Anda di halaman 1dari 27

Praktik-Praktik

Terbaik
dalam kerangka
Pengelolaan Hutan
Lestari
Edy Sudiono
esudiono@ykan.or.id

©MA Rifqi/YKAN

1
Outline
• Pemahaman Dasar Tentang SFM
• BMP sebagai alat bantu mewujudkan SFM
• Bagaimana BMP diimplementasikan
• Studi Kasus Wehea-Kelay
• Diskusi

2
Sustainable
Forest
Management
(SFM)/PHL

Pengertian SFM dari berbagai sumber, SFM meliputi aspek:


1. Sumber Daya Hutan, termasuk luasan dan potensi kayunya
2. Pengelolaan Keanekaragaman Hayati dari ekosistem hutan
3. Kesehatan dan keseimbangan ekosistem hutan
4. Fungsi lindung dari sumber daya hutan
5. Fungsi produksi dari sumber daya hutan
6. Fungsi sosial dan ekonimi dari hutan
7. Aspek legal dan kebijakan
8. Tata kelola (perencanaan, implementasi, monev)

3
Sustainable
Forest
Management
(SFM)/PH(P)L

Serupa dengan slide sebelumnya, Perdirjen PHPL menyebutkan hal yang serupa.
Aspek kepastian status kawasan, komitmen usaha, management perusahaan dan hal-
hal pendukung lainnya dimasukkan ke dalam Kriteria/Indikator PRASYARAT

4
Praktik-Praktik Pengelolaan
Terbaik (BMP)

4. 1. Konsep
Pengembangan Terbaik

3. Monitoring 2.
& Evaluasi Implementasi

Prosedur, usaha atau sistem kerja terbaik yang dibuat, diimplementasikan dan dikembangkan
secara berkala untuk mendapatkan hasil terbaik dan berkelanjutan. Seperti contoh: prosedur
©Lebin Yen/YKAN pengelolaan habitat satwa terancam punah yang terintegrasi dengan prosedur produksi.

Selain itu, ada sebuah tools yang disebut best/better management practices (atau
praktik-praktik pengelolaan terbaik). Biasanya dibuat fokus kepada isu utama yang
menjadi fokus, selain dari produktivitas usaha itu sendiri. Misalnya, bagaimana
pengelolaan hutan sejalan dengan perlindungan habitat satwa-satwa terancam
punah.

Ciri khas dibandingan SFM sendiri, terdapat 4 proses yang dinamis, mulai dari
merumuskan konsep terbaik bagaiman BMP dapat diimplementasikan, kemudian
benar-benar diterapkan, serta dimonitor dan dievaluasi secara berkala. Hasil evaluasi
tersebut segera ditindak lanjuti dengan pengembangan prosedur, usaha atau sistem
kerja sebelumnya. Hal ini yang disebut dinamis dan progresif.

5
Pengelolaan Hutan, BMP dan SFM

Pengelolaan
Hutan
• SOP Produksi Katalisator Tujuan/Capaian
• SOP RIL
• BMP • SFM/PHL
• SOP Kehati
• SOP Sosial-ekonomi
• SOP lain-lain

©MA Rifqi/YKAN

Melihat kepada hal tersebu, maka petanya sebagai berikut: Usaha pengelolaan hutan
biasanya memiliki SOP-SOP yang spesifik. Dengan adanya mainstreaming BMP di
dalamnya, maka akan menjadi pemercepat/katalisator untuk mencapai tujuan SFM
atau PHL

