Anda di halaman 1dari 8

e-ISSN : 2715-4424

T
I NG
G I ILM
U
K
E
Jurnal Abdimas Saintika

S
EH
A
S EK O L

AT A N
Volume 1 Nomor 1 | https://jurnal.syedzasaintika.ac.id
PEMBERDAYAAN KADER KESEHATAN DALAM PROGRAM
“SELF CARE MANAGEMENT” PENDERITA
DIABETES MELITUS

Weni Sartiwi1*, Indah Komala Sari2


1,2,3
Program Studi S1 Keperawatan, Stikes Syedza Saintika
Email : wenisartiwi16@gmail.com

ABSTRAK
Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronik yang angka kejadiannya terus meningkat
dari tahun ke tahun. Berdasarkan pola pertambahan penduduk seperti saat ini,
diperkirakan pada tahun 2020 nanti akan ada sejumlah 178 juta penduduk berusia di
atas 20 tahun dan dengan asumsi prevalensi DM sebesar 4,6% akan didapatkan 8,2 juta
pasien diabetes. American Diabetes Association melaporkan pada tahun 2013 angka
prevalensi diabetes di Amerika Serikat adalah 8. 3 % dari total populasi. Suatu angka
yang luar biasa dan merupakan tantangan bagi tenaga kesehatan khususnya
perawat.Solusi dari permasalahan ini adalah meningkatkan pengetahuan kader
kesehatan dalam program selfc care management pada penederita diabetes melitus.
Kegiatan dilaksanakan di Puskesmas Andalas dengan jumlah kader yang hadir sebanyak
16, peserta berperan aktif dalam kegiatan, selama kegiatan berlangsung peserta dapat
mengikuti dengan baik, tidak ada peserta yang meninggalkan tempat selama kegiatan
berlangsung. Kegiatan penyuluhan diakhiri dengan sesi tanya jawab dimana respon
kader cukup baik terlihat dari beberapa pertanyaan yang disampaikan kepada pemateri.
Saran yang diharapkan kader bisa mensosialisasikan kepada penderita diabetes melitus.
Kata Kunci: Diabetes Melitus, Safe Care Management

ABSTRACT
Diabetes mellitus (DM) is a chronic disease whose incidence continues to increase from
year to year. Based on the current population growth pattern, it is estimated that in
2020 there will be 178 million people aged over 20 years and assuming a DM
prevalence of 4.6% will get 8.2 million diabetic patients. The American Diabetes
Association reports in 2013 the prevalence of diabetes in the United States is 8. 3% of
the total population. An extraordinary number and a challenge for health workers,
especially nurses. The solution to this problem is to increase the knowledge of health
cadres in selfc care management programs for people with diabetes mellitus. The
activity was carried out in Andalas Community Health Center with 16 cadres present,
participants took an active role in the activity, during which the participants were able
to participate well, no participants left the venue during the activity. The counseling
activity ended with a question and answer session where the cadre response was quite
good, as seen from a number of questions submitted to the speakers. Suggestions that
cadres are expected to be able to socialize to people with diabetes mellitus.
Keywords: Diabetes Mellitus, Safe Care Management

37
e-ISSN : 2715-4424
T
I NG
G I ILM
U
K
E
Jurnal Abdimas Saintika

S
EH
A
S EK O L

AT A N
Volume 1 Nomor 1 | https://jurnal.syedzasaintika.ac.id
PENDAHULUAN
Diabetes Melitus (DM) Menurut BAB ICD-X, distribusi
adalah penyakit kronik yang angka pasien baru DM yang berobat jalan
kejadiannya terus meningkat dari ke rumah sakit di Indonesia
tahun ke tahun. Organisasi berjumlah 45.368 orang dan jumlah
Kesehatan dunia Perserikatan kunjungan sebanyak 180.926 orang
Bangsa-Bangsa (WHO) membuat dengan admission rate sebesar 3.99
perkiraan bahwa tahun 2000 jumlah sedangkan distribusi pasien baru
penderita diabetes di atas umur 20 yang rawat inap berjumlah 83.045
tahun berjumlah 150 juta orang dan orang dan jumlah pasien yang
dalam kurun waktu 25 tahun meninggal berjumlah 5.585 orang
kemudian, pada tahun 2025, jumlah dengan angka Case Fatality Rate
itu akan meningkat menjadi 300 juta (CFR) sebesar 6.73% (Ditjen
orang. Yanmed Depkes RI, 2009).
Berdasarkan pola Menurut American Diabetes
pertambahan penduduk seperti saat Asociation (ADA, 2015), DM dapat
ini, diperkirakan pada tahun 2020 diklasifikasikan menjadi beberapa
nanti akan ada sejumlah 178 juta tipe yakni, DM tipe 1, DM tipe 2,
penduduk berusia di atas 20 tahun DM Gestasional dan DM tipe lain.
dan dengan asumsi prevalensi DM Beberapa tipe yang ada, DM Tipe II
sebesar 4,6% akan didapatkan 8,2 merupakan salah satu jenis yang
juta pasien diabetes. American paling banyak ditemukan yaitu
Diabetes Association melaporkan lebih dari 90-95%. Dimana faktor
pada tahun 2013 angka prevalensi pencetus DM tipe II yakni berupa
diabetes di Amerika Serikat adalah obesitas, mengkonsumsi makanan
8. 3 % dari total populasi. Suatu instan, terlalu banyak makanan
angka yang luar biasa dan karbohodrat, merokok dan stres,
merupakan tantangan bagi tenaga kerusakan pada sel pankreas dan
kesehatan khususnya perawat. kelainan hormonal (Smeltzer &
Menurut American Diabetes Bare, 2008).
Association (2013), diabetes melitus Berdasarkan data Diabetes
tipe 2 merupakan kelainan Atlas Edisi ke-8 tahun 2017 yang
ketidakmampuan tubuh untuk dikeluarkan oleh International
memproduksi insulin yang cukup Diabetes Federation (IDF) Jumlah
atau sel-sel tubuh tidak memberikan penderita diabetes melitus diseluruh
respon terhadap insulin. Insulin dunia adalah 425 juta penduduk,
diperlukan oleh tubuh agar dapat kenaikan 4 kali lipat dari 108 juta
menggunakan glukosa sebagai energi. di tahun 1980an dan di prediksikan
Smeltzer dan Bare (2010) pada tahun 2045 prevalensi
mendefinisikan DM adalah suatu diabetes melitus akan menjadi 693
kelompok penyakit metabolik juta penduduk sedangkan di
dengan karakteristik hiperglikemia wilayah Asia Tenggara terdapat
yang terjadi karena kelainan sekresi 103,2 juta orang dewasa dengan
insulin, kerja insulin atau kedua- diabetes pada tahun 2017,
duanya. Diabetes melitus (DM) tipe prevalensi ini diperkirakan akan
2 adalah jenis yang paling banyak meningkat menjadi 189,2 juta pada
ditemukan (lebih dari 90%). Timbul tahun 2045. Kemudian pada kasus
makin sering setelah umur 40 tahun diabetes melitus tipe 2 terdapat
(Buku Pentalaksanaan Diabetes 577,3 juta orang didunia yang
Melitus Terpadu FKUI, 2005). menderita diabetes melitus tipe 2
38
e-ISSN : 2715-4424
T
I NG
G I ILM
U
K
E
Jurnal Abdimas Saintika

