Anda di halaman 1dari 62

HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN

TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI


DI RUANG BEDAH RSUD PIRU KABUPATEN
SERAM BAGIAN BARAT

SKRIPSI

Oleh :
Siti Sarkia fataruba
NPM, 1420118091

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
MALUKU HUSADA
KAIRATU
2021

HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN TINGKAT


KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI

vi
DI RUANG BEDAH RSUD PIRU KABUPATEN
SERAM BAGIAN BARAT

Diajukan Sebagai Pemenuhan Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana


Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Maluku Husada

Oleh :
Siti Sarkia fataruba
NPM, 1420118091

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
MALUKU HUSADA
KAIRATU
2021

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiirat Allah SWT atas limpahan rahmat,

Hidayahnya dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

skripsi dengan judul “Hubungan Perilaku Caring Perawat dengan Tingkat

Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Di Ruang Bedah RSUD Piru Kabupaten

Seram Bagian Barat Tahun 2020”.

Adapun tujuan penulisan skripsi ini dimaksudkan sebagai syarat untuk

menyusun laporan akhir penelitian serta untuk memenuhi salah satu syarat dalam

menempuh ujian sarjana strata satu (S1) pada Program Studi Keperawatan Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Maluku Husada.

Pada proses penyusunan skripsi ini,dimulai pada tahap persiapan pengajuan

judul sampai pada tahap pelaporan dalam bentuk skripsi, peneliti memperoleh banyak

bantuan berupa sumbangsi pemikiran, saran dan dorongan semangat serta bimbingan

dari berbagai pihak. Untuk itu, peneliti sangat mengucapkan rasa hormat serta terima

kasih sedalam-dalamnya kepada :

1. Kepada kedua orang tua penulis, bapak dan mama penulis tercinta yang telah

melahirkan, membesarkan penulis, dengan susa paya mendidik dan

menyekolahkan penulis serta memberikan material kepada penulis, memberikan

cinta dan kasih sayang kepada penulis dari masah kandungan sampai sekarang ini.

Penulis berjanji akan selalu berbakti dan berusaha agar kalian tetap bangga

terhadap anakmu ini.

vi
2. Ibu Rasma Tunny, S.Sos selaku Ketua Yayasan STIKes Maluku Husada yang

telah menyediakan fasilitas-fasilitas kepada penulis selama menempuh pendidikan

di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Maluku Husada.

3. Bapak Lukman La Bassy, S.Farm.,M.Sc.,Apt selaku Ketua STIKes Maluku

Husada

4. Ibu Ira Sandy Tunny, SI,M.Kes, selaku Ketua Program Studi Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Maluku Husada.

5. Ibu DR.Saidah Rauf, S.Kep., M.Sc, selaku dosen pembimbing I yang telah

meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, Pengarahan, dan masukan

dalam penyusunan skripsi ini.

6. Ibu Wiwi Rumaolat, SPd., M.Si., Med, selaku dosen pembimbing II yang telah

meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, Pengarahan, dan masukan

dalam penyusunan skripsi ini.

7. Ibu Femi S. Tuhumena, S.Kep., M.Kes, selaku dosen penguji I yang telah

memberikan masukan dan saran, yang membangun guna untuk menyelesaikan

skripsi ini.

8. Ibu Maritje S.J Malisngorar, S.Si., M.Sc, selaku dosen penguji II yang telah

memberikan arahan serta masukan guna untuk menyelesaikan skripsi ini.

9. Seluruh Staf dan dosen Pengajar di STIKes Maluku Husada terima kasih atas

banyak ilmu yang diberikan pada penulis.

10. Teman-teman sejawat Angkatan ke VII mahasiswa Program Studi Ilmu

Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Maluku Husada yang telah mengisi

hari-hari penulis selama IV tahun ini, dengan penuh cinta dan rasa persaudaraan.

vi
11. Sahabat terbaik penulis Jumadil, S.Kep., Ns, Asrun Ladida, S.Kep., Ns, Dan

Zainal Abidin Wakano, S.Kep., Ns, AOB yang sudah sama-sama dalam suka

maupun duka, susah dan senang yang selalu ada di samping penulis,

Kairatu, November 2020

Peneliti

vi
Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan Tingkat Kecemasan
Pada Pasien Pre Operasi Di Ruang Bedah RSUD
Piru Kabupaten Seram Bagian Barat
Tahun 2020

Samal.Z1, Rauf.S2, Rumaolat.W.3


1
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Maluku Husada
2
Dosen STIKes Maluku Husada
3
Dosen STIKes Maluku Husada
Jhaysamal39@gmail.com.

ABSTRAK
Perilaku caring merupakan fenomena universal yang mempengaruhi cara manusia berfikir, merasa dan
mempunyai hubungan dengan sesama. Caring dapat meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan pasien serta dapat
memfasilitasi atau memudahkan dalam promosi kesehatan ketakutan, firasat atau keputusaan karena situasi yang
mengancam akan karena tidak dapat di identifikasi terhadap diri sendiri . Perilaku caring dalam keperawatan
dipelajari dalam berbagai macam filosofi artinya bukan hanya perawat saja yang berperilaku caring tetapi sebagai
manusia kita juga bisa memperhatikan sesama. Perilaku caring dari perawatan dan pelayanan secara komprehensif
serta holistic, membantu memberikan kenyamanan dan ketenangan bagi pasien. Caring dalam keperawatan adalah
hal yang sangat mendasar, caring merupakan jantung dari profesi, artinya sebagai komponen yang unik,
fundalmental dan menjadi focus central dari keperawatan. Salah satu bentuk pelayanan keperawatan adalah
perilaku caring perawat yang merupakan inti dalam praktek keperawatan profesional. Seorang perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan harus mencerminkan perilaku caring dalam setiap tindakan. Untuk mengetahui
apakah ada hubungan caring perawat dengan tingkat kecemasan pasien di ruang bedah RSUD Piru Kabupaten
Seram Bagian Barat Tahun 2020. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif kuantitatif dengan
pendekatan cross sectional, dengan jumlah sampel adalah 30 responden, teknik pengambilan sampling,
menggunakan total sampling, dalam penelitian ini peneliti menggunakan uji Chi-square dengan diperoleh hasil
analisa statistic dengan menggunakan uji Chi-Square di dapatkan nilai p-value 0.028 jika dibandingkan dengan
derajat kemaknaan (p-value <0,05) maka Ha diterima artinya ada hubungan perilaku caring perawat dengan
tingkat kecemasan.

Kata Kunci :Perilaku Caring Perawat, Tingkat Kecemasan

vii
DAFTAR ISI

COVER SAMPUL DALAM…………………………………........................ I
LEMBARAN PENGESAHAN……………….…………….......................... Ii
LEMBARAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN……….............. Iii
PERNYATAAN PENGESAHAN HASIL Iv
PENELITIAN…………………...
DAFTAR RIWAYAT HIDUP………………………………………………. V
KATA PENGANTAR……………………………………………………….. Vi
ABSTRAK INDONESIA……………………………………………………. Vii
DAFTAR ISI………………………………………………………………… Viii
DAFTAR TABEL…………………………………………………………… Ix
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………… X
DAFTAR Xi
LAMPIRAN……………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN…………………………………….................. 1
1.1 Latar Belakang…………………………………..................... 1
1.2 Rumusan Masalah……………………………........................ 6
1.3 Tujuan Penelitian………………………………..................... 6
1.3.1 Tujuan Umum…………………………….................... 6
1.3.2 Tujuan Khusus…………………………....................... 6
1.4 Manfaat Penelitian……………………………...................... 7
1.4.1 Manfaat Teoritis………………………………............. 7
1.4.2 Manfaat Praktis………………………………………… 7
BAB II TINJAUAN TEORI………………………………...................... 8
2.1 Tinjauan Umum Konsep Tentang Perilaku Caring Perawat…. 8
2.1.1 Definisi Perilaku....................................................... 8
2.1.2 Caring…………….................................................... 9
2.1.3 Aspek Caring............................................................ 11
2.1.4 Perawat………......................................................... 13
2.2 Tinjauan Khusus………………………………………………. 15
2.2.1 Defenisi Tingkatan Kecemasan………………………… 15
2.2.2 Teori-Teori Pemyebab Kecemasan……………………... 16
2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengarui Tingkat Kecemasan.. 19
2.2.4 Pengukuran Tingkat Kecemasan………………………... 22
2.2.5 Karakteristik Atau Ciri-Ciri Kecemasan………………... 24
2.3 Keaslian Penelitian…………………………………………….. 26
BAB III KERANGKA KONSEP…………………………………………… 30
3.1 Kerangka Konsep……………………………………………… 30
3.2 Hipotesis……………………………………………………….. 31
BAB IV METODE PENELITIAN……………………………..................... 32