6
Target BMP untuk pengelolaan Satwa Terancam Punah dan Pertalian dengan Kriteria
Pengelolaan Hutan Lestari
Target Pengelolaan Pertalian dengan Kriteria Sertifikasi Pengelolaan Unit Manajemen
PHPL (HPH dan HTI) FSC (HPH dan HTI)
1. Kepatuhan terhadap peraturan negara dan konvesi global tentang
Prasyarat 3.5 dan 3.6 Prinsip dan Kriteria 1.1. dan 1.3.
perlindungan keanekaragaman hayati
2. Perlindungan habitat satwa dan tumbuhan terancam punah melalui:
• Kepastian status kawasan dan batasan area kelola Prasyarat 1.1.
• Perlindungan hutan, terutama yang bernilai konservasi tinggi Produksi 2.2 dan 2.4.
1.5., 5.1., 5.6., 6.3. dan 6.10.
• Menjaga fungsi ekologis Ekologi 3.1., 3.2. dan 3.5.
• Sosialisasi, komunikasi antar stakeholder, penyadartahuan dan Sosial 4.1.
pelibatan masyarakat setempat.
3. Perlindungan orangutan dan satwa liar liannya (sebagai spesies dan
individu terancam punah) melalui:
• Melindungi orangutan dan satwa liar liannya, serta meningkatkan
nilai keanekaragaman hayati pada area kelola melalui monitoring Ekologi 3.4. dan 3.6. 1.3., 6.2. dan 9.1.
dan/atau penelitian.
• Mitigasi konflik antara manusia dengan orangutan atau jenis satwa
payung/kunci lainnya.
4. Mempertahankan kualitas lingkungan dan/atau hutan melalui:
• Kegiatan pengelolaan ramah lingkungan untuk mencegah degradasi
lahan dan/atau hutan. Ekologi 2.2., 2.4. dan 3.3. 5.3., 6.1. dan 9.4.
• Penanganan efektif atas limbah dan pencemaran air, tanah, dan udara
serta dampak kepada masyarakat setempat.
3.5.1 Prosedur pengelolaan. 7.1., 8.2. dan 9.3.
5.Rencana Pengelolaan dan Pemonitoran-Evaluasi yang terpadu,
3.5.2 Implementasi. Prinsip dan Kriteria tambahan untuk IUPHHK-HTI 10.1. dan
transparan dan memperhatikan kondisi lingkungan.
10.2.
Sumber: Rifqi et al, 2019

Mengapa BMP itu perlu? Saya ambil contoh bagaimana keterkaitan BMP untuk
pengelolaan habitat satwa terancam punah dengan kriteria/indikator SFM
berdasarkan PHPL dan FSC. Jadi implementasi BMP dapat mendorong pencapaian
tujuan SFM yang telah ditentukan oleh berbabagi jenis sertifikasi.

7
Landasan
1. PerDirJen Pengelolaan Hutan Produksi Lestari No.P.14/PHPL/SET/4/2016: Standar dan Pedoman Pelaksanaan Penilaian
Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL) dan Verifikasi Legalitas Kayu (VLK).
2. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.106/MenLHK/Setjen/Kum.1/6/2018
tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.20/MenLHK/Setjen/Kum.1/6/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Dilindungi.
3. PerMenhut No. P.48/Menhut-II/2008: Pedoman Penanggulangan Konflik antara Manusia dan Satwa liar sebagaimana telah
diubah dengan PerMenhut No. 53/Menhut-II/2014 tentang Perubahan Atas PerMenhut No. P.48/Menhut-II/2008:
Pedoman Penanggulangan Konflik antara Manusia dan Satwa liar.
4. PerDirJen KSDAE No. P.5/KSDAE/SET/KUM.1/9/2017: Petunjuk Teknis Penentuan Areal Bernilai Konservasi Tinggi di Luar
Kawasan Suaka Alam, Kawasan Pelestarian Alam dan Taman Buru
5. Kriteria dan Indikator Forest Stewardship Council
6. Konvensi Perdagangan Internasional Tumbuhan dan Satwa Liar Dilindungi (CITES). Daftar jenis diperbaharui secara berkala
dan dapat diakses pada laman http://checklist.cites.org/#/en.
7. Daftar merah jenis terancam menurut Uni Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN). Daftar jenis diperbaharui secara
berkala dan dapat diakses pada laman https://www.iucnredlist.org/.

