Komang Apriliana Devi - Termodinamika - Resume 3 Dan Tugas Individu 1
Komang Apriliana Devi - Termodinamika - Resume 3 Dan Tugas Individu 1
NIM : 1913021013
Kelas : 4A
dA
dS
b
Pb
Pa a
Va dV Vb V
Umumnya dalam proses itu P tidaklah tetap, sehingga tidak boleh dikeluarkan
dari tanda integral. Disini perlu diadakan perjanjian mengenai tanda untuk
usaha (W). Jika usaha dilakukan oleh sistem, W akan diberi tanda positif dan
sebaliknya jika usaha dilakukan terhadap sistem, maka W diberi tanda negatif.
b. Usaha dalam Proses Siklus
Proses siklus adalah suatu proses yang mana pada akhir proses, keadaan
sistem kembali seperti keadaan awal.
Pb b
Pa a
Va Vb V
Pb c b
Pa d
a
Va Vb
Pa= Pb a b
V
Va Vb
b
W = P d V
a
W = P Vb − Va
2. Proses Isokhorik : proses isokhorik (atau isovolumetrik) adalah proses
dimana volume tidak berubah.
P
b
Pb
Pa
a
3. Proses Isotermal : selama proses isotermal, suhu sistem tidak berubah atau
suhu sistem konstan.
Va Vb VV
W = P dV
b
n RT
W = dV → nRT = C
a
V
b
dV
W = n RT
a
V
W = n R T ln V
W = n R T ln Vb − ln Va
V
W = n R T ln b
Va
4. Proses Adiabatik : Proses adiabatik adalah proses yang terjadi begitu cepat
atau terjadi di sistem yang terisolasi dengan baik sehingga tidak ada
transfer energi seperti panas yang terjadi di antaranya. Dalam hal ini
sistem terisolasi dari lingkungan. Antara sistem dengan lingkungan hanya
terjadi interaksi melalui usaha luar.
P
Ket :
= proses isotermal
a
= proses adiabatik
T1
T2
Va Vb V
Diagram P-V proses adiabatik.
𝑃𝑉 𝛾 = 𝐶 (persamaan Poisson)
𝐶
Dimana 𝛾 = 𝐶𝑃 merupakan hasil perbandingan kapasitas kalor gas pada
𝑉
tekanan tetap CP dan kapasitas kalor pada volume tetap CV. Besaran ᵞ
disebut konstanta Laplace. Pada diagram P-V seperti pada gambar 10,
proses adiabatik terjadi di sepanjang garis biru dengan 𝑃𝑉 𝛾 adalah konstan.
Karena gas berasal dari keadaan awal a ke keadaan akhir b, maka
persamaan dapat ditulis ulang sebagai berikut.
𝛾 𝛾
𝑃𝑎 𝑉𝑎 = 𝑃𝑏 𝑉𝑏
𝑛𝑅𝑇 𝛾
( )𝑉 = 𝐶
𝑉
Usaha yang dilakukan oleh sistem (gas) hanya mengubah energi dalam,
sebab sistem tidak menerima ataupun melepas kalor. Besarnya usaha yang
dilakukan oleh sistem dapat ditentukan dengan menerapkan persamaan
sehingga menghasilkan hubungan sebagai berikut.
1
𝑊= (𝑃 𝑉 − 𝑃𝑎 𝑉𝑎 )
𝛾−1 𝑏 𝑏
B. Diferensial Parsial
Dalam mendalami persamaan keadaan diperlukan pemahaman yang baik
tentang konsep diferensial suatu fungsi dengan dua atau lebih variabel. Persamaan
keadaaan suatu sistem P-V-T, misalnya untuk sistem yang terdiri atas satu mol gas,
secara umum adalah f (P, V, T) = 0 , karena variabel-variabel itu dihubungkan oleh
satu persamaan, maka hanya dua dari tiga variabel itu adalah variabel bebas dan
yang ketiga variabel tak bebas. Jika dua dari ketiga variabel itu diketahui, maka
yang ketiga dapat dihitung. Variabel yang satu merupakan fungsi dari kedua
variabel yang lain (Hadi, 1993). Jadi dapat dipilih:
P= f ( V, T), V = f (P, T,), T = f (P, V)
secara umum, untuk sembarang sistem, hubungan ketiga variabel itu dapat
dipaparkan sebagai berikut.
Dengan meninjau fungsi tiga variabel (x,y,z) yang dinyatakan dengan f (x,y,z) = 0,
yang secara ekplisit dapat pula dinyatakan dengan:
z = f(x,y), x = f(y,z), dan y = f(x,z).
