Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

KLIEN DENGAN PNEUMONIA DI RUANG ICU GBPT LT. 2


RSUD Dr.SOETOMO SURABAYA

Disusun Oleh :
Ana Putri Sanjaya
P27820820005

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SURABAYA
JURUSAN KEERAWATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan Kritis pada klien dengan Pneomonia yang


dilaksanakan pada tanggal 14 Juni 2021 – 19 Juni 2021 telah dilaksanakan sebagai
laporan praktik klinik keperawatan kritis semester 2 Program Studi Pendidikan
Profesi Ners Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya oleh :

Nama Mahasiswa : Ana Putri Sanjaya


NlP : P27820820005

Surabaya, 19 Juni 2021

Pembimbing Akademik Mahasiswa

Supriyanto, S.Kep, Ns, M.Kep Ana Putri Sanjaya


NIP.19800325 200501 2 004 P27820820005

Mengetahui,
Ketua Program Studi
Profesi Ners

Minarti, S.Kep.Ns.,M.Kep.Sp.Kom
NIP. 19670730 199303 2 004
LAPORAN PENDAHULUAN
PNEUMONIA

1. Definisi
Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli)
yang dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti virus, jamur dan
bakteri (Kemenkes, RI 2018)
Pneumonia adalah salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan bawah
akut (ISNBA) dengan batuk dan disertai dengan sesak nafas disebabkan agens
infeksius seperti : virus bakteri, mycoplasma (fungi), dan aspirasi substansi asing,
berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi dan konsolidasi. (Nurarif &
Kusuma, 2015).
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari
bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratori, dan alveoli, serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat.
(Zul Dahlan, 2014).

2. Klasifikasi
Klasifikasi pneumonia berdasarakan anatomi (pola keterlibatan paru)
(LeMone et all, 2016) antara lain :
a) Pneumonia lobal, biasanya mengenai seluruh lobus paru. Proses awalnya,
ketika respons imun minimal, bakteri menyebar sepanjang lobus yang terkena
dengan akumulasi cepat. Cairan edema karena terjadi respons imun dan
inflamasi, RBC dan neutrofil, merusak sel epitel, dan fibrin berakumulasi
dalam alveoli. Eksudat purulen mengandung neurofil dan makrofag terbentuk.
Karena alveoli dan bronkiolus pernafasan terisi dengan eksudat, sel darah,
fibrin, dan bacteria, konsolidasi (solidifikasi) jaringan paru terjadi. Akhirnya,
proses sembuh karena enzim menghancurkan eksudat dan sisa debris
direabsorpsi, di fagosit, atau dibatukan keluar.
b) Bronkopneumonia (pneumonia lobularis), Biasanya mengenai bagian jaringan
paru terkait, ditandai dengan konsolidasi bercak. Eksudat cenderung tetap
terutama di bronki dan bronkiolus, dengan sedikit edema dan kongesti alveoli
daripada Pneumonia lobar.
c) Pneumonia interstisial (Bronkiolitis), proses inflamasi terutama melibatkan
interstisium : dinding alveolar dan jaringan ikat yang menyokong pohon
bronchial. Keterlibatan dapat berupa bercak atau difus karena limfosit,
makrofag, dan sel plasma menginfiltrasi septa alveolar. Ketika alveoli biasanya
tidak mengandung eksudat yang banyak, membrane hialin yang kaya protein
dpat melapisi alveoli, mengandung pertukaran gas.
d) Pneumonia milier, pada pneumonia milier, sejumlah lesi inflamasi memiliki
ciri tersendiri terjadi sebagai akibat penyebaran patogen ke paru melalui aliran
darah. Pneumonia milier umumnya terlihat pada orang yang mengalami luluh
imun berat. Sebagai akibatnya, respons imun buruk dan kerusakan jaringan
pleura sangat signifikan
Klasifikasi pneumonia berdasarkan inang dan lingkungan (LeMone et all,
2016) :
a) Pneumonia Komunitas (Community-Acquired Pneumonia)
Pneumonia komunitas merupakan salah satu penyakit infeksius yang sering di
sebabkan oleh bakteri yaitu Streptococcus pneumonia.Bakteri ini terletak di
saluran napas atas pada hingga 70% orang dewasa.Bakteri ini dapat menyebar
secara langsung dari kontak orang ke orang melalui droplet.
b) Penyakit Legionnaire
Penyakit Legionnaire adalah bentuk bronkopneumonia yang disebabkan oleh
legionella pneumophilia, bakteri gram negative yang secara luas ditemukan
dalam air, terutama air hangat.Perokok, lansia, dan orang yang menderita
penyakit kronik atau gangguan pertukaran imun merupakan orang yang paling
rentan terhadap penyakit Legionnaire.
c) Pneumonia Atipikal Primer
Pneumonia disebabkan oleh Mycoplasma pneumonia umumnya
diklasifikasikan sebagai Pneumonia Atipikal Primer karena manifestasi dan
rangkaian penyakit sangat berbeda dengan Pneumonia bakteri lainnya.Dewasa
muda khususnya mahasiswa dan calon anggota militer merupakan populasi
yang umumnya terkena.Pneumonia ini sangat menular.
d) Pneumonia Virus.
Pneumonia virus umumnya merupakan penyakit ringan yang sering kali
mengenai lansia dan orang yang mengalami kondisi kronik.Sekitar 10%
pneumonia ini terjadi pada orang dewasa.
e) Pneumonia
Pneumosis Orang yang mengalami luluh imun yang parah beresiko terjadinya
pneumonia oportunistik yang disebabkan oleh Pneumocystis jiroveci, parasit
yang lazim ditemukan di seluruh dunia.Infeksi oportunistik dapat terjadi pada
orang yang ditangani dengan imunosupresif atau obat sitotoksik untuk kanker
atau transplan organ.
f) Pneumonia Aspirasi
Pneumonia aspirasi merupakan aspirasi isi lambung ke paru-paru yang
menyebabkan pneumonia kimia dan bakteri.

3. Etiologi
Menurut Padila, 2013 penyebab pneumonia yaitu :
a) Bakteri Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organism
gram positif : Steptococcus pneumonia, S.aerous, dan streptococcus
pyogenesis. Bakteri gram negative seperti Haemophilus influenza, Klebsiella
pneumonia dan P. Aeruginosa.
b) Virus Disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui transmisi
droplet. Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama
pneumonia virus.
c) Jamur Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplamosis menyebar melalui
penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada
kotoran burung, tanah serta kompos.
d) Protozoa Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia. Biasanya
menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi.
Menurut (LeMone et all, 2016) pneumonia didapatkan oleh 2 penyebab
antara lain : infeksius dan noninfeksius.
a) Penyebab infeksius yaitu bakteri, virus, jamur, protozoa dan mikroba.
b) Penyebab noninfeksius antara lain adalah aspirasi isi lambung dan inhalasi gas
beracun atau gas yang mengiritasi. Pneumonia infeksius sering kali
diklasifikasikan sebagai infeksi yang didapat komunitas, infeksi nosokpomial
(didapat dirumah sakit), atau oportunistik (Imun menurun).

4. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala pneumonia berdasarkan Rikesdas, 2013 yang biasanya
dijumpai pada pneumonia adalah demam atau panas tinggi disertai batuk berdahak
yang produktif, napas cepat (frekuensi nafas >50 kali/menit), selain itu pasien
akan merasa nyeri dada seperti ditusuk pisau atau sesak, sakit kepala, gelisah dan
nafsu makan berkurang
Tanda dan gejala menurut (Robinson & Saputra, 2014) antara lain :
a) Batuk g) Napas cepat dan dangkal.
b) Dispnea h) Menggigil.
c) Lemah i) Produksi sputum.
d) Demam j) Sesak napas.
e) Pusing k) Berkeringat.
f) Nyeri dada pleuritik l) Ronki dan melemahnya bunyi nafas.
g) Penurunan saturasi oksigen dengan alat oksimetri denyut (pulse oximetry
reading)

5. Patofisiologi
Pneumonia merupakan inflamasi paru yang ditandai dengan konsulidasi
karena eksudat yang mengisi elveoli dan brokiolus.Saat saluran nafas bagian
bawah terinfeksi, respon inflamasi normal terjadi, disertai dengan jalan obstruksi
nafas (Terry & Sharon, 2013).Sebagian besar pneumoni didapat melalui aspirasi
partikel inefektif seperti menghirup bibit penyakit di udara.Ada beberapa
mekanisme yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi.Partikel
infeksius difiltrasi dihidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan
epitel bersilia disaluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai paruparu ,
partikel tersebut akan berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga dengan
mekanisme imun sistemik dan humoral. Infeksi pulmonal bisa terjadi karena
terganggunya salah satu mekanisme pertahanan dan organisme dapat mencapai
traktus respiratorius terbawah melalui aspirasi maupun rute hematologi.Ketika
patogen mencapai akhir bronkiolus maka terjadi penumpahan dari cairan edema
ke alveoli, diikuti leukosit dalam jumlah besar.Kemudian makrofag bergerak
mematikan sel dan bakterial debris.Sisten limpatik mampu mencapai bakteri
sampai darah atau pleura viseral.Jaringan paru menjadi terkonsolidasi.Kapasitas
vital dan pemenuhan paru menurun dan aliran darah menjadi terkonsolidasi, area
yang tidak terventilasi menjadi fisiologis right-to-left shunt dengan ventilasi
perfusi yang tidak pas dan menghasilkan hipoksia.Kerja jantung menjadi
meningkat karena penurunan saturasi oksigen dan hiperkapnia (Nugroho.T, 2011).
6. Pathway

