Anda di halaman 1dari 36

RIL ROAD CONSTRUCTION

(Pembuatan Jalan Berdampak


Rendah)
MENGAPA
PEMBUATAN JALAN
HARUS RIL?????
• Pelaksanaan RIL merupakan keharusan
untuk menerapkan SFM atau pengelolaan
hutan lestari

• Penerapan RIL akan memenuhi 30%


kriteria dan indikator penilaian SFM atau
pengelolaan hutan lestari

• Kegiatan pembuatan jalan hutan banyak


melakukan penggusuran tanah atau
pemotongan gunung/tebing sehingga
menjadi penyebab utama keterbukaan
wilayah hutan yang besar. Kegiatan
lainnya yang merupakan penyebab
terbesar kerusakan hutan (tegakan
tinggal, tanah dan air) adalah kegiatan
penyaradan atau skiding

• Tidak RIL = tidak SFM atau tidak


mengelola hutan
secara lestari Penyebab keterbukaan areal/tanah yang tinggi
dan sering membuang tanah/lumpur kesungai
RIL dalam pembuatan
jalan adalah

1. Jalan yang dapat digunakan


dengan baik saat hauling dan
transportasi kegiatan lainnya.

2. Pembukaan atau penggusuran tanah


yang terkendali`. Minimalisasi
pembuangan tanah ke sungai.

3. Adanya sistem drainase yang cukup


dan kualitas yang baik, ditandai
dengan berfungsinya parit, gorong-
gorong, jembatan saat hujan.

4. Tidak ada genangan air di badan


jalan atau parit/gorong-
gorong/jembatan yang tersumbat.
Spesifikasi Jalan Sesuai Guidance RIL
Deskripsi/Gambaran Jalan Utama Jalan Cabang Keterangan
(Main Road) (Spur Road)
1. Slope tanjakan minimum 17% 17 % Logging muatan
2. Slope turunan maximum 22% 22 % Logging muatan
3. Panjang tanjakan maximum 250 meter 250 meter
4. Radius tikungan minimum 50 meter 35 meter
5. Panjang lengkung vertikal minimum 50 meter 35 meter
6. Lebar badan jalan 8 meter 6 meter Termasuk parit
7. Perkerasan Total Sebagian Sesuai kondisi
8. Lebar perkerasan 6 meter 5 meter
9. Cut ratio backslope 1:2 s/d 1:4 1:4
10. Elevasi punggung penyu 2–3% 2–3%
11. Superelevasi belokan 3–6% 3–6%

JALAN YANG TIDAK SESUAI DENGAN SPESIFIKASI/STANDAR


AKAN MENYEBABKAN LOGGING MUDAH RUSAK
HAL INI MERUPAKAN KERUGIAN KITA SEMUA
Apa yang harus
dilakukan
untuk dapat membuat
jalan
yang ramah
lingkungan (RIL)
???!???
KEGIATAN OPENING

❑ Buka jalan/opening mengikuti


trase yang ada dan tanda
clearing width. Hal ini dapat
membantu minimalisasi
penggusuran tanah

❑ Lakukan orientasi stake


out/tanda lapangan minimal
500 meter di lapangan dan di
peta. Koordinasikan dengan
mandor atau inspektor jika ada
perubahan trase!!!
KEGIATAN OPENING

❑Pada areal dengan ground slope > 35% harus


diantisipasi teknik pembuatan buffer penahan
erosi. Lakukan kerjasama dengan operator
chainsaw tumbang bayang

❑Hasil opening adalah merupakan suatu jalur


jalan yang sudah terbuka selebar unit yang
mengerjakannya.
KEGIATAN BRUSHING

Bersihkan jalur yang sudah terbuka dari bahan organik


(berupa humus dan akar) dan top soil atau lapisan tanah
dibawahnya sampai mendapatkan tanah asli. Tujuannya
adalah daya dukung tanah saat digunakan hauling tinggi
dan baik.

Minimumkan kegiatan pemindahan/pemotongan tanah


sampai mendekati bentuk badan jalan yang dikehendaki
sesuai spesifikasi jalan yang ada.
PEMBUATAN BUFFER
PENAHAN EROSI

 Buffer penahan erosi diusahakan dibuat sepanjang posisi jalan


dipematang dan satu sisi dijalan yang melereng.

 Pada ground slope >35%, saat brushing WAJIB dibuatkan buffer


penahan erosi. Tujuan agar tanah tidak secara langsung kesungai.
Buffer penahan erosi dapat dibuat dari batang-batang NON
KOMERSIL hasil tumbang bayang yang diletakkan dipinggir
jurang/tebing.