8
STUDI KASUS
WEHEA-KELAY

9
Mayoritas ekosistem
Pengelolaan SDA
penting berada di
berkelanjutan di
luar kawasan
Kalimantan Timur
konservasi

LATAR BELAKANG Ekosistem dan


KEE WEHEA- habitat orangutan di
Wehea-Kelay
Pengelola kawasan
multi-fungsi
KELAY

Kebutuhan
pengelolaan skala Forum Kawasan
bentang alam dan Ekosistem Esensial
pelibatan multi- Wehea-Kelay
stakeholder

• Untuk pengelolaan SDA, Indonesia mencadangkan 17% wilayah daratannya sebagai


kawasan konservasi (KSA/KPA)
• Namun itu tidak cukup karena sekitar 80% habitat satwa dilindungi berada di luar
kawasan konservasi;
• 78% habitat orangutan kalimantan berada di luas KSA/KPA yang dikelola oleh
multistakholder dengan fungsi dan status kawasan yg bervariasi
• Perlu pelibatan para pihak untuk pengelolaan skala bentang alam untuk ekosistm
yang berkelanjutan
• Maka itu, dibentuklah forum KEE Wehea-Kelay

10
MENGAPA HARUS
SKALA BENTANG
ALAM? ©Lebin Yen/YKAN

• Perlindungan Ekosistem
Terintegrasi
• Antisipasi Perubahan Status ©Christ Djoka/YKAN

Kawasan
• Antisipasi keterbatasan sumber
daya ©MA Rifqi/YKAN

• Pelibatan masyarakat
• Mitigasi konflik satwa-manusia
secara kolektif
• Mendukung pengelolaan bisnis
yang efektif
©MA Rifqi/YKAN ©MA Rifqi/YKAN

11
POLA RUANG

Mayoritas konsesi HPH dan kawasan HL

12
POLA RUANG

80% lebih kawasan berhutan

13
Habitat Orangutan Kalimantan

14
TUMBUH-TUMBUHAN

712 flora
• 432 jenis pohon
• 53% pakan
P.pygmaeus
• 31% pakan
P.p.morio

©Lebin Yen/YKAN

Pendataan terbaru untuk vegetasi dilakukan pada survei ou skala bentang alam pada
Nov 2017-Des 2018 yang lalu. Kami hanya mencatat vegetasi pada tingkatan pohon
dan tiang, tercatat sebayak 432 jenis dari 63 famili. Jika digabung dengan tingkatan-
tingkatan vegetasi lainnya seperti semak dan semai yang diperoleh dari laporan-
laporan HCV, prediksi terdapat 712 jenis.

114 IUCN Redlist, 53 CR-Vu, 20 PP No.7/99

Berdasarkan Russon et al 2009, terdapat 227 jenis pakan buah P.pygmaeus, namun
jika ditelisik lebih dalam, mungkin hanya 134 jenis untuk P.p.morio. Kita belum tahu
lebih rinci berapa sebenarnya jenis-jenis pakan ou yg buah, daun, kulit batang dan
bunganya dikonsumsi oleh orangutan? Bagaimana proporsi konsumsi jenis-jenis
hewani lainnya?

Sampai dengan saat ini kita juga belum tahu ada berapa jenis liana di WK, kita tahu
bahwa liana sangat penting dalam konektivitas antara pohon, media pergerakan
satwa-satwa arboreal dan sumber pakan satwa frugivora

15
SATWA LIAR

270
©Purnomo/TNC
burung
69
Amfibi
>450
©PM Wehea ©Purnomo/TNC
sp.
46 Reptil

80
mamalia
©Arif Rifqi/TNC ©PM Wehea

Apakah jumlah tersebut kecil?