Virus, Bakteri, Jamur, Protozoa dan mikroba (penyebab)

Invasi saluran napas atas

Kuman berlebih di bronkus Kuman terbawa ke saluran cerna infeksi saluran nafas bawah

Akumulasi secret di bronkus Infeksi saluran cerna Dilatasi pembuluh darah Peradangan

Peningkatan flora normal di usus Eksudat masuk alveoli Suhu tubuh naik
Mucus di bronkus
Bersihan jalan nafas
meningkat
tidak efektif (D.0001) Peristaltic usus meningkat Gangguan disfusi gas
Hipertermia
Bau mulut tidak sedap (D.0130)
Malabsorpsi Ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi
Anoreksia
frekuensi BAB>3x/hari Suplai O2 dalam
darah turun
Intake menurun Gangguan Pertukaran
Risiko hipovolemia Gas (D.0003) kelemahan tubuh
Ketidakmampuan (D.0034)
mencerna makanan Edema alveoli tirah baring
Tekanan dinding paru penurunan kekuatan otot
Defisit nutrisi
meningkat
(D.0019)
Pemenuhan paru menurun Gangguan Mobilitas
Fisik
Depresi pusat pernafasan (D.0056)

Sumber : NANDA 2015, (Nurarif & Kusuma, 2015) Pola nafas tidak efektif
(D.0005)
7. Komplikasi
Pada penyakit pneumonia, dapat terjadi komplikasi seperti dehidrasi,
bacteremia (sepsis), abses paru, efusi pleura, dan kesulitan bernapas
(Khasanah, 2017).

8. Pemeriksaan Penunjang
a) Sinar x : Mengidentifikasikan distribusi structural (misal: labor, bronchial),
dapat juga meyatakan abses.
b) Biopsy paru : Untuk menetapkan diagnosis.
c) Pemeriksaan gram atau kultur, sputum dan darah : untuk dapat
mengidentifikasi semua organisme yang ada.
d) Pemeriksaan serologi : Membantu dalam membedakan diagnosis organisme
khusus.
e) Pemeriksaan fungsi paru : Untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas
berat penyakit dan membantu diagnosis keadaan.
f) Spirometrik static : Untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi.
g) Bronkostopi : Untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing.
(Nurarif & Kusuma, 2015)

9. Penatalaksanaan
A. Keperawatan
Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bisa diberikan
antibiotik per-oral dan tetap tinggal dirumah.Penderita yang lebih tua dan
penderita dengan sesak nafas atau dengan penyakit jantung atau penyakit paru
lainnya, harus dirawat dan antibiotik diberikan melalui infus. Mungkin perlu
diberikan oksigen tambahan, cairan intravena dan alat bantu nafas mekanik.
Kebanyakan penderita akan memberikan respon terhadap pengobatan dan
keadaannya membaik dalam waktu 2 minggu. Menurut Nurarif ( 2015 )
Penatalaksanaan umum yang dapat diberikan antara lain :
a) Oksigen 1-2L/menit
b) Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan enteral bertahap
melalui selang nasogastrik dengan feedingdrip
c) Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal
dan beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier. Koreksi gangguan
keseimbangan asam basa dan elektrolit
d) IVFD dekstrose 10 % , NaCl 0,9% = 3 : 1, + KCl 10 mEq/500 ml cairan
e) Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit
B. Medis
Medis Konsolidasi atau area yang menebal dalam paru-paru yang akan
tampak pada rontgen dada mencakup area berbercak atau keseluruhan lobus
(pneumonia lobaris). Pada pemeriksaan fisik, temuan tersebut dapat mencakup
bunyi napas bronkovesikular atau bronchial, krekles, peningkatan fremitus,
egofani, dan pekak pada perkusi.Pengobatan pneumonia termasuk pemberian
antibiotik yang sesuai seperti yang ditetapkan oleh hasil pewarnaan
gram.Selain itu untuk pengobatan pneumonia yaitu eritromisin, derivat 30
tetrasiklin, amantadine, rimantadine, trimetoprim-sulfametoksazol, dapsone,
pentamidin, ketokonazol.(Brunner & Suddarth, 2002). Untuk kasus pneumonia
community base :
a) Ampisilin 100 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian.
b) Kloramfenikol 75 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian
Untuk kasus pneumonia hospital base :
a) Sefatoksim 100 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.
b) Amikasin 10-15 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.
(Nurarif & Kusuma, 2015,68).
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI PNEUMONIA

A. Pengkajian
1. Identitas
Epidemiologi pneumonia komunitas atau community-acquired
pneumonia (CAP) di Amerika Serikat diperkirakan ~1.600 kasus per
100.000 populasi. Sedangkan di Indonesia secara nasional adalah 1,8%
dimana prevalensi tahun 2013 adalah 4,5%. Pneumonia komunitas atau
Community-acquired pneumonia (CAP) merupakan penyakit yang serius
dan merupakan penyebab kematian nomor tiga secara global dan merupakan
penyebab kematian dan disabilitas terbesar diantara penyakit pada sistem
pernapasan lainnya.Di Amerika Serikat insidensi CAP diperkirakan ~1.600
kasus per 100.000 populasi tidak jauh berbeda dengan Eropa ~1.100-1.600
kasus per 100.000 populasi.Angka CAP yang harus dirawat inap
diperkirakan ~250 kasus per 100.000 populasi.Terdapat perubahan tren
yaitu peningkatan insidensi CAP dengan patogen yang resisten terhadap
obat. Pada pasien anak di Amerika Serikat, pneumonia merupakan penyebab
rawat inap dengan insidensi rawat inap 15,7 per 10.000 anak per tahun.
Insidensi paling tinggi pada grup anak di bawah 2 tahun yaitu insidensi
rawat inap 62,2 per 10.000 anak per tahun. Insidensinya memuncak pada
saat musim gugur dan musim dingin. Berdasarkan data Riset Kesehatan
Dasar (RISKESDAS) tahun 2013, period prevalence atau prevalensi periode
seluruh pneumonia di Indonesia secara nasional adalah 1,8% dimana
prevalensi tahun 2013 adalah 4,5%. Prevalensi periode paling tinggi pada
kelompok umur 1-4 tahun dan meningkat pada kelompok umur 45-54 tahun
dan kelompok umur yang lebih tua. Berdasarkan data administratif, terdapat
988 kasus CAP pada tiap 100.000 pasien yang telah keluar dari perawatan
inap rumah sakit di Indonesia dengan rata-rata masa rawat inap atau length
of stay adalah 6,1 hari.
2. Keluhan Utama
Dalam penelitian Jahya Bukhari.AS 2019 menurut Brunner & suddarth
(2012) Keluhan dimulai dengan infeksi saluran pernafasan, kemidian
mendadak panas tinggi disertai batuk yang hebat, nyeri dada dan nafas
sesak.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Dalam penelitian Jahya Bukhari.AS 2019 menurut Brunner & suddarth
(2012) pada klien pneumonia yang sering dijumpai pada waktu anamnese
ada klien mengeluh mendadak panas tinggi (380C - 410C) disertai
menggigil, kadang-kadang muntah, nyeri pleura dan batuk pernafasan
terganggu (takipnea), batuk yang kering akan menghasilkan sputum seperti
karat dan purulen
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Dalam penelitian Jahya Bukhari.AS 2019 menurut Brunner & suddarth
(2012) pneumonia sering diikuti oleh suatu infeksi saluran pernafasan atas,
pada penyakit PPOM, tuberkulosis, DM, pasca influenza dapat mendasari
timbulnya pneumonia. Penyakit diarahkan pada waktu sebelumnya, apakah
klien pernah mengalami infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dengan
gejala sepertilukatenggorokan,kongestinasal,bersin,dandemamringan
(Diana, Akrima Ulfa.2019)
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Dalam penelitian Jahya Bukhari.AS 2019 menurut Brunner & suddarth
(2012) adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan
klien atau asma bronkiale, tuberkulosis, DM, atau penyakit ISPA lainnya.
6. Pola-pola Fungsi Kesehatan
Menurut (Diana, Akrima Ulfa.2019)
1) Pola persepsi sehat-penatalaksanaansehat
Keluarga sering menganggap seperti batuk biasa, dan menganggap benar-
benar sakit apabila sudah mengalami sesak napas.
2) Pola metaboliknutrisi
Sering muncul anoreksia (akibat respon sistematik melalui control saraf
pusat), mual muntah karena terjadi peningkatan rangsangan gaster dari
dampak peningkatan toksik mikroorganisme.
3) Polaeliminasi
Penderita mengalami penurunan produksi urin akibat perpindahan cairan
karena demam.
4) Polatidur-istirahat
Data yang muncul adalah pasien kesulitan tidur karena sesak napas.
Penampilan lemah, sering menguap, dan tidak bisa tidur di malam hari
karena tidak kenyamanan tersebut
5) Polaaktivitas-latihan
Aktivitas menurun dan terjadi kelemahan fisik.
6) Polakognitif-persepsi
Penurunan kognitif untuk mengingat apa yang pernsh disampaikan
biasanya sesaat akibat penurunan asupan nutrisi dan oksigenasi pada
otak.
7) Pola persepsi diri-konsepdiri
Tampak gambaran keluarga terhadap pasien, karena pasien diam.
8) Pola peranhubungan
Pasien terlihat malas jika diajak bicara dengan keluarga, pasien lebih
banyak diam.
9) Pola toleransistress-koping
Aktivitas yang sering tampak saat menghadapi stress adalah pasien selalu
diam dan mudah marah.
10) Polanilai-kepercayaan
Nilai keyakinan mungkin meningkat seiring dengan kebutuhan untuk
mendapat sumber kesembuhan dari Allah SWT.
7. Pemeriksaan Fisik
Dalam penelitian Jahya Bukhari.AS 2019
1) Keadaan Umum
Klien tampak lemah, Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pada klien
dengan pneumonia biasanya didapatkan peningkatan suhu tubuh lebih
dari 40°C, frekuensi napas meningkat dari frekuensi normal, denyut nadi
14 biasanya seirama dengan peningkatan suhu tubuh dan frekuensi
pernapasan, dan apabila tidak melibatkan infeksi sistem yang
berpengaruh pada hemodinamika kardiovaskuler tekanan darah biasanya
tidak ada masalah.

2) Pemeriksaan B1-B6
a. Pernafasan-Breathing (B1)
Pemeriksaan fisaik pada klien dengan pneumonia merupakan
pemeriksaan fokus, berurutan pemeriksaan ini terdiri atas inspeksi,
palpasi, perkusi dan auskultasi.
- Inspeksi : Bentuk dada dan gerakan pernapasan, Gerakan pernapasan
simetris. Pada klien dengan pneumonia sering ditemukan peningkatan
frekuensi napas cepat dan dangkal, serta adanya retraksi sternum dan
intercostal space (ICS). Napas cuping hidung pada sesak berat dialami
terutama oleh anak-anak. Batuk dan sputum. Saat dilakukan
pengkajian batuk pada klien dengan pneumonia, biasanya didapatkan
batuk produktif disertai dengan adanya peningkatan produksi sekret
dan sekresi sputum yang purulen.
- Palpasi : Gerakan dinding thorak anterior/ ekskrusi pernapasan. Pada
palpasi klien dengan pneumonia, gerakan dada saat bernapas biasanya
normal dan seimbang antara bagian kanan dan kiri. Getaran suara
(frimitus vocal). Taktil frimitus pada klien dengan pneumonia
biasanya normal.
- Perkusi : Klien dengan pneumonia tanpa disertai komplikasi, biasanya
didapatkan bunyi resonan atau sonor pada seluruh lapang paru. Bunyi
redup perkusi pada klien dengan pneumonia didapatkan apabila
bronkopneumonia menjadi suatu sarang (kunfluens).
- Auskultasi : Pada klien dengan pneumonia, didapatkan bunyi napas
melemah dan bunyi napas tambahan ronkhi basah pada sisi yang sakit.
Penting bagi perawat pemeriksa untuk mendokumentasikan hasil
auskultasi di daerah mana didapatkan adanya ronkhi.
b. Kardiovaskular-Bleeding (B2)
Pada klien dengan pneumonia pengkajian yang didapat meliputi :
- Inspeksi : Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umun.
- Palpasi : Denyut nadi perifer melemah.
- Perkusi : Batas jantung tidak mengalami pergeseran.
- Auskultasi : Tekanan darah biasanya normal, bunyi jantung tambahan
biasanya tidak didapatkan
c. Persyarafan-Brain (B3)
Klien dengan pneumonia yang berat sering terjadi penurunan
kesadaran, didapatkan sianosis perifer apabila gangguan perfusi
jaringan berat.Pada pengkajian objektif, wajah klien tampak meringis.
Menangis, merintih, merengang, dan mengeliat
d. Perkemihan (Eliminasi Urine)-Bladder (B4)
Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake cairan.
Oleh karena itu, perawat perlu memonitor adanya oliguria karena hal
tersebut merupakan tanda awal dari syok.
e. Pencernaan (Eliminasi Alvi)-Bowel (B5)
Klien biasanya mengalami mual, muntah, penurunan nafsu makan,
dan penurunan berat badan.
f. Tulang, Otot, Integumen-Bone (B6)
Kelemahan dan kelelahan fisik secara umum sering menyebabkan
ketergantungan klien terhadap bantuan orang lain dalam melakukan
aktivitas sehari-hari
B. Diagnosa Keperawatan
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif bd hipersekresi jalan napas dd batuk tidak
efektif, tidak mampu batuk, sputum berlebih, mengi/wheezing (D.0001)
2) Gangguan pertukaran gas bd ketidakseimbangan ventilasi-perfusi dd
dispnea, pCO2 meningkat/menurun, pO2 menurun, takikardia, pH arteri
meningkat/menurun, dan terdapat bunyi napas tambahan (D.0003)
3) Pola nafas tidak efektif bd depresi pusat pernapasan dd dispnea,
penggunaan otot pernapasan, fase ekspirasi memanjang, pola napas
abnormal (D.0005)
4) Resiko hipovolemia kehilangan cairan secara aktif dibuktikan dengan diare
(D.0034)
5) Intoleransi aktifitas bd ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen dd mengeluh lelah, frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi
istirahat (D.0056)
6) Defisit nutrisi bd ketidakmampuan menelan makanan dd berat badan
menurun minimal 10% di bawah rentang normal (D.0019)
7) Hipertermi bd proses penyakit dd suhu tubuh di atas nilai normal (D.0130)
C. Intervensi Keperawatan

Standart Diagnosis Standart Luaran Keperawatan Standart Intervensi Keperawatan


No Rasional
Keperawatan Indonesia Indonesia Indonesia
1. Bersihan jalan napas tidak Tujuan : Observasi Observasi
efektif (D.0001) Setelah dilakukan tindakan 1) Identifikasi kemampuan batuk 1) Menentukan intervensi selanjutnya
keperawatan 3x24 jam bersihan (1.01006) 2) Mengetahui adanya infeksi pada
jalan napas klien meningkat 2) Monitor adanya retensi sputum paru
(L.01001) (1.01006) 3) Mompertahankan jalan nafas
3) Monitor pola napas (frekuensi, 4) Mengetahui adannya produksi
Kriteria Hasil : kedalaman, dan usaha napas) sputum berlebih
1)Batuk efektif meningkat (1.01011) Terapeutik
(L.01001) 4) Monitor bunyi napas tambahan 1) Membantu mengurangi sesak napas
2)Produksi sputum menurun (1.01011) 2) Bertujuan mengeluarkan sputum
(L.01001) Terapeutik serta perbaikan ventilasi pada paru
3)Frekuensi nafas membaik 1) Atur posisi semi-fowler atau fowler yang sakit 
(L.01001) (1.01006) 3) Membuang sekret tidak boleh
4)Pola napas membaik (L.01001) 2) Lakukan fisioterapi dada (1.01011) sembarangan
5)Dispnea menurun (L.01001) 3) Pasang perlak dan bengkok 4) Agar sputum tidak menyebar ke
dipangkuan pasien (1.01006) lingkungan pasien
4) Buang sekret pada tempat sputum Edukasi
(1.01006) 1) Agar keluarga dan klien memahami
Edukasi fungsi batuk efektif
1) Jelaskan tujuan dan prosedur batuk 2) Merelaksasikan otot pernafasan
efektif (1.01006) sebelum mengeluarkan secret
2) Anjurkan tarik napas dalam melalui 3) Untuk merelaksasikan otot
hidung selama 4 detik, tahan selama pernafasan
2 detik, kemudian keluarkan dari
4) Mengeluarkan dahak yang tertahan
mulut dengan bibir mencucu
Kolaborasi
(dibulatkan) selama 8 detik
1) Untuk mengencerkan mukus
(1.01006)
(dahak) yang kental sehingga
3) Anjurkan mengulangi teknik napas
mudah dikeluarkan
dalam hingga 3 kali (1.01006)
4) Anjurkan batuk dengan kuat
langsung setelah tarik napas dalam
yang ke-3 (1.01006)
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian mukolitik
atau ekspektoran, jika perlu
(1.01006)
2. Gangguan pertukaran gas Tujuan : Observasi Observasi
(D.0003) Setelah diberikan tindakan 1) Monitor frekuensi, irama, kedalaman 1) Untuk mempertahankan jalan
keperawatan selama 3x24 jam dan upaya napas (1.01014) nafas
pertukaran gas meningkat (L.01003) 2) Monitor pola napas (seperti 2) Untuk megetahui pola napas klien
bradipnea, takipnea, hiperventilasi, 3) Mengetahui kadar O2 dalam
Kriteria Hasil : kussmaul, cheyne-stokes, biot, tubuh
1. Dispnea menurun (L.01003) ataksik) (1.01014) 4) Mengetahui keseimbangan asam
2. Bunyi napas tambahan menurun 3) Monitor saturasi oksigen (1.01014) dan basa dalam tubuh,
(L.01003) 4) Monitor nilai AGD (1.01014) mengetahui kadar oksigen dalam
3. PCO2 membaik (L.01003) 5) Auskultasi bunyi napas (1.01014) tubuh dan mengetahui kadar
4. PO2 membaik (L.01003) 6) Monitor tanda-tanda hipoventilasi karbondioksida dalam tubuh.
5. pH arteri membaik (L.01003) (1.01014) 5) Mengetahui adanya suara nafas
6. Sianosis membaik (L.01003) Terapeutik tambahan sebagai hambatan nafas
7. Pola napas membaik (L.01003) 1) Atur interval pemantauan respirasi 6) Mengetahui keadekuatan oksigen
8. Gelisah menurun (L.01003) sesuai kondisi pasien (1.01014) dalam tubuh
2) Dokumentasi hasil pemantauan Terapeutik
(1.01014) 1) Mengetahui tanda bahaya
3) Bersihkan sekret pada mulut, hidung kekurangan oksigen
dan trakea, jika perlu (1.01026) 2) Mengetahui perkembangan
4) Pertahankan kepatenan jalan napas kondisi klien
(1.01026) 3) Mengurangi penumpukan secret
5) Siapkan dan atur peralatan dan kinerja otot banu pernafasan
pemberian oksigen (1.01026) 4) Mempertahankan jalan nafas
6) Berikan oksigen tambahan, jika 5) Membantu memenuhi kebutuhan
perlu (1.01026) oksigen tdalam tubuh
7) Gunakan perangkat oksigen yang 6) Memaksimalkan oksigen adekuat
sesuai dengan tingkat mobilitas 7) Memudahkan klien untuk
pasien (1.01026) mobilisasi ketika memakai
Edukasi oksigen
1) Jelaskan tujuan dan prosedur Edukasi
pemantauan (1.01014) 1) Agar klien dan keluarga
2) Informasikan hasil pemantauan, jika memahami tujuan pemantauan
perlu (1.01014) kondisi klien
Kolaborasi 2) Agar klien dan keluarga tidak
1) Kolaborasi penentuan dosis oksigen merasa cemas
(1.01026) Kolaborasi
2) Kolaborasi penggunaan oksigen saat 1) Untuk mencapai kadar saturasi
aktivitas dan/atau tidur (1.01026) yang baikk dan megurangi
komplikasi hipoksemia
2) Agar klien tetap terpenuhi
kebutuhan oksigennya ketika
aktivitas atau tidur

D. Implementasi Keperawatan
Merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang
lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.

E. Evaluasi Keperawatan
Merupakan tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan
pelaksanaannya sudah berhasil dicapai.
DAFTAR PUSTAKA
Axton Sharon dan Terry Fugate.(2014). Rencana asuhan keperawatan pediatrik.Edisi
3. Jakarta: EGC

dr.Gold SP Tampubolon. Alomedika: Epidemiologi Pneumonia Komuniti.


https://www.alomedika.com/penyakit/pulmonologi/pneumonia-
komuniti/epidemiologi. Diakses pada tanggal 20 Juni 2020
Dahlan, Z. 2014. Pneumonia : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 2.Edisi
6.Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Diana, Akrima Ulfa.2019. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dewasa Penderita


Pneumonia Dengan Masalah Keperawatan Ketidakefektifan Bersihan Jaan
NafasDi Ruang Asoka RSUD Dr.Harjono Ponorogo.Tugas Akhir (D3) Thesis
Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

Jahya Bukhari.AS.2019. Asuhan Keperawatan Pada Tn.A.D Dengan Pneumonia Di


Ruang Cendana Rumah Sakit Bhayangara Drs.Titus Ully Kupang.KTI,
Program Pendidikan Diploma III Keperawatan pada program studi D-III
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kupang

Khasanah, fitri nur.(2017). Asuhan Keperawatan Pada An.V Pada Pneumonia Di


Ruang Khanil Rumah Sakit Umm Banyumas. KTI, Fakultas Ilmu Kesehatan
UMP, 2015. 9–40.

Kemenkes,I.2018 Profil Kesehatan Indonesia 2018. Jakarta : Kementerian Kesehatan


RI. 2019 ISBN 978-602-656-446-4

LeMone, Burke, & Bauldoff, (2016). Keperawatan Medikal Bedah, Alih bahasa.
Jakarta: EGC

Nurarif .A.H. dan Kusuma.H. (2015).Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.

Nugroho, T. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah Dan Penyakit


Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika

Padila. 2013. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2016. Standar Diagnosis


Keperawatan Indonesia, Definisi Dan Indikator Diagnostik Edisi I. Jakarta :
Dewan Pengurus Pusat PPNI

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2016. Standar Luaran Keperawatan


Indonesia, Definisi Dan Kriteria Hasil Keperawatan Edisi I Cetakan II.
Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).2018. Standar Intervensi Keperawatan


Indonesia, Definisi Dan Tindakan Keperawatan Edisi I Cetakan II.Jakarta :
Dewan Pengurus Pusat PPNI
Robinson, Joan. M dan Lyndon Saputra. 2014. Buku Ajar Visual Nursing Jilid Satu.
Tangerang Selatan: Binarupa Aksara Publisher.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian RI Tahun 2013.

Said M. Pneumonia. Dalam: Boediman I, Wirjodiardjo M. Buku ajar respirologi


anak.
ASUHAN KEPERAWATAN

PADA NY.T DENGAN  PNEUMONIA

DI RUANG ICU GBPT LT. 2 RSUD DR. SOETOMO SURABAYA

I. Pengkajian
A. Identitas Klien
1. Nama : Ny. T
2. Umur : 90 Tahun
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Suku Bangsa : Jawa
5. Alamat : Surabaya
6. Pendidikan : Tamat SD
7. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
8. Tanggal MRS : 27 September 2019
9. Diagnosa Medis : Pneumonia

B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama :
Tidak dapat dikaji karena klien terpasang intubasi
2. Alasan Utama MRS
Keluarga klien mengatakan klien sesak napas berat, sulit tidur merasa
nyaman jika diposisikan duduk dan badan diarahkan ke depan sambil
memeluk bantal. Kemudian keluarga klien membawa klien ke RS Premier
Surabaya dan dirawat di ICU RS Premier Surabaya. Kemudian klien
dirujuk ke RSUD Dr. Soetomo untuk mendapatkan perawatan yang lebih
intensif. Sekarang klien dirawat di ICU GBPT Lt. 2 dan masih terpasang
ventilator.
3. Upaya yang telah dilakukan
Keluarga klien membawa klien berobat dibawa ke RS Premier Surabaya
4. Terapi/Operasi yang telah dilakukan
Klien terpasang endotracheal tube, terpasang CVC di femoral dextra, dan
terpasang nasogastric tube
C. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sebelumnya
Klien memiliki riwayat penyakit seperti hipertensi,dan pernah mengalami
stroke 7 tahun yang lalu serta memiliki riwayat penyakit jantung.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluarga klien mengatakan klien sesak napas berat, sulit tidur merasa
nyaman jika diposisikan duduk dan badan diarahkan ke depan sambil
memeluk bantal. Kemudian keluarga klien membawa klien ke RS Premier
Surabaya dan dirawat di ICU RS Premier Surabaya. Kemudian klien
dirujuk ke RSUD Dr. Soetomo untuk mendapatkan perawatan yang lebih
intensif. Sekarang klien dirawat di ICU GBPT Lt. 2 dan masih terpasang
ventilator. masuk ruang resusitasi IGD tanggal 26 September 2019, masuk
ruang ICU tanggal 27 September 2019, saat pengkajian pada tanggal 28
September 2019 klien sudah terpasang endotracheal tube, terpasang CVC di
femoral dextra.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga tidak mempunyai riwayat penyakit yang diderita klien sekarang.
4. Keadaan Kesehatan Lingkungan
Tidak Terkaji
D. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Lemah
GCS :E4VxM6
Tanda – Tanda Vital
TD : 130/80mmHg N : 97x/menit
RR : 26x/menit S : 365°C
SPO2 : 100 %
BB : 45 Kg
TB : 152 Cm
Pengkajian Head To Toe
 Kepala
- Inspeksi: bentuk kepala simetris, tidak ada lesi/memar pada kepala, tidak
ada perdarahan pada kepala, rambut tipis beruban.
- Palpasi: tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, tekstur rambut halus
 Wajah
- Inspeksi: bentuk wajah simetris, tidak ada benjolan, tidak ada lesi, wajah
tampak pucat dan lesu, tidak ada pembengkakan
- Palpasi: tidak ada nyeri tekan
 Mata
- Inspeksi: bentuk kedua mata simetris, sklera putih, pupil isokor, reflek
cahaya +/+, konjungtiva tidak anemis
- Palpasi: tidak ada nyeri tekan
 Hidung
- Inspeksi: tidak ada polip, bentuk hidung simetris, terpasang selang NGT
tidak terdapat hematom pada pengeluaran NGT
 Telinga
- Inspeksi: bentuk simeris kanan dan kiri, tidak ada serumen berlebih, tidak
ada pengeluaran cairan pada telinga
- Palpasi: tidak ada nyeri tekan maupun benjolan
 Mulut dan Gigi
- Inspeksi: mulut bersih, terpasang selang ETT, mukosa bibir kering, tidak
terdapat lesi, tidak ada stomatitis maupun perdarahan gusi, lidah berwarna putih
 Tenggorokan dan Leher
- Inspeksi: tidak ada lesi, bentuk simetris, tidak ada benjolan
- Palpasi: tidak ada pembesaran kelenjar limfe maupun tiroid
 Thoraks dan pernapasan
Inspeksi: gerak dada simetris, irama nafas teratur, RR : 26x/menit, SPO2 100
%, pernafasan dibantu dengan ventilator dengan mode CPAP, minutes volume
5,1, total volume 255, total rate 26, peep 6 mmHg, FiO2 30%, dan SPO2
100%. Sputum dengan konsistensi kental berwarna putih kekuningan, tidak
mampu untuk batuk efektif
- Palpasi: tidak ada benjolan maupun nyeri tekan
- Auskultasi: terdapat suara nafas tambahan ronkhi di semua lapang paru
 Jantung
- Palpasi: tidak ada nyeri tekan
- Auskultasi : Bunyi jantung S1 dan S2 tunggal, tidak ada murmur dan gallop,
TD 130/80 mmHg, CRT<2 detik, N : 97x/menit regular, konjungtiva tidak
anemis.
 Abdomen
- Inpeksi : bentuk simetris, tidak membuncit, tidak ada bekas jahitan, BAB
melena pada pagi hari dengan konsistensi cair berwarna hitam dan berbau
khas, Terpasang dower kateter urine, produksi urine 40cc/jam, urine
berwarna kuning pekat, urine evaluasi/24jam Input = 2098, Output = 710
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan
- Perkusi : tidak ada asites, suara abdomen timpani
- Auskultasi : bising usus 10x/mnt
 Genetalia dan anus
- Inspeksi : Genetalia bersih, tidak ada kemerahan
- Palpasi : tidak ada benjolan/kelainan, tidak ada nyeri tekan
l. Integumen
- Inspekulit bersih, tidak ada ptekie, tidak ada lesi dan benjolan, warna kulit
pucat
- Palpasi : turgor kulit menurun, akral hangat kering
m.Ekstremitas
- Inspeksi : tidak ada luka dan tidak ada benjolan, terdapat hemiparase
ekstremitas kanan, tidak ada fraktur, tidak ada edema, klien tampak tirah
baring, tampak rentang gerak menurun/terbatas, kekuatan otot :