 Buffer penahan erosi dapat juga berupa terasering.


BANGUNAN PENGENDALI EROSI
•Tanah tidak langsung kejurang/sungai
• Erosi dan sedimentasi/pengendapan di sungai dapat
dicegah/diminimalisasi
HARUS DISISAKAN VEGETASI UNTUK MENAHAN EROSI
BANGUNAN PENGENDALI EROSI
PENGGUSURAN TANAH
(BLADDING)

Menggusur tanah adalah


sesuatu kegiatan yang tidak mungkin
untuk tidak dihindari atau pasti!!!!

Gusuran tanah
langsung ke sungai
Tapi……..
Gusuran tanah tidak boleh
dibuang langsung ke sungai!!!!
Karena….
Sungai bukan tempat
menampung lumpur/tanah
BILA BEKERJA PADA SPECIAL TREATMENT AREA
(DAERAH DENGAN PERLAKUAN KHUSUS)
UTAMAKAN KESELAMATAN KERJA
Sub Grading

¤ Subgrading adalah tahap akhir pembentukan badan jalan


yang sesuai dengan spesifikasi jalan.

¤ Pembuatan drainase jalan meliputi jembatan, gorong-


gorong, pembuatan sleeper, serta pelaksanaan tumbang
bayang

¤ Pelaksanaan tumbangbayang dilakukan selektif dan


dipadukan dengan kegiatan pembuatan buffer
pengendali erosi.
Sistem Drainase Yang Buruk

Gorong-gorong/jembatan buntu, Jembatan tanpa buffer pelindung


Air mengalir lewat badan jalan. Jalan jadi rusak!!!! erosi. Tanah langsung kesungai
sehingga sungai rusak

Bukaan terlalu lebar,erosi


tinggi. Untuk apa??? Buang Parit dan gorong-gorong buntu, badan jalan siap
waktu dan biaya, hutan hilang atau longsor. Hauling dan transportasi karyawan
rusak!!! terganggu!!!!!
DRAINASE BURUK SAMA DENGAN JALAN TIDAK RIL.
AKTIVITAS HAULING TERGANGGU.
GENANGAN AKIBAT SALURAN AIR TIDAK MENGALIR SEMPURNA
Sistem Drainase Yang Baik

Bukaan secukupnya Parit berfungsi saat hujan.


Badan jalan bebas genangan air

Pembuatan jembatan dengan gusuran minimal Gorong-gorong berfungsi baik


saat hujan
DRAINASE LANCAR SAMA DENGAN JALAN RIL.
AKTIVITAS HAULING DAN TRANSPORTASI LANCAR.
JEMBATAN KONVENSIONAL
JEMBATAN KONSTRUKSI BAJA
JEMBATAN SUNGAI TEPAI
PT KBT
Gravelling / Penimbunan
PROSES GRAVELLING
1. Pengertian dari gravelling adalah proses perkerasan jalan. Material perkerasan yang
digunakan adalah quary, yaitu campuran alami batu, pasir dan tanah yang ditemukan
pada saat konstruksi jalan berupa ‘gunungan’ di lokasi-lokasi tertentu.
2. Unit yang terlibat dalam proses ini adalah Dump Truck, Loader atau Excavator,
Grader atau Bulldozer dan Compactor.
3. Sebelum semua unit dioperasikan wajib melakukan daily maintenance sesuai dengan
yang tercantum dalam Form-1A (PMA). Perlengkapan safety dipersiapkan dan
dipakai saat bekerja.
4. Sebelum proses gravelling perlu direncanakan trayek mana yang akan digravell
(koordinasi dengan departemen produksi) dan menentukan lokasi quary yang akan
digunakan. Di lokasi quary unit loader atau excavator menyiapkan stock material
gravell dengan melakukan ‘penggalian’ atau digging.
5. Kondisi badan jalan harus dipastikan siap digravell (tidak berlumpur atau kondisi
basah).
6. Proses gravelling dimulai dari loading (muat) material ke dump truck dengan
menggunakan unit loader atau excavator, dilanjutkan dengan hauling (angkut) material
ke lokasi perkerasan jalan, selanjutnya di-dump dan diratakan atau dihampar oleh unit
bulldozer atau motor grader.
7. Proses tersebut diulang terus menerus diikuti oleh proses pemampatan atau pemadatan
oleh unit vibrator.
8. Tebal perkerasan disesuaikan dengan daya dukung tanah pada lokasi tersebut. Rata-
rata tebal perkerasan 30 cm (padat). Lebar perkerasan rata-rata 6 m untuk jalan utama
(main road0 dan 5 m untuk jalan cabang (spur road) dan untuk belokan diperlebar.
9. Proses terakhir adalah perataan kembali oleh unit motor grader sekaligus pembentukan
elevasi jalan (punggung penyu) atau superelevasi (kemiringan) jalan pada belokan dan
pembentukan dan perbaikan parit jalan. Proses ini diikuti oleh proses pemadatan
kembali oleh compactor. Proses road construction selesai, siap digunakan sebagai
jalan angkutan kayu.
Dalam Sistem SFM,
kelancaran hauling
menjadi hal yang utama
Artinya jalan harus bagus!!!
DARI TIDAK RIL
MENUJU ‘ RIL’

