Anda di halaman 1dari 33

ASMA Oleh:

Fidia Paramitha Putri, S.Ked 04054822022061


Ulfa Ardya Pramesti, S.Ked 04084822124060
Amira Azra Arisa Putri, S.Ked 04084822124124

Pembimbing:
dr. Novandra Abdillah, SpPD

Departemen Ilmu Penyakit Dalam


RSUD Siti Fatimah Sumatera Selatan
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
2021
SKENARIO
KASUS
Ny. N berusia 30 tahun, bekerja sebagai asisten rumah tangga, sudah menikah dan
memiliki 2 orang anak. 3 hari yang lalu, pasien mengalami sesak nafas yang berbunyi
terjadi pada malam hari dan hujan deras. Ny. N menggunakan obat inhaler pelega
sesak nafas yang selama ini dipakainya dan makan obat salbutamol, keluhan sesak
sedikit berkurang. Ny. N juga mengeluhkan batuk dan susah mengeluarkan dahak,
merasa batuknya berkurang bila dahaknya keluar. Sejak 1 hari ini, keluhan sesak nafas
makin berat sampai harus duduk, sesak disertai suara mengi dan tidak ada perbaikan
dengan obat yang dipakainya, lalu diantar oleh tetangganya ke unit gawat darurat
RSMH.

1 bulan yang lalu, Ny. N juga mengalami gejala sesak yang timbul hampir setiap hari
dan terbangun malam hari karena sesaknya rata-rata 2 kali dalam seminggu. Ny. N
hanya memakai inhaler pelega sesak setiap hari tetapi tidak memakai obat inhaler
untuk mencegah serangan. Sesak ini mengganggu aktivitas sehari-hari pasien.
6 bulan yang lalu, Ny. N mengalami serangan sesak dan dibawa ke UGD, di nebulisasi
2 kali, sesak berkurang lalu pulang dan mendapatkan obat oral bronkodilator. Tiga hari
kemudian berobat ke poliklinik, dilakukan spirometri dan mendapat obat inhaler pelega
dan pencegah serangan. Pada saat control ke poliklinik, tidak ada keluhan sesak dan
dilakukan spirometri saat itu.

Riwayat sesak seperti ini mulai dialami Ny. N sejak usia 15 tahun. Selain cuaca dingin,
Ny. N juga akan mengalami sesak bila terhirup debu, tercium bau yang menyengat atau
bila kelelahan. Ayah Ny. N juga menderita penyakit yang sama sedangkan bibinya
sering gatal-gatal bila makan udang atau ikan laut. Kakaknya sering bersin-bersin,
hidung mengeluarkan secret encer bila terhirup debu atau tercium bau yang
menyengat.
Pemeriksaan Fisik Umum
•  Keadaan umum : Tampak sakit berat, sesak bila berbicara, hanya dapat
berbicara beberapa kata
•  Kesadaran : Compos mentis
•  Tekanan darah : 120/80 mmHg
•  Nadi : 102 x/menit
•  RR : 30 x/menit
•  Suhu : 37.1OC
•  Saturasi oksigen : 90%
Keadaan Spesifik Abdomen
Kepala : konjuctiva pucat (-), ikterik (-) Inspeksi : Umbilicus datar, scar (-), kaput
Leher : JVP (5-2) cm H2O medusae (-)
Thoraks : Auskultasi : Bising usus (+) normal 10 kali/
Jantung menit, bruit (-)
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat Palpasi : Lemas, nyeri tekan (-), hepar dan
Palpasi : Iktus kordis tidak teraba lien tidak teraba, ginjal kanan kiri
tidak teraba, ballottement (-/-)
Perkusi : Batas jantung normal
Perkusi : Timpani, nyeri ketok CVA (-),
Auskultasi : Bunyi jantung I-II normal,
shifting dullness (-)
murmur (-), gallop (-)
Ekstremitas
Paru-paru
Lengan : Gerakan baik ke segala arah,
Inspeksi : Retraksi sela iga
eutonia
Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri, Tangan : Akral hangat (+), palmar pucat (-/-),
krepitasi (-) edema (-/-), koilonikia (-), sianosis
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan (-), clubbing finger (-)
paru Tungkai dan kaki : Akral hangat (+), pucat (-/-)
Auskultasi : Vesikuler (+) normal, ronkhi edema (-/-), sianosis (-), ikterik (-)
(-), wheezing (+) di kedua Genitalia : Tidak diperiksa
lapang paru
Pemeriksaan Laboratorium
Hb : 12.5 gr%
WBC : 8.000/mm3
Hitung jenis : 0/5/6/70/18/1
LED : 20 mm/jam
TINJAUAN
PUSTAKA
Outline

01 02
Pendahuluan Tinjauan
Pustaka
03
Daftar
Pustaka
Pendahuluan
Asma menyerang semua kelompok umur tetapi sering kali dimulai pada
masa kanak-kanak. Asma adalah penyakit yang ditandai dengan serangan
sesak napas dan mengi yang berulang, yang bervariasi dalam tingkat
keparahan dan frekuensinya dari orang ke orang. Pada individu, asma
dapat terjadi dari jam ke jam dan hari ke hari.
Definisi
Menurut World Health Organization

Kondisi akibat peradangan saluran udara di


paru-paru dan mempengaruhi sensitivitas ujung
saraf di saluran napas sehingga mudah teriritasi.