35% mamalia di Borneo
41% burung terrestrial di Borneo
20% reptil kalimantan
46% amfibi kalimantan

16
Sosial, Ekonomi dan
Budaya Masyarakat
• Kec. Muara Wahau 10 Desa, Kec.
Kongbeng 7 Desa, Kec. Kelay 5 Desa
• Penduduk Asli Suku Dayak: Wehea,
Kayan, Kenyah, Modang, Basap, Punan
Kelay, Punan Lebo, Gaai
• Mayoritas mata pencaharian: Pertanian,
perkebunan, perikanan dsb.
• Dayak Wehea memiliki pokja penjaga
hutan Petkuq Mehuey
• Permukiman masyarakat terdekat
berada di pinggir kawasan
©Edy Sudiono/YKAN

17
IKHTISAR PERKEMBANGAN KEE WEHEA-KELAY

KEE Wehea-Kelay memang merupakan KEE pertama di Indonesia, namun proses


pengelolaan ini sebenarnya telah dimulai sejak 2003, diawali dengan pengelolaan
Hutan Lindung Wehea seluas 38 ribu hektar oleh masyarakat Dayak Wehea.

Kemudian, pada 17 April 2015, para pihak di sekitar HULIWA dan instansi pemerintah
terkait membuat kesepakatan (MoU) pengeloaan bentang alam Wehea seluas
264.480 ha
Ini menjadi cikal bakal Forum KEE Wehea-Kelay yang pertama kali disahkan
berdasarkan SK Gubernur Kaltim No. 660.1/K.214/2016 tentang pembentukan Forum
KEE Wehea-Kelay pada 6 April 2016 dan SK Dirjen KSDAE No.
SK.112/KSDAE/SET/KSA.4/4/2016 tentang pembentukan Pokja Pengelola Hidupan Liar
BA Wehea-Kelay pada 21 April 2016

SK Gubernur tersebut saat ini telah direvisi dengan mengakomodasi perkembangan


keanggotaan forum melalui SK Gubernur Kaltim No. 660.1/K.347/2020, semula ada
18 pihak yang bergabung, saat ini menjadi 23 pihak.
Forum KEE Wehea-Kelay telah memasuki implementasi rencana aksi periode kedua
(2019-2021), rencana aksi sebelumnya (2016-2018) telah kami laporkan kepada
Gubernur Kalimantan Timur dan Menteri LHK

18
TAHAPAN INISIASI DAN PENGEMBANGAN

Dokumen
baseline
ilmiah/Batas
wilayah
bentang alam

Baseline Inisiasi Penguatan


stakeholder Membuat Menyusun Implementasi Monitoring &
bentuk melalui Rencana Aksi Evaluasi
& potensi MoU kelembagaan Legalitas Rencana Aksi
ekosistem

Membangun
kesepakatan
pengelolaan
kolaboratif di
tingkat tapak

19
Analisis Potensi Manfaat Pengelolaan
Habitat Orangutan Secara Kolaboratif
Perguruan Tinggi dan
Pemerintah Masyarakat Perusahaan LSM
Lembaga Penelitian
• Meningkatkan • Peningkatan • Peningkatan • Mendukung • Pengembangan ilmu
kolaborasi kapasitas SDM kapasitas SDM replikasi pengetahuan dan
kelembagaan • Peningkatan • Mengurangi • Membantu teknologi
• Implementasi dan keterlibatan pengeluaran parsial pengembangan • Membantu
monitoring regulasi masyarakat untuk monitoring BMP perusahaan. pencapaian tri
• Pengembangan • Memperoleh orangutan dan • Peningkatan darma perguruan
bersama model dan manfaat dari mitigasi konflik dampak tinggi
repliksi CBNRM. • Pengembangan berkelanjutan • Menyediakan
• Pengawasan dan • Promosi dan BMP program rujukan ilmiah
penegakan hukum peningkatan status • Mewujudkan • Peningkatan sebagai landasan
yg efektif ivestasi yang lebih kesadaran publik. pengelolaan
baik • Mengurangi potensi • Pengembangan
penuruan populasi kemitraan
orangutan.

