Anda di halaman 1dari 34

KEPERAWATAN DASAR PROFESI (KDP)

TINDAKAN KEPERAWATAN PEMBERIAN MEDIKASI


MELALUI INTRAMUSKULAR (IM)
PADA TN.B DENGAN MONKEY BITE

Dosen : ISNA OVARI,S.Kp.M.Kep


Disusun Oleh :

DEPI NOFIANTI
NIM 19030034

PROGRAM PROFESI NERS


STIKES PEKANBARU MEDICAL CENTER
TAHUN 2020
LAPORAN PENDAHULUAN
PEMBERIAN MEDIKASI MELALUI INTRAMUSKULAR,
INTRAVENA, SUBKUTAN, DAN INTRAKUTAN
(KEAMANAN DAN KENYAMANAN)

A. Intramuskular (IM)
a. Pengertian
Injeksi intramuscular adalah memasukkan atau memberikan obat masuk pada
otot skeletal. Rute Intramuscular memungkinkan absorbsi obat yang lebih cepat dari
pada rute SC karena pembuluh darah lebih banyak terdapat di otot (Sanders et al, 2012).
Salah satu yang harus diperhatikan adalah pemilihan area suntik yang jauh dari syaraf
besar dan pembuluh darah besar, Sudut insersi untuk injeksi IM ialah 90˚, Jarum untuk
injeksi musculer berukuran 20 – 23 G dan panjangnya 5/8 – 1 ½ inchi (Perry, Potter,
2005).
b. Lokasi
Lokasi pemberian obat melalui muscular dapat diberikan pada daerah :

1. M.Deltoid , menentukan lokasi dengan palpasi batas bawah prosesus akromium,


yang membentuk basis sebuah segitiga yang sejajar dengan titik tengah bagian
lateral lengan atas. Tempat injeksi terletak dibagian tengah segitiga sekitar 2.5
sampai 5 cm dibawah prosesus akromium atau dengan cara menempatkan empat
jari diatas otot deltoid, dengan jari teratas berada disepanjang prosesus
akromium. Hati-hati terhadap saraf radialis, ulnaris dan arteri brakhialis terdapat
didalam lengan atas disepanjang humerus

2. M.Dorsogluteal yaitu tempat biasa digunakan injeksi IM, Daerah dorsogluteus


berada dibagian atas luar kuadran ata atas luar bokong, kira-kira 5 sampai 8 cm
dibawah Krista iliaka untuk menemukan lokasinya, palpasi spina iliaka posterior
dan superior. Sebuah garis khayal ditarik diantara dua penanda anatomi. Tempat
injeksi terletak diatas dan lateral terhadap garis. Pada anak-anak hanya boleh
digunakan jika usia lebih dari 3 tahun.
3. M.Ventrogluteal, menemukan lokasi ini dengan klien disuruh berbaring diatas
salah satu sisi tubuh dengan menekuk lutut, kemudian cari otot dengan
menempatkan telapak tangan diatas trokanter mayor dan jari telunjuk pada spina
iliaka superior anterior panggul. Tangan kanan digunakan untuk panggul kiri
dan tangan kiri digunakan untuk panggul kanan . Perawat menunjukan ibu
jarinya kearah lipat paha klien dan jari lain kearah kepala. Tempat injeksi
terpajan ketika perawat melebarkan jari tengah kebelakang sepanjang Krista
iliaka kearah bokong. Jari telunjuk, jari tengah, dan Krista iliaka membentuk
sebuah segitiga dan tempat injeksi berada ditengah segitiga tersebut

4. M. Vastus Lateralis yaitu terletak di bagian lateral anterior paha, pada orang


dewasa membentang sepanjang satu tangan diatas lutut sampai sepanjang satu
tangan dibawah trokanter femur atau sepertiga tengah otot merupakan tempat
terbaik injeksi

Gambar Injeksi Intramuscular

c. Indikasi
Indikasi dalam pemberian obat melalui intramuscular bisa dilakukan pada pasien
yang tidak sadar dan tidak mau bekerja sama karena tidak memungkinkan untuk
diberikan obat secara oral, pemberian vit.k pada bayi, lokasi injeksi yang sesuai dengan
obat yang diprogramkan, bebas dari infeksi, lesi kulit, jaringan parut, benjolan tulang,
otot atau saraf besar dibawahnya (Faradila, 2014).
d. Kontraindikasi
Kontraindikasi dalam pemberian obat secara intramuskular yaitu: infeksi, lesi kulit,
jaringan parut, benjolan tulang, otot atau saraf besar dibawahnya (Faradila, 2014)
e. Komplikasi
Komplikasi yang banyak terjadi akibat kesalahan pada injeksi intramuscular adalah
sebagai berikut: abses, necrosis, dan kulit mengelupas, kerusakan syaraf, nyeri
berkepanjangan, dan periositis.
f. Macam-macam Obat IM
Berikut adalah macam-macam obat yang diberikan secara intramuscular :
1. MATOLAC
Untuk penggunaan jangka pendek terhadap nyeri akut sedang sampai dengan
berat. Dosis 10-30 mg tiap 4-6 jam, maksimal sehari 90 mg, lama terapi
maksimal (pemberian IM/IV) tidak boleh lebih dari 5 hari
2. FENTANYL
Untuk depresi pernapasan, cedera kepala, alkoholisme akut, serangan asma akut,
laktasi. Dosis pramedikasi 10 mg secara IM, 20-60 mg sebelum operasi
3. DOLGESIK
Untuk pengobatan nyeri akut dan kronik yang berat, nyeri pasca operasi. Dosis
tunggal untuk dewasa dan anak-anak >12 tahun, 1 amp (100 mg) IM
4. Berbagai macam Vaksin

g. Prosedur Intramuscular (IM)


