Anda di halaman 1dari 16

CASE REPORT

TUMOR OVARIUM : SEBUAH LAPORAN KASUS

Disusun Untuk Memenuhi Syarat Kepanitraan Klinik

Di Bagian Ilmu Radiologi Rumah Sakit Bethesda

Pada Program Pendidikan Dokter Tahap Profesi Fakultas Kedokteran

Universitas Kristen Duta Wacana

Disusun oleh:

Gusti Agung Sinta Shakuntala

42200416

Dosen Pembimbing Klinik:

dr. Lie Adityo Hansen, Sp. Rad

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN RADIOLOGI


RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA
YOGYAKARTA
2021
TUMOR OVARIUM: SEBUAH STUDI KASUS

Gusti Agung Sinta Shakuntala, S.Ked1, dr. Lie Adityo Hansen, Sp. Rad2
Universitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta, Indonesia
Rumah Sakit Bethesda, Yogyakarta, Indonesia

Korespondensi: sinta.shakun@gmail.com

ABSTRAK

Latar belakang: Tumor ovarium merupakan salah satu neoplasma yang dijumpai
pada sistem genitalia wanita. Tumor ovarium dikategorikan menjadi tiga kelompok
yaitu tumor jinak, bordeline, dan tumor ganas. Tumor ovarium diperkirakan 30% dari
seluruh kanker pada sistem genitalia wanita.Sebanyak 80% tumor jinak lebih sering
dijumpai pada usia 20-45 tahun, tumor borderline dijumpai pada usia yang lebih tua,
dan tumor ganas umumnya antara usia 45 tahun dan 65 tahun. Menurut World
Health Organization (WHO), kanker ovarium merupakan kanker keempat yang paling
sering ditemukan pada wanita di seluruh dunia setelah kanker serviks, payudara,
kolorektal, dan korpus uteri.Di Indonesia kanker ovarium menduduki urutan ke
enam terbanyak dari keganasan pada wanita setelah karsinoma serviks, payudara,
kolorektal, kulit dan limfoma

Tujuan: Tujuan penulisan ini untuk melaporkan kasus “tumor ovarium ” seorang
pasien wanita usia 86 tahun di RS Bethesda Yogyakarta.

Deskripsi kasus: Seorang wanita usia 86 tahun datang dengan keluhan nyeri
perut,perut teraba keras dan terasa penuh ,sudah 2 bulan mengalami keluhan,perut
sering mules,saat BAB,tinja yang dikeluarkan sedikit berwarna hitam dan
lembek,apabila di isi makanan,nyeri di perut bertambah.Riwayat penyakit terdahulu
sakit perut dan sudah di berikan pengobatan namun tidak membaik,tidak ada
riwayat gejala serupa pada keluarga,dan tidak ada riwayat alergi.Tanda-tanda vital
tekanan darah 110/80 mmHg, denyut nadi 88 kali per menit dengan frekuensi 20 kali
per menit, serta suhu tubuh 37,2 oC. Pemeriksaan fisik abdomen tidak terdapat
distensi perut,dinding perut supel, nyeri, tekan tidak ada dan massa tumor tidak
teraba dengan jelas . Dilakukan pemeriksaan USG Abdomen terdapat masa tumor
berukuran kurang lebih 5 cm pada ovarium, terdapat asites yang masif dan pada
hepar terdapat multiple nodul yang mengarah pada metastase dari tumor

Kesimpulan: Tumor ovarium merupakan salah satu neoplasma yang dijumpai pada
sistem genitalia wanita. Untuk diagnosis pasti kanker ovarium ini dapat dilakukan
dengan pemeriksaan penanda tumor Cancer Antigen 125 (CA-125),pemeriksaan
penunjang untuk menegakkan kanker ovarium dapat dilakukan pemeriksaan darah
tepi, tes fungsi hati dan untuk pemeriksaan radiologik dapat dilakukan foto polos
abdomen,usg abdomen dapat juga dilakukan CT scan abdomen pelvis.
Penatalaksanaan tumor ovarium dapat dengan pembedahan, terapi radiasi dan
kemoterapi,dan setiap pelaksanaannya tergantung pada penyebaran kanker.