viii
4.1 Desain Penelitian…………………………………................... 32
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian……………………................... 32
4.2.1 Tempat Penelitian...................................................... 32
4.2.2 Waktu Penelitian....................................................... 32
4.3 Populasi, Sampel dan Sampling..............…………………….. 32
4.3.1 Populasi...........................…………………………….. 32
4.3.2 Sampel.....………………………………………………. 33
4.3.3 Sampling.................................................................. 33
4.4 Variabel Penelitian……………………………………………. 33
4.4.1 Variabel Dependen……………………………………… 33
4.4.2 Variabel Independen……………………………............ 34
4.5 Definisi Operasional………………………………................. 34
4.6 Instrumen Penelitian………………………………................. 35
4.7 Prosedur Pengumpulan Data…………………….................... 35
4.8 Analisis Data………………………………………................. 36
4.8.1 Analisis Univariat…………………………................... 36
4.8.2 Analisis Bivariat…………………………….................. 37
4.9 Etika Penelitian.................................................................. 37
4.9.1 Lembaran Persetujuan Menjadi Responden (Informend 37
Consent)……………………………………………….
4.9.2 Tanpa Nama (anonymity)............................................. 37
4.9.3 Kerasiaan (confidentiality)........................................... 37
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 38
5.1 Hasil Penelitian ……………………………………………….. 38
5.2 Gambaran Umum Lokasi Penelitian…………………………... 38
5.2.1 Karakteristik Identitas Responden …………………….. 39
5.3 Analisis Univariat …………………………………………….. 40
5.3.1 Perilaku Caring Perawat ………………………………... 40
5.3.2 Tingkat Kecemasan …………………………………….. 41
5.4 Analisis Bivariat……………………………………………….. 42
5.5 Pembahasan……………………………………………………. 43
5.5.1 Perilaku Caring Perawat Di Ruang Bedah RSUD Piru… 43
5.5.2 Tingkat Kecemasan Pasien Di Ruang Bedah RSUD Piru. 44
5.5.3 Hubungan Caring Perawat Dengan Tingkat Kecemasan 45
Pada Pasien Pre Operasi di Ruang Bedah RSUD Piru
Kecamatan Seram Barat Kabupaten Seram Bagian
Barat Tahun 2020…………………..............................
5.6 Keterbatasan Penelitian 47
BAB VI PENUTUP 48
6.1 Kesimpulan 48
6.2 Saran 49
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………...
LAMPIRAN………………………………………………………………….

viii
.

viii
DAFTAR TABEL

No Tabel Tabel Halaman


Tabel 2.3 Keaslian Penelitian……………………………… 25
Tabel 4.5 Definisi Operasional……………………………... 34
Tabel 5.2 Karakteristik Identitas Responden………………. 39
Tabel 5.3 Analisis Univariat………………………………... 36
Tabel 5.4 Analisis Bivariat…………………………………. 37

ix
DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Gambar Halaman

Gambar 3.1 Kerangka Konsep 30

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Koesioner
Lampiran 2. Master Tabel
Lampiran 3. Informed Consend
Lampiran 4. Surat Izin Penelitian LPPM
Lampiran 5. Surat Izin Penelitian KESBANGPOL
Lampiran 6. Surat Selesai Penelitian KESBANGPOL
Lampiran 7. Surat Selesai Penelitian Kecamatan Kairatu
Lampiran 8. Log Book
Lampiran 9. Hasil output Data variabel penelitian
Lampiran 10. Tabulasi Data Penelitian
Lampiran 11. Hasil Output Karakteristik Responden
Lampiran 12. Hasil Output Analisa Univariat
Lampiran 13. Hasil Output Analisa Bivariat

xi
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perilaku caring merupakan fenomena universal yang mempengaruhi

cara manusia berfikir, merasa dan mempunyai hubungan dengan sesama (Potter

dan Perry, 2014). Perilaku caring dalam keperawatan di pelajari dalam berbagai

macam filosofi artinya bukan hanya perawat saja yang berperilaku caring tetapi

sebagai manusia kita juga bisa memperhatikan sesama. Perilaku caring dari

perawatan dan pelayanan secara komprehensif serta holistic, membantu

memberikan kenyamanan dan ketenangan bagi pasien (Kotler, 2015).

Perawat yang caring berhubungan dengan outcome dari pasien. caring

dapat meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan pasien serta dapat

memfasilitasi atau memudahkan dalam promosi kesehatan. Perawat yang caring

juga berdampak pada peningkatan rasa percaya diri serta menurunkan kecemasan

pada pasien, berkurangnya kecemasan dan stress akan meningkatkan pertahanan

tubuh dan membantu meningkatkan penyembuhan (Novieastari, 2012).

Kecemasan merupakan perasaan ketidaknyamanan, takut dan memiliki

firasat buruk yang akan terjadi pada dirinya. Seseorang yang merasa cemas tidak

mengerti mengapa emosi tersebut muncul (Videbeck, 2018). Seseorang yang

mengalami kecemasan ada pada kondisi kegelisahan mental, keprihatinan,

1
2

ketakutan, firasat atau keputusaan karena situasi yang mengancam akan karena

tidak dapat di identifikasi terhadap diri sendiri (Koizer, Glenora, Berman, &

Snider, 2012).

Burnard dan Marrison, (2018) rasa cemas atau anxietas dapat dimiliki

oleh setiap pasien maupun keluarga pasien yang sedang berada di rumah sakit,

rasa cemas ini berbeda-beda antara setiap orang. Potter dan Perry (2016)

menyatakan apabilah rasa cemas tidak mendapat perhatian di dalam suatu

lingkungan, maka rasa cemas itu dapat menimbulkan suatu masalah yang serius.

Tindakan pembedahan ini sering menimbulkan dampak yang luas dan

pengaruh psikologis terhadap pasien preoperasi (Smeltzer & Bare, 2014).

Pengaruh psikologis terhadap tindakan pembedahan dapat berbeda-beda, namun

sesungguhnya selalu timbul rasa ketakutan dan kecemasan yang umum di

antaranya karena anestesi sesuatu yang tidak diinginkan pada saat pembedahan,

nyeri akibat luka operasi , terjadi perubahan fisik menjadi buruk atau tidak

berfungsi normal, operasi gagal, mati dan lain (Smeltzer & Bare, 2014). Hal

tersebut merupakan reaksi bagi pasien dan termasuk dalam bentuk kecemasan

sebelum operasi (Muttaqin dan Sari, 2013).

Kecemasan pre operasi disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu takut

terhadap nyeri, kematian, takut tentang ketidaktahuan, takut akan terjadi

kecacatan dan ancaman lain yang dapat berdampak pada citra tubuh (Muttaqin &

Sari, 2013). Kecemasan didapatkan paling tinggi pada pasien pre operasi mayor,

sedangkan paling rendah didapatkan pada pasien pre operasi minor (Wardani,

2012). Persiapan pasien di bangsal dengan waktu yang semakin lama maka
3

semakin baik pasien untuk menyesuaikan diri dengan stress fisiologis dari

operasi. Seperti pada pasien dengan rasa takut akan timbulnya nyeri baik pada

saat operasi maupun setelah operasi. Penjelasan Sebelum dilakukan pembedahan

seorang pasien akan menjalani tindakan preoperasi, tahap awal perawatan

perioperatif di mulai sejak pasien memutuskan untuk di lakukan pembedahan

hingga berada di meja operasi. Preoperasi merupakan landasan kesuksesan tahap

selanjutnya, sehingga pada tahap ini perlu pengkajian secara integral,

kompherensif dan klarifikasi. Jika terjadi kesalahan pada fase ini maka akan

berakibat fatal pada tindakan yang akan di lakukan berikutnya (Muttaqin dan

Sari, 2013).

Kecemasan pada pasien sebelum operasi dapat mengakibatkan operasi

tidak terlaksana atau dibatalkan, selain itu kecemasan dapat meningkatkan

tekanan darah pasien. Apabila tekanan darah pasien naik dan tetap dilakukan

operasi dapat mengganggu efek dari obat anastesi dan dapat menyebabkan

pasien terbangun kembali ditengah-tengah operasi (Fadillah, 2014).

Data dari World Health Organization (WHO) tahun 2012 dalam Sartika

(2013), jumlah pasien dengan tindakan operasi dari tahun ke tahun mengalami

peningkatan. Tahun 2012 terdapat 148 juta jiwa pasien diseluruh Rumah Sakit di

dunia pasien dengan tindakan operasi, sedangkan di Indonesia tindakan

pembedahan menempati urutan ke-11 dari 50 pertama penanganan penyakit di

Rumah Sakit se Indonesia dengan pasien operasi sebanyak 1,2 juta jiwa. Pada

tahun 2015 diperkiraan 11% dari beban penyakit di dunia dapat di tanggulangi
4

dengan pembedahan dan WHO menyatakan bahwa kasus bedah adalah masalah

kesehatan bagi masyarakat (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2015).

Di Indonesia sendiri telah dilakukan survei untuk mengetahui prevalensi

gangguan kecemasan. Prevalensi gangguan mental emosional di Indonesia

seperti gangguan kecemasan dan depresi sebesar 11,6% dari usia > 15 tahun

(Furwanti dkk, 2014). Caring dapat meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan

pasien serta dapat memfasilitasi atau memudahkan dalam. Perawat yang caring

juga berdampak pada peningkatan rasa percaya diri serta menurunkan kecemasan

pada pasien, berkurangnya kecemasan dan stres akan meningkatkan pertahanan

tubuh dan membantu meningkatkan penyembuhan.