Persiapan Alat
1. Spuit 2-3 ml untuk dewasa ;0,5-1 ml untuk bayi dan balita
2. Jarum ukuran 5/8 atau 1 inchi (tergantung besar anak ), (dewasa) : 1- 1 ½ inchi
3. Kom kecil
4. Bak instrument kecil
5. Kapas alcohol
6. Obat yang akan diberikan
7. Sarung tangan disposable
8. Buku rekam medis
9. Bengkok
10. Sharp container
Persiapan Pasien :
1) Pastikan identitas klien
2) Kaji kondisi klien
3) Beritahu dan jelaskan pada klien/keluarganya tindakan yang dilakukan
4) Jaga privasi klien
Cara Kerja :
1. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan disposibel
2. Gunakan kain penutup untuk menutupi bagian tubuh klien yang terbuka saat
prosedur tindakan dilakukan
3. Tentukan Area Injeksi dengan mengkaji ukuran dan tingkat integritas otot
4. Posisikan klien senyaman mungkin tergantung pada area penyuntikan :
 Ventrogluteal : klien baring menyamping dengan kaki ditekuk dengan
panggul berada pada bagian atas (area injeksi)
 Vastus lateralis : klien baring terlentang dengan lutut sedikit ditekuk
 Deltoid : klien bisa duduk atau duduk dengan lengan bawah dilipat dan
dipangku atau diletakan di atas perut dalam posisi relaksasi
5. Tentukan kembali area injeksi sesuai posisi anatomis
6. Bersihkan area penyuntikan dengan kapas alcohol,pembersihan dimulai dari
tengah area penyuntikan dengan pola sirkuler(melingkar) keluar area
penyuntikan sekitar 5 cm( 2 Inchi)
7. Tahan kapas alcohol menggunakan jari tengah dan manis dengan tangan
non dominan
8. Buka tutup jarum
9. Pegang spuit dengan tangan dominan dengan jarum mengarah tegak lurus
ke area penyuntikan
10. Pemberian injeksi :
 Masukan jarum dengan cepat secara tegak lurus,mendekati sudut 90
derajat jika memungkinkan
 Setelah jarum masuk, tahan ujung spuit dengan tangan non
dominansambil menarik kulit pada area penyuntikan.hindari
menggerakkan spuit
 Lakukan aspirasi selama 5-10 detik,jika tidak terdapat darah,masukan
obat perlahan dengan kecepatan 1 ml/10 detik
 Tunggu 10 detik,kemudian secara halus tarik jarum dan lepaskan tarikan
pada kulit dan usapkan kapas alcohol pada are injeksi
11. Jangan menekan/memijat area penyuntikan
12. Posisikan kembali klien
13. Buang jarum pada tempat pembuangan yang disediakan
14. Kemaskan alat,buka sarung tangan dan cuci tangan.

B. Intravena (IV)
a. Pengertian
Memasukkan cairan obat langsung kedalam pembuluh darah vena sehingga obat
langsung masuk ke dalam sistem sirkulasi darah. Menurut Sanders et al. (2012). Rute
intarvena diberikan secara langsung kedalam aliran darah. Adapun waktu pemberian
obat intravena sampai mendapatkan efeknya yaitu sekitar 30-60 detik

Gambar Injeksi Intravena

b. Lokasi
Memberikan obat atau injeksi melaui vena dapat secara langsung, di berikan
pada daerah berikut : vena medianan cubitus/cephalika (daerah lengan), vena saphenous
(tungkai), vena jugularis (leher),vena frontalis/temporalis di daerah frontalis dan
temporal dari kepala
c. Indikasi
Indikasi pemberian obat melalui vena yaitu sebagai berikut :
1. Klien dengan penyakit berat seperti sepsis. Tujuan pemberian obat intravena
pada kasus ini agar obat langsung masuk ke dalam jalur peredaran darah.
Sehingga memberikan efek lebih cepat dibandingkan memberikan obat oral.

2. Obat tersebut memiliki bioavailabilitas oral yang terbatas (efektivitas dalam


darah jika dimasukkan melalui mulut) atau hanya tersedia dalam sediaan
intravena (sebagai obat suntik).
3. Pasien tidak dapat minum karena muntah atau memang tidak dapat menelan obat
(ada sumbatan di saluran cerna atas).

4. Kesadaran menurun dan berisiko terjadi aspirasi (tersedak – obat masuk ke


pernapasan), sehingga pemberian melalui jalur lain dipertimbangkan.

5. Klien dengan kejang-kejang.

6. Memasukkan obat secara cepat dengan tujuan kadar puncak obat dalam darah
perlu segera dicapai, sehingga diberikan melalui injeksi bolus (suntikan
langsung ke pembuluh balik/vena). Peningkatan cepat konsentrasi obat dalam
darah tercapai.

d. Kontraindikasi
Kontraindikasi dalam pemberian obat intravena dalah sebagai berikut :
1. Inflamasi atau infeksi di lokasi injeksi intravena.
2. Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan digunakan
untuk pemasangan fistula arteri – vena (A – V shunt) pada tindakan hemodaliasis
(cuci darah).
3. Obat – obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh darah vena kecil yang
aliran darahnya lambat (misalnya pembulah vena di tungkai dan kaki)
e. Bahaya
Bahaya yang mungkin terjadi dalam Pemberian obat atau injeksi intravena adalah
sebagai berikut:
1. Pasien alergi terhadap obat (misalnya mengigil, urticaria, shock, collaps dll).
2. Pemberian obat intravena juga dapat menyebabkan emboli, infeksi akibat jarum
suntik yang tidak steril dan pembuluh darah pecah
3. Pada bekas suntikan dapat terjadi abses, nekrose atau hematoma
4. Dapat menimbulkan kelumpuhan
f. Keuntungan dan Kerugian

a) Keuntungan : Tidak mengalami tahap absorbsi, maka kadar obat dalam darah
diperoleh secara cepat, tepat dan dapat disesuaikam langsung dengan respon
penderita. Larutan tertentu yang iriatif hanya dapat diberikan dengan cara ini
karena dinding pembuluh darah relative tidak sensitive dan bila di suntikkan
perlahan – lahan obat segera diencerkan oleh darah.
b) Kerugian : Efek toksik mudah terjadi karena keadaan obat yang tinggi segera
mencapai darah dan jaringan. Disamping itu, obat yang di suntikkan tidak dapat
ditarik kembali. Obat dalam larutan minyak yang mengendapkan konstituen
darah dan yang menyebakan hemolisis.
g. Prosedur Intravena (IV)
Persiapan Alat :
1. Buku catatan pemberian obat atau kartu obat
2. Kapas alkohol
3. Sarung tangan
4. Obat yang sesuai
5. Spuit 2 ml – 5 ml
6. Bak spuit
7. Baki obat
8. Plester
9. Perlak pengalas
10. Pembendung vena (torniquet)
11. Kassa steril (bila perlu)
12. Bengkok
Persiapan Pasien :
1) Pastikan identitas klien
2) Kaji kondisi klien
3) Beritahu dan jelaskan pada klien/keluarganya tindakan yang dilakukan
4) Jaga privasi klien
Cara Kerja :
1. Cuci tangan dan Gunakan Handscoon
2. Beritahu klien dan jelaskan prosedur yang akan diberikan
3. Atur klien pada posisi yang nyaman
4. Pasang perlak pengalas
5. Bebaskan lengan klien dari baju atau kemeja
6. Letakkan pembendung/torniquet
7. Pilih area penusukan yang bebas dari tanda kekakuan, peradangan, atau rasa
gatal. Menghindari gangguan absorbsi obat atau cidera dan nyeri yang
berlebihan.
8. Bersihkan area penusukan dengan menggunakan kapas alkohol, dengan gerakan
sirkuler dari arah dalam keluar dengan diameter sekitar 5 cm. Tunggu sampai
kering. Metode ini dilakukan untuk membuang sekresi dari kulit yang
mengandung mikroorganisme.
9. Pegang kapas alkohol, dengan jari-jari tengah pada tangan non dominan.
10. Buka tutup jarum. Tarik kulit kebawah kurang lebih 2,5 cm dibawah area
penusukan dengan tangan non dominan. Membuat kulit menjadi lebih kencang
dan vena tidak bergeser, memudahkan penusukan. Sejajar vena yang akan
ditusuk perlahan dan pasti. Pegang jarum pada posisi 30.
11. Rendahkan posisi jarum sejajar kulit dan teruskan jarum ke dalam vena
12. Lakukan aspirasi dengan tangan non dominan menahan barel dari spuit dan
tangan dominan menarik plunger.
13. Observasi adanya darah pada spuit
14. Jika ada darah, lepaskan terniquet dan masukkan obat perlahan-lahan.
15. Keluarkan jarum dengan sudut yang sama seperti saat dimasukkan, sambil
melakukan penekanan dengan menggunakan kapas alkohol pada area penusukan
16. Tutup area penusukan dengan menggunakan kassa steril yang diberi betadin
17. Kembalikan posisi klien
18. Buang peralatan yang sudah tidak diperlukan ke dalam bengkok
19. Buka sarung tangan
20. Cuci tangan

C. Subcutan (SC)
a. Pengertian
Pemberian obat subkutan adalah pemberian obat melalui suntikan ke area bawah
kulit yaitu pada jaringan konektif atau lemak di bawah dermis (Aziz, 2006).
Injeksi subkutan diberikan di bawah kulit ke dalam jaringan ikat atau lemak di
bawah dermis dan hanya untuk volume obat sedikit (0,5 mL atau kurang) yang tidak
mengiritasi jaringan (Sanders et.al.,2012).
Jarum untuk Subcutan berukuran 25 – 27 G dan panjangnya ½ - 7/8 inchi Jarum
yang paling biasa digunakan untuk injeksi subcutan adalah ukuran 25 gauge, 5/8 inci.
Tehnik ini digunakan apabila kita ingin obat yang disuntikan akan diabsorbsi oleh tubuh
dengan pelan dan berdurasi panjang ( slow and sustained absorption). Adapun waktu
pemberian obat subcutan sampai mendapatkan efeknya yaitu sekitar 15-30 menit.

Gambar Injeksi Subcutan


b. Lokasi
Lokasi injeksi pada subcutan adalah sebagai berikut : lengan atas sebelah luar
atau 1/3 bagian dari bahu, paha sebelah luar, daerah dada dan daerah sekitar
umbilikus.
c. Indikasi
Indikasi dalam pemberian obat melalui subcutan bisa dilakukan pada pasien
diabetes melitus dengan suntik insulin, pasien tidak sadar, tidak mau bekerja
sama karena tidak memungkinkan untuk diberikan obat secara oral, tidak alergi.
Biasanya teknik ini digunakan untuk pemberian vaksin dan tes tuberculin.
d. Kontraindikasi
Kontraindikasi pemberian obat melalui subcutan adalah pasien alergi, infeksi
pada kulit. Selain itu, Area injeksi terdapat jaringan yang terluka atau tempat
dimana terjadi edema.
e. Efek Samping Dari Subkutan
1. Keuntungan Awitan obat lebih cepat dibandingkan oral
2. Kerugian Harus menggunakan teknik steril, lebih mahal dibandingkan
oral,hanya dapat diberikan dalam volume kecil,lebih lambat dibandingkan
pemberian intramuscular, dapat menyebabkan ansietas (kecemasan yang
berlebihan dan lebih bersifat subyektif), kelelahan, gangguan pencernaan seperti
diare, mual, dispepsia stomatitis, dan muntah, perubahan warna kulit, dysgeusia,
dan anoreksia.
f. Prosedur Subcutan (SC)
Persiapan Alat :
1. Bak instrument ineksi
2. Jarum dan spuit tuberculin atau insulin.
3. Kapas alkohol/alkohol swab
4. Bak spuit
5. Buku obat/catatan
6. Bengkok obat
7. Sarung tangan
8. Tempat sampah medis khusus
9. Perlak/pengalas
Persiapan Pasien :
1) Pastikan identitas klien
2) Kaji kondisi klien
3) Beritahu dan jelaskan pada klien/keluarganya tindakan yang dilakukan
4) Jaga privasi klien
Cara Kerja :
1. Cuci tangan dan Gunakan sarung tangan /Handscoon
2. Beritahu kembali klien akan prosedur tindakan yang akan dilakukan.
3. Tentukan lokasi area penyuntikan SC yang terbebas rasa nyeri, bengkak,
jaringan parut atau peradangan di area perut, scapula, ventrogluteal dan
dorsogluteal.
4. Pasang pengalas
5. Bersihkan dengan kapas alkohol/alkohol swab area yang akan dilakukan
penyuntikan dengan cara melingkar dari pusat ke arah luar atau sekali usap
biarkan agak mengering.
6. Ambil spuit, lepaskan penutup jarum, serta keluarkan udara dari spuit. Pegang
spuit dengan tangan yang dominan.
7. Tempatkan tangan yang tidak dominan di seberang sisi tempat penyuntikan,
mengangkat otot ke atas (seperti mencubit) area penyuntikan, hati-hati jangan
sampai menyentuh area penyuntikan.
8. Pegang spuit diantara ibu jari dan telunjuk dengan tangan yang dominan.
Suntikkan dengan cepat pada sudut 45 derajat sampai 90 derajat tergantung dari
banyaknya jaringan adipose. Lepaskan regangan.
9. Aspirasi dengan perlahan. Jika darah terhisap oleh jarum, cabut jarum tersebut
dan buang serta ganti dengan obat yang baru.
10. Jika darah tidak terhisap, suntikkan obat tersebut secara perlahan dengan sedikit
tekanan sampai obat habis.
11. Angkat jarum dengan cepat sambil menekan kulit pada area penyuntikan,
tempatkan kapas alkohol/alkohol swab diatas lokasi penyuntikan.
12. Tutup jarum spuit dengan penutupnya dengan teknik one hand, lalu buang ke
tempat sampah medis khusus benda tajam.
13. Bantu klien mengatur kembali posisinya.
14. Evaluasi respon klien setelah pemberian obat subkutan (SC)
15. Lepaskan sarung tangan.
16. Cuci tangan

D. Intracutan (IC)
a. Pengertian
Pemberian obat melalui intracutan diberikan dibawah dermis, pemberian obat
melalui cutan merupakan cara pertama untuk tes alergi dan pemberian anastesi lokal.
Obat melalui rute ini tidak diabsobsi kedalam sirculasi umum (Sanders et al., 2012).
Keunggulan rute intracutan untuk test ini penegakan diagnosa adalah bahwa
reaksi tubuh terhadap zat yang disuntikkan mudah dilihat dan berdasarkan studi
perbandingan tingkat reaksi juga diketahui. Jarum untuk Intracutan berukuran 26 G

Gambar Injeksi Intracutan


b. Lokasi
Lokasi injeksi obat melalui intracutan dalah sebagai berikut : Lengan bagian
atas, kaki bagian atas, dan daerah disekitar pusar.
c. Indikasi
Indikasi pemberian obat intracutan adalah klien untuk test alergi (skin test) yaitu
klien yang diresepkan atau diberikan antibiotik untuk pertama kali dan dapat
juga pada klien suspect TB.
d. Kontraindikasi
Kontraindikasi pemberian obat intracutan yaitu klien yang memilki riwayat
alergi terhadap obat, terdapat luka atau infeksi di sekitar area injeksi.
e. Keuntungan injeksi IC (intracutan)
1. Suplai darah sedikit, sehingga absorbsi lambat
2. Bisa mengetahui adanya alergi terhadap obat tertentu.
3. Memperlancar proses pengobatan dan menghindari kesalahan dalam pemberian
obat
f. Kerugian injeksi IC (intracutan)
1. Apabila obat sudah disuntikkan maka obat tersebut tidak dapat ditarik lagi ini
berarti pemusnahan obat yang mempunyai efek tidak baik atau toksit maupun
kelebihan dosis karena ketidak hati-hatian dan sukar dilakukan.
2. Tuntutan sterilitas sangat ketat.
3. Memerlukan petugas terlatih yang berwenang untuk melakukan injeksi.
4. Adanya resiko toksisitas jaringan dan akan terasa sakit saat penyuntikan
g. Prosedur Intracutan (IC)
Persiapan Alat :
1. Bak instrument injeksi
2. Obat yang digunakan
3. Spuit sesuai penggunaan (spuit 1cc)
4. Kapas alkohol
5. Aquabides, jika obat dilarutkan
6. Sarung tangan
7. Bengkok
8. Pengalas
Persiapan Pasien :
1. Pastikan identitas klien
2. Kaji kondisi klien
3. Beritahu dan jelaskan pada klien/keluarganya tindakan yang dilakukan
4. Jaga privasi klien
Cara Kerja :
1. Cuci tangan
2. Pasang sarung tangan
3. Periksa kembali obat : nama pasien, nama dan dosis obat, rute pemberian, dan
waktu pemberian.
4. Siapkan obat
5. Letakkan peralatan dan obat ke dekat pasien
6. Posisikan pasien senyaman mungkin
7. Letakkan pengalas dan bengkok dekat dengan area yang akan di injeksi
8. Buka obat dengan cara :
a. Flakon/Vial : buka tutup metal, lakukan disinfeksi tutup karet dengan kapas
alkohol. Apabila sediaan obat dalam flakon masih berupa bubuk larutkan
dengan aquabidest sebanyak yang tercantum pada petunjuk penggunaan obat
b. Ampul : ketuk obat yang ada di ujung ampul, patahkan leher ampul dengan
tangan menggunakan kain kasa.
9. Isi spuit sebanyak 0,1 ml dan larutkan dengan aquabides bila perlu.
a. Flakon/vial : isap udara sebanyak cairan yang diperlukan. Tusuk jarum
dengan posisi bavel tegak. Suntikkan udara kedalam flakon. Balik flakon,
dengan tangan kiri memegang flakon dengan ibu jari dan jari tengah
sedangkan tangan kanan memegang ujung barrel dan plugger. Jaga ujung
jarum dibawah cairan. Biarkan tekanan udara membantu mengisi obat dalam
keadaan spuit. Setelah selesai, tarik jarum dari flakon.
b. Ampul : masukkan jarum kedalam ampul. Isap obat. Jaga ujung jarum berada
di bawah cairan setelah selesai tarik jarum dari ampul
10. Buang udara dalam spuit,tutup kembali kemudian masukkan ke dalam bak
injeksi.
11. Pilih area penusukan kemudian, lakukan disinfeksi dengan kapas alkohol.
12. Lakukan penyuntikan dengan lubang jarum menghadap ke atas membentuk
sudut 15-20˚ dari permukaan kulit.
13. Masukkan obat perlahan-lahan hingga terjadi gelembung.
14. Tarik spuit tanpa melakukan masase.
15. Tandai daerah suntikan, tunggu 10 menit perhatikan reaksi pasien bila ada rasa
gatal berarti pasien alergi terhadap obat. Akan tetapi, jika tidak ada rasa gatal
lanjutkan pemberian obat.
16. Rapikan pasien.
17. Rapikan alat.
18. Cuci tangan
h. Diagnosa keperawatan dan intervensi
a. Nyeri berhubungan dengan tindakan injeksi/ adanya luka
Tujuan : nyeri berkurang / hilang.
Kriteria evaluasi : melaporkan nyeri hilang / terkontrol, tampak rileks.
Intervensi :
1. Kaji nyeri, catat lokasi nyeri, karakteristik , beratnya
2. Beri Kompres hangat pada daerah nyeri
3. Ajarkan klien teknik relaksasi dan distraksi
4. Observasi tanda vital dan keadaan umum klien

b. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan injeksi/bekas luka


Tujuan: tidak terjadi infeksi pada bekas injeksi.
Kriteria hasil : tidak ada tanda-tanda infeksi dan abses pada bekas injeksi
Intervensi :
1. Memonitor vital sign dan kaji adanya peningkatan suhu
2. Lakukan prinsip steril dalam memberikan injeksi
3. Pantau hasil laboratorium pada pemeriksaan leukosit jika terjadi infeksi
4. Kolaborasi dalam pemberian antibiotik sesuai advis dokter jika terjadi
infeksi atau bengkak pada bekas injeksi
LAPORAN KASUS
TINDAKAN KEPERAWATAN MEMBERIKAN INJEKSI
INTRAMUSCULAR (IM)
PADA Tn.B DENGAN MONKEY BITE

A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Tn.B
Agama : Islam
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 48 Tahun
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Buruh harian lepas
Asuransi : BPJS
Suku bangsa : Melayu
Alamat : Jl. Sudirman, Kelurahan Damon
Tanggal pengkajian : 18 Juni 2020
Diagnosa medis : Monkey Bite

2. Identitas Penanggung jawab


Nama penanggung : Ny.A
Hubungan dengan pasien : Istri
Alamat : Jl. Sudirman, Kelurahan Damon
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
3. Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama
Pasien mengatakan nyeri pada luka bekas gigitan di lengan kanan
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang kepuskesmas bersama istrinya pada tanggal 18 juni 2020 dengan
keluhan di gigit monyet peliharaan tetangga pada lengan tangan kanan, pasien
menderita luka robek bekas gigitan sepanjang 2 cm, luka terlihat dangkal. Pasien
tampak meringis kesakitan menahan perihnya luka. Keluarga mengatakan
kejadian tersebut sekitar 10 menit yang lalu, dan langsung di bawa ke
puskesmas, saat dirumah luka bekas gigitan belum dibersihkan sama sekali.
Skala nyeri 4
3. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien mengatakan sebelumnya tidak memiliki riwayat penyakit parah, hanya
flu biasa
4. Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular
atau menurun seperti, DM, hepatitis, TBC, Hipertensi, dll
5. Riwayat Alergi
Klien mengatakan alergi jika udara terlalu dingin
6. Tanda Vital
TD : 130/90 mmHG
RR : 22 x/menit
HR : 80 x/menit
T : 36,8 ℃
I. Pengkajian Primary Survey
a. Airway : Paten,tidak ada sumbatan jalan nafas, tidak ada sputum, tidak
ada darah.
b. Breathing : Pernapasan klien normal, klien tidak mengalami sesak napas,
tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan
c. Circulation : Tidak terdapat perdarahan, CRT > 2 detik. TD 130/90 mmHg
d. Disability : kesadaran Comos Mentis GCS : E4 M6 V5 =15, reaksi pupil
+/+, pupil isokor, lebar 2 mm

e. Exposure : terlihat luka robek bekas gigitan sepanjang 2 cm, luka terlihat
dangkal, adanya edema pada luka

II. Pengkajian secondary survey


1. Kepala : Bentuk simetris, rambut tersebar merata,tidak adanya hematoma
atau luka dibagian kepala
2. Mata : Garis kedua mata simetris, reaksi terhadap cahaya kiri dan
kanan baik, pupil isokor 2 mm, klien mampu membuka mata,
konjungtiva tidak anrmis, tidak adanya tanda-tanda peradangan,
klien tidak menggunakan kaca mata.
3. Hidung : Kedua lubang hidung simetris, septum nasal terdapat di tengah,
tidak mengeluarkan secret, tidak ada pembengkakan pada
hidung klien, tidak terdapat polip dan sinusitis, klien tidak
terpasang NGT, tidak ada napas cuping hidung
4. Telinga : Daun telinga simetris, tidak mengunakan alat bantu
pendengaran, serumen dalam batas normal
5. Mulut : Mukosa bibir lembab,tidak ada kelainan bawaan, gusi tidak
mengalami pembengkakan, gigi lengkap,
6. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan getah bening
7. Jantung : Suara jantung reguler, tidak ada peningkatan kekuatan denyutan
8. Paru :
Inspeksi : tidak adanya retraksi dinding dada,
Auskultasi : bunyi napas normal,tidak adanya wheezing atau ronchi
Palpasi : tidak ada pembesaran
9. Abdomen
Inspeksi : bentuk simetris, tidak terdapat jejas
Auskultasi : bising usus normal
Palpasi : turgor kulit elastis, tidak ada nyeri tekan.
10. Ekstremitas
Atas: tidak ada kelainan, terlihat luka robek bekas gigitan sepanjang 2 cm,
luka terlihat dangkal, adanya edema pada luka
Bawah : tidak ada kelainan,jari-jari  lengkap
11. Terapy
- VAR inj 2 amp
- Asam Mefenamat 3 x 500 mg
- Amoxixilin 2 x 500 mg
- Perawatan luka
12. Data Fokus
a. Data Subjektif
1. Tn.B mengatakan lengan tangan kanannya di gigit monyet
2. Tn.B mengatakan lukanya perih
3. Keluarga mengatakan saat di rumah luka belum dibersihkan

b. Data Objektif
1. Terlihat luka robek bekas gigitan sepanjang 2 cm, luka terlihat dangkal.
2. Pasien tampak meringis
3. Skala Nyeri 4
4. Edema pada luka
5. TD 130/90 mmgHg, RR 22 x/menit, HR 80 x/menit, Suhu 36,8 ℃.
III. Analisa Kebutuhan Klien
Dari kasus pada Tn.B tersebut keluhan utama yang di alami klien adalah nyeri
pada luka bekas gigitan monyet pada lengan tangan kanan, terlihat luka robek bekas
gigitan sepanjang 2 cm, luka tampak dangkal. Berdasarkan kasus Tn.B dapat ditegakkan
diagnosa keperawatan nyeri akaut, dan resiko infeksi. Perawat perlu melakukan
berbagai macam tindakan keperawatan seperti melakukan perawatan luka, teknik
relaksasi untuk mengurangi nyeri, melakukan injeksi sesuai anjuran dokter dll. Klien
yang mengalami gigitan monyet, gigitan anjing perlu mendapatkan terapi injeksi VAR
sesuai standar prosedur yang berlaku di Puskesmas

IV. Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri akut berhubungan dengan luka pada lengan tangan kanan di tandai dengan
Tn.B mengatakan lengan tangan kanannya di gigit monyet, lukanya perih, Tn.B
tampak meringis. Skala Nyeri 4
2. Resiko infeksi ditandai dengan adanya luka robek bekas gigitan sepanjang 2 cm,
edema pada luka dan luka terlihat dangkal.
V. Tindakan Keperawatan Yang di lakukan
Nama : Tn.B Diagnosa : Monkey Bite
Umur : 48 Tahun
No Hari/Tgl Diagnosa Tujuan/Kriteria Intervensi Implementasi Evaluasi
Keperawatan Hasil
1 Kamis, 18 Nyeri akut Setelah di 1. Identifikasi 1. Mengidentifikasi S : klien mengatakan
Juni 2020 berhubungan dengan Lakukan tindakan nyeri sedikit berkurang
karakteristik, karakteristik, lokasi,
luka pada lengan Keperawatan O : Terlihat klien
lokasi, durasi, durasi, frekuensi,
tangan kanan di Nyeri Hilang menganggukkan kepala
tandai dengan Tn.B Kriteria Hasil : frekuensi, kualitas, kualitas, dan mengikuti anjuran
mengatakan lengan - Wajah Klien
dan intensitas nyeri intensitas nyeri, perawat, Klien terlihat
tangan kanannya di tampak rileks rileks setelah di berikan
Identifikasi skala nyeri 4
gigit monyet, - Skala nyeri 2 terapi
lukanya perih, Tn.B sampai 1 ketidaknyamanan
A : Tujuan tercapai
tampak meringis. - Klien tidak
secara non verbal
Skala Nyeri 4 mengeluh P : intervensi di
2. Ajarkan teknik non 2. Mengidentifikasi hentikan
nyeri pada
luka farmakologis untuk ketidaknyamanan

mengurangi rasa secara non verbal,

nyeri (napas seperti ekspresi


dalam,) wajah

3. Jelaskan penyebab, 3. Mengajarkan teknik

periode, dan napas dalam

pemicu nyeri

4. Kolaborasi dengan 4. Kolaborasi dengan

dokter untik dokter untik

pemberian terapi pemberian terapi

- Asam Mefenamat

3x500 mg
-

2 Resiko infeksi Setelah di 1. Identifikasi 1. Mengidentifikasi S : klien mengatakan


ditandai dengan Lakukan tindakan mulai mengerti
kontraindikasi kontraindikasi
adanya luka robek Keperawatan penjelasan perawat t
pemberian vaksin pemberian vaksin
bekas gigitan Infeksi pada luka O : Terlihat klien
sepanjang 2 cm, tidak terjadi VAR VAR menganggukkan kepala
edema pada luka dan kriteria hasil : 2. Berikan perawatan 2. Memberikan mengikuti anjuran
luka terlihat dangkal. - Penyembuhan perawat, Klien bersedia
luka dengan teknik perawatan luka
luka baik diberikan injeksi, luka
aseptic dengan teknik
- Luka tidak terlihat bersih
edema aseptic A : Tujuan tercapai
3. Jelaskan tanda dan 3. Menjelaskan tanda P : intervensi di
gejala infeksi dan gejala infeksi modifikasi dengan :

