Anda di halaman 1dari 5

Nama : Siti Rohmah

NIM : 1908056040

Kelas : Pendidikan Matematika 1B

Mata Kuliah : Pendidikan Kewarganegaraan

Dosen Pengampu : Ahmad Fauzan Hidayatullah

Opini ini dibuat guna memenuhi tugas Ujian Akhir Semester Gasal tahun 2019

Infrastruktur Dalam Perkembangan Pembangunan Di Indonesia

Masih banyak yang belum faham, mengapa menyambut baik dan berkata:
kini dibangun infrastruktur secara masif “Alhamdulillah, akhirnya pemerintah
dan menyeluruh. Mulai dari jalan tol, membangun infrastruktur yang telah lama
pelabuhan laut, bandara, jalur kereta, dinantikan dan dibutuhkan bangsa ini”.
bendungan, pembangkit tenaga listrik
sampai pembangunan gedung sekolah, Setelah krisis ekonomi tahun 1998, baru

rumah sakit, klinik dan lain sebagainya. pada pemerintahan sekarang pembangunan
infrastruktur dilakukan untuk mengejar
Mereka yang tidak setuju dengan hal itu, ketertinggalan kita, sekaligus
mempertanyakan akan manfaat dan mengembangkan perekonomian dan
biayanya. “Untuk apa membangun meningkatkan daya saing Indonesia
infrastruktur sekarang, kita belum perlu. terhadap dunia. Tanpa membangun
Tunggu Indonesia kaya dulu, baru bangun infrastruktur kita akan tertinggal jauh dari
infrastruktur”. Begitu argumentasi mereka. negara-negara lain dan hanya akan jadi
pemasok bahan mentah dan pasar dari
“Andaikatapun infrastuktur, dibangun, dari hasil produksi mereka.
mana biayanya. Dari hutang?” lanjutnya.
Sebaliknya, bagi para ekonom dan Secara umum pengertian infrastruktur bisa
pemerhati sejarah pembangunan di banyak dibagi menjadi tiga jenis, yaitu
negara, melihat dibangunnya infrastruktur infrastruktur keras atau hard infrastructure
di Indonesia sekarang ini sebagai suatu atau bisa juga disebut sebagai infrastruktur
kebutuhan yang sangat mendesak. Mereka teknik, yaitu jejaring fisik seperti jalan
raya, rel kereta, jembatan, pelabuhan pembangunan infrastruktur merupakan
laut, bandara, pembangkit listrik dan yang landasan utama yang membuat Amerika
lainnya untuk mendukung kegiatan industri menjadi lebih berkembang dan mencapai
modern, memperlancar arus barang dan kemajuan.
jasa serta pergerakan manusia dari satu
tempat ke tempat lainnya. Jerman membangun jalan bebas hambatan
yang dikenal dengan nama Autobahn.
Sedangkan infrastruktur lunak, soft Mungkin satu-satunya negara didunia yang
infrastructure, atau disebut infrastruktur tidak memberlakukan tarif jalan
sosial terdiri dari seluruh institusi yang tol.Transportasi massal antar kota dan
berfungsi mengelola perekonomian, dalam kota mengurangi penggunaan mobil
kesehatan, sosial dan budaya, termasuk pribadi, sekaligus menurunkan pencemaran
program pendidikan, sarana rekreasi. udara. Pekerja dan mahasiswa dapat
menghemat pengeluaran untuk transportasi
Dan infrastruktur hukum, yaitu lembaga- melalui sistem abonemen. Hasil-hasil
lembaga negara yang membuat peraturan produksi industri dapat dengan lancar
hukum terkait berbagai kegiatan yang didistribusikan ke seluruh negeri dan
berhubungan dengan kebutuhan hidup diekspor. Biaya logistik dapat ditekan dan
manusia seperti pengadaan air bersih, selanjutnya harga barang jadi murah.
pengelolaan limbah, telekomunikasi, lalu
lintas, energi (Jochimsen 1966, dalam Mungkin dari beberapa contoh

Dieter Nohlen, Wörterbuch zur Politik, perkembangan pembangunan di beberapa

1987) negara didunia tersebut, bisa menjadi


inspirasi untuk pemerintah dalam
Salah satu kunci keberhasilan mengembangkan infrastruktur di Indonesia.
pembangunan ekonomi negara-negara
Pembangunan Infrastruktur dan Bonus
industri barat adalah membangun,
Demografi
memperluas dan mengelola infrastruktur
secara berkesinambungan.
Menurut perhitungan BPS, penduduk
Indonesia usia produktif, dari 15-64 tahun
Tanpa itu mereka tidak akan berkembang
akan mengalami peningkatan pada tahun
dan tidak akan mengalami kemajuan
2020-2035. Kita akan mengalami apa yang
ekonominya. Amerika tidak menunggu jadi
disebut bonus demografi. Artinya, pada
negara kaya dulu, baru membangun
kurun waktu sepuluh sampai lima belas
infrastruktur. Justru sebaliknya :
tahun ke depan, jumlah tenaga kerja menanamkan modalnya di Indonesia.
produktif akan meningkat. Perekonomian Selanjutnya tidak akan ada lapangan kerja
Indonesia berpeluang besar mengalami baru.
pertumbuhan tinggi dan semakin maju, jika
pemerintah sejak dini menyiapkan Penduduk usia produktif, terutama

landasan agar usia produktif ini generasi milenialnya semakin sulit

mendapatkan pekerjaan dan sekaligus mendapatkan pekerjaan. Jadi,

memberikan kontribusi signifikan untuk pembangunan dan perluasan infrastruktur

perkembangan ekonomi. adalah kado pemerintah untuk anak-anak


milenials. Artinya juga, pemerintah
Sementara mulai tahun depan penduduk memikirkan perkembangan jangka panjang
usia produktif semakin meningkat. Jumlah negara ini. Menciptakan lapangan kerja
mereka diperkirakan sebesar 67% atau 180 untuk generasi milenial untuk masa kini
juta jiwa dan jumlah usia tidak produktif dan masa depan.
sebesar 60 juta jiwa, di bawah 15 tahun
dan di atas 64 tahun. Kesenjangan infrastruktur menjadi problem
perekonomian Indonesia. Kesenjangan ini
Setiap 10 orang usia produktif hanya akan disebabkan oleh sedikitnya investasi
menanggung 4-5 orang usia yang tidak infrastruktur sejak krisis Asia karena
produktif. Artinya, mereka yang bekerja pemerintah mengalokasikan anggaran besar
akan dapat meningkatkan jumlah tabungan untuk subsidi BBM yang relatif tidak
dari hasil kerjanya dan menyumbangkan produktif, salah target, sangat bias, serta
jumlah total tabungan nasional. terfokus di Jawa dan Jakarta. Ini
Selanjutnya tabungan ini dapat mengakibatkan terhambatnya
diinvestasikan kembali untuk kegiatan pertumbuhan ekonomi dan terbatasnya
produktif. kecepatan pemberantasan kemiskinan.
Padahal, untuk meningkatkan produktivitas
Bisa dibayangkan, ketika jumlah penduduk perekonomian nasional dan menciptakan
Indonesia semakin meningkat, sementara pertumbuhan ekonomi inklusif,
infrastrukturnya tidak dibangun. Apa yang kesenjangan ketersediaan infrastruktur
terjadi? Tidak akan ada investasi, karena harus diatasi. Data Bank Dunia (2018)
hanya ada infrastruktur lama. Jalan-jalan menunjukkan laju pertumbuhan tahunan
yang rusak, jembatan yang roboh, stok barang modal publik per kapita, yang
pembangkit listrik yang minim kapasitasnya merupakan proksi dari stok infrastruktur,
tidak akan menarik investor yang mau
di Indonesia hanya sekitar 2,8 persen Jawa akan tinggal di perkotaan, yang
selama periode 2005-2015. Ini jauh lebih terkonsentrasi di Jakarta-Bandung. Ini akan
rendah dibandingkan dengan laju menciptakan daerah “mega-urban”, yang
pertumbuhan stok barang modal publik di membutuhkan ketersediaan infrastruktur,
beberapa negara tetangga, seperti Vietnam termasuk pembiayaannya.
(10,3 persen) dan Tiongkok (6,7 persen).
Peningkatan investasi infrastruktur
Sangat jauh berbeda memang, maka dari
memang diperlukan untuk mengatasi
itu, pemerintah harus berupaya agar
kesenjangan ketersediaan infrastruktur
meningkatkan laju pertumbuhannya.
yang masih besar. Sayangnya, Indonesia
Investasi infrastruktur yang lebih tinggi dan menghadapi kendala pembiayaan karena
memadai bukan hanya dibutuhkan untuk kondisi sektor keuangan yang relatif
meningkatkan produktivitas. Namun juga dangkal dan didominasi oleh sektor
diperlukan untuk menurunkan biaya perbankan. Kombinasi perbankan domestik
logistik, apalagi bagi negara kepulauan dan pasar modal di Indonesia masih terlalu
yang sangat luas seperti Indonesia. kecil untuk dapat membiayai seluruh
Infrastruktur yang lebih baik untuk jasa kebutuhan infrastruktur.
sosial dasar, seperti sanitasi dan air bersih
Fakta menunjukkan sektor perbankan
serta kesehatan dan pendidikan, sangat
hanya memberikan kredit berjangka
dibutuhkan untuk membantu masyarakat
pendek (kurang dari 5 tahun). Ini
miskin memperoleh akses terhadap
membatasi kemampuan bank membiayai
perekonomian agar dapat memperbaiki
proyek-proyek jangka panjang.
kesejahteraan mereka.
Di pasar modal, porsi kapitalisasi pasar
Ketersediaan infrastruktur juga sejalan
saham dan nilai outstanding pasar obligasi
dengan Visi Indonesia 2045 yang
Indonesia terhadap produk domestik bruto
dikembangkan oleh Badan Perencanaan
(PDB) memang meningkat. Namun masih
Pembangunan Nasional (Bappenas). Visi
kalah dibandingkan dengan negara-negara
Indonesia 2045 menekankan skenario laju
emerging markets lainnya. Sedangkan
pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi
investor institusi domestik, seperti dana
disertai pembangunan inklusif yang akan
pensiun, asuransi, dan reksa dana, masih
mendorong terjadinya urbanisasi dan
sulit diharapkan. Sebab, nilai asetnya
petumbuhan kota-kota kecil dan
masih terlalu kecil untuk memegang peran
menengah. Bahkan, pada 2035,
pembiayaan infrastruktur dengan nilai
diperkirakan hampir 90 persen penduduk di
signifikan dalam jangka panjang. Apalagi Generasi milenial perlu dipacu untuk
penetrasi asuransi dan reksa dana di mempersiapkan diri dengan disiplin tinggi
Indonesia masih sangat kecil dibandingkan agar menguasai berbagai keterampilan dan
dengan di negara tetangga sebanding. kemampuan. Mereka dapat memasuki
dunia kerja dengan persiapan yang matang
Namun, terdapat kabar gembira dalam
bukan hanya setengah-setengah agar
pembiayaan infrastruktur. Akhir-akhir ini
maksimal dalam memajukan Negara
tampak ada peningkatan peran pembiayaan
Indonesia tercinta. Namun, tidak hanya
infrastruktur melalui pasar modal. Selama
negara dan pemerintah saja yang bergerak
dua-tiga tahun terakhir, jenis-jenis
maju. Peran dan inisiatif masyarakat justru
pembiayaan infrastruktur yang baru dan
menjadi kata kunci untuk dapat
inovatif melalui pasar modal mengalami
mewujudkan impian tersebut. Kita harus
peningkatan. Hal ini menunjukkan upaya
bergegas.
pendalaman pasar keuangan dalam
menciptakan instrumen pembiayaan
infrastruktur yang inovatif sangat besar.
Karena itu, implementasi proyek
infrastruktur pun menjadi lebih cepat.

Tentu saja semua itu belum cukup


menyiapkan generasi melenial untuk
memasuki dunia kerja. Langkah
selanjutnya adalah mengembangkan sektor
pendidikan sesuai perkembangan dan
kebutuhan dunia usaha di saat revolusi
teknologi 4.0 berlangsung.

Memberikan kesempatan kepada pekerja


agar mempelajari dan menyesuaikan diri
dengan pekerjaan yang menggunakan
teknologi baru. Langkah ini sejalan dengan
study McKensey Global Institute 2017 dan
study Carl Benedickt Frey dan Michael A.
Osborne 2013 serta Hanns Boeckler Stiftung
mengenai pekerjaan di masa mendatang.

Anda mungkin juga menyukai