S
EH
A
S EK O L

AT A N
Volume 1 Nomor 1 | https://jurnal.syedzasaintika.ac.id
dengan kematian mencapai 5,0 juta syaraf, jantung dan pembuluh darah
orang (IDF, 2017) (Smelzer dan Bare, 2005). Diabetes
Pada tahun 2017 Indonesia merupakan penyakit menahun yang
menempati peringkat ke enam di akan diderita seumur hidup
dunia untuk prevalensi penderita (Konsesus Pengelolaan dan
diabetes tertinggi setelah China, Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia,
India, Amerika Serikat, Brazil dan 2006), sehingga pengelolaan
Meksiko dengan jumlah estimasi penyakit ini menjadi begitu penting
orang dengan diabetes sebesar 10,3 dilakukan untuk dapat
juta dan presentase kematian akibat meningkatkan kualitas hidup serta
diabetes di Indonesia merupakan mencegah komplikasi bahkan
yang tertinggi kedua setelah kematian pada penderita diabetes
Srilanka (IDF, 2017). Menurut hasil melitus.
Riset Kesehatan Dasar Keadaan hiperglikemia ini
(RISKESDAS) tahun 2013, dapat mengakibatkan komplikasi
prevalensi orang dengan diabetes di metabolik akut seperti ketoasidosis
Indonesia menunjukkan diabetik (KAD) (Sudoyo, 2006).
kecenderungan meningkat yaitu KAD dilaporkan lebih dari 100.000
dari 5,7% pada tahun 2007 pasien yang dirawat per tahun di
menjadi 6,9% pada tahun 2013. Amerika Serikat (Umpierrez GE,
Prevalensi berat badan berlebih Murphy MB, Kitabachi AE, 2002).
atau overweight 13,5% dan obesitas KAD dapat diderita oleh penderita
15,4% yang merupakan salah satu Diabetes Melitus (DM), baik tipe 1
faktor resiko terbesar diabetes yang maupun tipe 2. Ketoasidosis
meningkat terus dibandingan diabetik (KAD) adalah keadaan
Riskesdas 2007 dan 2010 dan yang ditandai dengan asidosis
dengan Toleransi Glukosa metabolik akibat pembentukan
Terganggu (TGT) mencapai 29,9% keton yang berlebihan. Terdapat
atau sekitar 52 juta penderita. Hal sekitar 20% pasien KAD yang baru
ini berarti akan semakin banyak diketahui menderita DM untuk
penduduk yang beresiko tinggi pertama kalinya biasanya tergolong
untuk menderita DM Tipe II. pada DM tipe 2 dikarenakan masa
Terdapat tiga komplikasi awitan dapat berjalan tanpa
akut pada diabetes yang penting terdeteksi. Adapun beberapa faktor
dan berhubungan dengan gangguan pencetus terjadinya KAD; diketahui
keseimbangan kadar glukosa darah bahwa lebih dari 50% faktor
jangka pendek. Ketiga komplikasi pencetus dari terjadinya KAD
tersebut adalah hipoglikemia, adalah infeksi (Umpierrez GE,
ketoasidosis diabetik, dan sindrom Murphy MB, Kitabachi AE, 2002;
HHNK (koma hiperglikemik Albert KG, 2004).
hiperosmoler non ketotik). Infeksi yang diketahui
Komplikasi ini apabila tidak paling sering mencetuskan KAD
ditangani dengan baik akan adalah infeksi saluran kemih, sepsis,
memperburuk keadaan pasien abses, pankreatitis dan pneumonia.
bahkan menyebabkan kematian. Selain itu adanya penyakit vaskular
Kemudian, hiperglikemia kronik akut seperti infark miokard akut,
pada diabetes berhubungan dengan emboli paru, serta adanya luka
kerusakan jangka panjang, bakar dan hematom subdural yang
disfungsi atau kegagalan beberapa secara garis besar mengakibatkan
organ tubuh, terutama mata, ginjal, terjadinya krisis hiperglikemia
39
e-ISSN : 2715-4424
T
I NG
G I ILM
U
K
E
Jurnal Abdimas Saintika