Kata kunci: Nyeri Perut,Tumor Ovarium,USG


OVARIAL TUMOR : A CASE STUDY

Gusti Agung Sinta Shakuntala , S.Ked , dr. Lie Adityo Hansen, Sp. rad
1 2

Duta Wacana Christian University , Yogyakarta, Indonesia


Rumah Sakit Bethesda, Yogyakarta, Indonesia
 
Correspondence : sinta.shakun@gmail.com
 
 
ABSTRACT 

Background: Ovarian tumor is one of the neoplasms were found in the system
genitalia of women . Ovarian tumor categorized into three groups , there are tumor
benign , bordeline , and the tumor is malignant . Ovarian tumor estimated 30% of the
entire cancer in the genitalia system . 80% tumor benign more often encountered in
the age of 20-45 years, borderline tumor was found at the age of which is old , and the
tumor is malignant generally between the age of 45 years and 65 years . According to
the World Health Organization (WHO), ovary cancer is cancer the fourth most
commonly found in women in the whole world after cancer of the cervix , breast ,
colorectal , and corpus uteri. In Indonesia cancerous ovarian occupy sequence to the
six most of malignancy in women after carcinoma of the cervix, breast,colorectal , skin
and lymphoma

Purpose : The purpose of this paper is to report a case of "ovarian tumor" in a female
patient aged 86 years at Bethesda Hospital Yogyakarta

Description of the case : A woman aged 86 years came with complaints of pain
abdomen, stomach felt hard and feels full , already 2 months experiencing complaints,
the current BAB, feces were issued slightly colored black and mushy, when in the
content of food, pain in the stomach increases. History of the disease is abdominal
pain and are already in the given treatment but does not improve, there is no history
of symptoms similar from family, and no there is a history of allergies. Signs of vital
blood pressure is 110/80 mm Hg, pulse 88 times per minute with a frequency of 20
times per minute, and the temperature of the body of 37.2 C. Examination of physical
o

abdomen was not there distended stomach, the walls of the stomach sociable ,
palpation is not exist and the mass of tumor is not palpable to clear . Do examination
USG Abdomen there are tumors measuring less over 5 cm in the ovary , there ascites
are massive and in the liver there are multiple nodules that leads to the metastasis of
tumor  

Conclusions : Ovarian Tumor is one of the neoplasms were found in the system
genitalia of women . For a definite diagnosis of ovarian cancer , this can be done by
examining the tumor marker Cancer Antigen 125 (CA-125), supporting examinations
to establish ovarian cancer can be performed peripheral blood examination , liver
function tests and for radiological examination can be done plain abdominal photos ,
abdominal ultrasound can also be done. An abdominal pelvic CT scan was performed .
Treatment of ovarian tumors can be with surgery , radiation therapy and
chemotherapy, and each implementation depends on the spread of cancer .

Keywords : Abdominal Pain,Ovary Tumor, Ultrasound


Pendahuluan

Tumor ovarium merupakan salah satu neoplasma yang dijumpai pada


sistem genitaliawanita. Tumor ovarium dikategorikan menjadi tiga kelompok
yaitu tumor jinak,bordeline, dan tumor ganas. Tumor ovarium diperkirakan
30% dari seluruh kanker pada sistem genitalia wanita. Sebanyak 80% tumor
jinak lebih sering dijumpai pada usia 20-45tahun, tumor borderline dijumpai
pada usia yang lebih tua, dan tumor ganas umumnya antara usia 45 tahun
dan 65 tahun. Peningkatan insidensi kanker ovarium erat hubungannya
dengan semakin meningkatnya usia, jumlah paritas dan penggunaan oral
kontrasepsi pada negara berkembang.Salah satu kanker yang banyak terjadi
pada seorang wanita adalah kanker ovarium disamping kanker rahim atau
serviks. Kanker ovarium merupakan penyebab kematian tertinggi dari kanker
alat genital perempuan.Menurut World Health Organization (WHO), kanker
ovarium merupakan kanker keempat yang paling sering ditemukan pada
wanita di seluruh dunia setelah kanker serviks, payudara, kolorektal, dan
korpus uteri. Pada tahun 1995 sebanyak 26.600 wanita di Amerika didiagnosa
menderita kanker ovarium dan pada tahun yang sama sebanyak 14.500
wanita Amerika meninggal dunia akibat kanker tersebut.Sedangkan di
Indonesia kanker ovarium menduduki urutan ke enam terbanyak dari
keganasan pada wanita setelah karsinoma serviks, payudara, kolorektal, kulit
dan limfoma.

