DEPI NOFIANTI
NIM 19030034
A. Intramuskular (IM)
a. Pengertian
Injeksi intramuscular adalah memasukkan atau memberikan obat masuk pada
otot skeletal. Rute Intramuscular memungkinkan absorbsi obat yang lebih cepat dari
pada rute SC karena pembuluh darah lebih banyak terdapat di otot (Sanders et al, 2012).
Salah satu yang harus diperhatikan adalah pemilihan area suntik yang jauh dari syaraf
besar dan pembuluh darah besar, Sudut insersi untuk injeksi IM ialah 90˚, Jarum untuk
injeksi musculer berukuran 20 – 23 G dan panjangnya 5/8 – 1 ½ inchi (Perry, Potter,
2005).
b. Lokasi
Lokasi pemberian obat melalui muscular dapat diberikan pada daerah :
c. Indikasi
Indikasi dalam pemberian obat melalui intramuscular bisa dilakukan pada pasien
yang tidak sadar dan tidak mau bekerja sama karena tidak memungkinkan untuk
diberikan obat secara oral, pemberian vit.k pada bayi, lokasi injeksi yang sesuai dengan
obat yang diprogramkan, bebas dari infeksi, lesi kulit, jaringan parut, benjolan tulang,
otot atau saraf besar dibawahnya (Faradila, 2014).
d. Kontraindikasi
Kontraindikasi dalam pemberian obat secara intramuskular yaitu: infeksi, lesi kulit,
jaringan parut, benjolan tulang, otot atau saraf besar dibawahnya (Faradila, 2014)
e. Komplikasi
Komplikasi yang banyak terjadi akibat kesalahan pada injeksi intramuscular adalah
sebagai berikut: abses, necrosis, dan kulit mengelupas, kerusakan syaraf, nyeri
berkepanjangan, dan periositis.
f. Macam-macam Obat IM
Berikut adalah macam-macam obat yang diberikan secara intramuscular :
1. MATOLAC
Untuk penggunaan jangka pendek terhadap nyeri akut sedang sampai dengan
berat. Dosis 10-30 mg tiap 4-6 jam, maksimal sehari 90 mg, lama terapi
maksimal (pemberian IM/IV) tidak boleh lebih dari 5 hari
2. FENTANYL
Untuk depresi pernapasan, cedera kepala, alkoholisme akut, serangan asma akut,
laktasi. Dosis pramedikasi 10 mg secara IM, 20-60 mg sebelum operasi
3. DOLGESIK
Untuk pengobatan nyeri akut dan kronik yang berat, nyeri pasca operasi. Dosis
tunggal untuk dewasa dan anak-anak >12 tahun, 1 amp (100 mg) IM
4. Berbagai macam Vaksin
B. Intravena (IV)
a. Pengertian
Memasukkan cairan obat langsung kedalam pembuluh darah vena sehingga obat
langsung masuk ke dalam sistem sirkulasi darah. Menurut Sanders et al. (2012). Rute
intarvena diberikan secara langsung kedalam aliran darah. Adapun waktu pemberian
obat intravena sampai mendapatkan efeknya yaitu sekitar 30-60 detik
b. Lokasi
Memberikan obat atau injeksi melaui vena dapat secara langsung, di berikan
pada daerah berikut : vena medianan cubitus/cephalika (daerah lengan), vena saphenous
(tungkai), vena jugularis (leher),vena frontalis/temporalis di daerah frontalis dan
temporal dari kepala
c. Indikasi
Indikasi pemberian obat melalui vena yaitu sebagai berikut :
1. Klien dengan penyakit berat seperti sepsis. Tujuan pemberian obat intravena
pada kasus ini agar obat langsung masuk ke dalam jalur peredaran darah.
Sehingga memberikan efek lebih cepat dibandingkan memberikan obat oral.
6. Memasukkan obat secara cepat dengan tujuan kadar puncak obat dalam darah
perlu segera dicapai, sehingga diberikan melalui injeksi bolus (suntikan
langsung ke pembuluh balik/vena). Peningkatan cepat konsentrasi obat dalam
darah tercapai.
d. Kontraindikasi
Kontraindikasi dalam pemberian obat intravena dalah sebagai berikut :
1. Inflamasi atau infeksi di lokasi injeksi intravena.
2. Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan digunakan
untuk pemasangan fistula arteri – vena (A – V shunt) pada tindakan hemodaliasis
(cuci darah).