2 4
2 4

- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan


Pola-Pola Fungsi Kesehatan
1) Pola Fungsi Kesehatan
1. Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat
Klien hanya berbaring di tempat tidur, ADL dibantu oleh perawat seperti
mandi, makan, minum, dan BAB.
2. Pola Nutrisi dan Metabolisme
Klien terpasang NGT dan mendapat susu E1-E6 B2 (250 ml)
3. Pola Eliminasi
Klien terpasang kateter urin, produksi urin 40 ml/jam, warna urine kuning
pekat, BAB melena dengan konsistensi cair berwarna hitam dan berbau khas.
4. Pola Tidur dan Istirahat
Klien hanya berbaring di tempat tidur
5. Pola Aktivitas
Klien tidak bisa melakukan aktivitas apapun, hanya berbaring di tempat tidur
dan kebutuhan dibantu oleh perawat
6. Pola Hubungan dan Peran
Klien tampak kooperatif ketika dirawat oleh perawat
7. Pola Sensori dan Kognitif
Tidak terkaji, klien kesulitan dalam berkomunikasi secara verbal
8. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Tidak terkaji, klien kesulitan dalam berkomunikasi secara verbal

9. Pola penanggulangan stress


Tidak terkaji, klien kesulitan dalam berkomunikasi secara verbal
10. Pola Reproduksi Seksual
Area genetalia tampak bersih, tidak ada kemerahan, tidak oedema
11. Pola Tata Nilai dan Kepercayaan
Klien tampak tidak melakukan ibadah, hanya berbaring di tempat tidur
E. Pemeriksaan Penunjang
Foto Thorax AP Tanggal
 Cardiomegalia, aorta sclerosis
 Efusi pleura, kiri bekesan lebih banyak
Pemeriksaan Penunjang
PH :7,512
PCO2 : 40,7 mmHg
PO2 : 84,8 mmHg
SO2 % : 97,4
Hct : 38 %
Hb : 12.7 g/dL
Na + : 130 mmol/L
K+ : 3.65 mmol/L
Cl – : 96 mmol/dL
Ca ++ : 4.14 mg/dL
Mg ++ : 0,84 mg/dL
Lac : 0,9 mmol/L
Nca : 1.10 mmol/L
TCO 2 : 34,2 mmol/L
Gap : 0,8 mmol/L
PH (TC) : 7,512
PCO2 (TC) : 40.7 mmHg
PO2 (TC) : 84,8
SBC : 33,5 mmol/L
HCO3- : 33 mmol/L
PO2/ FIO2 : 282,7 mmHg

O2 Cap : 17,6 ml/dL


O2 Ct : 17,4 ml/dL
A : 166.2 mmHg
A-a DO2 : 81,4 mmHg
a/A : 0,5

F. Terapi
1. Clopodogrel 75 mg/24 jam
2. Simvastatin 20 mg/ 24 jam
3. Concor 2,5 mg/ 24 jam
4. Inj cloperazole sulbactam 1 g/8 jam
5. Inj dobutamin pump 250 mg (5mg/ ml)
6. Cairan RL 500 ml/ 24 jam
7. Susu E1-E6 B26 x 250 ml per sonde

II. Analisa Data


No Hari/Tgl/
Pengelompokkan Data Etiologi Masalah
. Jam
1. Sabtu DS : - Virus, bakteri, jamur Bersihan Jalan
28/09/20 DO : ↓ Nafas Tidak
19 - Terdapat suara nafas Invasi saluran nafas atas efektif (D.0001)
08.00 tambahan ronkhi ↓
WIB dikedua lapang paru Kuman berlebih di bronkus
- Pernafasan dibantu ↓
dengan ventilator Akumulasi secret di bronkus
Mode : CPAP ↓
MV/EMV : 4,2 Bersihan jalan nafas tidak
TV/ETV : 242 efektif
Total Rate : 24
PEEP :6
FiO2/O2 : 30%
SPO2 : 100%
- Terpasang endotracheal
tube
- Produksi sputum
berwarna putih
kekuningan
- Tidak mampu batuk
secara efektif
- Tanda – Tanda Vital
TD : 130/80 mmHg
Nadi : 97 x/menit
RR : 26x/menit
S : 365° C
2. Sabtu Ds : - Virus, bakeri, jamur, Pola Nafas
28/09/20 Do : protozoa Tidak Efektif
19 - Klien tampak sesak ↓ (D.0005)
08.00 - Posisi head up 300 Invasi saluran nafas atas
WIB - Pernafasan dibantu ↓
dengan ventilator Infeksi saluran nafas bawah
Mode : CPAP ↓
MV/EMV : 4,2 Dilatasi pembuluh darah
TV/ETV : 242 ↓
Total Rate : 24 Eksudat masuk alveoli
PEEP :6 ↓
FiO2/O2 : 30% Edema alveoli
SPO2 : 100% ↓
- Tanda – Tanda Vital Tekanan dinding paru
TD : 130/80 mmHg meningkat
Nadi : 97 x/menit ↓
RR : 26x/menit Pemenuhan paru menurun
S : 365° C ↓
Depresi pusat pernafasan

Pola nafas tidak efektif
3. Sabtu Ds : - Virus, bakeri, jamur, Gangguan
28/09/20 Do : protozoa Mobilitas Fisik
19 - Klien nampak ↓ (D.0054)
08.00 lemah Invasi saluran nafas atas
WIB - Kekuatan tonus ↓
otot Infeksi saluran nafas bawah
2 4 ↓
2 4 Dilatasi pembuluh darah

- Klien tiran baring Eksudat masuk alveoli
- Rentang gerak ↓
menurun/terbatas Gangguan disfusi gas

Suplai O2 menurun dalam
darah

Kelemahan tubuh

Tirah baring

Penurunan kekuatan otot

Gangguan mobilitas fisik

III. Diagnosa Keperawatan

Ditemukan Masalah Masalah Teratasi


No Diagnosa Keperawatan
Hari/Tgl Paraf Hari/Tgl Paraf
1 Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d 28/09/2019
hipersekresi jalan napas ditandai 08.00
denganterdapat suara nafas tambahan
ronkhi (D.0001)
Prioritas Pertama:
Karena jalan nafas tertumpuk oleh
secret sehingga perlu dilakukan
tindakan keperawatan penghisapan
lendir untuk membersihkan jalan
nafas untuk mengurangi terjadinya
sesak.
2 Pola nafas tidak efektif b.d depresi 28/09/2019
pusat pernafasan d.d frekuensi nafas 08.00
26x/mnt dan terpasang alat bantu
ventilator (D.0005)

Prioritas Kedua :
Karena Pola nafas tidak efektif
sehingga memerlukan bantuan O2
atau memberikan tindakan posisi
semi flowler untuk membantu
inspirasi dan ekspirasi memberikan
ventilasi adekuat.
3. Gangguan mobilitas fisik b.d 28/09/2019
penurunan kekuatan otot d.d 08.00
hemiparesis ekstremitas kanan,
rentang gerak menurun (D.0054)

Prioritas Ketiga:
Karena klien mengalami penurunan
rentang gerak sehingga klien
membutuhkan bantuan untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari
segingga dapat merencanakan
tindakan dengan tujuan mobilitas
fisik meningkat.
IV. Intervensi Keperawatan