S
EH
A
S EK O L

AT A N
Volume 1 Nomor 1 | https://jurnal.syedzasaintika.ac.id
(Umpierrez GE, Murphy MB, (33,33%) tingkat self care
Kitabachi AE, 2002; Yehia BR, behaviour dalam kategori sedang
Epps KC, Golden SH, 2008). dan 1 penderita (6,67) tingkat self
Faktor lainnya adalah obat- care behaviour dalam kategori baik.
obatan yang mempengaruhi Lorig dan Holman (2000)
metabolisme karbohidrat dan lemak menyatakan bahwa pada dasarnya
seperti kortikosteroid, thiazid, penderita bertanggung jawab atas
pentamidine, dan obat simpa- pengelolaan day-to- day care atas
tomimetik (seperti dobutamin dan penyakitnya. Oleh karena itu untuk
dopamine), dapat mencetuskan dapat mengelola penyakitnya
KAD (Chiasson JL, 2003). Faktor secara efektif, penderita harus
lainnya yaitu pada penderita DM memiliki pengetahuan,
tipe 1 yang diketahui diskontinuitas keterampilan dan keyak inan
atau terapi insulin inadekuat. diri dalam melakukan tindakan
Apabila penderita tidak melakukan medis tertentu seperti tes gula darah,
terapi insulin secara efektif, maka serta pemahaman akan pengelolaan
glukosa akan terus meningkat dan emosi (Adam, 2004 dalam Atak,
tidak dapat terukur oleh hati 2007).
akibatnya kadar glukosa dalam Penelitian yang dilakukan
darah cukup tinggi, dan akan terjadi oleh Alik (2017) dengan judul
pemecahan asam lemak menjadi Upaya pemberdayaan kader
badan keton (Smeltzer, 2008). kesehatan dalam meningkatkan self
Kunci utama untuk effiency and management pada
menunda bahkan mencegah penderita diabetes mellitus terdapat
terjadinya komplikasi DM adalah adanya pengaruh self care sebelum
dengan pengendalian (reg ulasi) g intervensi dengan setelah intervensi
ula darah. Apabila penyak it dengan nilai p-value 0,000.dan
terkontrol dengan baik akan menurut penelitian Yessy (2016),
menghambat atau mencegah dengan judul tingkat self pasien
keluhan fisik akibat komplikasi rawat jalan diabetes mellitus di
akut maupun kronis. Berbagai puskesmas kalirungkut Surabaya
inter vensi yang dilakukan untuk tahun bahwa sudah cukup baik
meningkatkan kualitas hidup yaitu pada aktivitas self care
penderita DM berupa diabetes mengenai peraturan pola makan
mellitus self care maupun diabetes (diet), olahraga, dan dalam terapi.
self management education. Hal utama dalam mengelola
Dari hasil penelitian penyakit DM selalu berkenaan
ditemukan dimana dari 52 penderita dengan manejemen gaya hidup di
DM tipe 2 yang berobat jalan di antaranya perencanaan makan,
Poli Klinik Penyakit Dalam RSUD latihan jasmani, pengunaan obat
Jombang didapatkan hasil 65,4% hipoglikemik secara teratur,
self care kurang dan 48,1% dengan pengontrolan berat badan,
kualitas hidup kurang. Hasil pemantauan kadar glukosa darah
penelitian yang dilakukan pada 15 atau urin dan perawatan luka
penderita DM tipe 2 yang dirawat di mandiri. Beberapa penelitian
Ruang Pavilliun Bougenville RSU mencatat bahwa 50 –80% pender
dr. H. Koesnadi Bondowoso ita DM memiliki pengetahuan
didapatkan hasil; 9 penderita (60%) dan keterampilan yang kurang
tingkat self care behaviour dalam dalam mengelola penyakitnya
kategori rendah, 5 penderita
40
e-ISSN : 2715-4424
T
I NG
G I ILM
U
K
E
Jurnal Abdimas Saintika