4. Ajarkan cara 4. Mengajarkan cara - Anjurkan klien


untuk kontrol pada
memeriksa kondisi memeriksa kondisi
jadwal yang sudah
luka luka di tetapkan
5. Kolaborasi dengan 5. Kolaborasi dengan

dokter untuk dokter untuk

pemberian vaksin pemberian vaksin

VAR VAR

- Berikan injeksi - Memberikan injeksi

secara secara
Intramuscular Intramuscular

vaksin VAR sesuai vaksin VAR sesuai

SOP SOP

- Jadwalkan - Menjadwalkan

pemberian vaksin pemberian vaksin

VAR pada VAR pada

kunjungan kunjungan

berikutnya berikutnya

 VAR 1 diberikan

secara IM

sebanyak 2 amp

pada lengan kiri

dan kanan pada

hari 0

 VAR 2 diberikan
secara IM

sebanyak 1 amp,

pada hari 7

 VAR 3 diberikan

secara IM

sebanyak 1 amp,

pada hari 14

 VAR 4 diberikan

secara IM

sebanyak 1 amp,

pada hari 21
VI. Tindakan Keperawatan yang di lakukan
Sesuai dengan tema Pemberian medikasi melalui injeksi Intramuscular yang
penulis jadikan bahasan, maka penulis memfokuskan melakukan tindakan keperawatan
kepada Tn.B dengan Diagnosa keperawatan resiko infeksi. Penulis memberikan
tindakan injeksi intramuscular VAR sesuai standar prosedur yang berlaku dipuskesmas
dan sesuai anjuran dokter. Adapun langkah-langkah memberikan injeksi intramuscular
(IM) adalah sebagai berikut :

Persiapan Alat

1. Spuit 2-3 ml untuk dewasa ;0,5-1 ml untuk bayi dan balita


2. Jarum ukuran 5/8 atau 1 inchi (tergantung besar anak ), (dewasa) : 1- 1 ½
inchi
3. Kom kecil
4. Bak instrument kecil
5. Kapas alcohol
6. Obat yang akan diberikan
7. Sarung tangan disposable
8. Buku rekam medis
9. Bengkok
10. Sharp container
Persiapan Pasien :

1) Pastikan identitas klien

2) Kaji kondisi klien

3) Beritahu dan jelaskan pada klien/keluarganya tindakan yang dilakukan

4) Jaga privasi klien


Cara Kerja :

1. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan disposibel

2. Gunakan kain penutup untuk menutupi bagian tubuh klien yang terbuka saat
prosedur tindakan dilakukan

3. Tentukan Area Injeksi dengan mengkaji ukuran dan tingkat integritas otot

4. Posisikan klien senyaman mungkin tergantung pada area penyuntikan :

 Deltoid : klien bisa duduk atau duduk dengan lengan bawah dilipat dan
dipangku atau diletakan di atas perut dalam posisi relaksasi

5. Tentukan kembali area injeksi sesuai posisi anatomis

6. Bersihkan area penyuntikan dengan kapas alcohol,pembersihan dimulai dari


tengah area penyuntikan dengan pola sirkuler(melingkar) keluar area
penyuntikan sekitar 5 cm( 2 Inchi)

7. Tahan kapas alcohol menggunakan jari tengah dan manis dengan tangan non
dominan

8. Buka tutup jarum

9. Pegang spuit dengan tangan dominan dengan jarum mengarah tegak lurus ke
area penyuntikan

10. Pemberian injeksi :

 Masukan jarum dengan cepat secara tegak lurus,mendekati sudut 90


derajat jika memungkinkan
 Setelah jarum masuk, tahan ujung spuit dengan tangan non
dominansambil menarik kulit pada area penyuntikan.hindari
menggerakkan spuit
 Lakukan aspirasi selama 5-10 detik,jika tidak terdapat darah,masukan
obat perlahan dengan kecepatan 1 ml/10 detik
 Tunggu 10 detik,kemudian secara halus tarik jarum dan lepaskan tarikan
pada kulit dan usapkan kapas alcohol pada are injeksi
11. Jangan menekan/memijat area penyuntikan
12. Posisikan kembali klien
13. Buang jarum pada tempat pembuangan yang disediakan
14. Kemaskan alat,buka sarung tangan dan cuci tangan.

VII. Evaluasi
Hasil dari Evaluasi keperawatan yang dilakukan pada tanggal 18 juni 2020 pada
Tn.B dengan diagnosa keperawatan Resiko Infeksi berhasil di laksanakan klien dan
keluarga memahami penjelasan yang diberikan oleh perawat, klien bersedia dilakukan
perawatan luka dan pemberian injeksi secara intramuscular (IM) Vaksin Anti Rabies.
Intervensi dimodifikasi dengan anjuran kepada klien dan keluarga untuk kontrol pada
jadwal yang sudah di tetapkan
DOKUMENTASI TINDAKAN INJEKSI

Gambar 1 Menjelaskan kepada pasien

Gambar 2 memeriksa kembali obat dan mempersiapkan obat


Gambar 3 melakukan injeksi

Anda mungkin juga menyukai