Deskripsi Kasus

Seorang wanita usia 86 tahun datang dengan keluhan nyeri perut,perut teraba
keras dan terasa penuh ,sudah 2 bulan mengalami keluhan,perut sering mules,saat
BAB,tinja yang dikeluarkan sedikit berwarna hitam dan lembek,apabila di isi
makanan,nyeri di perut bertambah.Riwayat penyakit terdahulu sakit perut dan sudah
di berikan pengobatan namun tidak membaik,tidak ada riwayat gejala serupa pada
keluarga,dan tidak ada riwayat alergi.Tanda-tanda vital tekanan darah 110/80
mmHg, denyut nadi 88 kali per menit dengan frekuensi 20 kali per menit, serta suhu
tubuh 37,2 oC. Pemeriksaan fisik abdomen tidak terdapat distensi perut,dinding perut
supel, nyeri, tekan tidak ada dan massa tumor tidak teraba dengan jelas . Dilakukan
pemeriksaan USG Abdomen terdapat masa tumor berukuran kurang lebih 5 cm pada
ovarium, terdapat asites yang masif dan pada hepar terdapat multiple nodul yang
mengarah pada metastase dari tumor

Pembahasan

Tumor ovarium merupakan kelainan yang terbanyak dalam bidang


ginekologi, sebagian besar merupakan lesi yang bersifat kistik, dengan
insidens pada populasi berkisar 5-15%. Kasus tumor jinak ovarium
merupakan kasus yang terbanyak, mencapai sepertiga kasus ginekologi setiap
tahunnya. Tumor ovarium biasanya berkembang tanpa gejala sehingga baru
ditemukan saat pemeriksaan ginekologi rutin atau dari pemeriksaan
ultrasonografi oleh karena indikasi lain (Stany dkk., 2010).

Etiologi Kanker Ovarium

Menurut Padila (2015) berbagai studi mempertimbangkan penyebab kanker


ovarium antara lain:
1) Faktor genetic

2) Faktor usia: umumnya menyerang wanita berusia >50 tahun

3) Wanita yang tidak memiliki anak, karena memiliki ketidakseimbangan


sistem hormonal

4) Wanita yang melahirkan anak pertama di usia> 35 tahun

5) Terjadi mutasi Gen BReast Cancer (BRCA) atau gen penyebab kanker
ovarium yaitu Gen BRCAI atau BRCA2.

Menurut Padila (2015) penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti,
akan tetapi banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium,
diantaranya adalah:

1) Hipotesis ovulasi yang terus – menerus

Proses pemulihan sel-sel epitel yang terganggu dapat menimbulkan proses


transformasi menjadi sel-sel tumor.

2) Hipotesis androgen

Memiliki peran penting dalam pembentukannya kanker ovarium. Epitel


ovarium mengandung reseptor androgen. Dalam percobaan in-vitro androgen
dapat menstimulasi pertumbuhan ovarium normal dengan memberikan sel-sel
kanker ovarium.

Patogenesis kanker ovarium

Patogenesis kanker ovarium belum diketahui secara jelas, tetapi sudah


terdapat beberapa teori yang menunjukkan proses terjadinya kanker ini.
Setelah melewati siklus ovulasi, epitel permukaan ovarium banyak mengalami
kerusakan dan perbaikan. Proliferasi sel-sel epitel semakin besar, sehingga
meningkatkan kemungkinan terjadi mutasi secara tiba-tiba. Selama proses
ovulasi, sel dapat terperangkap pada jaringan ikat yang mengelilingi ovarium
dan kemudian membentuk kista inklusi. Jika hal ini terjadi maka sel epitel
dapat membentuk lingkungan mikro pro-inflamasi yang menyebabkan
peningkatan kerusakan Deoxyribo Nucleic Acid (DNA) dan risiko terjadinya
kanker. Banyak kejadian kanker ovarium terjadi tanpa diketahui sebelumnya,
meskipun 5-10% kasus berkembang akibat predisposisi genetik. Disfungsi gen
BRCA1 dan BRCA2 diketahui dapat menyebabkan kanker ovarium stadium
lebih lanjut (American Cancer Society, 2014).

Faktor risiko kanker ovarium menurut Padila (2015) adalah:

1) Diet tinggi lemak

2) Merokok

3) Alkohol

4) Penggunaan bedak talk perineal

5) Riwayat kanker payudara, kolon, atau endometrium

6) Riwayat keluarga dengan kanker payudara atau ovarium

7) Nulipara

8) Infertilitas

9) Menstruasi dini

10) Tidak pernah melahirkan

Klasifikasi histologi kanker ovarium

Menurut Pradipta (2018) berdasarkan tipe selnya kanker ovarium dapat dibagi
menjadi:

1) Tipe epitel

Tipe yang paling sering pada neoplasma ovarium. Tumor epitel ovarium
dapat bersifat jinak, ganas atau borderline. Tumor epitel borderline mempunyai
gambaran sitologis dari keganasan akan tetapi tidak terjadi invasi ke stroma
ovarium. Sebanyak 75% dari tipe borderline muncul pada stadium awal dan
ditemukan pada decade 4 hingga 5. Terdapat lima subtype dari tumor epitel,
yaitu serosa, musin, endometroid, clear cell dan tumor brenner. Selain itu, tipe
epitel ovarium juga dapat disebabkan karena metastasis kanker lain, seperti
payudara, kolon, gaster, dan pankreas.