3. Obat – obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh darah vena kecil yang
aliran darahnya lambat (misalnya pembulah vena di tungkai dan kaki)
e. Bahaya
Bahaya yang mungkin terjadi dalam Pemberian obat atau injeksi intravena adalah
sebagai berikut:
1. Pasien alergi terhadap obat (misalnya mengigil, urticaria, shock, collaps dll).
2. Pemberian obat intravena juga dapat menyebabkan emboli, infeksi akibat jarum
suntik yang tidak steril dan pembuluh darah pecah
3. Pada bekas suntikan dapat terjadi abses, nekrose atau hematoma
4. Dapat menimbulkan kelumpuhan
f. Keuntungan dan Kerugian
a) Keuntungan : Tidak mengalami tahap absorbsi, maka kadar obat dalam darah
diperoleh secara cepat, tepat dan dapat disesuaikam langsung dengan respon
penderita. Larutan tertentu yang iriatif hanya dapat diberikan dengan cara ini
karena dinding pembuluh darah relative tidak sensitive dan bila di suntikkan
perlahan – lahan obat segera diencerkan oleh darah.
b) Kerugian : Efek toksik mudah terjadi karena keadaan obat yang tinggi segera
mencapai darah dan jaringan. Disamping itu, obat yang di suntikkan tidak dapat
ditarik kembali. Obat dalam larutan minyak yang mengendapkan konstituen
darah dan yang menyebakan hemolisis.
g. Prosedur Intravena (IV)
Persiapan Alat :
1. Buku catatan pemberian obat atau kartu obat
2. Kapas alkohol
3. Sarung tangan
4. Obat yang sesuai
5. Spuit 2 ml – 5 ml
6. Bak spuit
7. Baki obat
8. Plester
9. Perlak pengalas
10. Pembendung vena (torniquet)
11. Kassa steril (bila perlu)
12. Bengkok
Persiapan Pasien :
1) Pastikan identitas klien
2) Kaji kondisi klien
3) Beritahu dan jelaskan pada klien/keluarganya tindakan yang dilakukan
4) Jaga privasi klien
Cara Kerja :
1. Cuci tangan dan Gunakan Handscoon
2. Beritahu klien dan jelaskan prosedur yang akan diberikan
3. Atur klien pada posisi yang nyaman
4. Pasang perlak pengalas
5. Bebaskan lengan klien dari baju atau kemeja
6. Letakkan pembendung/torniquet
7. Pilih area penusukan yang bebas dari tanda kekakuan, peradangan, atau rasa
gatal. Menghindari gangguan absorbsi obat atau cidera dan nyeri yang
berlebihan.
8. Bersihkan area penusukan dengan menggunakan kapas alkohol, dengan gerakan
sirkuler dari arah dalam keluar dengan diameter sekitar 5 cm. Tunggu sampai
kering. Metode ini dilakukan untuk membuang sekresi dari kulit yang
mengandung mikroorganisme.
9. Pegang kapas alkohol, dengan jari-jari tengah pada tangan non dominan.
10. Buka tutup jarum. Tarik kulit kebawah kurang lebih 2,5 cm dibawah area
penusukan dengan tangan non dominan. Membuat kulit menjadi lebih kencang
dan vena tidak bergeser, memudahkan penusukan. Sejajar vena yang akan
ditusuk perlahan dan pasti. Pegang jarum pada posisi 30.
11. Rendahkan posisi jarum sejajar kulit dan teruskan jarum ke dalam vena
12. Lakukan aspirasi dengan tangan non dominan menahan barel dari spuit dan
tangan dominan menarik plunger.
13. Observasi adanya darah pada spuit
14. Jika ada darah, lepaskan terniquet dan masukkan obat perlahan-lahan.
15. Keluarkan jarum dengan sudut yang sama seperti saat dimasukkan, sambil
melakukan penekanan dengan menggunakan kapas alkohol pada area penusukan
16. Tutup area penusukan dengan menggunakan kassa steril yang diberi betadin
17. Kembalikan posisi klien
18. Buang peralatan yang sudah tidak diperlukan ke dalam bengkok
19. Buka sarung tangan
20. Cuci tangan
C. Subcutan (SC)
a. Pengertian
Pemberian obat subkutan adalah pemberian obat melalui suntikan ke area bawah
kulit yaitu pada jaringan konektif atau lemak di bawah dermis (Aziz, 2006).
Injeksi subkutan diberikan di bawah kulit ke dalam jaringan ikat atau lemak di
bawah dermis dan hanya untuk volume obat sedikit (0,5 mL atau kurang) yang tidak
mengiritasi jaringan (Sanders et.al.,2012).
Jarum untuk Subcutan berukuran 25 – 27 G dan panjangnya ½ - 7/8 inchi Jarum
yang paling biasa digunakan untuk injeksi subcutan adalah ukuran 25 gauge, 5/8 inci.
Tehnik ini digunakan apabila kita ingin obat yang disuntikan akan diabsorbsi oleh tubuh
dengan pelan dan berdurasi panjang ( slow and sustained absorption). Adapun waktu
pemberian obat subcutan sampai mendapatkan efeknya yaitu sekitar 15-30 menit.