• Pembukaan
jalan minimal
• Mempertahankan
vegetasi pada
lereng
• Buangan tanah ke
lereng minimal
• Penggunaan
batang sbg pe-
nahan erosi/
longsor

ROAD CONSTRUCTION
KRITERIA DAN INDIKATOR RIL ROAD CONSTRUCTION
KRITERIA INDIKATOR STANDAR BOBOT NILAI SYSTEM PENILAIAN VERIFIER

1 Posisi dan 1 Posisi jalan 1 Posisi sesuai Trase/Stake Out/Inspektor 5 - 0 - 100 Prosentase panjang jalan - Design / Peta
Panjang Jalan 2 Panjang jalan 2 Panjang sesuai 10 - 0 - 100 actual yang standar terhadap - Tanda trace / stake out
0 jika < 55 panjang jalan total. - Hasil road inspector
- Hasil pengukuran
2 Spesifikasi Jalan 1 Lebar badan jalan 1 MR = 8 M dan SR = 6 M (Toleransi 10%) 10 - 0 - 100 Prosentase panjang jalan - Standar spesifikasi jalan
Pelebaran tikungan tidak diperhitungkan actual yang standar terhadap logging ( MR / SR )
panjang jalan total. - Design / Peta
2 Radius Belokan 2 Radius Belokan Minimal 5 - 100 Hasil pengecekan/pengukuran - Hasil pengukuran
MR = 50 M dan SR 35 M nilai 0 jika ada - Belokan Extrem
yg tidak standar - Tanjakan/Turunan
3 Slope 3 Slope Maximal 10 - 70 - 100 Prosentase panjang jalan
17 % untuk tanjakan Nilai 0 jika < 70 actual yang standar terhadap
22 % untuk turunan panjang jalan total.
3 Drainase 1 Parit 1 Parit kiri - kanan jalan : 10 - 0 - 100 Prosentase panjang parit jalan - Parit
Lebar 0.75 m (toleransi 20%) actual yang standar terhadap - Gorong2 / Cross Drain
panjang parit jalan total. - Slipper
2 Gorong-gorong* / 2 - Setiap titik terendah dan 5 - 0 - 100 Prosentase jumlah gorong2/ - Genangan Air
Cross Drain* turunan panjang Cross Drain yang dibuat terha-
- Aliran air menuju tanah asli dap jumlah yang seharusnya.
- Aliran air lancar / tidak tersumbat
3 Slipper* 3 Pada lokasi cekungan serta tanah labil 5 - 0 - 100 Prosentase jumlah slipper yg
dibuat terhadap jumlah yang
seharusnya dibuat
4 Perlakuan tanah 1 Buffer kayu / pohon 1 Pemasangan kayu buffer kiri -kanan 15 - 0 - 100 Prosentase jumlah yang dibu- - Gusuran tanah ( Cut )
penahan tanah pada lokasi yang sesuai at terhadap jumlah yang seha- - Timbunan ( Fill )
2 Fill* 2 Ada perlakuan fill bila memungkinkan* 5 - 0 atau 100 rusnya dibuat - Hasil diskusi teknis
- Hasil pengukuran
5 Perlakuan pohon 1 Tage Plate 1 Tage plate merah terpasang pada 5 - 0 - 100 Prosentase jumlah yang terpa- - Tunggul pohon
tunggul / batang dan laporan sang terhadap total yang se- - Batang pohon
harusnya - Tage plate
2 Arah Rebah 2 Arah rebah sejajar jalan 10 - 0 - 100 Prosentase actual standar - Arah rebah
terhadap total
TOTAL 95
NILAI RIL ROAD CONSTRUCTION

Range Nilai Akhir :


D < 55 Tidak RIL
C 55 - 69 Kurang
B 70 - 84 Standar
A > 84 Excelent
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai