karakteristik Subjek
adalah uji fisher. Analisis multivariat yang Penelitian
digunakan yaitu model regresi logistik. Variabel Frekuensi Persentase
(n) (%)
Umur
HASIL DAN PEMBAHASAN > 65 tahun 25 22,1%
46 - 65 tahun 88 77,9%
Jenis Kelamin
Jumlah sampel kasus dalam penelitian ini Laki-laki 51 45,1%
adalah 60 responden, namun hasil penelitian di Perempuan 62 54,9%
Pendidikan
lapangan 5 responden dieksklusi (2 responden Pendidikan dasar 59 52,2%
meninggal dunia, 1 responden telah pindah Pendidikan menengah 27 23,9%
Pendidikan tingi 27 23,9%
rumah, dan 2 responden menolak Pekerjaan
diwawancarai). Sehingga sampel kasus yang Bekerja 72 63,7%
Tidak bekerja 41 36,3%
memenuhi kriteria dan dapat dianalisis adalah Riwayat Keluarga
55 responden. Sedangkan jumlah sampel Ada riwayat 49 43,4%
Tidak 64 56,6%
kontrol dalam penelitian ini adalah 60 Lama menderita DM
responden, namun hasil penelitian di lapangan 2 > 5 tahun 60 53,1%
≤ 5 tahun 53 46,9%
responden dieksklusi (1 responden meninggal Riwayat merokok
dunia dan 1 responden menolak untuk Perokok 30 26,5%
Bukan Perokok 83 73, 5%
diwawanarai). Sehingga sampel kontrol yang Lama merokok
memenuhi kriteria dan dapat dianalisis adalah >30 tahun 24 21,2%
16-30 tahun 5 4,4%
58 responden. ≤15 tahun 1 0,9%
Tabel 1 merupakan karakteristik subjek Tidak pernah 83 73,5%
Riwayat aktivitas fisik
penelitian yang memenuhi kriteria dan dapat Rendah (<600 MET) 32 28,3%
dianalisis. Berdasarkan hasil penelitian, Sedang (600-3000 MET) 44 38,9%
Tinggi (>3000 MT) 37 32,8%
karakteristik pasien PJK pada penderita DM
Konsumsi buah dan sayur
berdasakan umur yaitu berusia ≥65 tahun Kurang (<5 porsi/hari) 75 66,4%
sebanyak 25 orang (22,1%), sedangkan Cukup (≥5 porsi/hari) 38 33,6%
Konsumsi makanan
responden yang berusia 46-65 tahun sebanyak berlemak/berkolesterol/
88 orang (77,9%). Karakteristik pasien PJK gorengan
Setiap hari (≥1 kali/hari) 54 47,8%
pada penderita DM berdasakan jenis kelamin Tidak setiap hari 59 52,2%
lebih banyak responden perempuan sebanyak 62 Konsumsi makanan asin
Setiap hari (≥1 kali/hari) 44 38,9%
orang (54,9%), sedangkan responden laki-laki Tidak setiap hari 69 61,1%
sebanyak 51 orang (45,1%). Konsumsi kopi
Tidak pernah 30 26,5%
Tabel 2 merupakan hasil analisis bivariat Setiap hari (≥1 kali/hari) 83 73,5%
dengan menggunakan uji chi-square dan uji fisher Tidak setiap hari
Obesitas 55 48,7%
(jika tidak memenuhi syarat untuk dilakukan uji Tidak obesitas 58 51,3%
chi-square) antara variabel independen dan Riwayat Dislipidemia
Ya 57 50,4%
variabel dependen. Berdasarkan tabel tersebut Tidak 56 49,6%
diperoleh hasil terdapat hubungan antara Riwayat Hipertensi
Ya 65 57,5%
umurdengan kejadian PJK pada penderita Tidak 48 42,5%
DM(p value=0,05, OR=2,796). Pasien DM yang Riwayat Stres
Ya 13 11,5%
berumur >65 tahun berisiko 2,796 kali terkena Tidak 100 88,5%
PJK dibanding pasien DM yang berusia 46-65 Ketidakpatuhan Diet DM
Tidak patuh 43 38,1%
tahun. Hasil penelitian ini sejalan dengan Patuh 70 61.9%
penelitian yang dilakukan oleh Yuliningtyas Kepemilikan Asuransi
Tidak 20 17,7%
bahwa usia berisiko (≥45 tahun) berhubungan
Ya, tidak digunakan 30 26,5%
secara signifikan dengan kejadian PJK pada Ya, digunakan 63 55,8%
penderita DM(Yuliningtyas, 2016).