Hasil penilitian lain oleh Wahyuni (2008) mengenai perilaku caring

perawat di RS Haji Adam Malik didapatkan sebanyak 58% pasien menyatakan

perawat berperilaku baik dan 42% pasien menyatakan perawat berperilaku

cukup. Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Tati Nurbiyati (2015)

adalah persepsi pasien tentang perilaku caring perawat dalam pelayanan

keperawatan di Ruang Maranata I ini menghasilkan dua tema yaitu pengetahuan

perilaku caring perawat menurut pasien adalah perawat memberi perhatian lebih

kepada pasien dan diangggap keluarga, perilaku caring perawat yang dirasakan

pasien adalah perawat aktif bertanya, berbicara lembut, memberi dukungan,

responsif, terampil dan menghargai sertamenjelaskan. Hasil penelitian yang telah

dilakukan oleh Yasmini (2015) adalah terdapat hubungan antara caring perawat

dengan kepuasan paisien. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti saat praktek

klinik di ruang Kenanga RSUD Dr. H. Soewondo Kendal, didapatkan data


5

perawatan pasien di ruang Kenanga yaitu antara bulan Januari-April 2017

sebanyak 680 pasien, dengan rata-rata jumlah pasien sebanyak 170 pasien setiap

bulan. Hasil observasi melalui pengamatan peneliti, ditemukan bahwa sebagian

besar perawat sudah menunjukkan sikap caring dalam pelayanannya, perawat

tampak ramah dan terbuka kepada pasien maupun keluarga, tetapi pasien katarak

di ruang Kenanga masih tampak mengalami kecemasan. Hal ini ditunjukkan dari

7 pasien terdapat 5 (71%) pasien katarak cemas dengan tanda gelisah dan sering

bertanya. Sedangkan 2 (29%) pasien katarak tidak cemas.

Berdasarkan data awal dari hasil yang dilakukan peneliti melalui

observasi dan wawancara dengan kepala ruangan bedah RSUD Piru Kabupaten

Seram Bagian Barat Tahun 2020 di dapatkan hasil bahwa jumlah pasien pre

operasi sebanyak 30 pasien. Dari hasil wawancara secara langsung yang

dilakukan peniliti dengan 20 pasien pre operasi di ruang Bedah RSUD Piru,

peniliti menemukan bahwa tingkat pelayanan perawat kepada pasien yang

kurang memadai sehingga pasien merasa cemas akibat tingkat pelayanan.

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan

Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Di Ruang Bedah RSUD Piru

Kabupaten Seram Bagian Barat Tahun 2020.


6

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dapat merumuskan

permasalahan adalah apakah ada hubungan hubungan perilaku caring perawat

dengan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi di ruang bedah RSUD Piru

Kabupaten Seram Bagian Barat Tahun 2020?

1.3. Tujuan Penilitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan perilaku caring perawat dengan

tingkat kecemasan pada pasien pre operasi di ruang bedah RSUD Piru

Kabupaten Seram Bagian Barat Tahun 2020?

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengedentifikasi perilaku caring perawat pada pasien pre operasi di

ruang bedah RSUD Piru Kabupaten Seram Bagian Barat Tahun 2020.

2. Mengidentifikasi tingkat kecemasan pada pasien pre operasi di ruang

bedah RSUD Piru Kabupaten Seram Bagian Barat Tahun 2020.

3. Mengetahui hubungan caring perawat dengan tingkat kecemasan

pada pasien pre operasi di ruang bedah RSUD Piru Kabupaten Seram

Bagian Barat Tahun 2020.


7

1.4. Manfaat Penilitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

Penilitian ini dapat memperkaya ilmu pengetahuan dan menjadi

sarana informasi tambahan ilmu terkait dengan masalah

kegawatdaruratan tentang hubungan perilaku caring perawat dengan

tingkat kecemasan pada pasien pre operasi bagi peniliti lain.

1.4.2. Manfaat Praktis

Secara praktis, penilitian ini diharapkan kepada pembaca dapat

mengetahui maksud yang akan disampaikan penulis tentang hubungan

perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan pada pasien pre

operasi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Umum Konsep Tentang Perilaku Caring Perawat

2.1.1 Defenisi Perilaku

Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas

organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut

pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan,

binatang, sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mempunyai

aktivitas masing-masing. Sehingga yang dimaksud dengan perilaku

manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu

sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan,

berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan

sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud

perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik

yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak

luar (Notoatmodjo, 2015).

Menurut Green dalam Notoatmodjo (2015), menyebutkan 3 faktor

yang mempengaruhi perubahan perilaku individu maupun kelompok:

8
9

1) Faktor pertama

faktor yang mempermudah (predispocing factor) yang mencakup

pengetahuan, sikap, kepercayaan, norma sosial dan unsur yang lain

yang terdapat dalam diri individu maupun masyarakat.

2) Faktor kedua

Faktor pendukung / pemungkin (enabling factor) faktorfaktor

yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan.

Misalnya umur, status sosial / pendidikan dan sumber daya masyarakat.

3) Faktor ketiga

faktor pendorong / penguat (reinforcing factor), yang

memperkuat perubahan perilaku seseorang

2.1.2 Caring

Caring dalam keperawatan adalah hal yang sangat mendasar, caring

merupakan jantung dari profesi, artinya sebagai komponen yang unik,

fundalmental dan menjadi focus central dari keperawatan. Salah satu

bentuk pelayanan keperawatan adalah perilaku caring perawat yang

merupakan inti dalam praktek keperawatan profesional ( Sobirin,2012 ).

Seorang perawat dalam memberikan asuhan keperawatan harus

mencerminkan perilaku caring dalam setiap tindakan (Sukmawati,2014)

Caring mengandung 3 hal yang tidak dapat di pisahkan yaitu

perhatian, tanggung jawab, dan di lakukan dengan iklas. Caring juga


10

merupakan sikap peduli, menghormati dan menghargai orang lain, artinya

memberi perhatian dan menpelajari kesukaan-kesukaan seseorang dan

bagaimana seseorang berfikir dan bertindak, (sitorus 2017), Caring

merupakan inti dari praktik keperawatan yang baik, karena caring bersifat

khusus dan bergantung pada hubungan perawat-klien (potter dan perry,

2016) caring menvasilitasi kemampuan perawat untuk mengenali klien,

mengetahui masallah klien, mencari dan melaksanakan solusinya. Perilaku

seorang perawat yang Caring terhadap klien, dapat merupakan mekanisme

coping klien sehingga memaksimalkan proses penyembuhan klien, (sitorus

2017).

Perilaku caring dalam keperawatan di pelajari dalam berbagai

macam filosofi artinya bukan hanya perawat saja yang berperilaku

caringtetapi sebagai manusia kita juga bisa memperhatikan sesama.

Perilaku caringdari perawatan dan pelayanan secara komprehensif serta

holistic, membantu memberikan kenyamanan dan ketenangan bagi pasien,

(Kotler, 2015 dalam Anastasia Paputungan 2018)

Mengenai persepsi pasien tentang perilaku caring dalam pelayanan

keperawatan didapatkan bahwa pengetahuan perilaku caring perawat

menurut pasien adalah perawat memberi perhatian lebih kepada pasien dan

keluarga dan perilaku caring perawat yang dirasakan pasien adalah perawat

aktif bertanya, berbicara lembut, memberi dukungan, responsive, terampil

dan menghargai serta menjelaskan, Wahyuni (2017) mengenai perilaku


11

caring perawat di RS Haji Adam Malik didapatkan sebanyak 58% pasien

menyatakan perawat berperilaku baik dan 42% pasien menyatakan perawat

berperilaku cukup.

2.1.3 Aspek Caring

Watson, J. (2017) Caring yang di harapkan dalam keperawatan

adalah sebuah perilaku perawatan yang di dasari dari beberapa askep

diantaranya:

a.) Pembentukan sistem nilai humanistic dan altruistic

Individu merupakan totalitas dari bagian –bagian memilki harga

diri di dalam dan dari dirinya yang memerlukan perawat,

penghormatan, dipahami dan kebutuhan untuk di bimbing.

b.) Menanamkan sikap penuh pengharapan (faith hope)

Dapat dilakukan dengan cara menfasilitasi dan meningkatkan

asuhan keperawatan.

c.) Menumbuhkan sensitifitas terhadap diri dan orang lain

Perawat harus bisa belajar menghargai kesensitifan dan perasan

kepada klien, sehingga iya sendiri dapat menjadi lebih sensitif, murni,

dan bersifat wajan pada orang lain karena penerimaan terhadap

perasaan diri merupakan kualitas personal yang harus di miliki perawat

sebagai orang yang memberi bantuan kepada pasien.

d.) Mengembangkan hubungan salin percaya dan membantu


12

Sikap ini merupakan hubungan saling menguntungan dan sangst

penting bagi terbentuknya transcultural Caring atau mersikap Caring

antara perawat dan pasien yang dapat meningkatkan penerimaan

perwujudan perasaan baik poditif maupun negatif.

e.) Meningkatkan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif pasien

Perawat harus memahami dan menerima pikiran dan perasaan

baik positf atau pun negatif yang berbeda situasi berbeda.

f.) Menggunakan metode secara sistematis dalam penyelesaian masalah

untuk pengambilan keputusan.

Perawat merupakan metode proses keperawatan sebagai pola

pikir dan pendekatan dalam penyelesaian masalah dan mengambil

keputusan secara sistmatis.

g.) Meningkatkan pembelajaran dan pengajaran interpersonal

Caring efektif bila dilakuan melalui hubungan interpersonal

sehingga dapat memberikan asuhan mandiri, menetapkan kebutuhan

personal, dan memberikan kesempatan untuk pertumbuhan personal

pasien.

h.) Menciptakan linkungan fisik, mental, sosiokultural, dan spiritual yang

mendukung.

