01 - Praktik-Praktik Terbaik ESHC - Pelatihan RIL C-BMP PT BWL - 27-29 Jan 21
01 - Praktik-Praktik Terbaik ESHC - Pelatihan RIL C-BMP PT BWL - 27-29 Jan 21
Terbaik
dalam kerangka
Pengelolaan Hutan
Lestari
Edy Sudiono
esudiono@ykan.or.id
©MA Rifqi/YKAN
1
Outline
• Pemahaman Dasar Tentang SFM
• BMP sebagai alat bantu mewujudkan SFM
• Bagaimana BMP diimplementasikan
• Studi Kasus Wehea-Kelay
• Diskusi
2
Sustainable
Forest
Management
(SFM)/PHL
3
Sustainable
Forest
Management
(SFM)/PH(P)L
Serupa dengan slide sebelumnya, Perdirjen PHPL menyebutkan hal yang serupa.
Aspek kepastian status kawasan, komitmen usaha, management perusahaan dan hal-
hal pendukung lainnya dimasukkan ke dalam Kriteria/Indikator PRASYARAT
4
Praktik-Praktik Pengelolaan
Terbaik (BMP)
4. 1. Konsep
Pengembangan Terbaik
3. Monitoring 2.
& Evaluasi Implementasi
Prosedur, usaha atau sistem kerja terbaik yang dibuat, diimplementasikan dan dikembangkan
secara berkala untuk mendapatkan hasil terbaik dan berkelanjutan. Seperti contoh: prosedur
©Lebin Yen/YKAN pengelolaan habitat satwa terancam punah yang terintegrasi dengan prosedur produksi.
Selain itu, ada sebuah tools yang disebut best/better management practices (atau
praktik-praktik pengelolaan terbaik). Biasanya dibuat fokus kepada isu utama yang
menjadi fokus, selain dari produktivitas usaha itu sendiri. Misalnya, bagaimana
pengelolaan hutan sejalan dengan perlindungan habitat satwa-satwa terancam
punah.
Ciri khas dibandingan SFM sendiri, terdapat 4 proses yang dinamis, mulai dari
merumuskan konsep terbaik bagaiman BMP dapat diimplementasikan, kemudian
benar-benar diterapkan, serta dimonitor dan dievaluasi secara berkala. Hasil evaluasi
tersebut segera ditindak lanjuti dengan pengembangan prosedur, usaha atau sistem
kerja sebelumnya. Hal ini yang disebut dinamis dan progresif.
5
Pengelolaan Hutan, BMP dan SFM
Pengelolaan
Hutan
• SOP Produksi Katalisator Tujuan/Capaian
• SOP RIL
• BMP • SFM/PHL
• SOP Kehati
• SOP Sosial-ekonomi
• SOP lain-lain
©MA Rifqi/YKAN
Melihat kepada hal tersebu, maka petanya sebagai berikut: Usaha pengelolaan hutan
biasanya memiliki SOP-SOP yang spesifik. Dengan adanya mainstreaming BMP di
dalamnya, maka akan menjadi pemercepat/katalisator untuk mencapai tujuan SFM
atau PHL
6
Target BMP untuk pengelolaan Satwa Terancam Punah dan Pertalian dengan Kriteria
Pengelolaan Hutan Lestari
Target Pengelolaan Pertalian dengan Kriteria Sertifikasi Pengelolaan Unit Manajemen
PHPL (HPH dan HTI) FSC (HPH dan HTI)
1. Kepatuhan terhadap peraturan negara dan konvesi global tentang
Prasyarat 3.5 dan 3.6 Prinsip dan Kriteria 1.1. dan 1.3.
perlindungan keanekaragaman hayati
2. Perlindungan habitat satwa dan tumbuhan terancam punah melalui:
• Kepastian status kawasan dan batasan area kelola Prasyarat 1.1.
• Perlindungan hutan, terutama yang bernilai konservasi tinggi Produksi 2.2 dan 2.4.
1.5., 5.1., 5.6., 6.3. dan 6.10.
• Menjaga fungsi ekologis Ekologi 3.1., 3.2. dan 3.5.
• Sosialisasi, komunikasi antar stakeholder, penyadartahuan dan Sosial 4.1.
pelibatan masyarakat setempat.
3. Perlindungan orangutan dan satwa liar liannya (sebagai spesies dan
individu terancam punah) melalui:
• Melindungi orangutan dan satwa liar liannya, serta meningkatkan
nilai keanekaragaman hayati pada area kelola melalui monitoring Ekologi 3.4. dan 3.6. 1.3., 6.2. dan 9.1.
dan/atau penelitian.
• Mitigasi konflik antara manusia dengan orangutan atau jenis satwa
payung/kunci lainnya.
4. Mempertahankan kualitas lingkungan dan/atau hutan melalui:
• Kegiatan pengelolaan ramah lingkungan untuk mencegah degradasi
lahan dan/atau hutan. Ekologi 2.2., 2.4. dan 3.3. 5.3., 6.1. dan 9.4.
• Penanganan efektif atas limbah dan pencemaran air, tanah, dan udara
serta dampak kepada masyarakat setempat.
3.5.1 Prosedur pengelolaan. 7.1., 8.2. dan 9.3.
5.Rencana Pengelolaan dan Pemonitoran-Evaluasi yang terpadu,
3.5.2 Implementasi. Prinsip dan Kriteria tambahan untuk IUPHHK-HTI 10.1. dan
transparan dan memperhatikan kondisi lingkungan.
10.2.
Sumber: Rifqi et al, 2019
Mengapa BMP itu perlu? Saya ambil contoh bagaimana keterkaitan BMP untuk
pengelolaan habitat satwa terancam punah dengan kriteria/indikator SFM
berdasarkan PHPL dan FSC. Jadi implementasi BMP dapat mendorong pencapaian
tujuan SFM yang telah ditentukan oleh berbabagi jenis sertifikasi.
7
Landasan
1. PerDirJen Pengelolaan Hutan Produksi Lestari No.P.14/PHPL/SET/4/2016: Standar dan Pedoman Pelaksanaan Penilaian
Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL) dan Verifikasi Legalitas Kayu (VLK).
2. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.106/MenLHK/Setjen/Kum.1/6/2018
tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.20/MenLHK/Setjen/Kum.1/6/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Dilindungi.
3. PerMenhut No. P.48/Menhut-II/2008: Pedoman Penanggulangan Konflik antara Manusia dan Satwa liar sebagaimana telah
diubah dengan PerMenhut No. 53/Menhut-II/2014 tentang Perubahan Atas PerMenhut No. P.48/Menhut-II/2008:
Pedoman Penanggulangan Konflik antara Manusia dan Satwa liar.
4. PerDirJen KSDAE No. P.5/KSDAE/SET/KUM.1/9/2017: Petunjuk Teknis Penentuan Areal Bernilai Konservasi Tinggi di Luar
Kawasan Suaka Alam, Kawasan Pelestarian Alam dan Taman Buru
5. Kriteria dan Indikator Forest Stewardship Council
6. Konvensi Perdagangan Internasional Tumbuhan dan Satwa Liar Dilindungi (CITES). Daftar jenis diperbaharui secara berkala
dan dapat diakses pada laman http://checklist.cites.org/#/en.
7. Daftar merah jenis terancam menurut Uni Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN). Daftar jenis diperbaharui secara
berkala dan dapat diakses pada laman https://www.iucnredlist.org/.