315
Nur, L. U., Mahalul, A. / Kejadian Penyakit Jantung / HIGEIA 3 (2) (2019)

Tabel 2. Hubungan berbagai faktor risiko dengan kejadian penyakit jantung koroner pada penderita
diabtes mellitus
Variabel Kasus Kontrol Jumlah p- OR
n % n % N % value 95% CI
Umur
> 65 tahun 17 30,9% 8 13,8% 25 22,1% 2,796
38 69,1% 50 86,2% 88 77,9% 0,05 (1,092-
46 - 65 tahun
7,160)
Jenis Kelamin
Laki-laki 26 47,3% 25 43,1% 51 45,1% 1,183
29 52,7% 33 56,9% 62 54,9% 0,798 (0,564-
Perempuan
2,485)
Pendidikan
25 45,5% 34 58,6% 59 52,2% 0,558 0,683
Pendidikan dasar (0,274-
1,704)
16 29,1% 11 19% 27 23,9% 0,784 1,351
Pendidikan menengah (0,460-
3,964)
Pendidikan tingi 14 25,4% 13 22,4% 27 23,9% Reff -
Pekerjaan
Bekerja 37 67,3% 35 60,4% 72 63,7% 1,351
18 32,7% 23 39,6% 41 36,3% 0,569 (0,625-
Tidak bekerja
2,920)
Riwayat Keluarga
Ada riwayat 30 54,5% 19 32,8% 49 43,4% 2,463
25 45,5% 39 67,2% 64 56,6% 0.032 (1,148-
Tidak
5,283)
Lama menderita DM
> 5 tahun 35 63,6% 25 43,1% 60 53,1% 2,310
20 36,4% 33 56,9% 53 46,9% 0,046 (1,084-
≤ 5 tahun
4,921)
Riwayat merokok
Perokok 18 32,7% 12 20,7% 30 26,5% 1,865
37 67,3% 46 79,3% 83 73,5% 0,217 (0,798-
Bukan Perokok
3,186)
Lama merokok
15 27,3% 9 15,5% 24 21,2% 0,188 2,072
>30 tahun (0,815-
5,267)
3 5,4% 2 3,5% 5 4,4% 0,656 1,865
16-30 tahun (0,296-
11,752)
0 0% 1 1,7% 1 1% 1 1,804
≤15 tahun (1,488-
2,188)
Tidak pernah 37 67,3% 46 79,3% 83 73,4% Reff -
Riwayat aktivitas fisik
20 36,4% 12 20,7% 32 28,3% 0,043 3,077
Rendah (<600 MET) (1,150-
8,229)
22 40% 22 37,9% 4 38,9% 0,263 1,846
Sedang (600-3000 MET) (0,753-
4,528)
Tinggi (>3000 MT) 13 23,6% 24 41,4% 37 32,8% Reff -
Konsumsi buah dan sayur

316
Nur, L. U., Mahalul, A. / Kejadian Penyakit Jantung / HIGEIA 3 (2) (2019)

Kurang (<5 porsi/hari) 42 76,4% 33 56,9% 75 66,4% 2,448


13 23,6% 25 43,1% 38 33,6% 0,047 (1,088-
Cukup (≥5 porsi/hari)
5,505)
Konsumsi makanan berlemak /
berkolesterol / gorengan
Setiap hari (≥1 kali/hari) 32 58,2% 22 37,9% 54 47,8% 2,277
23 41,8% 36 62,1% 59 52,2% 0,049 (1,071-
Tidak setiap hari
4,839)
Konsumsi makanan asin
Setiap hari (≥1 kali/hari) 23 41,8% 21 36,2% 44 38,9% 1,266
32 58,2% 37 63,8% 69 61,1% 0,676 (0,594-
Tidak setiap hari
2,701)
Konsumsi kopi
Setiap hari (≥1 kali/hari) 13 23,6% 17 29,3% 30 26,5% 0,746
42 76,4% 41 70,7% 83 73,5% 0,639 (0,322-
Tidak setiap hari
1,730)
Riwayat Obesitas
Obesitas 38 69,1% 17 29,3% 55 48,7% 5,391
17 30,9% 41 70,7% 58 51,3% <0,001 (2,412-
Tidak obesitas
12,048)
Riwayat Dislipidemia
Ya 36 65,5% 21 36,2% 57 50,4% 3,338
19 34,5% 37 63,8% 56 49,6% 0,004 (1,543-
Tidak
7,223)
Riwayat Hipertensi
38 69,1% 27 46,5% 65 57,5% 2,566
Ya
0,026 (1,188-
Tidak 17 30,9% 31 53,5% 48 42,5% 5,544)
Riwayat Stres
Ya 4 7,3% 9 15,5% 13 11,5% 0,427
51 92,7% 49 84,5% 100 88,5% 0,281 (0,123-
Tidak
1,478)
Ketidakpatuhan Diet DM
Tidak patuh 27 49,1% 16 27,6% 43 38,1% 2,531
28 50,9% 42 72,4% 70 61,9% 0,021 (1,158-
Patuh
5,531)
Kepemilikan Asuransi
7 12,7% 13 22,4% 20 17,7% 0,222 0,459
Tidak (0,162-
1,304)
14 25,5% 16 27,6% 30 26,5% 0,662 0,747
Ya, tidak digunakan (0,312-
1,785)
Ya, digunakan 34 61,8% 29 50% 63 55,8% Reff -