Standart Diagnosis Keperawatan Standart Luaran Keperawatan


No Standart Intervensi Keperawatan Indonesia
Indonesia Indonesia
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif Tujuan : Observasi
b.d hipersekresi jalan napas ditandai Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1) Identifikasi kemampuan batuk (1.01006)
dengan terdapat suara nafas 3x24 jambersihan jalan napas klien 2) Monitor adanya retensi sputum (1.01006)
tambahan ronkhi (D.0001) meningkat (L.01001) 3) Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, dan usaha napas) (1.01011)
4) Monitor bunyi napas tambahan (1.01011)
Kriteria Hasil : Terapeutik
1) Batuk efektif meningkat (L.01001) 1) Atur posisi semi-fowler atau fowler (1.01006)
2) Produksi sputum menurun (L.01001) 2) Lakukan fisioterapi dada (1.01011)
3) Frekuensi nafas membaik (L.01001) 3) Pasang perlak dan bengkok dipangkuan pasien (1.01006)
4) Pola napas membaik (L.01001) 4) Buang sekret pada tempat sputum (1.01006)
5) Dispnea menurun (L.01001) Edukasi
1) Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif (1.01006)
2) Anjurkan tarik napas dalam melalui hidung selama 4 detik, tahan selama
2 detik, kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir mencucu
(dibulatkan) selama 8 detik (1.01006)
3) Anjurkan mengulangi teknik napas dalam hingga 3 kali (1.01006)
4) Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas dalam yang ke-
3 (1.01006)
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran, jika perlu (1.01006)
2. Pola nafas tidak efektif b.d depresi Tujuan : Observasi
pusat pernafasan d.d frekuensi nafas Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1) Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya nafas (1.01014)
26x/mnt dan terpasang alat bantu 3x24 jam inspirasi dan ekspirasi 2) Monitor pola nafas (seperti bradipnea, takipnea, hiperventilasi, kussmaul,
ventilator (D.0005) memberikan ventilasi adekuat membaik cheyne-stokes, biot, ataksik) (1.01014)
(L.01004) 3) Monitor adanya sumbatan jalan nafas (1.01014)
4) Palpasi kesimetrisan ekspansi paru (1.01014)
Kriteria Hasil : 5) Aukskultasi bunyi nafas (1.01014)
1) Dispnea menurun (L.01004) 6) Monitor saturasi oksigen (1.01014)
2) Penggunaan otot bantu nafas 7) Monitor nilai AGD (1.01014)
menurun (L.01004) Terapeutik
3) Pernafasan cuping hidung menurun 1) Pertahankan kepatenan jalan nafas (1.01011)
(L.01004) 2) Posisikan semi-fowler atau fowler (1.01011)
4) Frekuensi nafas membaik (L.01004) 3) Berikan oksigen, jika perlu (1.01011
5) Pemanjangan fase ekspirasi menurun Edukasi
(L.01004) 1) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
6) Kedalaman nafas membaik Kolaborasi
(L.01004) 1) Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran, jika perlu (1.01011)
3. Gangguan mobilitas fisik b.d Tujuan : Observasi
penurunan kekuatan otot d.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1) Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya (1.05173)
hemiparesis ekstremitas kanan, 3x24 jam mobilitas fisik meningkat 2) Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan (1.05173)
rentang gerak menurun (D.0054) (L.05042) 3) Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah (1.05173)
4) Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi (1.05173)
Kriteria Hasil : Terapeutik
1) Pergerakan ekstremitas meningkat 1) Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu. Missal pagar atau tempat
(L.05042) tidur (1.05173)
2) Kekuataan otot meningkat (L.05042) 2) Fasilitasi melakukan pergerakan jika perlu (1.05173)
3) Rentang gerak (ROM) meningkat Edukasi
(L.05042) 1) Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi (1.05173)
4) Kelemahan fisik menurun (L.05042)
V. Implementasi

No Diagnosa Keperawatan Hari dan Tanggal Jam Tindakan Keperawatan Paraf


1 Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d 28/09/2019 09.30 1) Memonitor adanya retensi sputum
hipersekresi jalan napas ditandai 09.00 Respon : terdapat sputum di ujung selang ETT dan ventilator
dengan terdapat sara nafas tambahan 09.35 2) Mengidentifikasi kemampuan batuk
ronkhi (D.0001) Respon : klien tidak mampu melakukan batuk efektif
09.40 3) Memonitor pola napas (frekuensi, kedalaman, dan usaha napas)
Respon : Frekuensi nafas 26x/menit, dangkal, takipnea
09.45 4) Memonitor bunyi napas tambahan
Respon : terdengar suara nafas tambahan ronkhi di kedua
09.50 lapang paru klien
5) Mengatur posisi semi-fowler atau fowler
Respon : klien kooperatif dan diposisikan semi flowler
09.55 6) Berkolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran, jika perlu
Respon : klien kooperatif dan mendapat terapi nebulisasi (Pz +
Ventolin) dan terapi dada tiap 8 jam
10.00 7) Melakukan fisioterapi dada dan melakukan suction
Respon : klien kooperatif, dan mau melakukan fisioterapi dada
10.10 8) Menjelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
Respon : klien kooperatif dan mau melakukan batuk efektif
10.20 9) Menganjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas
dalam yang ke-3
Respon : klien kooperatif dan mengikuti langkah dari perawat,
secret keluar sedikit di bagian trakeostomi berwarna putih
kekuningan
2 Pola nafas tidak efektif b.d depresi 28/09/2019 10.40 1) Memonitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya nafas
pusat pernafasan d.d frekuensi nafas (1.01014)
26x/mnt dan terpasang alat bantu Respon : frekuensi nafas 26x/mnt, irama irreguler, pernafasan
ventilator (D.0005) dangkal, tidak terdapat pernafasan cuping hidung
10.45 2) Memonitor pola nafas (seperti bradipnea, takipnea,
hiperventilasi, kussmaul, cheyne-stokes, biot, ataksik)
(1.01014)
Respon : pola nafas klien takipnea
10.50 3) Memonitor adanya sumbatan jalan nafas (1.01014)
Respon : terdapat sputum berwarna putih kekuningan
padaselang ETT
10.55 4) Melakukan aukskultasi bunyi nafas (1.01014)
Respon : terdapat suara ronkhi pada kedua lapang paru klien
11.00 5) Memonitor saturasi oksigen (1.01014)
Respon : saturasi oksigen klien menunjukkan 100%
11.10 6) Menjelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Respon : klien kooperatif

3. Gangguan mobilitas fisik b.d 28/09/2019 11.30 1) Mengidentifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan (1.05173)
penurunan kekuatan otot d.d Respon : klien hanya dapat menggerakkan ekstremitas kiri
hemiparesis ekstremitas kanan, 2) Memonitor frekuensi jantung dan tekanan darah (1.05173)
rentang gerak menurun (D.0054) Respon : HR : 97x/mnt, TD : 130/80 mmHg
11.35 3) Memonitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
(1.05173)
11.40 Respon : klien kooperatif, tidak terjadi sianosis dan keletihan
pada klien
11.45 4) Memfasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu. Missal
pagar atau tempat tidur (1.05173)
Respon : klien tidak dapat melakukan aktivitas selain tirah
baring karena klien menggunakan ventilator
11.50 5) Memfasilitasi melakukan pergerakan jika perlu (1.05173)
Respon : perawat memfasilitasi klien ketikan dilakukan
mobilisasi kanan kiri setiap 2 jam
6) Menjelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi (1.05173)
11.55 Respon : klien kooperatif

4. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d 29/09/2019 08.30 1) Memonitor adanya retensi sputum
hipersekresi jalan napas ditandai Respon : terdapat sputum di ujungselang ETT, warna sputum
dengan terdapat sara nafas tambahan 08.35 putih kekuningan
ronkhi (D.0001) 2) Mengidentifikasi kemampuan batuk
08.40 Respon : klien tidak mampu melakukan batuk efektif
3) Memonitor pola napas (frekuensi, kedalaman, dan usaha napas)
08.45 Respon : takipnea, frekensi nafas 28x/menit, dangkal
4) Memonitor bunyi napas tambahan
08.50 Respon : terdengar suara ronkhi di kedua lapang paru klien
5) Mengatur posisi semi-fowler atau fowler
Respon : klien kooperatif
09.00 6) Berkolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran, jika perlu
Respon : klien kooperatif, klien mendapat terapi nebulisasi (Pz
+ Ventolin) dan terapi dada tiap 8 jam
7) Melakukan fisioterapi dada dan melakukan suction
09.15 Respon : klien kooperatif, mau melakukan fisioterapi dada
8) Menjelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
09.20 Respon : klien kooperatif, klien menganggukkan kepala mau
untuk melakukan latihan batuk efektif
09.25 9) Menganjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas
dalam yang ke-3
Respon : klien kooperatif dan mengikuti langkah dari perawat,
secret keluar sedikit di bagian trakeostomi

5. Pola nafas tidak efektif b.d depresi 29/09/2019 10.30 1) Memonitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya nafas
pusat pernafasan d.d frekuensi nafas (1.01014)
26x/mnt dan terpasang alat bantu Respon : RR = 28x/mnt, irama irreguler, pernafasan dangkal,
ventilator (D.0005) tidak terdapat pernafasan cuping hidung
10.35 2) Memonitor pola nafas (seperti bradipnea, takipnea,
hiperventilasi, kussmaul, cheyne-stokes, biot, ataksik)
(1.01014)
Respon : pola nafas klien takipnea
10.40 3) Memonitor adanya sumbatan jalan nafas (1.01014)
Respon : terdapat secret padaselang ETT
10.45 4) Melakukan aukskultasi bunyi nafas (1.01014)
Respon : terdapat suara ronkhi pada kedua lapang paru klien
10.50 5) Memonitor saturasi oksigen (1.01014)
Respon : saturasi oksigen klien menunjukkan 100%
10.55 6) Menjelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Respon : klien kooperatif