8
STUDI KASUS
WEHEA-KELAY
9
Mayoritas ekosistem
Pengelolaan SDA
penting berada di
berkelanjutan di
luar kawasan
Kalimantan Timur
konservasi
Kebutuhan
pengelolaan skala Forum Kawasan
bentang alam dan Ekosistem Esensial
pelibatan multi- Wehea-Kelay
stakeholder
10
MENGAPA HARUS
SKALA BENTANG
ALAM? ©Lebin Yen/YKAN
• Perlindungan Ekosistem
Terintegrasi
• Antisipasi Perubahan Status ©Christ Djoka/YKAN
Kawasan
• Antisipasi keterbatasan sumber
daya ©MA Rifqi/YKAN
• Pelibatan masyarakat
• Mitigasi konflik satwa-manusia
secara kolektif
• Mendukung pengelolaan bisnis
yang efektif
©MA Rifqi/YKAN ©MA Rifqi/YKAN
11
POLA RUANG
12
POLA RUANG
13
Habitat Orangutan Kalimantan
14
TUMBUH-TUMBUHAN
712 flora
• 432 jenis pohon
• 53% pakan
P.pygmaeus
• 31% pakan
P.p.morio
©Lebin Yen/YKAN
Pendataan terbaru untuk vegetasi dilakukan pada survei ou skala bentang alam pada
Nov 2017-Des 2018 yang lalu. Kami hanya mencatat vegetasi pada tingkatan pohon
dan tiang, tercatat sebayak 432 jenis dari 63 famili. Jika digabung dengan tingkatan-
tingkatan vegetasi lainnya seperti semak dan semai yang diperoleh dari laporan-
laporan HCV, prediksi terdapat 712 jenis.
Berdasarkan Russon et al 2009, terdapat 227 jenis pakan buah P.pygmaeus, namun
jika ditelisik lebih dalam, mungkin hanya 134 jenis untuk P.p.morio. Kita belum tahu
lebih rinci berapa sebenarnya jenis-jenis pakan ou yg buah, daun, kulit batang dan
bunganya dikonsumsi oleh orangutan? Bagaimana proporsi konsumsi jenis-jenis
hewani lainnya?
Sampai dengan saat ini kita juga belum tahu ada berapa jenis liana di WK, kita tahu
bahwa liana sangat penting dalam konektivitas antara pohon, media pergerakan
satwa-satwa arboreal dan sumber pakan satwa frugivora
15
SATWA LIAR
270
©Purnomo/TNC
burung
69
Amfibi
>450
©PM Wehea ©Purnomo/TNC
sp.
46 Reptil
80
mamalia
©Arif Rifqi/TNC ©PM Wehea
16
Sosial, Ekonomi dan
Budaya Masyarakat
• Kec. Muara Wahau 10 Desa, Kec.
Kongbeng 7 Desa, Kec. Kelay 5 Desa
• Penduduk Asli Suku Dayak: Wehea,
Kayan, Kenyah, Modang, Basap, Punan
Kelay, Punan Lebo, Gaai
• Mayoritas mata pencaharian: Pertanian,
perkebunan, perikanan dsb.
• Dayak Wehea memiliki pokja penjaga
hutan Petkuq Mehuey
• Permukiman masyarakat terdekat
berada di pinggir kawasan
©Edy Sudiono/YKAN
17
IKHTISAR PERKEMBANGAN KEE WEHEA-KELAY
Kemudian, pada 17 April 2015, para pihak di sekitar HULIWA dan instansi pemerintah
terkait membuat kesepakatan (MoU) pengeloaan bentang alam Wehea seluas
264.480 ha
Ini menjadi cikal bakal Forum KEE Wehea-Kelay yang pertama kali disahkan
berdasarkan SK Gubernur Kaltim No. 660.1/K.214/2016 tentang pembentukan Forum
KEE Wehea-Kelay pada 6 April 2016 dan SK Dirjen KSDAE No.