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan berhubungan dengan PJK pada penderita DM


tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan (Misinem, 2015).
kejadian PJK pada penderita DM dengan p Berdasarkan hasil penelitian menunjukan
value=0,798. Hasil penelitian ini berbeda tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Yanti dengan kejadian PJK pada penderita DM
yang menyatakan bahwa jenis kelamin dengan p value=0,558 dan 0,784. Hasil tersebut
merupakan faktor risiko kejadian PJK pada sesuai dengan penelitian oleh Xu bahwa
penderita DM (Yanti, 2010). Akan tetapi hasil pendidikan minimal SMA tidak berhubungan
penelitian tersebut sejalan dengan penelitian dengan kejadian PJK (Xu, 2012). Hasil
Misinem bahwa jenis kelamin tidak penelitian tersebut berbeda dengan penelitian

317
Nur, L. U., Mahalul, A. / Kejadian Penyakit Jantung / HIGEIA 3 (2) (2019)

oleh Ghani bahwa tingkat pendidikan memiliki penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
hubungan dengan terjadinya PJK. Orang yang dilakukan di RSUP Dr. Kariadi bahwa lama
tidak bersekolah/ hanya tamat SD berisiko 3,48 menderita DM memiliki hubungan dengan
kali terkena PJK dibanding orang dengan kejadian PJK pada penderita DM. Orang yang
pendidikan tinggi (tamat perguruan tinggi/ telah menderita DM selama ≥10 tahun berisiko
sederajat) (Ghani, 2016). 2,31 kali terkena PJK dibanding orang yang
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan telah menderita DM selama <10 tahun(Yanti,
tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan 2010). Hasil tersebut diperkuat dengan
kejadian PJK pada penderita DM dengan p penelitian yang juga menyatakan bahwa lama
value=0,569. Hasil tersebut sesuai dengan menderita DM berhubungan dengan kejadian
penelitian Farahdika dan Azam yang penyakit jantung pada penderita DM, dengan p
menyatakan bahwa pekerjaan tidak value=0,03 dan hasil analisis multivariat dengan
berhubungan dengan kejadian PJK. Pekerjaan p value=0,01 dan nilai OR=2,1(Al-Khateeb,
dalam hal ini dikategorikan menjadi pekerjaan 2016). Risiko komplikasi pada diabetes mellitus
berisiko dan pekerjaan yang tidak berisiko, sangat berhubungan dengan lama penderita
dengan p value=0,107 (Farahdika dan Azam, mengalami DM. Akan tetapi jika lama
2015) Akan tetapi, hasil tersebut tidak sejalan menderita DM diimbangi dengan pola hidup
dengan penelitian mengenai faktor risiko PJK di yang sehat maka kualitas hidup yang baik akan
Iran yang menunjukan menunjukan bahwa tercipta, sehingga komplikasi jangka panjang
pekerjaan memiliki hubungan dengan kejadian bisa dicegah atau ditunda (Zimmet, 2009).
PJK (Lotfi, 2011). Berdasarkan hasil penelitian menunjukan
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan tidak ada hubungan antara riwayat merokok
adanya hubungan antara riwayat kejadian PJK pada penderita DM dengan p
keluargamenderita PJK dengan kejadian PJK value=0,217. Hasil tersebut sejalan dengan
pada penderita DM (p value=0,032, OR=2,463). penelitian yang dilakukan oleh Misinem dan
Pasien DM yang memiliki riwayat keluarga diperoleh hasil yaitu orang yang merokok saat
menderita PJK berisiko 2,463 kali terkena PJK terdiagnosa PJK tidak berhubungan dengan
dibanding pasien DM yang tidak memilii kejadian PJK pada penderita DM (p
riwayat keluarga menderita PJK. Hasil value=0,44). Sedangkan orang yang memiliki
penelitian ini sejalan dengan sebuah penelitian riwayat merokok dan telah berhenti sebelum
kohort yang membahas mengenai riwayat terdiagnosis berhubungan dengan kejadian PJK
keluarga PJK memberikan hasil bahwa terdapat pada penderita DM (p value=0,02) (Misinem,
hubungan antara riwayat keluarga PJK dengan 2015). Akan tetapi, hasil tersebut tidak sejalan
kejadian PJK (Bachmann, 2012). Kemudian dengan meta-analisis mengenai faktor risiko
diperkuat dengan hasil penelitian oleh Al– PJK tentang riwayat merokok pada penderita
Khateeb, yang memberikan hasil analisis DM. Hasil dari penelitian tersebut bertolak
multivatiat yaitu ada hubungan yang signifikan belakang dengan hasil penelitian, dimana hasil
antara riwayat keluarga penyakit jantung penelitian tersebut menunjukan bahwa tidak ada
dengan kejadian penyakit jantung pada hubungan antara yang pernah merokok dengan
penderita DM (p value=0,03) (Al-Khateeb, kejadian PJK pada penderita DM (RR=1,03
2016). 95% CI=0,84-1,26) dan terdapat hubungan
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan antara responden yang masih merokok hingga
adanya hubungan antara lama menderita DM data tersebut diambil dengan kejadian PJK pada
dengan kejadian PJK pada penderita DM (p penderita DM (RR=1,66 95% CI=1,40-1,97)
value=0,046, OR=2,31). Pasien DM yang telah (Qin, 2013).
menderita DM selama >5 tahun berisiko 2,310 Berdasarkan hasil penelitian menunjukan
kali terkena PJK dibanding pasien DM yang tidak ada hubungan antara lama merokok
telah menderita DM selama ≤5 tahun. Hasil dengan kejadian PJK pada penderita DM. Hasil

