NIM : 1913021013
KELAS : 4A
setelah aliran itu berhenti orang bisa mengacu pada kalor – energi internal yang
telah dipindahkan dari suatu sistem bertemperatur lebih tinggi ke sistem lain
yang temperaturnya lebih rendah. (Zemansky dan Dittman, 1986: 83).
Satuan kalor Q biasanya didefinisikan secara kuantitatif dalam
perubahan tertentu yang dihasilkan di dalam sebuah benda selama proses
tertentu. Satuan ini disebut kalori (kal) didefinisikan sebagai kalor yang
dibutuhkan untuk menaikkan temperatur 1 gram air sebesar 1 derajat celsius
(tepatnya, kisaran temperatur khusus dari 14,5 sampai 15,5 ℃ ditentukan
karena kalor yang diperlukan sedikit berbeda pada temperatur yang berbeda.)
Yang lebih sering digunakan adalah kilokalori (kkal), sebesar 1000 kalori.
Dengan demikian 1 kkal adalah kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan
temperatur 1 kg air sebesar 1 derajat celsius. Pada sistem satuan British, kalor
yang diukur dalam satuan termal British (British termal unit/Btu). Satu Btu
didefinisikan sebagai kalor yang diperlukan untuk menaikkan temperatur air 1
pon sebesar 1 faranheit. (Giancoli, 2001: 489).
1,000 Kcal = 1000 kal = 3,968 Btu
Kalor merupakan bentuk lain dari energi, oleh karenanya kalori dapat
juga dinyatakan dalam satuan SI untuk energi, yaitu joule. 1 kal = 4,184 J.
B. Kerja
Hasil sistem secara keseluruhan menimbulkan gaya pada lingkungannya dan
terjadi pergeseran, kerja yang dilakukan oleh sistem atau pada sistem disebut
kerja eksternal. Jadi gas dalam silinder pada tekanan sama, ketika memuai
dan menggerakkan piston, melakukan kerja pada lingkungannya. Kerja yang
dilakukan oleh bagian sistem pada bagian sistem yang lain disebut kerja
internal. Pada Termodinamika yang berperan bukan kerja internal, melainkan
hanya kerja yang melibatkan antaraksi sistem dan lingkungannya. Bila sistem
melakukan kerja eksternal, perubahan yang terjadi dapat diberikan oleh
kuantitas makroskopik yang berhubungan dengan sistem secara keseluruhan.
Secara ringkas perbedaan kalor dan kerja ialah pada penyebabnya saja. Kalor
merupakan tranfer energi yang disebabkan oleh perbedaan temperatur,
sedangkan kerja adalah tranfer energi yang bukan disebabkan oleh perbedaan
temperatur.
C. Reservoir
Reservoir adalah suatu benda yang begitu besarnya sehingga temperaturnya
tetap meskipun menerima dan melepaskan sejumlah kalor. Contohnya: air
laut, udara di alam ini, dan sebagainya. Jika sistem dikontakkan dengan
reservoir yang mempunyai temperatur lebih tinggi dari pada sistem maka
sejumlah kalor akan masuk sistem seperti yang ditunjukan pada gambar :
Gambar 2. Skema reservoir
Sejumlah kalor akan masuk sistem
Proses Isotermal
Untuk setiap titik pada kurva, seperti titik A, menyatakan keadaan sistem pada
suatu saat akan diketahui yaitu, P tekanan dan volume V. Anggap gas berada dalam
bejana tertutup dengan piston yang bisa bergerak, dan bahwa gas bersentuhan dengan
reservoir kalor (sebuah benda yang massanya sangat besar sehingga idealnya
temperaturnya tidak berubah secara signifikan ketika kalor dipertukarkan dengan
sistem), serta menganggap bahwa proses penekanan (volume berkurang) atau
pemuaian (volume bertambah) dilakukan sangat perlahan untuk meyakinkan bahwa
semua gas tetap dalam kesetimbangan pada temperatur yang sama. Jika gas pada
awalnya berada dalam keadaan yang digambarkan di titik A, dan sejumlah kalor Q
yang ditambahkan ke sistem, sistem akan bergerak ke titik B pada diagram. Agar
temperatur tetap konstan, maka gas harus memuai dan melakukan sejumlah kerja W
pada lingkungan. Temperatur dijaga tetap konstan sehingga energi dalam tidak berubah
(Giancoli, 2001: 521). Sehingga dari Hukum I termodinamika diperoleh sebagai
berikut:
∆𝑈 = 𝑄 − 𝑊 = 0
𝑊=𝑄
Kerja yang dilakukan oleh gas pada proses isotermal sama dengan kalor yang
ditambahkan pada gas. Bila volume gas ideal mula-mula adalah 𝑉1 dan volume akhir
𝑉2 maka,
𝑉2
𝑊 = ∫ 𝑝𝑑𝑉
𝑉1
P (pascal)
c b
pa
pb d
a
V(m3)
Va Vb
Diagram P-V
Karena kalor (Q) bukan merupakan fungsi keadaan sistem. Maka, dW dan dQ bukanlah
diferensial eksak seperti istilah yang digunakan di matematika. Yang dimaksudkan
disini hanyalah sebuah kuantitas yang sangat kecil sehingga ditulis sebagai dQ dan
đW untuk menunjukkan sifatnya yang tak eksak (Halliday D dan Resnick, 1998: 743).