6. Gangguan mobilitas fisik b.d 29/09/2019 11.15 1) Mengidentifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
penurunan kekuatan otot d.d (1.05173)
hemiparesis ekstremitas kanan, Respon : klien hanya dapat menggerakkan ekstremitas kiri
rentang gerak menurun (D.0054) 11.20 2) Memonitor frekuensi jantung dan tekanan darah (1.05173)
Respon : HR : 96x/mnt, TD : 125/70 mmHg
11.25 3) Memonitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
(1.05173)
Respon : klien kooperatif
4) Memfasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu. Missal
11.30 pagar atau tempat tidur (1.05173)
Respon : klien tidak dapat melakukan aktivitas selain tirah
baring karena klien menggunakan ventilator
5) Memfasilitasi melakukan pergerakan jika perlu (1.05173)
11.35 Respon : perawat memfasilitasi klien ketikan dilakukan
mobilisasi kanan kiri setiap 2 jam
6) Menjelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi (1.05173)
11.40 Respon : klien kooperatif
7. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d 30/09/2019 09.00 1) Memonitor adanya retensi sputum
hipersekresi jalan napas ditandai Respon : terdapat sputum di ujung selang ETT, sputum
dengan terdapat sara nafas tambahan bewarna putih kekuningan
ronkhi (D.0001) 09.05 2) Mengidentifikasi kemampuan batuk
Respon : klien tidak mampu melakukan batuk efektif
09.10 3) Memonitor pola napas (frekuensi, kedalaman, dan usaha napas)
Respon : takipnea, RR 24x/menit, dangkal
09.15 4) Memonitor bunyi napas tambahan
Respon : terdengar suara ronkhi di kedua lapang paru klien
09.20 5) Mengatur posisi semi-fowler atau fowler
Respon : klien kooperatif dan klien merasa nyaman dengan
posisi semi fowler
09.25 6) Berkolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran, jika perlu
Respon : klien kooperatif, klien mendapat terapi Nebulisasi (Pz
+ Ventolin) dan terapi dada tiap 8 jam
09.30 7) Melakukan fisioterapi dada dan melakukan suction
Respon : klien kooperatif, mau melakukan fisioterapi dada
09.35 8) Menjelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
Respon : klien kooperatif, klien menganggukkan kepala mau
untuk melakukan latihan batuk efektif
09.40 9) Menganjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas
dalam yang ke-3
Respon : klien kooperatif dan mengikuti langkah dari perawat,
secret keluar sedikit di bagian trakeostomi

8. Pola nafas tidak efektif b.d depresi 30/09/2019 09.55 1) Memonitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya nafas
pusat pernafasan d.d frekuensi nafas (1.01014)
26x/mnt dan terpasang alat bantu Respon : RR = 28x/mnt, irama irreguler, pernafasan dangkal,
ventilator (D.0005) terdapat retraksi dada, tidak terdapat pernafasan cuping hidung
10.00 2) Memonitor pola nafas (seperti bradipnea, takipnea,
hiperventilasi, kussmaul, cheyne-stokes, biot, ataksik)
(1.01014)
Respon : pola nafas klien takipnea
10.05 3) Memonitor adanya sumbatan jalan nafas (1.01014)
Respon : terdapat sputum pada selang ETT
10.10 4) Melakukan aukskultasi bunyi nafas (1.01014)
Respon : terdapat suara ronkhi pada kedua lapang paru klien
10.15 5) Memonitor saturasi oksigen (1.01014)
Respon : saturasi oksigen klien menunjukkan 100%
10.20 6) Menjelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Respon : klien kooperatif

9. Gangguan mobilitas fisik b.d 30/09/2019 10.35 1) Mengidentifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
penurunan kekuatan otot d.d (1.05173)
hemiparesis ekstremitas kanan, Respon : klien hanya dapat menggerakkan ekstremitas kiri
rentang gerak menurun (D.0054) 10.40 2) Memonitor frekuensi jantung dan tekanan darah (1.05173)
Respon : HR : 100x/mnt, TD : 115/76 mmHg
10.45 3) Memonitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
(1.05173)
Respon : klien kooperatif, tidak terjadi sianosis dan keletihan
pada klien
10.50 4) Memfasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu. Missal
pagar atau tempat tidur (1.05173)
Respon : klien tidak dapat melakukan aktivitas selain tirah
baring karena klien menggunakan ventilator
10.55 5) Memfasilitasi melakukan pergerakan jika perlu (1.05173)
Respon : perawat memfasilitasi klien ketikan dilakukan
mobilisasi kanan kiri setiap 2 jam
11.00 6) Menjelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi (1.05173)
Respon : klien kooperatif
VI. Evaluasi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Hari dan Tanggal Jam Tindakan Keperawatan Paraf


1 Bersihan jalan nafas tidak efektif Sabtu, 28/09/2019 13.00 S:-
b.d hipersekresi jalan napas
ditandai dengan terdapat sara O:
nafas tambahan ronkhi (D.0001) - Terdapat sedikit sputum pada selang ETT, terdengar suara nafas
tambahan ronkhi di lapang paru kanan
- Klien sudah dilakukan suction kedua pada pukul 11.30
- klien belum mampu melakukan batuk efektif
- frekuensi nafas 24x/menit
- saturasi oksigen 100%
- pola nafas takipneu
A: Masalah keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif belum
teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
Observasi (1,2,3,4) Terapeutik (1,2,3,4) Edukasi (2,3,4)
Kolaborasi (1)
2 Pola nafas tidak efektif b.d Sabtu, 28/09/2019 13.00 S:-
depresi pusat pernafasan d.d
frekuensi nafas 26x/mnt dan O:
terpasang alat bantu ventilator - klien menggunakan ventilator dengan :
(D.0005) Mode CPAP
PEEP :6
FiO2/O2 : 30%
SPO2 : 100%
- tidak terdapat pernafasan cuping hidung
- frekuensi nafas 24x/mnt
- Kedalaman nafas dangkal
- Pola nafas dispnea
A : Masalah keperawatan pola nafas tidak efektif belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
Observasi (1,2,3,4,5,6) Terapeutik (1,2)

3 Gangguan mobilitas fisik b.d Sabtu, 28/09/2019 13.00 S:-


penurunan kekuatan otot d.d
hemiparesis ekstremitas kanan, O:
rentang gerak menurun (D.0054) - Klien tirah baring di bed
- Klien belum bisa menunjukkan peningkatan pergerakan
ektremitasnya
- Kekuataan otot belum membaik
- Rentang gerak belum meningkat
A: Masalah keperawatan gangguan mobilitas fisik belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
Observasi (1,2,3,4) Terapeutik (1,2)
4 Bersihan jalan nafas tidak efektif Minggu, 13.00 S:-
b.d hipersekresi jalan napas 29/09/2019
ditandai dengan terdapat sara O:
nafas tambahan ronkhi (D.0001) - Terdapat sedikit sputum pada selang ETT, terdengar suara nafas
tambahan ronkhi di lapang paru kanan dan kiri
- Klien sudah dilakukan suction kedua pada pukul 11.30
- klien cukup mampu melakukan batuk efektif
- frekuensi nafas 26x/menit
- pola nafas takipneu
- klien tampak dispneu
A: Masalah keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif belum
teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
Observasi (1,2,3,4) Terapeutik (1,2,3,4) Edukasi (2,3,4)
Kolaborasi (1)
5 Pola nafas tidak efektif b.d Minggu, 13.00 S:-
depresi pusat pernafasan d.d 29/09/2019
frekuensi nafas 26x/mnt dan
terpasang alat bantu ventilator O:
(D.0005) - klienterpasang ventilator dengan :
Mode CPAP
PEEP :6
FiO2/O2 : 30%
SPO2 : 100%
- frekuensi nafas 26x/mnt
- saturasi oksigen 100%
- Kedalaman nafas dangkal
- klien tampak dispnea
- tidak terdapat cuping hidung
A : Masalah keperawatan pola nafas tidak efektif belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
Observasi (1,2,3,4,5,6) Terapeutik (1,2)
6 Gangguan mobilitas fisik b.d Minggu, 13.00 S:-
penurunan kekuatan otot d.d 29/09/2019
hemiparesis ekstremitas kanan, O:
rentang gerak menurun (D.0054) - Rentang gerak belum meningkat
- Klien tirah baring di bed
- Klien belum bisa menunjukkan peningkatan pergerakan
ektremitasnya
- Kekuataan otot ekstremitas kanan belum membaik
A: Masalah keperawatan gangguan mobilitas fisik belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
Observasi (1,2,3,4) Terapeutik (1,2)
7 Bersihan jalan nafas tidak efektif Senin, 30/09/2019 13.00 S:-
b.d hipersekresi jalan napas
ditandai dengan terdapat sara O:
nafas tambahan ronkhi (D.0001) - Terdapat sedikit sputum pada selang ETT, terdengar suara nafas
tambahan ronkhi di lapang paru kiri
- Klien sudah dilakukan suction kedua pada pukul 11.30
- klien mampu melakukan batuk efektifdan keluar sputum
berwarna putih kekuningan
- frekuensi nafas 25x/menit
A: Masalah keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif belum
teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
Observasi (1,2,3,4) Terapeutik (1,2,3,4) Kolaborasi (1)
8 Pola nafas tidak efektif b.d Senin, 30/09/2019 13.00 S:-
depresi pusat pernafasan d.d
frekuensi nafas 26x/mnt dan O:
terpasang alat bantu ventilator - klienterpasang ventilator dengan :
(D.0005) Mode CPAP
PEEP :6
FiO2/O2 : 30%
SPO2 : 100%
- tidak terdapat pernafasan cuping hidung
- frekuensi nafas 25x/mnt
- saturasi oksigen 100%
- Kedalaman nafas dangkal
A : Masalah keperawatan pola nafas tidak efektif belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
Observasi (1,2,3,4,5,6) Terapeutik (1,2)
9 Gangguan mobilitas fisik b.d Senin, 30/09/2019 13.00 S:-
penurunan kekuatan otot d.d
hemiparesis ekstremitas kanan, O:
rentang gerak menurun (D.0054) - Rentang gerak (ROM) mulai meningkat pada ekstremitas kiri
klien
- Terjadi peningkatan pergerakan ektremitas kanan dan kiri klien
- Kekuataan otot ekstremitas kanan mulai membaik
- Klien tirah baring di bed
A: Masalah keperawatan gangguan mobilitas fisik belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
Observasi (1,2,3,4) Terapeutik (1,2)
PEMBAHASAN