S
EH
A
S EK O L

AT A N
Volume 1 Nomor 1 | https://jurnal.syedzasaintika.ac.id
(Norris, 2001; Palestin, 2005 dalam pengetahuan penderita tentang DM
Bondan, 2008). dan pengelolaannya secara
Rendahnya pengetahuan komprehensif, membentuk sikap
penderita DM akan berdampak yang utuh (total attitude), dan
pada rendahnya self care behavior merubah perilaku sesuai dengan
dan kemungkinan akan pengetahuan yang dimilikinya
menyebabkan terjadinya dalam menghadapi penyakit kronis
peningkatan komplikasi penyakit sehingga akan ber pengar uh pada
baik akut maupun kronik dan perbaikan kondisi kesehatan
ju ga menyebabkan penurunan secara optimal. Selain itu modul
kualitas hidup (Atak, 2010). Hasil pengelolaan DM mandiri dapat
optimal dari perawatan DM menjembatani komunikasi antara
membutuhkan manajemen tenaga kesehatan (dokter, perawat,
mandiri sehari- hari, meliputi ahli gizi, dan lain-lain) dengan
pengontrolan makanan sesuai diet, penderita DM.
olah raga secara teratur, dan Pengembangan model
monitoring glukosa yang teratur. Selft care management
Self-management penderita merupakan konsep yang
bergantung pada edukasi, dikembangkan peneliti dengan
pemberdayaan dan self monitoring bentuk intervensi keperawatan
mereka dalam usaha mengevaluasi berupa pemberian modul
hasil dari self care yang telah pengelolaan DM mandiri yang
dilakukan. Berbagai intervensi komprehensif dengan penekanan
telah dilakukan namun masih pada aspek psikologis dan spiritual.
terfragmentasi sehingga Strategi ini diharapkan dapat
penderita diabetes masih sulit memperbaiki kondisi pikiran emosi
mengontrol kadar glukosa darah, dan perilaku penderita DM yang
sering terjadi komplikasi dan pada akhirnya glukosa darah dapat
jumlah penderita semakin teregulasi dengan baik sehingga
meningkat. Kondisi seperti ini self care behaviour meningkat yang
membutuhkan strategi baru yang pada akhir nya penderita mampu
terintegrasi agar penderita dapat merawat dirinya sendiri secara
mengelola penyakitnya secara mandiri, dapat berperan sebaik-
mandiri, untuk meni ng katkan baiknya secara aktif di masyarakat,
kondisi kesehat an, mencegah ka rena kompli kasi d apat
kompli kasi, dan menu r u n kan dicegah sertapenderita dapat lebih
prevalensi. produktif dan kualitas hidup
Salah satu strategi yang penderita akan meningkat.
dilakukan adalah adalah dengan
memberdayakan penderita secara Data Dinas Kesehatan Kota
mandiri, untuk meningkatkan Padang 2016 diketahui jumlah
pengetahuan memperbaiki penderita. DM Tipe II menempati
sikap serta mer ubah perilaku. urutan ke-5 yaitu sebanyak 846 orang
Melalui pengembangan modul DM Tipe II dengan jumlah terbesar
pengelolaan diabetes mandiri sebanyak 680 orang DM Tipe II berada
yang diaplikasikan dalam di wilayah kerja puskesmas andalas.
pengembangan model Self care (Data Medical Record Puskesmas
management dengan melibatkan Andalas Padang, 2017). Berdasarkan
kader kesehatan yang dapat hasil pendahuluan tersebut maka tim
memfasilitasi peningkatan pengusul ingin membantu mengatasi

41
e-ISSN : 2715-4424
T
I NG
G I ILM
U
K
E
Jurnal Abdimas Saintika

S
EH
A
S EK O L

AT A N
Volume 1 Nomor 1 | https://jurnal.syedzasaintika.ac.id
tersebut dengan membuat sosialisasi Berdasarkan identifikasi masalah,
tentang pemberdayaan kader kesehatan tim pengusul melakukan langkah-langkah
dalam program selfc care management
pendertia diabetes melitus di wilayah pendekatan yang telah disepakati untuk
kerja Puskesmas Andalas. menyelesaikan masalah tersebut. Adapun
langkah-langkah dalam menyelesaikan
METODE
masalah tersebut adalah :
Tujuan kegiatan Meningkatkan pengetahuan kader dalam program selfc care management
pendertia diabetes melitus
Isi kegiatan Sosialisasi Pemberdayaan kader kesehatan dalam program selfc care
management pendertia diabetes melitus di wilayah kerja Puskesmas
Andalas
Sasaran Kader di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas sebanyak 16 orang
Strategi Metode kegiatan yang dilakukan berupa:
a. Games (permainan)
b. Simulasi
c. Ceramah/penyuluhan
d. Diskusi/sarasehan