318
Nur, L. U., Mahalul, A. / Kejadian Penyakit Jantung / HIGEIA 3 (2) (2019)

tersebut sesuai dengan sebuah penelitian di Iran penelitian di Indonesia, konsumsi buah dan
mengenai faktor risiko PJK memberikan hasil sayur 1-2 porsi/hari berhubungan dengan
bahwa lama merokok >30 tahun tidak kejadian penyakit jantung koroner, dimana
berhubungan dengan kejadian PJK. Hasil yang konsumsi ≥5 porsi/hari sebagai referensinya
diperoleh yaitu nilai p yang tidak signifikan. (Ghani, 2016).
Namun hasil tersebut tidak sesuai pada kategori Berdasarkan hasil penelitian menunjukan
merokok 16-30 tahun, dalam penelitian adanya hubungan antara konsumsi makanan
sebelumnya menyatakan bahwa merokok 16-30 berlemak atau berkolesterol atau gorengan
tahun berhubungan dengan kejadian PJK dengan kejadian PJK pada penderita DM (p
dengan p value=0,06 dan nilai OR=2,81(Lotfi, value= 0,049, OR=2,277). Pasien DM yang
2011). mengonsumsi makanan berlemak atau
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan berkolesterol atau gorengan setiap hari berisiko
adanya hubungan antara riwayat riwayat 2,277 kali terkena PJK dibanding pasien DM
aktivitas fisik rendah dengan kejadian PJK pada yang mengonsumsi makanan berlemak atau
penderita DM dengan (p value=0,043, berkolesterol atau gorengan tidak setiap hari.
OR=3,077). Pasien DM yang memiliki riwayat Hasil tersebut sejalan dengan penelitian
aktivitas fisik rendah berisiko 3,077 kali terkena mengenai determinan penyakit jantung, dalam
PJK dibanding pasien DM yang memliki penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa
riwayat aktivitas fisik tinggi. Akan tetapi, hasil terdapat hubungan antara konsumsi makananan
penelitian juga menunjukan bahwa tidak ada berlemak setiap hari dengan penyakit jantung,
hubungan antara riwayat aktivitas fisik sedang dengan p value= 0,0001. Hal tersebut
dengan kejadian PJK pada penderita DM menunjukan terdapat hubungan antara
dengan p value=0,263. Hasil tersebut sejalan konsumsi makanan berlemak dengan kejadian
dengan penelitian Yuliningtyas, dalam penyakit jantung (Delima, 2009). Makanan
penelitiannya menyatakan bahwa kurangnya yang diolah dengan cara digoreng akan
aktivitas fisik berhubungan dengan kejadian menyebabkan makanan tersebut mengandung
PJK pada penderita DM, dengan p value=0,047 asam lemak jenuh yang cukup tinggi, juga akan
dan nilai OR=3,12 (Yuliningtyas, 2016). mengandung asam lemak trans. Asam lemak
Diperkuat dengan hasil analisis multivariat trans muncul karena proses penggorengan yang
dengan nilai p=0,031 dan nilai OR=2,96 (95% berulang-ulang dengan menggunakan minyak
CI=1,103-7,947). Artinya, orang DM dengan yang sama, tingginya konsumsi makanan yang
aktivitas fisik kurang memiliki risiko 2,96 kali mengandung lemak trans akan meningkatkan
lebih besar terkena PJK daripada orang DM risiko PJK, hal tersebut karena tingginya
dengan aktivitas fisik cukup (Yanti, 2010). kandungan lemak trans tersebut dapat
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan meningkatkan kadar LDL serta menurunkan
adanya hubungan antara konsumsi buah dan kadar HDL dalam darah (Yadi, 2013).
sayur dengan kejadian PJK pada penderita DM Berdasarkan hasil penelitian menunjukan
(p value=0,047, OR=2,448). Pasien DM yang tidak ada hubungan antara konsumsi makanan
mengonsumsi buah dan sayur <5 porsi/hari asin dengan kejadian PJK pada penderita DM
berisiko 2,448 kali terkena PJK dibanding dengan p value=0,676. Hasil tersebut tidak
pasien DM yang mengonsumsi buah dan sayur sejalan dengan penelitian mengenai determinan
≥5 porsi/hari. Hasil penelitian ini sejalan penyakit jantung, bahwa terdapat hubungan
dengan sebuah penelitian di India, bahwa antara konsumsi makananan asin setiap hari
konsumsi buah dan sayur merupakan faktor dengan penyakit jantung, dengan p value= 0,005
risiko kejadian PJK. Konsumsi buah dan sayur (Delima, 2009).
<1 posi berhubungan dengan kejadian PJK, p Berdasarkan hasil penelitian menunjukan
value=0,003 dan nilai OR=1,27 (95% CI=1,11- tidak ada hubungan antara konsumsi kopi
1,68)(Oommen, 2016). Sejalan dengan dengan kejadian PJK pada penderita