Dari hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada Ny.T dengan kasus


Pneumonia pada tanggal 28 September 2019 – September 2019, pada tahap
intervensi disusun sesuai dengan prioritas masalah keperawatan klien dan tetap
mengacu pada asuhan keperawatan teori. Pada Ny.T ditemukan 3 masalah
prioritas yaitu bersihan jalan napas tidak efektif, pola nafas tidak efektif dan
gangguan mobilitas fisik. Berdasarkan masalah keperawatan yang telah
ditemukan, kemudian disusun intervensi dengan menggunakan jurnal sebagai
dukungan intervensi tersebut. Berikut merupakan daftar jurnal yang berkaitan
dengan intervensi yang telah disusun :
Masalah
No Judul Jurnal Penulis/Tahun Hasil
Keperawatan
1. Bersihan Penerapan Wahyu TriTindakan nebuliser dilakukan selama
jalan nafas Terapi Inhalasi Astuti, Emah 3 x 24 jam, anak dan keluarga
tidak efektif Nebulizer untuk Marhamah, awalnya tidak kooperatif, anak sering
b.d Mengatasi Nasihatut melepas sungkup nebul dan sering
hipersekresi Bersihan Jalan Diniyah. menangis, setelah 1 kali tindakan
jalan napas Nafas pada Tahun 2019. anak kooepratif dalam tindakan.
ditandai Pasien Jurnal Simpulan: Sebelum pemberian terapi
dengan Bronkopneumia Keperawatan. nebulizer dengan NaCl 1 cc +
terdapat sara Volume 5,Ventolin 1 cc + Bisolvon 10 tetes,
nafas Nomor 2, Juli frekuensi pernapasan 43 kali/menit,
tambahan 2019, Hal 7 – 13.batuk terus-menerus, pernapasan
ronkhi cuping hidung, ronkhi, setelah
(D.0001) dilakukan terapi, frekuensi
pernapasan menjadi 26 kali/menit,
batuk berkurang, napas normal.
Upaya Ayu Nurul Setelah dilakukan tindakan
Mengatasi Khumayroh, keperawatan manajemen airway
Bersihan Jalan Cemy Nur Fitria, dengan nebulizer dan fisioterapi dada
Nafas Tidak Nanang Sri selama 3 x 24 jam, didapatkan hasil
Efektif melalui Mujiono, 2019 keefektifan jalan napas pada pasien
Manajemen pneumonia bisa teratasi
Airway pada sebagian.Kesimpulan : Resume
Pasien asuhan keperawatan pada Ny. S dan
Pnuemonia Tn. R dalam manajemen airway
untuk mengatasi bersihan jalan napas
pada Ny. S dan Tn. R di Rumah Sakit
PKU Asyiyah Boyolali. Resume
kasus ini meliputi pengkajian data,
data fokus, diagnosa keperawatan,
intervensi, implementasi dan
evaluasi. Pemberian tindakan
manajemen airway dengan nebulizer
dan fisioterapi dada dapat dilakukan
untuk mengatasi bersihan jalan napas
pada pasien pneumonia.

Penerapan Putri Cahya Kesimpulan setelah di berikan


Fisioterapi Mutiara Mas fisioterapi dada terbukti efektif untuk
Dada untuk Hanafi, Andi mengeluarkan dahak pada anak yang
Mengeluarkan Arniyanti. mengalami jalan napas tidak efektif.
Dahak pada Vol. 1, No. 1,
Anak Yang November 2020,
Mengalami pp 44-50
Jalan Napas https://doi.org/10
Tidak Efektif .36590/kepo
2. Pola nafas Asuhan Arif Sugeng Kedua responden terdapat adanya
tidak efektif Keperawatan Riyadi, Puji perubahan pada saturasi oksigen yang
b.d depresi Pemberian Indriyani, bertambah setiap harinya dan
pusat Terapi Yatimah Ratna berkurangnya keluhan tentang sesak
pernafasan Oksigenasi pada Pertiwi nafas dan kedua responden
d.d frekuensi Anak Usia Pra mengguanakan nasal kanul yang
nafas Sekolah dengan sudah diberikan terapi oksigen
26x/mnt dan Gangguan Pola dengan aliran 3 liter/menit.
terpasang Nafas pada Kesimpulan : Terapi oksigen dengan
alat bantu Asma Bronchial aliran 3 liter/menit untuk
ventilator di Rumah Sakit mempertahankan kebutuhan tubuh
(D.0005) Umum Daerah dan mendapatkan hasil yang baik dari
Prof. Dr. kedua responden tersebut terdapat
Margono adanya perubahan saturasi oksigen,
Soekarjo irama dan perubahan pola nafas pada
Purwokerto pasien.
Literature Niswan Efendi Kelima jurnal tersebut sama-sama
Review : Pasaribu. 2020 membahas tentang masalah yang
Asuhan terjadi pada pasien Pneumonia,
Keperawatan memiliki tujuan yang sama yaitu
pada Klien yang untuk mengatasi masalah pola napas
Mengalami tidak efektif pada pasien
Pneumonia Pneumonia, dan intervensi non
dengan Pola farmakologis yang digunakan adalah
Napas Tidak teknik relaksasi napas dalam.
Efektif Kesimpulan : Berdasarkan hasil
dalam Systematic Review yang telah
Penerapan dilakukan didapat faktor-faktor yang
Teknik berhubungan dengan diagnosis
Relaksasi Napas pneumonia adalah sesak, terdapat
dalam retraksi dinding dada, dispnea
di Rumah Sakit sehingga menimbulkan masalah pola
Umum Daerah napas tidak efektif. Terapi tehnik
Pandan relaksasi napas dalam sebagai terapi
Kabupaten untuk menghilangkan lendir atau
Tapanuli secret yang menyumbat saluran
Tengah pernapasan akibat sejumlah penyakit
Tahun 2020 seperti masalah pola napas tidak
efektif.Saran : Diharapkan klien
mampu meningkatkan pola napas dan
mampu menerapkan terapi teknik
relaksasi napas dalam untuk
mengatasi masalah pola napas tidak
efektif pada pasien Pneumonia
3. Gangguan Efektifitas Wahdaniyah Eka Berdasarkan 6 jurnal yang terpilih
mobilitas Latihan ROM Pratiwi Syahrim, sesuai dengan kriteria inklusi, dapat
fisik b.d Terhadap Maria Ulfah disimpulkan bahwa latihan ROM
penurunan Peningkatan Azhar , Risnah. efektif me ningkatkan kekuatan otot.
kekuatan otot Kekuatan Otot 2020. dengan pemberikan latihan yaitu
d.d Pada Pasien Media Publikasi minimal 2x sehari setiap pagi dan
hemiparesis Stroke: Study Promosi sore dengan waktu 15-35 menit dan
ekstremitas Systematic Kesehatan dilakukan minimal 4 kali
kanan, Review Indonesia The pengulangan setiap gerakan.
rentang gerak Indonesian
menurun Journal of Health
(D.0054) Promotion.
ISSN
2597 6052
Pengaruh Vier Nofrel, Dari beberapa hasil penelitian yang
Latihan Range 2020. telah dilakukan oleh para peneliti
Of Motion Jurnal Ilmiah dahulunya dapat disimpulkan bahwa
terhadap Universitas latihan range of motion efektif dalam
Peningkatan Batanghari meningkatkan kemampuan rentang
Kemampuan Jambi, 20(2), gerak klien guna menunjang dalam
Melakukan Juli 2020, 564- melakukan activity daily living.
Activity Daily 570 Latihan range of motion yang
Living pada Lembaga diberikan baik tanpa kombinasi
Penderita Pasca Penelitian dan metoda lain maupun dengan
Stroke Pengabdian kombinasi metoda lainnya yang
kepada dilakukan dalam rentang waktu 2
Masyarakat minngu sampai dengan 3 bulan,
universitas memberikan efek positif terhadap
Batanghari klien pasca stroke yang mengalami
Jambi gangguan mobilitas fisik dalam
ISSN 1411-8939 meningkatkan kemampuan rentang
(Online), ISSN gerak klien guna menunjang dalam
2549-4236 melakukan activity daily living.
(Print)
DOI
10.33087/jiubj.v
20i2.992
DAFTAR PUSTAKA
Ayu Nurul.K, Cemy Nur.F, Nanang Sri.M.2019.Upaya Mengatasi Bersihan Jalan
Napas Tidak Efektif Melalui Manajemen Airway Pada Pasien Pneumonia.
Prodi D III Keperawatan ITS PKU Muhammadiyah Surakarta

Deby.I.2018.Pengaruh Pemberian Nebulizer Terhadap Saturasi Oksigen, Respirasi


Rate, Dan Denyut Nadi Pada Anak Dengan Pneumonia Di RSU Aminah Blitar.
Program Studi Pendidikan Ners StiKes Patria Husada Blitar

Wahyu Tri.A, Emah.M, Nasihatut.D.2019. Penerapan Terap Inhalasi Nebulizer


Untuk Mengatasi Bersihan Jalan Napas Pada Pasien Bronkopneumonia.Jurnal
Keperawatan Volume 5, Nomor 2, Juli 2019 Hal

Anda mungkin juga menyukai