20
TUJUAN PENGELOLAAN

1. Mendorong para pihak melakukan


praktik-praktik pengelolaan terbaik
(best management practices) dalam
mengelola sumber daya alam secara
berkelanjutan
2. Menjaga fungsi lindung pada areal di
luar kawasan konservasi Di Bentang
Alam Wehea-Kelay
3. Mendorong pengelolaan habitat
orang utan secara kolaboratif dalam
skala bentang alam dan mendukung
viabilitas populasinya di jangka
panjang

Secara umum, tujuan pengelolaan KEE Wehea Kelay adalah sebagai berikut:
1. Mendorong para pihak melakukan praktik-praktik pengelolaan terbaik (best
management practices) dalam mengelola sumber daya alam secara
berkelanjutan
2. Menjaga fungsi lindung pada areal di luar kawasan konservasi Di Bentang
Alam Wehea-Kelay
3. Mendorong pengelolaan habitat orang utan secara kolaboratif dalam skala
bentang alam dan mendukung viabilitas populasinya di jangka panjang

21
FOKUS PROGRAM PENGELOLAAN KEE WEHEA-KELAY

PENELITIAN & PENGEMBANGAN PENINGKATAN PERLINDUNGAN PENGEMBANGAN


PUBLIKASI PRAKTIK-PRAKTIK KAPASITAS EKOSISTEM KEMITRAAN
PEMBELAJARAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA
TERBAIK MANUSIA &
KELEMBAGAAN

Ada 15 rencana aksi yang mencakup dimensi ekologi (6), sosial (3), ekonomi (2) dan
kelembagaan (4). Setidaknya ada 5 yang berkaitan langsung dengan penelitian dan
pengembangan LH dan KSDA

22
ANGGOTA FORUM KEE WEHEA-KELAY

Konsesi Bisnis:

1.PT. Wana Bhakti Persada Utama


2.PT. Karya Lestari
3.PT. Gunung Gajah Abadi
4.PT. Utama Damai Indah Timber
5.PT. Narkata Rimba
6.PT. Acacia Andalan Utama
7.PT. Nusaraya Agro Sawit
8.PT. Global Primatama Mandiri

Masyarakat dan LSM:

1.Masyarakat Adat Wehea


2.Badan Pengelola Hutan Lindung Wehea
3.Yayasan Konservasi Alam Nusantara

Pemerintah:

1.BPPE-KLHK
2.BKSDA Kalimantan Timur
3.P3 Ekoregion Kalimantan
4.DLH Provinsi Kalimantan Timur
5.Dishut Provinsi Kalimantan Timur
6.DLH Kabupaten Kutai Timur
7.DLH Kabupaten Berau
8.KPH Berau Barat
9.KPH Santan (Kelinjau)

College and research agencies

1.BALITEK KSDA Samboja


2.Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman

23
Kami membuat ini untuk menjadi landasan progresif implementasi BMP di Wehea-
Kelay, isinya ada 5 prosedur yang terintegrasi.

24
Implementasi Praktik-Praktik Pengelolaan
Terbaik (Best Management Practices)

Komunikaasi
Perencanaan Pengamanan
dan
tata kelola Habitat
Penyadartahuan

Mitigasi Konflik
Survei dan
Satwa Liar-
Pemantauan
Manusia

Sumber: Rifqi et al, 2019

Lima prosedur tersebut adalah sebagai berikut.

Pada bagian survey dan pemantauan, kita memiliki prosedur yang lebih lengkap
dibandingkan yang lainnya, sebab pembelajaran dari praktinya didapat lebih awal

25
1. Penentuan prosedur prioritas
berdasarkan landasan ilmiah dan
kebutuhan faktual di lapangan.
2. Ketersediaan perangkat dan kapasitas
implementasi di lapangan.
Pemantauan
dan Evaluasi 3. Efektivitas dan efisiensi pelaksanaan
prosedur.

4. Hasil implementasi dan pemantauan


yang terukur

BMP ini perlu dievaluasi berkala, standart pemantautannya paling tidak menjawab 4
hal tersebut

26
Terima Kasih

©Alison/Wehea

27

Anda mungkin juga menyukai