Proses yang hanya menyangkut perubahan yang infinitesimal dari koordinat
termodinamik suatu sistem dikenal sebagai proses infinitesimal (Zemansky dan
Dittman,1986: 84 ). Untuk proses seperti itu, maka Hukum I Termodinamika menjadi:
𝑑𝑈 = dq − dW
Sedangkan untuk per unit massa permol sistem maka persamaan Hukum I
Termodinamika menjadi:
𝑑𝑢 = dq − dw
Jika kalor 𝑐𝑉 digunakan untuk menyatakan kalor jenis zat pada volume tetap, maka:
𝑑𝑈 𝑇
𝑐𝑉 = [𝑚 𝑑𝑇] dan 𝑄𝑉 = 𝑚 ∫𝑇 2 𝑐𝑉 𝑑𝑇 dengan m adalah massa zat.
𝑉 1
Kapasitas kalor dalam proses isobarik yaitu pada tekanan tetap (𝐶𝑃 ), yang didefinisikan
secara matematis sebagai:
𝑑𝑄𝑃
𝐶𝑃 =
𝑑𝑇
karena energi dalam U dan Volume V pada umumnya merupakan fungsi temperatur
T dan tekanan P, maka
𝜕𝑈 𝜕𝑉
𝐶𝑃 = [ ] +𝑃[ ]
𝜕𝑇 𝑃 𝜕𝑇 𝑃
Khusus gas ideal, energi dalam hanya bergantung pada temperatur T, dan V = nRT/P,
sehingga
𝑑𝑈 𝑛𝑅
𝐶𝑃 = +𝑃( )
𝑑𝑇 𝑇
𝑑𝑈
karena 𝐶𝑉 = , maka
𝑑𝑇
𝐶𝑃 = 𝐶𝑉 + 𝑛𝑅
atau
𝐶𝑃 − 𝐶𝑉 = 𝑛𝑅
Jika menggunakan kapasitas-kapasitas kalor molar 𝑐𝑃 dan 𝑐𝑉 , maka
𝑐𝑃 = 𝑐𝑉 + 𝑅 atau 𝑐𝑃 − 𝑐𝑉 = 𝑅
Perbandingan kapasitas kalor spesifik pada tekanan tetap dan kapasitas kalor spesifik
pada volume tetap disebut konstanta Laplace (𝛾):
𝑐𝑃
𝛾=
𝑐𝑉
Kapasitas kalor untuk proses isokhorik diperoleh sebagai berikut (untuk gas
3
monoatomik) jika diketahui 𝑄 = 2 𝑛𝑅∆𝑇 :
3
𝑄 𝑛𝑅∆𝑇 3
𝐶𝑉 = =2 = 𝑛𝑅
∆𝑇 ∆𝑇 2
Kapasitas kalor untuk proses isobarik diperoleh sebagai berikut (untuk gas
monoatomik):
𝑄 = ∆𝑈 + 𝑊
3 5
𝑄= 𝑛𝑅∆𝑇 + 𝑛𝑅∆𝑇 = 𝑛𝑅∆𝑇
2 2
5
𝑄 𝑛𝑅∆𝑇 5
𝐶𝑃 = =2 = 𝑛𝑅
∆𝑇 ∆𝑇 2
Untuk gas diatomik, besar 𝐶𝑉 dan 𝐶𝑃 tergantung pada derajat kebebasan gas.