319
Nur, L. U., Mahalul, A. / Kejadian Penyakit Jantung / HIGEIA 3 (2) (2019)

DMdenganp value=0,639. Hasil tersebut tidak 9,88 (Yanti, 2010). Kadar kolesterol yang tinggi
sejalan dengan penelitian mengenai faktor risiko dapat mengendap di dalam pembuluh arteri
penyakit jantung koroner berdasarkan data yang menyebabkan penyempitan dan
sekunder Riskesdas 2013 yang menyatakan pengerasan yang dikenal sebagai atherosklerosis
bahwa terdapat hubungan antara konsumsi kopi atau plak. Akibat meningginya beban kerja
dengan penyakit jantung koroner dengan p jantung dan hipertrofi, maka kebutuhan jantung
value=0,0001 (Ghani, 2016). Namun, sejalan akan darah (oksigen) meningkat dan
dengan hasil penelitian meta-analisis dengan menyebabkan terjadinya PJK (Zahrawardani,
desain kohort, bahwa setelah di follow-up 2013). Pasien dengan Diabetes sering memiliki
menunjukan tidak ada hubungan antara level kolesterol tidak sehat termasuk di
konsumsi kopi dengan kejadian PJK (Sofi, dalamnya kadar kolesterol LDL dan trigliserida
2007). yang tinggi serta kadar HDL yang rendah.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan Kondisi seperti ini sering terjadi pada pasien
adanya hubungan antara riwayat obesitas dengan penyakit jantung koroner dini. Trias ini
dengan kejadian PJK pada penderita DM (p juga khas pada kelainan lipid yang berhubungan
value=<0,001, OR=5,391). Pasien DM yang dengan resistensi insulin yang disebut dengan
memiliki riwayat obesitas berisiko 5,391 kali dislipidemia aterogenik (Yuliani, 2014)
terkena PJK dibanding pasien DM yang tidak Berdasarkan hasil penelitian menunjukan
memilii riwayat obesitas. Riwayat obesitas adanya hubungan antara riwayat hipertensi
merupakan variabel paling dominan terjadinya dengan kejadian PJK pada penderita DM (p
PJK pada penderita DM berdasarkan hasil value=0,026, OR=2,566). Pasien DM yang
analisis multivariat (p value= <0,001; memiliki riwayat hipertensi berisiko 2,566 kali
OR=6,523; 95% CI=2,654-16,032). Hasil terkena PJK dibanding pasien DM yang tidak
tersebut sejalan dengan penelitian sebelumnya, memiliki riwayat hipertensi. Hasil penelitian
bahwa riwayat obesitas berhubungan dengan tersebut sesuai dengan penelitian yang
kejadian PJK pada penderita DM. Dalam dilakukan oleh Yanti bahwa riwayat hipertensi
penelitian sebelumnya, riwayat obesitas berhubungan secara signifikan dengan kejadian
berhungan dengan p value=0,0001 dan nilai PJK pada penderita DM dengan OR=4,32.
OR=4,03 (Yanti, 2010). Artinya, orang DM yang memiliki riwayat
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan hipertensi berisiko 4,32 kali lebih besar tekena
adanya hubungan antara riwayat dislipidemia PJK dibanding orang DM yang tidak memiliki
dengan kejadian PJK pada penderita DM (p riwayat hipertensi (Yanti, 2010). Hasil tesebut
value=0,004, OR=3,338). Pasien DM yang sejalan pula dengan penelitian Yuliningtyas
memiliki riwayat dislipidemia berisiko 3,338 mengenai riwayat hipertensi berhubungan
kali terkena PJK dibanding pasien DM yang dengan kejadian PJK pada penderita DM. Hasil
tidak memiliki riwayat dislipidemia. Hasil penelitian tersebut menunjukan p value=0,02
tersebut sejalan dengan penelitian di Malaysia, (<0,05) yang berarti terdapat hubungan yang
bahwa kolesterol total dan HDL berhubungan signifikan dengan nilai OR=4,15 (Yuliningtyas
dengan penyakit jantung pada penderita 2016). Hipertensi meningkatkan beban jantung
diabetes mellitus. Dibuktikan melalui analisis yang akan membuat dinding jantung menebal,
multivariat dengan p value=0,03 untuk koleterol jantung makin lama makin membesar dan
total dan 0,001 untuk HDL (Al-Khateeb, 2016). melemah, hal ini akan meningkatkan serangan
Penelitian lain menyebutkan koleterol total, jantung (Gobel, 2006)
trigliserida, LDL, dan HDL berhubungan Berdasarkan hasil penelitian menunjukan
dengan kejadian PJK pada penderita DM. tidak ada hubungan antara riwayat stres dengan
Masing-masing dengan nilai p berturut-turut kejadian PJK pada penderita DMdenganp
yaitu 0,032, 0,0001, 0,033, dan 0,0001. Serta value=0281. Hasil tersebut sejalan dengan
nilai OR berturut-turut 2,31, 6,76, 2,53, dan penelitian mengenai faktor risiko kejadian PJK