Pearawat perlu mengenali pengaaruh lingkungan internal dan

eksternal pasien terhadap kesehatan kondisi penyakit pasien.


13

i.) Memenuhi kebutuhan dasar manusia dengan penuh penghargaan dalam

rangka mempertahankan keutuhan dan martabat manusia.

Perawat perlu mengenali kebutuhan komperhensif diri dan

pasien. Pemenuhan kebutuhan paling dasar perlu dicapai sebelum

beralih ketingkat selanjutnya.

j.) Mengijinkan untuk terbuka pada eksistensial fenomonological agar

pertumbuhan diri dan kematangan jiwa pasien dapat dicapai.

Fenomenologi yaitu tentang data serta situasi yang membantu

pemahaman pasien terhadap fenomena. Psikologi eksistensial adalah

keberadaan ilmu tentang manusia yang digunakan untuk menganalisis

fenomenologi.

2.1.4 Perawat

Perawat atau Nurse berasal dari bahasa latin yaitu kata Nutrix yang

berarti merawat atau memelihara, dan menjelaskan pengertian dasar

seorang perawat yaitu seseorang yang berperan dalam merawat atau

memelihara, membantu dan melindungi seseorang karena sakit, injuri

dan proses penuaan dan perawat profesional adalah perawat yang

bertanggung jawab dan berwewenang memberikan pelayanan

keperawatan secara mandiri dan atau berkolaborasi dengan tenaga

kesehatan lain sesuai dengan kewenangannya (Depkes RI, 2002). Aktifitas


14

perawat mencakup perannya sebagai pelaksana, pengelola, pendidik, dan

peneliti dalam bidang keperawatan.

Perilaku caring dalam keperawatan di pelajari dalam berbagai

macam filosofi artinya bukan hanya perawat saja yang berperilaku caring

tetapi sebagai manusia kita juga bisa memperhatikan sesama. Perilaku

caring dari perawatan dan pelayanan secara komprehensif serta holistic,

membantu memberikan kenyamanan dan ketenangan bagi pasien, (Kotler,

2015 dalam Anastasia Paputungan 2018)

Mengenai persepsi pasien tentang perilaku caring dalam pelayanan

keperawatan didapatkan bahwa pengetahuan perilaku caring perawat

menurut pasien adalah perawat memberi perhatian lebih kepada pasien dan

keluarga dan perilaku caring perawat yang dirasakan pasien adalah perawat

aktif bertanya, berbicara lembut, memberi dukungan, responsive, terampil

dan menghargai serta menjelaskan, Wahyuni (2017) mengenai perilaku

caring perawat di RS Haji Adam Malik didapatkan sebanyak 58% pasien

menyatakan perawat berperilaku baik dan 42% pasien menyatakan perawat

berperilaku cukup.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Tati Nurbiyati (2015)

adalah persepsi pasien tentang perilaku caring perawat dalam pelayanan

keperawatan di Ruang Maranata I ini menghasilkan dua tema yaitu

pengetahuan perilaku caring perawat menurut pasien adalah perawat

memberi perhatian lebih kepada pasien dan diangggap keluarga, perilaku

caring perawat yang dirasakan pasien adalah perawat aktif bertanya,


15

berbicara lembut, memberi dukungan, responsif, gejala yaitu meningkatnya

denyut nadi dan frekuensi nafas, tidak terkontrolnya pergerakan tangan,

lembabnya telapak tangan, resah atau gelisah, pertanyaan yang diulang-

ulang, insomnia, selalu buang air kecil (Capernito,2014 dalam Utami,

2015).

Gangguan mental yang terbesar. adalah cemas sekitar 20% dari

total populasi penderita kecemasan di dunia (Stuart et al, 2009). Di

Indonesia, prevalensi gangguan kecemasan berkisar pada angka 6-7% dari

populasi umum (Smeltzer and Bare, 2014). Hasil survei yang dilakukan

Indrawati, dalam penelitiannya tanggal 27 Maret 2015 di Ruang Rawat

Inap Teratai RSUD Sidoarjo terdapat 5 pasien pre operasi fraktur

ekstremitas bawah 100% mengalami kecemasan (Idrawati,2015).

2.2 Tinjauan khusus

2.2.1 Defenisi Tingkatan Kecemasan

Stuart dkk (2013) menyatakan kecemasan adalah perasaan individu

dan pengalaman subjektif yang tidak diamati secara langsung dan perasaan

tanpa objek yang spesifik dipacu oleh ketidaktahuan dan didahului oleh

pengalaman yang baru. Berdasarkan definisi tersebut dapat diambil

kesimpulan bahwa kecemasan adalah perasaan yang tidak menyenangkan,

tidak enak, khawatir dan gelisah. Keadaan emosi ini tanpa objek yang

spesifik, dialami secara subyektif dipacu oleh ketidaktahuan yang didahului

oleh pengalaman baru, dan dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal

Menurut Carpenito (2014) klasifikasi tingkat kecemasan dibagi:


16

1) Kecemasan ringan Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan

sehari-hari yang menyebabkan seseorang menjadi waspada dan

meningkatkan lahan persepsi.

2)  Kecemasan sedang Memungkinkan seseorang untuk memusatkan

seseorang pada hal yang nyata dan mengesampingkan yang lain.

3)  Kecemasan berat Cenderung memusatkan pada sesuatu yang terinci

dan spesifik serta tidak dapat berfikir tentang hal yang lain.

4)    Tingkat panik Berhubungan dengan terpengaruh ketakutan dan teror.

2.2.2 Teori-Teori Penyebab Kecemasan

Direktorat Kesehatan jiwa Depkes RI (1994)mengembangkan teori-teori

kecemasan sebagai berikut

a.) Faktor Predisposisi

1) Teori Psikoanalisis

Menurut pandangan psikoanalisis, kecemasan adalah konflik

emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian, yaitu id dan

superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif

seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang

dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego

berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen tersebut, dan fungsi

kecemasan adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya yang perlu

diatasi.
17

2) Teori Interpersonal

Kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap penolakan

saat berhubungan dengan orang lain. Kecemasan ini juga

dihubungkan dengan trauma pada masa pertumbuhan, seperti

kehilangan dan perpisahan dengan orang yang dicintai. Penolakan

terhadap eksistensi diri oleh orang lain atau masyarakat akan

menyebabkan individu yang bersangkutan menjadi cemas. Namun,

bila keberadaannya diterima oleh orang lain, maka ia akan merasa

tenang dan tidak cemas. Kecemasan berkaitan dengan hubungan

antara manusia.

3) Teori Perilaku

Kecemasan merupakan hasil frustasi segala sesatu yang

menggangu kemampuan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Para ahli perilaku menggangap kecemasan merupakan suatu

dorongan, yang mempelajari berdasarkan keinginan untuk

menghindari rasa sakit. Pakar teori menyakini bahwa bila pada awal

kehidupan dihadapkan pada rasa takut yang berlebihan maka akan

mnunjukan kecemasan yang berat pada masa dewasanya. Sementara

para ahli teori konflik mengatakan bahwa kecemasan sebagai

benturan-benturan keinginan yang bertentangan. Mereka percaya


18

bahwa hubungan timbal balik antara konflik dan daya kecemasan

yang kemudian menimbulkan konflik.

4) Teori Keluarga

Kecemasan merupakan hal yang biasa ditemui dan timbul

dalam suatukeluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan

kecemasan dan antara gangguan kecemasan dengan depresi.

5) Kajian Biologis

Menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk

benzo diaz epindes. Reseptor ini, mungkin membantu mengatur

kecemasan. Penghambat asam aminobutirik-gamma neroregulator

(GABA) juga mungkin memainkan peran utama dalam mekanisme

biologis berhubungan dengan kecemasan, sebagaimana halnya

endorphin. Selain itu, telah dibuktikan bahwa kesehatan umum

seseorang mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi; terhadap

kecemasan. Kecemasan mungkin disertai gangguan fisik dan

selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk

b.) Faktor Presipitasi

Menurut Stuart & Sundeen (1998) faktor pencetus (presipitasi)

yang menyebabkan terjadinya kecemasan antara lain

1). Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan


19

fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk

melakukan aktivitas hidup sehari-hari.

2). Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan

indentitas, harga diri dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.

2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kecemasan

Setiap individu memiliki respon yang berbeda dan spesifik saat

kecemasan terjadi. Faktor- faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan

adalah

1) Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi kemampuan

berfikir, semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin mudah

berfikir rasional dan menangkap informasi termasuk dalam

menguraikan masalah yang baru. Pendidikan yang dimaksud adalah

pendidikan formal yang telah dijalani oleh seseorang yaitu belum

sekolah, tidak sekolah, tamat SD, tamat SLTP, dan tamat perguruan

tinggi/Akademik.

2) Status sosial ekonomi

Tingkat sosial ekonomi atau pendapatan yang kurang/ rendah

pada seseorang akan menyebabkan orang tersebut mudah

mengalami kecemasan. Status sosial ekonomi digambarkan dan


20

diukur dengan besarnya pendapatan, yang dimaksud dengan

pendapatan adalah penghasilan yang diperoleh kepala keluarga yang

bersumber dari sector formal dan informal dalam waktu satu bulan.

Sector formal berupa gaji, pah yang diperoleh secara tetap. Sedangkan

sektor informal seperti dagang, tukang dan buruh merupakan

sector informal

3) Umur

Umur seseorang ternyata lebih mudah mengalami gangguan

akibat kecemasan daripada seseorang yang lebih tua, tetapi ada juga

yang berpendapat sebaliknya. Umur adalah variable yang selalu di

perhatikan didalam penyeledikan epidemiologi angka-angka kesakitan

maupun kematian dalam hampir semua keadaan menunjukan hubungan

dengan umur. Angka - angka kesakitan di tunjukan pada pengelompok

kan  umur, berdasarkan perbandingan umur WHO menganjurkan

pembagian umur 9 16 tahun masa kanak dan remaja awal, 17-25 tahun

masa remaja akhir, 26-32 tahun masa dewasa awal dan seterusnya.

4) Jenis kelamin

Gangguan panik merupakan suatu gangguan cemas yang ditandai

oleh kecemasan yang spontan dan episodic. Gangguan ini lebih sering

dialami wanita daripada pria, karena wanita lebih berprasaan

dibandingkan lakilaki (Bustam 2004).


21

5) Potensi stressor

Stressor psikososial merupakan setiap keadaan atau peristiwa

yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang sehingga

orang itu terpaksa mengadakan adaptasi.

6) Malnutrisi

Individu yang memiliki kematangan kepribadian yang lebih

sukar mengalami gangguan akibat kecemasan, karena individu yang

maturasi mempunyai adaptasi yang lebih besar terhadap kecemasan.

Tingkat meturasi individu akan mempengaruhi tingkat kecemasan.

Pada bayi kecemasan lebih di sebabkan oleh perpisahan, lingkungan

atau orang yang tidak dikenal dan perubahan hubungan dalam

kelompok sebaya. Kecemasan pada remaja lebih banyak di sebabkan

oleh perkembangan seksual. Pada dewasa kecemasan berhubungan

dengan ancaman konsep diri, sedangkan pada lansia kecemasan

berhubungan dengan kehilangan fungsi (Yosep,2010)

7)  Keadaan fisik

Seseorang yang mengalami gangguan fisik seperti cedera operasi

akan mudah mengalami kemasan, disamping itu orang yang mengalami

kelelahan fisik lebih mudah mengalami kecemasan.


22

8) Tipe kepribadian

Orang yang berkepribadian A lebih mudah mengalami gangguan

akibat kecemasan daripada orang dengan kepribadian B, adapun ciri-

ciri orang dengan kepribadian tipe A adalah mereka yang mempunyai

sifat agresif dan kompetitip, menetapkan standar-standar tinggi dan

meletakan diri mereka dibawah tekanan waktu yang konstan. Mereka

bahkan masih giat dalam kegiatan-kegiatan olahraga yang bersifat

rekreasi dan kegiatan sosial kemasyarakatan, mereka sering tidak

menyadari bahwa banyak tekanan yang mereka rasakan salah, lebih

disebabkan oleh perbuatan sendiri daripada lingkngan mereka.

mengatasi stesor.

2.2.4 Pengukuran Tingkat Kecemasan

Pengukuran kecemasan dapat dilakukan secara langsung atau tidak

langsung yang dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pernyataan

reponden terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan

dengan pernyataan-pernyataan hipotesis, kemudian dinyatakan dengan

pendapat responden. Skala Hamilton Rating Scale For Anxiety (HRS-A)

Menurut (Saryono, 2010) Tingkat kecemasan dapat diukur dengan

menggunakan Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A) yang sudah

dikembangkan oleh kelompok Psikiatri Biologi Jakarta (KPBJ) dalam

bentuk Anxiety Analog Scale (AAS). Skala HRS-A merupakan


23

pengukuran kecemasan yang didasarkan pada munculnya symptom pada

individu yang mengalami kecemasan. Menurut skala HRS-A terdapat 14

syptoms yang nampak pada individu yang mengalami kecemasan. Setiap

item yang diobservasi diberi 5 tingkatan skor antara 0 (Nol Present) sampai

dengan 4 (severe). Cara penilaian kecemasan adalah dengan memberikan

nilai dengan

kategori:

1. Skor 0 = tidak ada gejala sama sekali

2. Skor 1 = satu dari gejala yang ada

3. Skor 2 = separuh dari gejala yanga ada

4. Skor 3 = lebih gejala yang ada

5. Skor 4 = semua gejala yang ada

Penilaian hasil yaitu dengan menjumlahkan nilai skor 1 item sampai

dengan 14 dengan ketentuan sebagai berikut: Jumlah nilai Angka (Total

Score) <14 : tidak ada kecemasan 14-20 : kecemasan ringan 21-27:

kecemasan sedang 28-41 : kecemasan berat 42-56 : kecemasan sangat besar

(panik)
24

2.2.5 Karekteristik atau Ciri-ciri Kecemasan

1) Kecemasan ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda

dan membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan

membantu individu memfokuskan perhatian untuk belajar,

menyelesaikan masalah, berpikir, bertindak, merasakan, dan

melindungi diri sendiri.Kecemasan ringan dengan ciri-ciri

meningkatkan kesadaran, terangsang untuk melakukan tindakan,

termotivasi secara positif dan sedikit mengalami peningkatan tanda

tanda vital dalam melakukan kehidupan sehari-hari. Cemas ringan

berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari

sehingga dan menyebabkan seseorang individu menjadi waspada dan

meningkatkan lapang persepsinya. Menifestasi yang muncul pada

tingkat ini adalah kelelahan, lapang persepsi meningkat, kesadaran

tinggi, mampu untuk belajar, motivasi meningkat dan tingkah laku

sesuai dengan situasi.

2) Kecemasan sedang merupakan perasaan yang menggangu bahwa ada

sesuatu yang benar-benar berbeda; individu menjadi gugup atau

agitasi.Kecemasan sedang dengan ciri-ciri lebih tegang, menurunnya

konsentrasi dan persepsi, sadar tapi fokusnya sempit, sedikit

mengalami peningkatan tanda-tanda vital. Ansietas (kecemasan)

memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang penting dan

mengesampingkan yang lain. Kecemasan ini mempersempit lapang


25

persepsi individu. Dengan demikian, individu mengalami tidak

perhatian yang selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak area

jika diarahkan untuk melakukannya. Menifestasi yang terjadi pada

tingkat ini yaitu kelelahan meningkat, ketegangan otot meningkat.

3) Kecemasan berat, yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman,

memperlihatkan respons takut dan distress. Kecemasan berat dengan

ciri-ciri persepsi menjadi terganngu, perasaan tentang terganggu atau

takut meningkat, komunikasi menjadi terganggu dan mengalami

peningkatan tanda-tanda vital. Kecemasan berat sangat mengurangi

lapang persepsi individu. Individu cenderung berfokus pada sesuatu

yang rinci dan spesifik serta tidak berpikir tentang hal yang lain.

Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Individu

tersebut memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada area lain.

4) Panik, individu kehilangan kendali dan detail perhatian hilang, karena

hilangnya kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun

dengan perintah. Tetapi akan lebih buruk jika intervensi yang

dilakukan gagal dapat membahayakan diri sendri dan orang lain.


BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Kerangka Konsep

Adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep-konsep atau variabel-

variabel yang akan diamati atau diukur melalui penelitian yang dilaksanakan.

Konsep-konsep atau variabel-variabel yang di amati berdasarkan penelitian ini

yaitu perilaku caring (Variabel Bebas), Tingkat kecemasan pada pasien pre

operasi (Variabel Terikat).

Variabel Independen Varibel Dependen

Tingkat Kecemasan Pada


Perilaku Caring
Pasien Pre Operasi Di
Ruang Bedah

Keterangan :

:Variabel Yang Di Teliti

: Garis Penghubung

30
31

3.2 Hipotesis

H0 : Tidak ada hubungan perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan

pada pasien pre operasi di ruang bedah.

Ha : Ada hubungan perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan pada

pasien pre operasi di ruang bedah.


BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi.

Pendekatan yang akan digunakan adalah cross sectional yaitu peneliti

melakukan observasi atau pengukuran variabel independen yaitu perilaku

caring perawat, dan variabel dependen yaitu tingkat kecemasan pada pasien

pre operasi di ruang bedah RSUD Piru Kabupaten Seram Bagian Barat Tahun

2020.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

4.2.1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di ruang bedah RSUD Piru Kabupaten Seram

Bagian Barat

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan 16 Agustus - 16 September

2020

4.3. Populasi, Sampel dan Sampling

4.3.1. Populasi

Menurut Notoatmodjo (2015), Populasi (universal) adalah

keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan diteliti. Populasi

32
dalam penelitian ini adalah semua pasien pre operasi di ruang bedah

RSUD Piru Kabupaten Seram Bagian Barat yang berjumlah 30 orang.

30
33

4.3.2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang di ambil dari keseluruhan objek di

anggap yang di teliti dan di anggap mewakili selurah populasi

(Notoatmodjo, 2015). Sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah 30 orang dari seluruh populasi pada pasien pre operasi di ruang

bedah RSUD Piru Kabupaten Seram Bagian Barat Tahun 2020.

4.3.3. Sampling

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu dengan

menggunakan total sampling. Total sampling adalah teknik pengambilan

sampel  dimana  jumlah sampel sama  dengan populasi (Sugiyono,

2017 ).

