7.1. Pengertian
Penjualan angsuran aktiva tetap adalah penjualan angsuran untuk mobil, tanah, gedung dan
aktiva-aktiva lainnya dengan cara pembayaran bertahap dalam jangka waktu yang telah
ditentukan dengan disertai syarat-syarat lain yang telah disepakati.
Menurut Hartono (2000) penjualan angsuran adalah penjualan yang dilakukan dengan
perjanjian dimana pembayarannya dilaksanakan secara bertahap, yaitu :
Penjualan angsuran dapat diangsur setiap bulan atau per tahun oleh pembeli berdasarkan
perjanjian jual beli yang disetujui untuk jangka waktu pembayaran angsuran atau pelunasan
dan biasanya dibebani bunga.
Menurut Fisher, Taylor, dan Leer (1986) penjualan angsuran adalah “Suatu jenis penjualan
yang cara pembayarannya dapat dilakukan secara bertahap dengan jumlah tertentu selama
jangka waktu tertentu”.
Untuk mengurangi resiko kerugian akibat penjualan angsuran ini maka management yang perlu
diterapkan yaitu dikenal dengan “5C” (Character, Capacity, Condition, Collectability, Capital).
Selain 5C ini dalam penjualan angsuran perlu diadakan perjanjian antara penjual dan pembeli
agar supaya menghindari hal-hal yang tidak diinginkan baik bagi pembeli maupun bagi
perusahaan.
Pada saat barang-barang diserahkan pada pembeli, penjual menerima pembayaran pertama
sebagian dari harga penjualan (down payment). Sisanya dibayar dalam beberapa kali
angsuran.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam penjualan angsuran adalah meliputi : down
payment dan jangka waktu pembayaran angsuran dan besarnya pembayaran secara periodik.
Dengan demikian maka penjual akan terhindar dari kemungkinan resiko kerugian.
Dalam penjualan angsuran yang menjadi masalah bagaimana pengakuan laba kotor,
karena penerimaan terhadap pendapatan penjualan adalah secara bertahap dan mungkin dalam
jangka waktu yang panjang. Dan untuk mengatasi masalah tersebut ada dua pendekatan umum
yang dapat diambil pada pengakuan laba bruto atas penjualan angsuran yaitu :
1) Laba kotor dapat dikaitkan dengan periode penjualan yang terjadi, atau
2) Laba kotor dapat dikaitkan dengan periode penagihan per kas atau kontrak cicilan
Jika ternyata pembayaran kontrak tidak dipenuhi, maka pihak penjual mengambil
tindakan untuk memiliki kembali harta benda yang telah dijual. Ayat jurnal yang harus
disusunpada pemilikan kembali harta benda tersebut tergantung pada metode yang digunakan
semula dalam mencatat laba atas penjualan. Jika laba atas penjualan ditetapkan pada waktu
penjualan itu terjadi, maka ayat jurnal harus menunjukkan perolehan kembali harta benda ini
menurut nilai pasar wajarnya sekarang, pembatalan saldo klaim terhadap pihak pembeli dan
keuntungan atau kerugian dari pemilikan kembali harta benda tersebut. Jika laba ditetapkan
dengan metode cicilan, maka pembatalan maka pembatalan saldo klaim terhadap pihak pembeli
harus disertai dengan pembatalan saldo laba kotor yang ditangguhkan, harta benda masih dicatat
dengan nilai pasar wajarnya, tetapi keuntungan atau kerugian atas pemilikan kembali diukur
dengan selisih antara pos antara benda yang ditetapkan dan saldo kontrak cicilan yang
dibatalkan.
Yang dimaksud pertukaran disini adalah apabila penjualan menyerahkan barang baru
dengan perjanjian angsuran, sedang pembayaran pertama (down payment) dari pembeli berupa
penyerahan barang-barang bekas. Barang bekas tersebut dinilai atas dasar kesepakatan antara
kedua bela pihak.
Biasanya penjualan seperti ini akan menarik pembeli karena biasanya pada pertukaran tambah
seringkali diberikan nilai tukar lebih (ovellawance). Pemberian nilai tukar lebih merupakan
perangsang penjualan sebenarnya merupakan pengurangan harga jual. Akan tetapi dalam
penjualan tukar tambah ini penjual perlu berhati-hati dalam menilai kembali dengan
memperhatikan kemungkinan adanya revisi atau perbaikan-perbaikan. Untuk itu barang tukar
tambah dibukukan dengan harga beli taksirnya (estimated cost). Sedang jumlah harga barang
yang diterima menurut tawar menawar dalam perjanjian (trade in) bukan merupakan cost tapi
merupakan harga pertukaran.
Perbedaan antara estimated cost dengan harga pertukaran dicatat dalam rekening
“Cadangan perbedaan harga pertukaran”. Dalam arti bahwa selisih antara tukar tambah dan nilai
beli taksirnya bagi perusahaan harus dilaporkan baik sebagai biaya pada sebuah perkiraan nilai
tukar lebih maupun sebagai pengurangan dalam perkiraan penjualan cicilan. Dalam hal ini laba
bruto atas penjualan cicilan harus dipandang sebagai selisih antara harga pokok penjualan dan
hasil penjualan netto dan total hasil penjualan cicilan dikurangi setiap nilai tukar lebih yang
diberikan.
KASUS I
Awal bulan juni tahun 2012 PT. Multi menjual 100 unit rumah dengan harga pokok per rumah
Rp. 85.000.000, DIjual dengan harga per rumah Rp. 100.000.000. Penjualan dilakukan secara
berangsur dan pembayarannya diatur sebagai berikut :
DIMINTA :
1. Buatlah jurnal atas transaksi penjualan tersebut (metode laba diakui pada saat penjualaan)
2. Setelah membayar angsuran sebanyak Rp. 60.000.000, dua unit rumah dinyatakan tidak
mampu melunasi sisa angsuran. Akibatnya asset tersebut ditarik kembali dan dinilai pada
saat dimiiki kembali adalah Rp. 25.000.000 per unit. Butlah perhitungan dan jurnalnya !
PENYELESAIAN :
Keterangan Jurnal
Kas Rp 1.000.000.000
Piutang angsuran Rp. 9.000.000.000
1. Pada waktu penjualan
Bangunan Rp. 8.500.000.000
Laba Rp. 1.500.000.000
Keterangan Jurnal
Kas Rp. 2.880.000.000
2. Penerimaaan Angsuran Pertama Piutang Angsuran Rp. 1.800.000.000
Pendapatan Bunga Rp. 1.080.000.000
Keterangan Jurnal
3. Jurnal Penutup Akhir Tahun Laba Penjualan Rp. 1.500.000.000
Pertama Pendapatan Bunga Rp. 1.080.000.000
Laporan L/R Rp. 2.580.000.000
Perhitungan :
Keuntungan atas pemilikan kembali = Wesel Hipotik – Harta benda tak bergerak
Keterangan Jurnal
Penetapan Laba dalam Periode Harta benda tak bergerak Rp. 68.000.000
Penjualan Keuntungan atas pemilikan kembali Rp. 12.000.000
Wesel Tagih Rp. 80.000.000