320
Nur, L. U., Mahalul, A. / Kejadian Penyakit Jantung / HIGEIA 3 (2) (2019)

Tabel 3. Hasil ananlisis multivariat dengan regresi logistik


Variabel B Wald p-value Exp (B) 95% CI for EXP(B)
Lower Upper
Usia (1) 1,452 5,123 0,024 4,270 1,215 15,011
Lama menderita DM (1) 1,117 5,147 0,023 3,055 1,164 8,017
Riwayat Obesitas(1) 2,064 16,348 0,000 7,876 2,896 21,418
Riwayat Dislipidemia (1) 1,318 7,197 0,007 3,735 1,426 9,781
Ketidakpatuhan Diet DM (1) 0,197 3,461 0,06 2,501 0,952 6,568
Riwayat Hipetensi (1) 1,020 4,241 0,39 2,772 1,050 7,315
Konstanta -3,605 22,929 0,000 0,027

pada perempuan berdasarkan studi kohor faktor Misinem pada tahun 2015 menunjukan bahwa
risiko PTM yang menyatakan bahwa tidak asuransi jenis Jamkesmas berhubungan secara
terdapat hubungan antara stress dengan bermakna dengan kejadian PJK pada penderita
kejadian PJK dengan p value=0,475 (Oemiati, DM dibandingkan dengan orang yang memiliki
2015).Sejalan pula dengan penelitian yang asuransi jenis ASKES. Sedangkan untuk
menyatakan bahwa kadar stress tidak asuransi jenis lainya (BPJS, Jamkesda, dan
berhubungan dengan komplikasi PJK pada umum) tidak berhubungan secara bermakna
penderita DM dengan p value=1 (Aquarista, (Misinem, 2015).
2016). Analisis multivariat menggunakan regresi
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan logistik untuk mengetahui variabel independen
adanya hubungan antara ketidakpatuhan diet yang berpengaruh terhadap kejadian PJK pada
DM dengan kejadian PJK pada penderita DM(p penderita DM. Tabel 3 merupakan hasil
value=0,021, OR=2,531). Pasien DM yang tidak analisis multivariat model terbaik dimana secara
patuh menjalani diet DM berisiko 2,531 kali bersama-sama variabel usia, lama menderita
terkena PJK dibanding pasien DM yang patuh DM, riwayat obesitas, riwayatdislipidemia,
menjalani diet DM. Hasil penelitian ini sejalan ketidakpathan diet DM, dan riwayat hipertensi
dengan penelitian yang dilakukan oleh mempengaruhi kejadian PJK pada penderita
Yantipada tahun 2010. Ketidakpatuhan diet DM. Variabel yang paling dominan
DM berhubungan dengan kejadian PJK pada berhubungan dengan kejadian PJK pada
penderita DM dengan nilai p= 0,0001(Yanti, penderita DM adalah riwayat obesitas.
2010). Hasil tersebut kemudian diperkuat
dengan penelitian selanjutnya oleh Yuliningtyas PENUTUP
bahwa orang yang tidak patuh menjalani diet
DM berisiko 3,97 kali terkena PJK dibanding Terdapat hubungan yang bermakna
orang yang patuh menjalani diet DM antara umur, riwayat keluarga PJK, lama
(Yuliningtyas, 2016). menderita DM, riwayat aktivitas fisik rendah,
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan konsumsi buah dan sayur, konsumsi makanan
tidak ada hubungan antara kepemilikan asuransi berlemak/ berkolesterol/ goengan ≥1 kali/hari,
kesehatan dengan kejadian PJK pada penderita riwayat obesitas, riwayat dislipidemia, riwayat
DM dengan p value=0,222 dan 0,662. Hasil hipertensi, dan keridakpatuhan diet DM.
tersebut sejalan dengan penelitian mengenai Sedangkan tidak ada hubungan antara jenis
faktor risiko kejadian PJK pada perempuan kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, riwayat
berdasarkan studi kohor faktor risiko PTM yang merokok, lama merokok, riwayat aktivitas fisik
menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan sedang-tinggi, konsumsi makanan berlemak,
antara kepemilikan asuransi kesehatan dengan konsumsi makanan asin, konsumsi kopi,
kejadian PJK dengan p value=0,469 riwayat stress, dan kepemilikan asuransi
(Oemiati,2015). Penelitian yang dilakukan oleh kesehatan.