HASIL DAN PEMBAHASAN Materi yang diberikan


menggunakan powerpoint dengan
Kegiatan pengabmas dilaksanakan menggunakan media infokus.
hari Senin tanggal 29 Oktober 2018 Disaat pemateri memberikan
pukul 10.00 Wib, tempat pelaksanaan di penyuluhan peserta memperhatikan
Aula Puskesmas Andalas. Peserta yang dan antusias dalam materi yang
menghadiri kader berjumlah 16 orang. diberikan selama penyuluhan
Tim penyuluh terdiri dari presenter dan berlangsung. Dan tidak ada peserta
moderator. meninggalakan tempat selama
Pelaksanaan kegiatan penyuluhan penyuluhan berlangsung.
dilakukan dengan 3 tahap yaitu 3. Tahap Akhir
1. Tahap Perkenalan Sebelum materi diakhiri moderator
Sebelum kegiatan dimulai tim memberikan kesempatan kepada
pengabmas melakukan salam peseta untuk memberikan
pembuka dan perkenalan dan pertanyaaan. Kegiatan penyuluhan
dilanjutkan menjelaskan maksud diakhiri dengan sesi tanya jawab
dan tujuan dari materi yang dimana respon peserta cukup baik
diberikan dan kontrak pelaksanaan terlihat dari beberapa pertanyaan
yang akan dilakukan diantaranya yang disampaikan kepada pemateri.
adalah kontrak waktu, tempat dan Berbagai pertanyaan tersebut
bahasa. Disepakati bahwa merefleksikan keingintahuan
penyuluhan dilaksanakan selama masyarakat mengenai pengelolaan
60 menit di aula puskesmas andalas obatyang baik dan benar.dan juga
dengan menggunakan bahasa moderator mengevaluasi lagi dari
indonesia dan minang. materi yang diberikan. Peserta
2. Tahap Penyajian penyuluhan bisa memberikan
Sebelum materi diberikan pemateri jawaban sesuai dengan materi yang
melakukan penggalian pengetahuan diberikan.
kepada peserta untuk mengetahui
pengetahuan peserta dengan materi
yang diberikan / pretest dan post.
42
e-ISSN : 2715-4424
T
I NG
G I ILM
U
K
E
Jurnal Abdimas Saintika