Dalam serangan, lapisan saluran membengkak


menyebabkan saluran udara menyempit dan
mengurangi aliran udara masuk dan keluar dari
paru-paru.
Definisi
Menurut Global Initiative for Asthma

Asma adalah penyakit heterogen, biasanya ditandai


dengan peradangan saluran napas kronis. Ini
ditentukan oleh riwayat gejala pernapasan seperti
mengi, sesak napas, sesak dada dan batuk yang
bervariasi dari waktu ke waktu dan intensitasnya,
bersama dengan variabel pembatasan aliran udara
ekspirasi.
Epidemiologi
300 Orang di dunia mengalami asma
juta

Orang di Amerika mengalami

12 juta eksaserbasi asma tiap tahun

●  Ras kulit hitam > kulit putih


●  Predominansi jenis kelamin
bergantung kelompok usia
Patofisiologi
Patofisiologi
Patofisiologi
Host Factor Environmental Factor
●  Predisposisi Genetik ●  Alergen di dalam / luar ruangan
●  Atopi ●  Rokok
●  Jenis Kelamin ●  Polusi
●  Ras / etnik ●  Infeksi pernafasan / parasite
Faktor
Risiko
●  dll ●  Status sosial ekonimi
●  Diet dan obat
●  Obesitas
●  Exercise / hiperventilasi
●  Iritan
●  dll
Klasifikasi
•  Asma Atopik
•  Asma Non-Atopik
•  Drug induced asthma
•  Occupational asthma
•  Exercise induced asthma
Klasifikasi Berdasarkan Gambaran Klinis Sebelum Pengobatan
Klasifikasi Berdasarkan Serangan
Manifestasi Klinis
Diagnosis Banding
•  Sesak nafas
•  Batuk yang bervariasi
•  wheezing •  Penyakit paru obstruktif
kronik (PPOK)
•  Rasa berat di dada (Chest tightness)
•  Bronkitis kronik
•  Produksi mukus meningkat (sputum) •  Gagal jantung kongestif
•  Penurunan toleransi kerja •  Batuk kronik akibat lain
•  Nyeri tenggorokan •  Disfungsi laring
•  Pada asma alergik disertai dengan •  Obstruksi mekanis
pilek atau bersin •  Emboli paru
Anamnesis
•  Mengi atau batuk
•  Wheezing setelah terpapar
•  Shortness of allergen atau
breath polutan
•  Chest tightness •  Riwayat alergi
•  Riwayat asma
Diagnosis
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi
•  Pasien tampak
gelisah •  Pada serangan •  Tidak ditemukan•  memanjang
Ekspirasi
•  Sesak (napas cuping berat dapat terjadi kelainan •  Terdapat mengi
hidung) pulsus paradoksus
•  retraksi (sela iga, •  Terdengar suara
suprasternal lendir
•  sianosis
Diagnosis
Pemeriksaan Penunjang
•  Spirometri
•  Pemeriksaan arus puncak expirasi (peak flow rate meter)
•  Uji reversibilitas dengan bronkodilator
•  Uji provokasi bronkus, untuk menilai ada atau tidaknya
hipereaktivitas bronkus
•  Uji alergi (Skin prick test) untuk menilai ada atau tidaknya
alergi
•  Foto thoraks, untuk menyingkirkan penyakit selain asma
Tatalaksana Asma (GINA 2020)
Tatalaksana Asma akut (GINA 2020)

Oksigen: SABA inhalasi: Epinefrin I.M:


1-3 L per menit albuterol nebulisasi 0,3-0,5 mg dari
menggunakan nasal 2,5 atau 5 mg setiap 1/1.000 (1 mg/mL),
kanul atau masker 20 menit untuk 3 setiap 20 menit
oksigen dosis. hingga mencapai 3
dosis

Kortikosteroid: Kortikosteroid
●  Ipratropium
●  metilprednisolon inhalasi:
bromide
I.V 60-80 mg/hari Budesonide
●  Magnesium
●  Prednisilon 50 mg nebulisasi 1-2 mg 2
●  Kombinasi ICS-
per oral 1x kali sehari
LABA
Serangan ringan:
-  Beta-2 agonis kerja cepat (inhale)
-  Kobinasi teofilin/aminofilin oral (dewasa)