Sebagai acuan praktis dapat digunakan pembagian suhu sebagai berikut:
• Pada suhu rendah (± 250 K) : CV = 3/2 nR dan CP = 5/2 nR
• Pada suhu sedang (± 500 K) : CV = 5/2 nR dan CP = 7/2 nR
• Pada suhu tinggi (± 1000 K) : CV = 7/2 nR dan CP = 9/2 nR
DAFTAR PUSTAKA
Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika Jilid 1 Edisi Kelima. Terjemahan Yuhilza Hanum
dan Irwan Arifin, disunting oleh Hilarius W Hardani dan Sylvester L.
Simarmata. Physics Fifth Edition. 1998. Jakarta: Erlangga.
Halliday D dan Resnick R. 1988. Fisika Jilid 1 Edisi Ketiga. Terjemahan Patur Silaban
dan Erwin Sucipto. Fundamentals of Physics. 1978. Jakarta: Erlangga.
Rapi, Ni Ketut. 2009. Buku Ajar Termodinamika. Singaraja: Universitas Pendidikan
Ganesha
Zemansky, Mark W dan Dittman,Richard H. 1986. Kalor dan Termodinamika Terbitan
Keenam. Terjemahan The Houw Liong. Heatand Thermodinamics Six
Edition. 1982. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
TUGAS INDIVIDU
1. Jika terdapat 2 kmol gas yang dipertahankan pada temperatur tetap 0oC dan jika gas
ini dimampatkan dari volume 4 m3 menjadi 1 m3. Hitung usaha yang dikenakan
pada sistem!
Cara :
Diketahui :
n = 2 kmol
= 2 × 103 mol
T = 0° 𝐶
= 0 + 273 𝐾
= 273 𝐾
R = 8,3145 J/mol.K
Va = 4 m3
Vb = 1 m3
Ditanya :
Usaha yang dikenakan pada sistem (W) = ……?
Cara :
Peristiwa yang terjadi dalam soal tersebut adalah proses isothermal sehingga untuk
menemukan besarnya usaha yang dikenakan pada sistem maka digunakan rumus
sebagai berikut:
𝑉𝑏
𝑊 = 𝑛𝑅𝑇 ln ( )
𝑉𝑎
Substitusikan nilai yang telah diketahui dalam soal
𝐽 1 𝑚3
𝑊 = (2 × 103 𝑚𝑜𝑙) (8,3145 ) (273 𝐾) ln ( )
𝑚𝑜𝑙𝐾 4 𝑚3
𝐽 1 𝑚3
𝑊 = (2 × 103 𝑚𝑜𝑙) (8,3145 ) (273 𝐾) ln ( )
𝑚𝑜𝑙𝐾 4 𝑚3
𝑊 = (4,539 × 106 ) ln(0,25)𝐽
𝑊 = −6,292 × 106 𝐽
Tanda minus (-) menandakan bahwa sistem yang dikenakan usaha. Jadi usaha yang