Jika x dan y berubah maka perubahan z dapat dinyatakan dengan;
z z
dz = dx + dy
x Y y X
Dari persamaan di atas terlihat bahwa variabel yang dianggap sebagai tetapan
dicantumkan sebagai indeks. Dengan cara yang sama akan diperoleh :
x x
dx = dy + dz
y Z z Y
y y
dy = dx + dz
x Z z X
dengan substitusi persamaan dy ke persamaan dz, maka diperoleh:
z z y y
dz = dx + dx + dz
x Y y X x Z z X
z y z z y
1 − dz = + dx
y X z X x Y y X x Z
Perubahan dz dan dx adalah bebas, karena itu boleh diberi nilai berapapun. Jika dx
= 0 dan dz ≠ 0 diperoleh:
z y
1 − = 0
y X z X
z 1 y 1
= atau =
y X y z X z
z X y X
Begitu juga dengan substitusi dx ke persamaan dz, diperoleh:
z x x z
dz = dy + dz + dy
x Y y Z z Y y X
z x z x z
1 − dz = + dy
x Y z Y x Y y Z y X
Jika dy = 0 dan dz ≠ 0 diperoleh:
z x
1 − = 0
x Y z Y
z 1 x 1
= atau =
x Y x z Y z
z Y x Y
Demikian pula apabila persamaan dy dimasukkan ke persamaan dx, diperoleh :
x y y x
dx = dx + dz + dz
y Z x Z z X z Y
y x x x y
1 − dx = + dz
x Z y Z z Y y Z z X
z y z z y
Dari persamaan 1 − dz = + dx , Jika dz = 0,
y X z X x Y y X x Z
maka dx ≠ 0, sehingga :
z z y
+ = 0
x Y y X x Z
z y z
= −
y X x Z x Y
z y 1
= −
y X x Z x
z Y
z y x
= −1
y X x Z z Y
z y x
Dengan mengganti dengan kebalikannya (pada hasil
y X x z z Y
sebelumnya) diperoleh:
1
= −1
x y z
y Z z X x Y
sehingga :
x y z
= −1 (Persamaan ini sering disebut dengan rumus -1)
y Z z X x Y
Persamaan-persamaan yang telah diperoleh dapat diterapkan pada sistem P-V-T,
seperti persamaan keadaan gas sempurna ataupun gas Van der Wals, sebagai
berikut.
P 1
=
V T P
V T
P V T
= −1
V T T p P V
Aplikasi Diferensial Parsial pada Sistem Termodinamika
Diferensial parsial juga dapat diterapkan pada sistem termodinamika dan
sekaligus untuk menguji kebenaran rumus-rumus tersebut. Misalnya untuk gas
sempurna yang persamaan keadaannya: Pv = RT.
P RT RT 1 P
= − 2 = − =−
v T v v v v
v RT RT 1 v
= − 2 = − =−
P T P P P P
Persamaan diatas sangat penting untuk menghitung turunan parsial suatu
variabel yang dari persamaannya tak dapat dibuat eksplisit. Misalnya ialah variabel
v di dalam persamaan keadaan gas Van der Walls sebagai berikut.
RT a
P= − 2
v−b v
P R P RT 2a
= ; = + 3
v T v − b v T (v − b )
2
v
Jadi:
R
v v − b R (v − b )v 3
=− =
T p RT
+
2a RTv 3 − 2a(v − b) 2
(v − b )2 v 3
1 (dV ) p
Jika proses berlangsung pada tekanan konstan maka: = dimana P
V (dT ) p
dijaga tetap saat volume dan temperatur berubah. Karena V merupakan fungsi
(dV ) p
dari T dan p, maka dalam bentuk difrensial parsial harus diganti
(dT ) p
V 1 V
dengan sehingga = di dalam volume spesifik:
T p V T p
1 V
= = V
V T p
1 v
=
v T p
1 v
=
v T
1
=
T
2. Untuk Gas Van der Walls
Koefisien ekspansi gas Van der Walls secara matematis dapat dirumuskan
sebagai berikut.
1 v
=
v T p
1 R v 3 (v − b )
=
v RTv 3 − 2a(v − b )2
R v 2 (v − b )
=
2
RTv 3
− 2 a (v − b )
Di tinjau dari suatu sistem yang menjalani proses isobarik yang kecil,
artinya keadaan akhir hanya menyimpang sedikit dari keadaan awal. Misalnya
keadaan awal ditentukan oleh suhu T dan volume V dan keadaan akhir ditentukan
oleh suhu T + dT dan volume V + dV, keduanya pada tekanan yang sama.
Koefisien muai volume secara matematis dapat ditulis :
dV p
1 (dV ) p
= = V
V (dT ) p (dT ) p
Jadi koefesien ekpansi volume dapat dinyatakan sebagai nilai limit dari
(dV ) p
perubahan volume per satuan perubahan suhu pada temperatur tetap.
V
Koefisien volume rata-rata di dalam selang waktu tertentu antara T1 dan T2
didefinisikan sebagai.
(V2 − V1 )
V1 1 V p
= =
T2 − T1 V T p
b. Compresibelitas
Compresibelitas adalah perubahan relatif volume karena perubahan tekanan
compresibelitas rata-rata K (Rapi,2017).
1 V2 − V1
K =−
V1 P2 − P1
1 V
Dalam volume spesifik : K = −
V P T
V
= − KV
P T
DAFTAR PUSTAKA
Giancolli, Douglas. 2001. Fisika Jilid 1 Edisi Kelima. Terjemahan Yuhilza Hanum dan
Irwan Arifin, disunting oleh Hilarius W. Hardani dan Sylvester L.
Simarmata. Physics Fifth Edition. 1998. Jakarta: Erlangga.
Rapi, Ni Ketut. 2017. Buku Ajar Termodinamika. Singajara: Universitas Pendidikan
Ganesha.
TUGAS INDIVIDU
1. Sistem gas ideal menjalani proses termodinamika seperti digambarkan pada diagram
PT di bawah ini.
P (atm)
a
c
d
T (K)
Berdasarkan gambar grafik pada soal di atas maka dapat diketahui bahwa:
P (atm) V1
b
P4 V2
P3 a
c
P2
d
P1
T (K)
T1 T2
V
P1
P2
d c
V2 P3
P4
V1 a b
T
T1 T2
Gambar Diagram P-V
P
P4 d
P3 c
P2 a
P1 b
V
V1 V2