4.4. Variabel Penelitian

Variabel adalah suatu fenomena yang bervariasi dalam bentuk kualitas,

kuantitas, mutu dan standar. Variabel merupakan sesuatu yang biasa diukur dan

cara pengukurannya berbeda-beda., variabel penelitian terbagi menjadi dua, yaitu

variabel dependen dan variabel independen.

4.4.1. Variabel Dependen (Bebas)

Variabel dependen adalah suatu variabel yang nilainya di pengaruhi

atau bergantung pada nilai dari variabel lainnya yakni dari penelitian ini,

variabel dependen yaitu tingkat kecemasan pada pasien pre operasi di

ruang bedah RSUD Piru Kabupaten Seram Bagian Barat tahun 2020.
34

4.4.2. Variabel Independen (Terikat)

Variabel independen adalah suatu variabel yang menjadi sebab

timbulnya atau berubahnya variabel dependen (bebas) yakni dari penelitian

ini,variabel independen yaitu perilaku caring perawat.

4.5. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu

variabel atau kontras dengan cara memberikan pengetahuan, pengetahuaan atau

lebih menspesifikkan kepada kegiatan, ataupun memberi suatu operasional yang

diperlukan untuk mengukur kontrak atau variabel tersebut (Nursalam, 2011).

Tabel 4.5.

Definisi Operasional Variabel Independen dan Variabel Dependen

No Variabel Defenisi Oprasional Alat Ukur Skala Ukur Hasil Ukur

1 Variabel Perilaku caring perawat  Kuesioner Nominal - Baik


Independen: adalah tindakan yang
Perilaku dilakukan perawat dalam - Kurang Baik
caring membina hubungan keperawat
perawat an  antara pasien maupun
keluarga dan perawat dengan
penuh perhatian, nilai, dan
tindakan professional yang
meliputi :

1. Membentuk sistem nilai
humanistic-altruistic .
2. Menanamkan
keyakinan dan harapan.
3. Mengembangkan
sensitifitas untuk diri
sendiri dan orang lain.
4. Membina hubungan
saling percaya dan saling
membantu.
5. Meningkatkan dan
menerima ekspresi
perasaan positif dan
negatif.
35

2 Variabel Tingkat kecemasan adalah Kuesioner Nominal - Tidak cemas


Dependen: reaksi yang timbul oleh
Tingkat penyebab yang tidak spesifik - Cemas
kecemasan yang dapat menimbulkan
pada pasien perasaan tidak nyaman dan
pre operasi merasa terancam, yang diukur
menggunakan Zung Self-
rating Anxiety Scale (ZSAS)

4.6.Instrumen Penelitian

Instrument penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk

pengumpulan data ( Notoadmojo, 2015 ). Dalam penelitian ini, alat pengumpulan

data yang akan digunakan untuk mencari informasi menggunakan kuesioner

yang disusun oleh peneliti dengan berpedoman dari tinjauan pustaka dan

kerangka konsep. Penelitian ini menggunakan instrumen penelitian berupa

kuesioner. Kuesioner ini akan digunakan untuk melihat distribusi demografi dari

responden saja dan tidak akan di analisis. Kuesioner bagian kedua adalah

kuesioner perilaku caring perawat dan kuesioner tingkat kecemasan pada pasien

pre operasi.

4.7. Prosedur Pengumpulan Data

Data yang pertama kali yaitu peneliiti membuat surat ijin penelitian di

LPPM untuk membawa ke KESBANPOL, kemudian peneliti  menunggu surat

balasan dari KESBANPOL yang dibawa kembali ke LPPM, Setelah

mendapatkan izin dari institusi pendidikan, setelah itu surat akan diserahkan

kepada Direktur RSUD Piru Kabupaten Seram Bagian Barat. Setelah mendapat

izin penelitian dari Direktur RSUD Piru Kabupaten Seram Bagian Barat,
36

kemudian peneliti akan mulai melakukan pengumpulan data, menjelaskan

kepada calon responden, manfaat proses pengumpulan data dan memberikan

kesempatan bertanya bila ada hal yang tidak dimengerti.

Peneliti memperkenalkan diri terlebih dahulu, kemudian menjelaskan

kepada responden tentang tujuan dan manfaat penelitian. Jika responden bersedia

maka responden terlebih dahulu menandatangani lembar persetujuan penelitan

sebagai bukti kesedian diri menjadi responden. Bila responden tidak bersedia

menandatangani lembar persetujuan, maka responden dapat memberikan

persetujuan secara lisan. Tetapi jika calon responden tidak bersedia untuk di

teliti, maka calon responden berhak menolak dan mengundurkan diri selama

proses pengumpulan data berlangsung. Untuk pengumpulkan data tahap awal

dilakukan dengan observasi kepada responden secara langsung ditempat

penelitian.

4.8. Analisa Data

 Analisa data dilakukan untuk menjawab hipotesis penelitian. Data yang

diperoleh dari analisa dengan menggunakan teknik statistik kuantitatif dengan

menggunakan analisis Univariat dan Bivariat. Adapun analisa yang digunakan

sebagai berikut:

1. Analisa Univariat

Analisa univariat merupakan suatu analisa yang digunakan untuk tiap-

tiap variabel dari hasil penelitian yang menghasilkan suatu distribusi frekuensi
37

dan presentase dari masing-masing variabel. Baik variabel bebas maupun

variabel terikat (Notoatmodjo 2012).

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat adalah untuk menguji ada atau tidaknya hubungan

antara variabel independen dan variabel dependen, peneliti menggunakan uji

hubungan yaitu uji Chi Square.

4.9. Etika Penilitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti memandang perlu adanya

rekomendasi dari pihak institusi atas pihak lain dengan mengajukan permohonan

izin kepada staf pemerintahan tempat penelitian. Setelah mendapatkan

persetujuan, peneliti mulai melakukan penelitian dengan memperhatikan

masalah etika (Hidayat, A. A. 2012) meliputi :

1. Lembaran persetujuan menjadi responden (Informend consent)

Lembaran persetujuan ini diberikan kepada responden yang diteliti

2. Tanpa nama (Anonymity)

Untuk menjadi kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan nama

responden, cukup dengan menggunakan inisial pada lembaran pengumpulan

data.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Kerahasiaan responden dijamin oleh peneliti, hanya kelompok data

tertentu saja yang akan disajikan untuk dilaporkan sebagai hasil peneliti.
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Penelitian ini di laksanakan di ruang bedah RSUD Piru Kecamatan Seram

Barat, Kabupaten Seram Bagian Barat dari tanggal 16 Juli - 16 Agustus 2020,

hasil penelitian ini diperoleh dengan memberikan koesioner kepada pasien pre

operasi di ruangan bedah RSUD Piru, untuk mengetahui hubungan perilaku

caring perawat dengan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi di ruang

bedah RSUD Piru yang berjumlah 30 Pasien.

5.2 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Ruangan bedah RSUD Piru memiliki batas wilayah yaitu : Sebelah utara

berbatasan dengan Ruangan Zikki, sebelah selatan berbatasan dengan Radiologi,

sebelah barat berbatasan dengan Hutan, dan sebelah timur berbatasan dengan

Makilla klas.

Adapun sarana - prasarana yang di miliki oleh ruangan bedah RSUD Piru

yaitu, 1 buah ruang kepala ruangan, 1 buah ruang perawat, 4 buah WC/Kamar

mandi,1 buah ruang bedah laki,1 buah ruang bedah wanita,1 buah ruang anak di

RSUD Piru Kecamatan Seram Barat Kabupaten Seram Bagian Barat.

38
39

5.2.1. Karakteristik Identitas Responden

Hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel, berupa distribusi

karakteristik responden (usia, jenis kelamin, pekerjaan, dan Pendidikan)

perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan pada pasien preopersi

di ruang bedah RSUD Piru Kabupaten Seram Bagian Barat Tahun 2020.

Tabel 5.2
Distribusi Karakteristik Responden di Ruang Bedah
RSUD Piru Kabupaten Seram Bagian Barat
Tahun 2020

Usia Jumlah Persen (%)


35-39 tahun (dewasa muda) 9 30.0
40-44 tahun (dewasa tua) 6 20.0
45-49 tahun (pra lansia) 5 16.7
50-54 tahun (lansia awal) 4 13.3
55-60 tahun (lansia akhir) 6 20.0
Total 30 100
Jenis Kelamin Jumlah Persen (%)
Laki-laki 18 60.0
Perempuan 12 40.0
Total 30 100
Pekerjaan Jumlah Persen (%)
Tani 15 50.0
PNS 6 20.0
Wirausaha 3 10.0
IRT 6 20.0
Total 30 100
Pendidikan Jumlah Persen (%)
SD 5 16.7
SMP 5 16.7
SMA 11 36.7
Perguruan Tinggi 9 30.0
Total 30 100

Berdasarkan Tabel 5.1 di atas dapat diketahui bahwa pada

karakteristik responden berdasarkan umur dari 30 responden mayoritas


40

berada pada umur 35-39 tahun sebanyak 9 responden (30,0%),

karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin mayoritas laki-laki

sebanyak 18 responden (60.0%), karakteristik responden berdasarkan

pekerjaan mayoritas tani sebanyak 15 responden (50.0%) dan

karakteristik responden berdasarkan pendidikan mayoritas SMA yaitu

sebanyak 11 responden (36.7%).