SK.112/KSDAE/SET/KSA.4/4/2016 tentang pembentukan Pokja Pengelola Hidupan Liar
BA Wehea-Kelay pada 21 April 2016
18
TAHAPAN INISIASI DAN PENGEMBANGAN
Dokumen
baseline
ilmiah/Batas
wilayah
bentang alam
Membangun
kesepakatan
pengelolaan
kolaboratif di
tingkat tapak
19
Analisis Potensi Manfaat Pengelolaan
Habitat Orangutan Secara Kolaboratif
Perguruan Tinggi dan
Pemerintah Masyarakat Perusahaan LSM
Lembaga Penelitian
• Meningkatkan • Peningkatan • Peningkatan • Mendukung • Pengembangan ilmu
kolaborasi kapasitas SDM kapasitas SDM replikasi pengetahuan dan
kelembagaan • Peningkatan • Mengurangi • Membantu teknologi
• Implementasi dan keterlibatan pengeluaran parsial pengembangan • Membantu
monitoring regulasi masyarakat untuk monitoring BMP perusahaan. pencapaian tri
• Pengembangan • Memperoleh orangutan dan • Peningkatan darma perguruan
bersama model dan manfaat dari mitigasi konflik dampak tinggi
repliksi CBNRM. • Pengembangan berkelanjutan • Menyediakan
• Pengawasan dan • Promosi dan BMP program rujukan ilmiah
penegakan hukum peningkatan status • Mewujudkan • Peningkatan sebagai landasan
yg efektif ivestasi yang lebih kesadaran publik. pengelolaan
baik • Mengurangi potensi • Pengembangan
penuruan populasi kemitraan
orangutan.
20
TUJUAN PENGELOLAAN
Secara umum, tujuan pengelolaan KEE Wehea Kelay adalah sebagai berikut:
1. Mendorong para pihak melakukan praktik-praktik pengelolaan terbaik (best
management practices) dalam mengelola sumber daya alam secara
berkelanjutan
2. Menjaga fungsi lindung pada areal di luar kawasan konservasi Di Bentang
Alam Wehea-Kelay
3. Mendorong pengelolaan habitat orang utan secara kolaboratif dalam skala
bentang alam dan mendukung viabilitas populasinya di jangka panjang
21
FOKUS PROGRAM PENGELOLAAN KEE WEHEA-KELAY
Ada 15 rencana aksi yang mencakup dimensi ekologi (6), sosial (3), ekonomi (2) dan
kelembagaan (4). Setidaknya ada 5 yang berkaitan langsung dengan penelitian dan
pengembangan LH dan KSDA
22
ANGGOTA FORUM KEE WEHEA-KELAY
Konsesi Bisnis:
Pemerintah:
1.BPPE-KLHK
2.BKSDA Kalimantan Timur
3.P3 Ekoregion Kalimantan
4.DLH Provinsi Kalimantan Timur
5.Dishut Provinsi Kalimantan Timur
6.DLH Kabupaten Kutai Timur
7.DLH Kabupaten Berau
8.KPH Berau Barat
9.KPH Santan (Kelinjau)
23
Kami membuat ini untuk menjadi landasan progresif implementasi BMP di Wehea-
Kelay, isinya ada 5 prosedur yang terintegrasi.
24
Implementasi Praktik-Praktik Pengelolaan
Terbaik (Best Management Practices)
Komunikaasi
Perencanaan Pengamanan
dan
tata kelola Habitat
Penyadartahuan
Mitigasi Konflik
Survei dan
Satwa Liar-
Pemantauan
Manusia
Pada bagian survey dan pemantauan, kita memiliki prosedur yang lebih lengkap
dibandingkan yang lainnya, sebab pembelajaran dari praktinya didapat lebih awal
25
1. Penentuan prosedur prioritas
berdasarkan landasan ilmiah dan
kebutuhan faktual di lapangan.
2. Ketersediaan perangkat dan kapasitas
implementasi di lapangan.
Pemantauan
dan Evaluasi 3. Efektivitas dan efisiensi pelaksanaan
prosedur.
BMP ini perlu dievaluasi berkala, standart pemantautannya paling tidak menjawab 4
hal tersebut
26
Terima Kasih
©Alison/Wehea
27