Serangan sedang:
-  beta-2 agonis kerja cepat dan kortikosteroid oral
-  Tambahan ipratropium bromide inhalasi, aminofilin IV (bolus atau drip) pada dewasa
-  Oksigen dan pemberian cairan IV (bila perlu)

Serangan berat:
-  Oksigen
-  Cairan IV
-  Beta-2 agonis kerja cepat
-  Ipratropium inhalasi, kortikosteroid IV dan aminofilin IV
Tatalaksana long-term asthma
-  Edukasi
-  Obat Asma (pengontrol dan pelega)
ü  -- Inhalasi kortikosteroid
ü  -- beta-2 agonis kerja Panjang
ü  -- Antileukotrein
ü  --Teofilin lepas lambat
Komplikasi
●  Kematian
●  Pneumomediastinum
●  Pneumotoraks
●  Komplikasi kortikosteroid sistemik:
hipertensi, DM, katarak,
perdarahan GI, osteoporosis
●  Gagal napas
Prognosis Pencegahan
●  Hindari allergen
Pasien dewasa memiliki
dan faktor risiko
prognosis baik dan tidak penyebab
mengalami penurunan eksaserbasi lain
kapasitas paru yang ●  Edukasi
signifikan. Penurunan penggunaan
fungsi paru terjadi pada inhaler yang tepat
pasien asma dengan
●  Peningkatan dosis
PPOK
kortikoteroid
inhalasi
TERIMA
KASIH
Daftar Pustaka
1. Sundaru H, Sukamto. Asma Bronkial. In: Setiati S, Alwi I, Simadribata K M, Setiyohadi B, Syam AF, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th ed.
Jakarta: Interna Publishing; 2017. p. 478–88.
2. Kostakou, Kaniaris, Filiou, Vasileiadis, Katsaounou, Tzortzaki, et al. Acute Severe Asthma in Adolescent and Adult Patients: Current Perspectives
on Assessment and Management. J Clin Med. 2019;8(9):1283.
3. Loftus PA, Wise SK. Epidemiology of asthma. Curr Opin Otolaryngol Head Neck Surg. 2016;24(3):245–9.
4. Riyanto BS, Wulan HR, Hisyam B. Obstruksi Saluran Pernapasan Akut. In: Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadribata K M, Setiyohadi B, Syam AF,
editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th ed. Jakarta: Interna Publishing; 2017. p. 1592–609.
5. Agnihotri NT, Saltoun C. Acute severe asthma (status asthmaticus). Allergy Asthma Proc. 2019;40(6):406–9.
6. Asthma GI for. Global Strategy for Asthma Management and Prevention 2020 [Internet]. Global Initiative for Asthma; 2020. Available from:
www.ginasthma.org
7. Fergeson JE, Patel SS, Lockey RF. Acute asthma, prognosis, and treatment. J Allergy Clin Immunol. 2017;139(2):438–47.
8. D’Amato G, Vitale C, Lanza M, Sanduzzi A, Molino A, Mormile M, et al. Near fatal asthma: Treatment and prevention. Eur Ann Allergy Clin Immunol.
2016;48(4):116–22.
9. Alwi I, Salim S, Hidayat R, Kurniawan J, Tahapary DL, editors. Asma Bronkial. In: Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam, Panduan
Praktik Klinis. Jakarta: Interna Publishing; 2017. p. 5–11.
10. Castillo JR, Peters SP, Busse WW. Asthma Exacerbations: Pathogenesis, Prevention, and Treatment. J Allergy Clin Immunol Pract. 2020;5(4):
918–27.
11. Quirt J, Hildebrand KJ, Mazza J, Noya F, Kim H. Asthma. Allergy, Asthma Clin Immunol. 2018;14(Suppl 2):50.
12. Kenyon N, Zeki AA, Albertson TE, Louie S. Definition of critical asthma syndromes. Clin Rev Allergy Immunol. 2015;48(1):1–6.
13. Song WJ, Lee JH, Kang Y, Joung WJ, Chung KF. Future risks in patients with severe asthma. Allergy, Asthma Immunol Res. 2019;11(6):763–78.
14. Porpodis K, Zarogoulidis P, Spyratos D, Domvri K. Pneumothorax and asthma. J Thorac Dis. 2014;6(Suppl 1):S152-161.
15. Franco A, Arponen S, Hermoso F, García M-J. Subcutaneous emphysema, pneumothorax and pneumomediastinum as a complication of an
asthma attack. Indian J Radiol Imaging. 2019;29(1):77

Anda mungkin juga menyukai