dikenakan oleh sistem sebesar −6,292 × 106 𝐽
𝜕𝑝 𝜕(𝑅𝑇(𝑣 − 𝑏)−1 )
( ) =( )
𝜕𝑇 𝑣 𝜕𝑇 𝑣
𝜕𝑝
( ) = (𝑅(𝑣 − 𝑏)−1 )
𝜕𝑇 𝑣
𝜕𝑝 𝑅
(𝜕𝑇) = 𝑣−𝑏 ........................................................... (1)
𝑣
𝜕𝑝
• Untuk perhitungan (𝜕𝑣 )
𝑇
𝑅𝑇
𝜕𝑝 𝜕( )
(𝑣 − 𝑏)
( ) =( )
𝜕𝑣 𝑇 𝜕𝑣
𝑇
𝜕𝑝 𝜕((𝑅𝑇(𝑣 − 𝑏)−1 ))
( ) =( )
𝜕𝑣 𝑇 𝜕𝑣 𝑇
𝜕𝑝 𝜕(𝑅𝑇(𝑣 − 𝑏)−1 )
( ) =( )
𝜕𝑣 𝑇 𝜕𝑣 𝑇
𝜕𝑝
( ) = (−𝑅𝑇(𝑣 − 𝑏)−2 )
𝜕𝑣 𝑇
𝜕𝑝 𝑅𝑇
(𝜕𝑣 ) = − (𝑣−𝑏)2 .......................................... (2)
𝑇
𝜕𝑝 𝑅 𝜕𝑝 𝑅𝑇
Jadi, nilai (𝜕𝑇) = 𝑣−𝑏 dan nilai (𝜕𝑣 ) = − (𝑣−𝑏)2
𝑣 𝑇
𝜕𝑣
Sehingga dapat dihitung nilai (𝜕𝑇)
𝑝
𝜕𝑝
( )
𝜕𝑣 𝜕𝑇 𝑣
( ) =−
𝜕𝑇 𝑝 𝜕𝑝
( )
𝜕𝑣 𝑇
𝑅
𝜕𝑣 ( )
( ) =− 𝑣 − 𝑏
𝜕𝑇 𝑝 𝑅𝑇
(− )
(𝑣 − 𝑏)2
𝜕𝑣 𝑣−𝑏
(𝜕𝑇) = ................................................. (3)
𝑝 𝑇
Jika suatu proses berlangsung pada tekanan konstan, maka :
1 (𝑑𝑣)𝑝
𝛽=
𝑣 (𝑑𝑇)𝑝
Karena V merupakan fungsi T dan p,maka dalam bentuk diferensial
(𝑑𝑣)𝑝 (𝜕𝑣)𝑝
parsial (𝑑𝑇) dapat diganti dengan (𝜕𝑇) sehingga
𝑝 𝑝
1 𝜕𝑣
𝛽= ( )
𝑣 𝜕𝑇 𝑝
𝜕𝑣
Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan, hasil dari (𝜕𝑇) telah
𝑝
b. Compresibelitas κ
𝑝(𝑣 − 𝑏)
𝑇=
𝑅
𝜕𝑝 𝜕𝑣 𝜕𝑇
( ) ( ) ( ) = −1
𝜕𝑣 𝑇 𝜕𝑇 𝑝 𝜕𝑝 𝑣
𝜕𝑇
( )
𝜕𝑣 𝜕𝑝 𝑣
( ) =−
𝜕𝑝 𝑇 𝜕𝑇
( )
𝜕𝑣 𝑝
𝜕𝑇
• Untuk perhitungan (𝜕𝑝)
𝑣
𝑝(𝑣 − 𝑏)
𝜕𝑇 𝜕( )
𝑅
( ) =( )
𝜕𝑝 𝑣 𝜕𝑝
𝑣
𝜕𝑇 (𝑣−𝑏)
(𝜕𝑝) = ................................................. (4)
𝑣 𝑅
𝜕𝑇
• Untuk perhitungan (𝜕𝑣 )
𝑝
𝑝(𝑣 − 𝑏)
𝜕𝑇 𝜕( )
𝑅
( ) =( )
𝜕𝑣 𝑝 𝜕𝑣
𝑝
𝑝𝑣 − 𝑝𝑏
𝜕𝑇 𝜕( 𝑅 )
( ) =( )
𝜕𝑣 𝑝 𝜕𝑣
𝑝
𝜕𝑇 𝑝
( ) =( )
𝜕𝑣 𝑝 𝑅
𝜕𝑇 𝑝
(𝜕𝑣 ) = (𝑅) ................................................. (5)
𝑝
𝜕𝑣
Jadi, berdasarkan hasil perhitungan maka dapat diperoleh nilai (𝜕𝑝)
𝑇
Sehingga dapat diperoleh nilai compresibelitas dari gas riil ini, yaitu
dengan rumus sebagai berikut:
1 𝜕𝑣
κ=− ( )
𝑣 𝜕𝑝 𝑇
𝜕𝑣
Dikarenakan nilai (𝜕𝑝) telah diperoleh dalam persamaan (6) sehingga
𝑇