D. Intracutan (IC)
a. Pengertian
Pemberian obat melalui intracutan diberikan dibawah dermis, pemberian obat
melalui cutan merupakan cara pertama untuk tes alergi dan pemberian anastesi lokal.
Obat melalui rute ini tidak diabsobsi kedalam sirculasi umum (Sanders et al., 2012).
Keunggulan rute intracutan untuk test ini penegakan diagnosa adalah bahwa
reaksi tubuh terhadap zat yang disuntikkan mudah dilihat dan berdasarkan studi
perbandingan tingkat reaksi juga diketahui. Jarum untuk Intracutan berukuran 26 G
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Tn.B
Agama : Islam
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 48 Tahun
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Buruh harian lepas
Asuransi : BPJS
Suku bangsa : Melayu
Alamat : Jl. Sudirman, Kelurahan Damon
Tanggal pengkajian : 18 Juni 2020
Diagnosa medis : Monkey Bite
e. Exposure : terlihat luka robek bekas gigitan sepanjang 2 cm, luka terlihat
dangkal, adanya edema pada luka
b. Data Objektif
1. Terlihat luka robek bekas gigitan sepanjang 2 cm, luka terlihat dangkal.
2. Pasien tampak meringis
3. Skala Nyeri 4
4. Edema pada luka
5. TD 130/90 mmgHg, RR 22 x/menit, HR 80 x/menit, Suhu 36,8 ℃.
III. Analisa Kebutuhan Klien
Dari kasus pada Tn.B tersebut keluhan utama yang di alami klien adalah nyeri
pada luka bekas gigitan monyet pada lengan tangan kanan, terlihat luka robek bekas
gigitan sepanjang 2 cm, luka tampak dangkal. Berdasarkan kasus Tn.B dapat ditegakkan
diagnosa keperawatan nyeri akaut, dan resiko infeksi. Perawat perlu melakukan
berbagai macam tindakan keperawatan seperti melakukan perawatan luka, teknik
relaksasi untuk mengurangi nyeri, melakukan injeksi sesuai anjuran dokter dll. Klien
yang mengalami gigitan monyet, gigitan anjing perlu mendapatkan terapi injeksi VAR
sesuai standar prosedur yang berlaku di Puskesmas
pemicu nyeri
- Asam Mefenamat
3x500 mg
-
VAR VAR
secara secara
Intramuscular Intramuscular
SOP SOP
- Jadwalkan - Menjadwalkan
kunjungan kunjungan
berikutnya berikutnya
VAR 1 diberikan
secara IM
sebanyak 2 amp
hari 0
VAR 2 diberikan
secara IM
sebanyak 1 amp,
pada hari 7
VAR 3 diberikan
secara IM
sebanyak 1 amp,
pada hari 14
VAR 4 diberikan
secara IM
sebanyak 1 amp,
pada hari 21
VI. Tindakan Keperawatan yang di lakukan
Sesuai dengan tema Pemberian medikasi melalui injeksi Intramuscular yang
penulis jadikan bahasan, maka penulis memfokuskan melakukan tindakan keperawatan
kepada Tn.B dengan Diagnosa keperawatan resiko infeksi. Penulis memberikan
tindakan injeksi intramuscular VAR sesuai standar prosedur yang berlaku dipuskesmas
dan sesuai anjuran dokter. Adapun langkah-langkah memberikan injeksi intramuscular
(IM) adalah sebagai berikut :
Persiapan Alat
2. Gunakan kain penutup untuk menutupi bagian tubuh klien yang terbuka saat
prosedur tindakan dilakukan
3. Tentukan Area Injeksi dengan mengkaji ukuran dan tingkat integritas otot
Deltoid : klien bisa duduk atau duduk dengan lengan bawah dilipat dan
dipangku atau diletakan di atas perut dalam posisi relaksasi
7. Tahan kapas alcohol menggunakan jari tengah dan manis dengan tangan non
dominan
9. Pegang spuit dengan tangan dominan dengan jarum mengarah tegak lurus ke
area penyuntikan
VII. Evaluasi
Hasil dari Evaluasi keperawatan yang dilakukan pada tanggal 18 juni 2020 pada
Tn.B dengan diagnosa keperawatan Resiko Infeksi berhasil di laksanakan klien dan
keluarga memahami penjelasan yang diberikan oleh perawat, klien bersedia dilakukan
perawatan luka dan pemberian injeksi secara intramuscular (IM) Vaksin Anti Rabies.
Intervensi dimodifikasi dengan anjuran kepada klien dan keluarga untuk kontrol pada
jadwal yang sudah di tetapkan
DOKUMENTASI TINDAKAN INJEKSI