S
EH
A
S EK O L

AT A N
Volume 1 Nomor 1 | https://jurnal.syedzasaintika.ac.id
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Azwar, S. (2010). Penyusunan Skala
kader Pre-test dan Post-Test Psikologi. Yogyakarta : Pustaka
Pendidikan Kesehatan N (16) Pelajar.
Bandura, A., (1994). Self Efficacy:
PRE TEST POST TEST Toward Unifying Theory.
Tinggi > 50 : 30% Tinggi > 50 : 90% Psychological Review 1977, Vol.
Rendah < 50 : 70% Rendah < 50 : 10% 84. Number. 2. 195,
Bandura, A. (1997). Self Efficacy.
Berdasarkan tabel diatas Diperoleh dari
membuktikan bahwa adanya http://www.des.emory.edu/mfp/Ban
peningkatan pengetahuan kader pre test Ency. html
dan postest, terlihat bahwa pengetahuan Boedisantoso, R. (2009). Komplikasi
pretest dengan pengetahuan rendah 30% Akut Diabetes Melitus. Dalam
dan setalah post test didapatkan Soegondo et al (Ed.).
pengetahuan kader mencapai tinggi Penatalaksanaan Diabetes Melitus
90%. Sehingga dapat disimpulkan Terpadu. Edisi ke-2. Jakarta : Balai
bahwa dengan pemberian penyuluhan Penerbit FKUI
ini dapat terukur pengetahuan kader Carey, Barbara J. Maschak. (2002).
tentang self care management penderita Pengkajian dan Penatalaksanaan
Diabetes Melitus. Sehingga harapannya Pasien Diabetes Melitus. Dalam
penyuluhan ini dapat dilanjutkan oleh Smeltzer dan Bare (Ed.) Buku Ajar
kader di wilayah kerja puskesmas Keperawatan Medikal Bedah
mensosialisasikan kepada masyarakat Brunner & Sudarth. Edisi 8. Vol 2. Alih
diwilayah kerjanya Bahasa : Kuncara, dkk. Jakarta :
EGC.
SIMPULAN Funnel, M.M., et al., (2010).National
Berdasarkan hasil kegiatan tersebut Standards for Diabetes Self
terjadinya peningkatan pengetahuan Management Education. Journal of
kader dalam sefc care management. Diabetes Care, Vol 33, Supp. 1, 89-
Diharapkan kader bisa 96,
mensosialisasikan kepada penderita Glasgow, R.E., Tobbert D.J., Gillet C.D.
diabetes melitus. (2001). Psychososial Barrier to
Diabetes Self Management and
. Quality of Life. Journal of Diabetes
DAFTAR PUSTAKA Spectrum. Volume 14. Number 1.
Price, Sylvia Anderson. 2005. 33-47.
Patofisiologi: Konsep Klinis Kuntoro. (2008). Metode Sampling dan
Proses-proses Penyakit.Ed.6 Penentuan Besar Sampel. Surabaya :
Jakarta: EGC Pustaka Melati
Smeltzer and Bare. 2010. The tenth Kuntoro. (2008). Metode Statistik.
edition of Brunner and Suddarth’s Surabaya : Pustaka Melati
Textbook of Medical Surgical Levine, M.E (1966). Adaptation and
Nursing. Assesment, a rationale for nursing
Tjokroprawiro, Askandar. 1996. information. Los Angeles: Davis.
Diabetes Mellitus, Klasifikasi, Levine, M.E ( 1973). Introduction to
Diagnosis, dan Terapi. Ed. 3. Clinical Nursing Los Angeles.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Davis.(2nd edition). Los Angeles:
Atak. (2010). Standards of Medical Davis
Care in Diabetes 2010. Journal of Perry, A.G and Potter P.A. (2005).
Diabetes Care, Vol. 33. Buku Ajar Fundamental
43
e-ISSN : 2715-4424
T
I NG
G I ILM
U
K
E
Jurnal Abdimas Saintika

S
EH
A
S EK O L

AT A N
Volume 1 Nomor 1 | https://jurnal.syedzasaintika.ac.id
Keperawatan : Konsep, Proses, dan
Praktik. Volume 1. Edisi 4. Jakarta :
EGC.
PERKENI. (2011). Konsensus
Pengelolaan Diabetes Mellitus Tipe
2 di Indonesia 2011.
Shi, Q., S. K Ostwald, and S. Wang
(2010). Improving glycaemic
control self-efficacy and glycaemic
control behaviour in Chinese
patients with Type 2 diabetes
mellitus: randomised controlled
trial. Journal of Clinical Nursing.
398–404.
Sugiyono (2000). Metodologi Penelitian
Administrasi.Bandung : Alfa Beta
Suyono, S. (2009). Kecenderungan
Peningkatan Jumlah Penyandang
Diabetes. Dalam Soegondo et al
(Ed.). Penatalaksanaan Diabetes
Melitus Terpadu. Edisi ke-2.
Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Tomey A.M. dan Alligood M. R. (2006).
Nursing Theorists and Their Work.
6th ed. USA: Mosby Elsevier.

44

Anda mungkin juga menyukai