321
Nur, L. U., Mahalul, A. / Kejadian Penyakit Jantung / HIGEIA 3 (2) (2019)

Pada penelitian ini menggunakan desain American Academy of Nurse Practitioners,


case control sehingga menimbulkan adanya recall 21(2009):140–148
bias pada variabel riwayat aktivitas fisik, Kemenkes RI. 2016. MENKES: Mari Kita Cegah
Diabetes dengan Cerdik. Jakarta: Kemenkes
konsumsi buah dan sayur, konsumsi makanan
Republik Indnesia
berlemak, konsumsi makanan asin, konsumsi
Lathifah, N.L., 2017. Hubungan Durasi Penyakit dan
kopi, dan stress. Oleh sebab itu saran untuk Kadar Gula Darah dengan Keluhan Subyektif
peneliti selanjutnya adalah meneliti dengan Penderita Diabetes Mellitus. Jurnal Berkala
menggunakan metode penelitian yang lebih baik Epidemiologi, 5(2): 231–239.
misalnya Kohort untuk menggali lebih dalam Lotfi, M.H., Sadr, S.M., dan Nemayandea, S.M.
lagi sehingga dapat diketahui faktor-faktor lain 2011. Coronary Artery Disease Risk Factors
yang juga berhubungan dengan kejadian PJK in Urban Areas of Yazd City, Iran. Asia Pacific
pada penderita DM. Journal of Public Health, 23(4): 534–543.
Misinem, 2015. Determinan Sosial dan Individu sebagai
Prediktor Penyakit Jantung Koroner pada
DAFTAR PUSTAKA
Penderita Diabetes mellitus di RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta. Tesis. Yogyakarta: Universitas
Al-Khateeb, A.,Mohd, M.S., Yusof, Z., Al-Talib, H., Gadjah Mada.
Zilfalil, B.A. 2016. Cardiovascular Risk Nugroho, P.S., 2017. Hubungan Diabetes mellitus
Factors among Malaysian Diabetic Patients. dengan Penyakit Jantung Koroner (Analisis Data
International Medical Society, 9(102): 1–7. Baseline Kohort PTM Tahun 2011).
Aquarista, N.C. 2016. Perbedaan Karakteristik Tesis.Jakarta: Universitas Indonesia.
Penderita Diabetes mellitus Tipe 2 dengan dan Oemiati, R. 2015. Faktor Risiko Penyakit Jantung
Tanpa Penyakit Pantung Koroner. Jurnal Koroner ( PJK ) pada Perempuan ( Baseline
Berkala Epidemiologi, 5(1): 37–47. Studi Kohor Faktor Risiko PTM ). Buletin
Bachmann, J.M., Willis, B.L., Ayers, C.R., Khera, Penelitian Sistem Kesehatan, 18(1): 47–55.
A., Berr, J.D. 2012.Association Between Oommen, A.M., Abraham, V.J., George, K., Jose,
Family History and Coronary Heart Disease V.J. 2016. Prevalence of Coronary Heart
Death Across Long-Term Follow-Up in Men Disease in Rural and Urban Vellore: A repeat
(The Cooper Center Longitudinal Study). cross-sectional survey. Indian Heart Journal,
Epidemiology and Prevention, 125(25): 3092- 68(2016): 473–479.
3098. Qin, R., Chen, T., Lou, Q., Yu, D. 2013. Excess Risk
Delima, Mihardja, L., Siswoyo, H., 2009. Prevalensi of Mortality and Cardiovascular Events
dan Faktor Determinan Penyakit Jantung di Associated with Smoking among Patients
Indonesia. Buletin Penelitian Kesehatan, 37(3): with Diabetes : Meta-analysis of
142–159. Observational Prospective Studiesud.