5.3. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan terhadap variabel penelitian. Pada analisis ini

akan menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap-tiap variabel

antara perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan di ruang bedah RSUD

Piru Kecamatan Seram Barat Kabupaten Seram Bagian Barat Tahun 2020.

Adapun variabel-variabel yang dianalisis dalam penelitian ini adalah perilaku

caring perawat dan tingkat kecemasan.

5.3.1. Perilaku Caring Perawat


Hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel, berupa distribusi

responden berdasarkan perilaku caring perawat pada pasien preopersi di

ruang bedah RSUD Piru Kabupaten Seram Bagian Barat Tahun 2020.

Tabel 5.3
Distribusi Responden caring perawat di Ruangan Bedah
RSUD Piru Kabupaten Seram Bagian Barat
Tahun 2020
Perilaku Caring Perawat Frekuensi Presentase
Kurang Baik 15 50.0
Baik 15 50.0
Total 30 100.0
41

Berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa perilaku caring perawat

yang kurang baik berjumlah 15 (50.0%) responden, dan perilaku caring

perawat yang baik berjumlah 15 (50.0%) responden.

5.3.2. Tingkat Kecemasan

Hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel, berupa distribusi

responden tingkat kecemasan pasien preopersi di ruang bedah RSUD Piru

Kabupaten Seram Bagian Barat Tahun 2020.

Tabel 5.3
Distribusi Responden Tingkat Kecemasan di Ruangan Bedah
RSUD Piru Kabupaten Seram Bagian Barat
Tahun 2020
Tingkat Kecemasan Frekuensi Presentase
Cemas 16 53.3
Tidak Cemas 14 46.7
Total 30 100.0

Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa tingkat kecemasan pasien

yang merasa cemas berjumlah 16 (53.3%) responden, dan tingkat

kecemasan pasien yang merasa tidak cemas berjumlah 14 (46.7%)

responden.

5.4. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dalam penelitian ini diperoleh dari data perilaku caring

perawat tempat yang berhubungan dengan tingkat kecemasan. Pengujian

hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji Chi Square dengan bantuan
42

perangkat komputer untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel

bebas dan variabel terikat.

Analisis bivariat pada penelitian ini adalah hubungan perilaku caring

perawat dengan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi di ruang bedah

RSUD piru Kecamatan Seram Barat Kabupaten Seram Bagian Barat tahun 2020.

Tabel 5.4
Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan Tingkat Kecemasan Pada
Pasien Pre Operasi Di Ruang Bedah RSUD Piru Kecamatan Seram Barat
Kabupaten Seram Bagian Barat
Tahun 2020

Tingkat Kecemasan Total

Cemas Tidak
Cemas N % sig

Perilaku Caring N % n %
Perawat

Kurang Baik 11 36.7 4 13.3 15 50.0 P=0.028

Baik 5 16.7 10 33.3 15 50.0

Total 16 53.3 14 46.7 30 100

Berdasarkan tabel 5.3 diatas hasil penelitian menunjukan bahwa

perilaku caring perawat yang kurang baik dengan tingkat kecemasan

pasien yang merasa cemas berjumlah 11 (36.7%) responden, dan tingkat

kecemasan pasien yang tidak merasa cemas berjumlah 4 (13.3%)

responden. Kemudian perilaku caring perawat yang baik dengan tingkat

kecemasan pasien yang merasa cemas berjumlah 5 (16.7%) Responden,


43

dan perilaku caring perawat yang baik dengan tingkat kecemasan pasien

yang tidak merasa cemas berjumlah 10 (33.3%) Responden.

Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi-Square di

dapatkan nilai p-value 0.028 jika dibandingkan dengan derajat kemaknaan

(p-value <0,05) maka Ha diterima artinya ada hubungan perilaku caring

perawat dengan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi di ruang

bedah RSUD Piru Kecamatan Seram Barat Kabupaten Seram Bagian

Barat Tahun 2020.

5.5 Pembahasan

5.5.1 Perilaku Caring Perawat Di Ruang Bedah RSUD Piru

Hasil penelitian di atas, peneliti menemukan bahwa perilaku caring

perawat yang kurang baik berjumlah 15 (50.0%) responden, dan perilaku

caring perawat yang baik berjumlah 15 (50.0%) responden.

Menurut Laili Hidayati (2016), bahwa sebagian besar caring perawat

adalah kurang baik yaitu sebanyak 63 responden (69%), dan baik sebanyak

12 responden (14%)

Caring dalam keperawatan adalah hal yang sangat mendasar, caring

merupakan jantung dari profesi, artinya sebagai komponen yang unik,

fundalmental dan menjadi focus central dari keperawatan. Salah satu

bentuk pelayanan keperawatan adalah perilaku caring perawat yang

merupakan inti dalam praktek keperawatan profesional ( Sobirin,2002 ).


44

Seorang perawat dalam memberikan asuhan keperawatan harus

mencerminkan perilaku caring dalam setiap tindakan (Sukmawati,2009)

Caring mengandung 3 hal yang tidak dapat di pisahkan yaitu

perhatian, tanggung jawab, dan di lakukan dengan iklas. Caring juga

merupakan sikap peduli, menghormati dan menghargai orang lain, artinya

memberi perhatian dan menpelajari kesukaan-kesukaan seseorang dan

bagaimana seseorang berfikir dan bertindak, (sitoru 2017).Caring

merupakan inti dari praktik keperawatan yang baik, karena caring bersifat

khusus dan bergantung pada hubungan perawat-klien (potter dan perry,

2009) caring menfasilitasi kemampuan perawat untuk mengenali klien,

mengetahui masallah klien, mencari dan melaksanakan solusinya. Perilaku

seorang perawat yang Caring terhadap klien, dapat merupakan mekanisme

coping klien sehingga memaksimalkan proses penyembuhan klien, (sitorus

2015).

Distribusi perilaku caring perawat di ruang bedah RSUD Piru

Kabupaten Seram Bagian Barat dari 30 responden di dapatkan hasil bahwa

secara umum caring perawat dalam penelitian ini bahwa banyak pasien

yang memilih kurang baik pada pengisian kuesioner perilaku caring

perawat. Kebanyakan pasien mengungkapkan bahwa perawat jarang

mengunjungi kamar pasien untuk mengecek keadaan pasien, pasien merasa

perawat tidak peka terhadap kebutuhan mereka atau kurang menghargai

sudut pandang mereka.


45

5.5.2 Tingkat Kecemasan Pasien Di Ruang Bedah RSUD Piru

Hasil penelitian di atas, peneliti menemukan bahwa dari 30

responden, tingkat kecemasan pasien yang merasa cemas berjumlah 16

(53.3%) responden, dan tingkat kecemasan pasien yang merasa tidak

cemas berjumlah 14 (46.7%) responden.

Menurut Laili Hidayati (2016), bahwa sebagian besar responden

berada dalam kecemasan ringan yaitu sebanyak 39 responden (42%),

selanjutnya sedang sebanyak 35 responden (38%), dan berat sebanyak 18

responden (20%).

Kecemasan adalah perasaan individu dan pengalaman subjektif

yang tidak diamati secara langsung dan perasaan tanpa objek yang spesifik

dipacu oleh ketidaktahuan dan didahului oleh pengalaman yang baru.

Berdasarkan definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kecemasan

adalah perasaan yang tidak menyenangkan, tidak enak, khawatir dan

gelisah. Keadaan emosi ini tanpa objek yang spesifik, dialami secara

subyektif dipacu oleh ketidaktahuan yang didahului oleh pengalaman baru,

dan dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal.

Menurut Carpenito (2014) klasifikasi tingkat kecemasan dibagi:

1) Kecemasan ringan Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan

sehari-hari yang menyebabkan seseorang menjadi waspada dan

meningkatkan lahan persepsi.

2)  Kecemasan sedang Memungkinkan seseorang untuk memusatkan

seseorang pada hal yang nyata dan mengesampingkan yang lain.


46

3)  Kecemasan berat cenderung memusatkan pada sesuatu yang terinci dan

spesifik serta tidak dapat berfikir tentang hal yang lain.

4)    Tingkat panik berhubungan dengan terpengaruh ketakutan dan teror.

Menurut asumsi peneliti, kecemasan yang dialami oleh pasien

disebabkan dalam menghadapi penyakit yang diderita, pasien tidak

terbiasa untuk rawat inap. Ada anggapan yang muncul, jika sudah di

rawat inap menunjukkan bahwa penyakit atau kondisi medis pasien sudah

tidak baik. Hal ini menyebabkan pasien lebih fokus kepada penyakitnya

sehingga tidak berpikir lagi tentang hal-hal lain seperti melakukan

aktivitas sehari-harinya. Pasien akhirnya tidak lagi berfokus untuk

menjalani hidup sehat atau minum obat untuk mengurangi penyakitnya.

Perlu adanya pendampingan dari orang terdekat atau tenaga medis untuk

mengurangi tingkat kecemasan ini.

5.5.3 Hubungan Caring Perawat Dengan Tingkat Kecemasan Pada Pasien

Pre Operasi di Ruang Bedah RSUD Piru Kecamatan Seram Barat

Kabupaten Seram Bagian Barat Tahun 2020

Hubungan Caring Perawat Dengan Tingkat Kecemasan Pada

Pasien Pre Operasi di Ruang Bedah RSUD Piru Kecamatan Seram Barat

Kabupaten Seram Bagian Barat Tahun 2020. berdasarkan hasil penelitian

di RSUD Piru, dengan hasil analisa menggunakan uji chi square (x2)
47

dengan nilai signifikan (α) adalah 0.005 dan nilai p value 0,028 yang

berati bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara caring perawat

dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi.

Hasil penelitian di atas, peneliti menemukan bahwa ada hubungan

perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan, Perilaku caring

perawat yang kurang baik dengan tingkat kecemasan pasien yang merasa

cemas berjumlah 11 (36.7%) responden, dan tingkat kecemasan pasien

yang tidak merasa cemas berjumlah 4 (13.3%) responden. Kemudian

perilaku caring perawat yang baik dengan tingkat kecemasan pasien yang

merasa cemas berjumlah 5 (16.7%) responden, dan perilaku caring

perawat yang baik dengan tingkat kecemasan pasien yang tidak merasa

cemas berjumlah 10 (33.3%) responden.

Hubungan caring perawat yang baik maka semakin ringan tingkat

kecemasan pada pasien hal ini di dukung oleh Saragieh (2018) semakin

baik perilaku caring perawat maka semakin ringan tingkat kecemasan.

Hal bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurlali

Hidayati (2016), hasil pengujian hubungan antara perilaku caring perawat

terhadap kecemasan pasien diperoleh nilai r hitung sebesar -0,468 dengan

p-value=0,000, dengan demikian pada tingkat signifikansi 5% nilai p

value lebih kecil dari tingkat signifikansi atau 0,000 <

0,05 maka diputuskan H0 ditolak dan menerima Ha. berdasarkan kriteria

uji tersebut maka disimpulkan terdapat hubungan yang  signifikan


48

antara perilaku caring perawat terhadap kecemasan pasien di Rumah

Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta.

Menurut Laili Hidayati (2016), bahwa hubungan perilaku caring

perawat terhadap kecemasan pasien menunjukkan bahwa pada perilaku

caring kurang sebagian besar pasien mengalami kecemasn sedang yaitu

sebanyak 8 responden (50%), kecemasan berat sebanyak 6 responden

(37%), dan kecemasan ringan sebanyak 2 responden (13%). Selanjutnya

pada responden dengan caring perawat cukup sebagian besar memiliki

tingkat kecemasan sedang yaitu sebanyak 27 responden (43%),

kecemasan ringan sebanyak 24 responden (38%), dan kecemasan berat

sebanyak 12 responden (19%). Sedangkan pada responden dengan caring

perawat baik semuanya yaitu 13 responden (100%) memiliki tingkat

kecemasan ringan.
49

Peneliti berasumsi bahwa penerapan perilaku caring perawat erat

hubungannya dengan kecemasan pada pasien karena merupakan suatu

komponen yang fundamental dalam pelayanan, sehingga menunjukkan

sikap perawat yang sesuai dengan esensi perawatan.

5.6. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu :

Peneliti menyadari bahwa masi banyak kekurangan penelitian akibat

keterbatasan-keterbatasan yang dijumpai peneliti dalam menyelesaikan penelitian

ini adalah proses perijinan yang memakan waktu yang cukup lama dan sistem

yang rumit menyebabkan proses penelitian berjalan lambat. Penelitian ini juga

kurang menggali atau menggambarkan varibel yang lain.


BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang hubungan perilaku

caring perawat dengan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi di ruang Bedah

RSUD Piru Kecamatan Seram Barat Kabupaten Seram Bagian Barat tahun 2020,

dapat disimpulkan sebagai berikut :.

a. Gambaran tentang hubungan perilaku caring perawat dengan tingkat

kecemasan pada pasien pre operasi di ruang bedah RSUD Piru Kabupaten

Seram Bagian Tahun 2020 adalah :

Perilaku caring perawat yang kurang baik berjumlah 15 (50.0%)

responden, dan perilaku caring perawat baik berjumlah 15 (50.0%)

responden.. Tingkat kecemasan, tingkat kecemasan pasien yang merasa

cemas berjumlah 16 (53.3%) responden, dan tingkat kecemasan pasien

yang merasa tidak cemas berjumlah 14 (46.7%) responden.

Ada hubungan signifikan antara Hubungan perilaku caring perawat

dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi di ruang bedah RSUD Piru

Kecamatan Seram Barat Kabupaten Seram Bagian Barat tahun 2020,

ditunjukan dengan hasil menggunakan uji Chi-Square dengan nilai P

Value = 0,028 (p<a).

48
49

6.2 Saran

1. Perawat

Hasil penelitian ini hendaknya dijadikan acuan bagi perawat untuk

lebih meningkatkan perilaku caring perawat, dengan meningkatkan

empati perawat.

2. Rumah Sakit

Perlu dilakukan upaya-upaya peningkatan atau pembinaan

kemampuan caring perawat.

3. Pendidikan

Lembaga pendidikan keperawatan hendaknya menekankan

kemampuan perawat dalam melakukan caring keperawatan, sehingga

ketika perawat telah bekerja memiliki kemampuan yang baik dalam

berhubungan dengan pasien.

4. Peneliti selanjutnya

Peneliti selanjutnya yang ingin meneliti dengan obyek sejenis,

hendaknya meningkatkan jumlah sampel penelitian sehingga

kesimpulan penelitian dapat bersifat lebih general, serta hendaknya

meningkatkan faktor-faktor lain yang berhubungan dengan tingkat

kecemasan pasien, misalnya faktor biaya, faktor karakteristik

responden, dan lain-lain, sehingga diketahui faktor-faktor mana yang

paling dominan mempengaruhi tingkat kecemasan pasien.


50

DAFTAR PUSTAKA
.

Burnard dan Marrison, (2018) Caring & Communicating Alih Bahasa Widyawati.
Edisi 2, Jakarta: EGC

Capernito,2014 dalam Utami, 2015. Diagnosa Keperawatan. Rineka Cipta. Jakarta

Data dari World Health Organization (WHO) tahun 2012 dalam Sartika (2013)

Depkes RI, (2002). Standar Tenaga Keperawatan Di Rumah Sakit. Direktorat


Pelayanan Keperawatan . Direktoral Jenderal Pelayanan Medik, Depkes
.
Green dalam Notoatmodjo (2015), Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka
Cipta

Hidayat, A. A. (2012). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba


Medika.

Idrawati,(2015). Pengaruh Fasilitas Sanitasi Ruang Rawat Inap Terhadap


Kepuasan Pasien Rawat Inap Di RSUD Aceh Singkil Kecamatan Gunung
Meriah Kabupaten Aceh Singkil . Universitas Sari Mutiara Medan.

Kemenkes RI. (2015). Data & informasi. Jakarta: Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI; 2015.

Kotler, P. (2015). Marketing management: Analisis, Planning, Implementation


And Control. New Jersey: Prentice Hall.

Koizer, Glenora, Berman, & Snider, (2012). Buku Ajar Praktik Keperawatan
Klinis Kocter Erb. Edisi S. EGC : Jakarta
Muttaqin & Sari. (2013). Asuhan Keperawatan Preoperatif, Konsep, Proses Dan
Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika

NANDA Internasional. (2012). Nursing Diagnoses, Definition And Classification


2012-2014. Editor Herdman, TH, editor Bahasa Indonesia Ester, M.
Jakarta: EGC .

Notoatmodjo, S. (2015). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Novieastari, E. (2012). Perilaku Caring Dalam Pemberian Asuhan Keperawatan.


UI, Jakarta. Available From: http://ebursa.depdiknas.go.id/. Diakses
tanggal 29 Agustus 2019
51

Nursalam, 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Potter, A & Perry, G. 2016. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,


Proses dan Praktik Edisi 4 Vol. 1. Jakarta: EGC.

Sitorus R (2017), Model Praktek Keperawatan Profesional Di Rumah Sakit:


Penataan Struktur & Proses (Sistem) Pemberian Asuhan Keperawatan Di
Ruang Rawat, Jakarta: EGC.

Smeltzer, S, & Bare. (2014). Brunner & Suddarth’s Textbook Of Medical


Surgical Nursing. Philadelpia: Lippincot

Sobirin, C. (2012). Hubungan beban kerja dan motivasi dengan penerapan


perilaku caring perawat pelaksana di BRSUD unit swadana Kabupaten
Subang. Tesis, UI, Jakarta. Available from: http//ebursa.depdiknas.go.id’.
diakses tanggal 4 Oktober 2017.

Stuart,dkk., 2013. Buku Saku Keperawatan Jiwa , Ahli Bahasa hamid. Edis 3.
Jakarta : EGC

Sukmawati,A, S.(2014).Konsep Caring. Available from: http//Anastasiasuci.co.id.


Diakses pada tanggal 27 Desember 2016

Sugiyono, 2017. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.


(Bandung : ALFABETA)

Videbeck, S, L. (2018). Psychiatric-Mental Health Nursing. 5Th ed. Philadelpia.


Jakarta: EGC

Watson, J. (2017). Watson’s Theory of Human Caring and Subjective Living


Experiences: Carative Factors as A Disciplinary Guide to the Professional
Nursing Practice. Texto Contexto Enferm, Florianopolis 16 (1) 129-135

Anda mungkin juga menyukai