Farahdika, A. dan Azam, M. 2015. Risk Factors International Journal of Cardiology, 167(2013):
Associated With Coronary Heart Disease in 342–350.
Young Adult, A Case Control Study. Unnes Rosdiana, A.I., Raharjo, B.B. dan Indarjo, S. 2017.
Journal of Public Health, 4(2): 117–123. Implementasi Program Pengelolaan Penyakit
Ghani, L., Susilawati, M.D., Novriani, H. 2016. Kronis (Prolanis). HIGEIA (Journal of Public
Faktor Risiko Dominan Penyakit Jantung Health Research and Development), 1(3): 140–
Koroner di Indonesia. Buletin Penelitian 150.
Kesehatan, 44(3): 153–164. Sofi, F., Conti, A.A., Gori, A.M., Luisi, M.L.E.,
Gobel, F.A. & Mahkota, R., 2006. Faktor-faktor yang Casini, A., Abbate, R., Gensini, G.F. 2007.
Mempengaruhi Kematian Pasien Penyakit Coffee Consumption and Risk of Coronary
Jantung Koroner di Pusat Jantung Nasional Heart Disease : A meta-analysis. Nutrition,
Harapan Kita tahun 2004. Jurnal Kesehatan Metabolism & Cardiovascular Disease, 17: 209–
Masyarakat, 1(3), pp.99–105. 223.
Jurado, J., Ybarra, J., Solanas, P., Caula, J., Gich, I., Xu, J., Lee, E.T., Petersn, L.E., Devereux, .B.,
Pou, J.M., Romeo, J.H. 2009. Prevalence of Rhades, E.R., Umans, J.G., Best, L.G.,
Cardiovascular Disease and Risk Factors in a Howard, W.J., Paranilam, J., Howard, B.V.
Type 2 Diabetic Population of the North 2012. Differences in Risk Factors for
Catalonia Diabetes Study. Journal of the

322
Nur, L. U., Mahalul, A. / Kejadian Penyakit Jantung / HIGEIA 3 (2) (2019)

Coronary Heart Disease among Diabetic and Penyakit Jantung Koroner Pada Penderita
Nondiabetic Individuals from a Population Diabetes mellitus Tipe 2. Jurnal Kesehatan
with High Rates of Diabetes : The Strong Andalas, 3(1): 37–40.
Heart Study. J Clin Endocrinol Metab, 97(10): Yuliningtyas, L.H., 2016. Faktor-Faktor yang
3766–3774. Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Jantung
Yadi, A., Hernawan, A.D. & Ridha, A., 2013. Faktor Koroner pada Penderita Diabetes mellitus di
Gaya Hidup dan Stres yang Berisiko terhadap RSUD Tugurejo Kota Semarang. Skripsi.
Kejadian Penyakit Jantung Koroner pada Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Pasien Rawat Jalan. Jurnal Mahasiswa dan Zahrawardani, Herlambang, Anggraheny. Analisis
Penelitian Kesehatan, (1):87–102. Faktor Risiko Kejadian Penyakit Jantung
Yanti. 2010. Faktor-faktor Risiko Kejadian Penyakit Koroner Di RSUP dr. Kariadi Semarang.
Jantung Koroner pada Penderita Diabetes mellitus Jurnal Kedokteran Muhammadiyah, 1(2): 13-20.
Tipe 2 (Studi Kasus di RSUP Dr. Kariadi Zimmet, P. 2009. Preventing Diabetic
Semarang). Tesis. Semarang: Universitas Complications : A Primary Care Perspective.
Diponegoro Diabetes Research and Clinical Pratice, 84(2009):
Yuliani, F., Oenzil, F. & Iryani, D. 2014. Hubungan 107–116.
Berbagai Faktor Risiko Terhadap Kejadian

323

Anda mungkin juga menyukai