2) Tipe nonepitel

a) Tipe gern-cell, misalnya dysgerminoma dan teratoma imatur

b) Tipe sex cord-stromal cell, misalnya tumor sel granulosa, tumor Sertoll-
Leyding dan sebagainya.

Gambar 1.Tabel Pembagian Tumor Ovarium Jinak,Borderline,dan


Karsinoma Tipe Epitelial Sesuai Gambaran Histologi Di sesuaikan
Dengan Kriteria WHO (Scully R,1999)
Klasifikasi stadium kanker ovarium

Stadium kanker ovarium primer menurut FIGO (Federasi Internasional


Ginekologi dan Ahli Obstetri, 1987 dalam Padila, 2015) adalah:

Gambar 2. Klasifikasi Stadium Kanker Ovarium


Gambar 3. Karakteristik yang menandakan tumor jinak (benigna) atau ganas(maligna)

Tipe Tumor
Variasi Benigna (Jinak) Maligna (Ganas)
Komponen Kistik Massa jaringan lunak yang besar dengan
nekrosis
Ketebalan dinding Tipis (<3mm) Tebal
Struktur Melekat Proyeksi papiler
Asites Tidak ada Asites peritoneal, anterior hingga uterus
Lainnya Menempel pada peritoneal, invasive ke
dinding pelvis, adenopati

Diagnosis kanker ovarium

Diagnosis penderita kanker ovarium stadium dini sulit ditegakkan


secara pasti, ini dikarenakan sebagian besar kanker ovarium baru
menimbulkan gejala klinis setelah mencapai stadium lanjut, dan gejala kanker
ovarium ini menyerupai beberapa penyakit lainnya, pada pemeriksaan fisik
penderita kanker ovarium dapat ditemukan lingkar perut akan bertambah dan
dapat ditemukan asites akibat penimbunan cairan di dalam rongga abdomen
(Prayitno, 2014).
Diagnosis penderita kanker ovarium dilakukan dengan anamnesis
lengkap serta pemeriksaan fisik dan juga untuk diagnosis pasti kanker
ovarium ini dapat dilakukan dengan pemeriksaan penanda tumor Cancer
Antigen 125 (CA-125) untuk jenis kanker ovarium epitel, untuk jenis tumor sel
germinal dapat dilakukan pemeriksaan Lactate Dehydrogenase (LDH) dan
Alpha Fetoprotein (AFP) sedangkan, untuk jenis tumor stroma dapat dilakukan
pemeriksaan inhibin. Selain itu pemeriksaan penunjang untuk menegakkan
kanker ovarium dapat dilakukan pemeriksaan darah tepi, tes fungsi hati, tes
fungsi ginjal, serta biokimia darah lainnya, untuk pemeriksaan radiologik
dapat dilakukan foto paru-paru untuk mengevaluasi apakah kanker ovarium
telah mengalami metastasis ke paru-paru, dapat juga dilakukan CT scan
(Computed Tomography – Scanner) abdomen pelvis. Bila terdapat keluhan
asobesitasomatik diperlukan pielografi intravena dan dilakukan pemeriksaan
barium enema. Untuk mengetahui letak dan sifat kanker ovarium dapat
dilakukan laparoskopi dan dilanjutkan dengan pemeriksaan patologi anatomi
(Prawirohardjo, 2013).

Tanda dan gejala kanker ovarium

Menurut Padila (2015) gejala umum pada kanker ovarium bervariasi dan tidak
spesifik. Gejala pada kanker ovarium stadium awal terdiri dari :
1) Haid tidak teratur

2) Menstruasi yang terus meningkat

3) Menoragia

4) Nyeri tekanan pada payudara

5) Menopause dini

6) Rasa tidak nyaman pada abdomen

7) Dyspepsia

8) Tekanan pada pelvis

9) Sering berkemih

10) Flatulens

11) Rasa begah setelah makan makanan kecil

12) Lingkar abdomen terus meningkat

Pemeriksaan diagnostik kanker ovarium

Menurut Padila (2015) pemeriksaan diagnostik pada kanker ovarium


sebagian besar bermula dari suatu kista. Oleh karena itu, bila pada seorang
wanita yang ditemukan adanya kista ovarium harus dilakukan pada
pemeriksaan lebih lanjut menentukan apakah kista jinak atau ganas (kanker
ovarium).
Ciri-ciri kista yang bersifat ganas yaitu pada keadaan kista yang cepat
membesar, pada usia remaja atau pascamenopause, dinding yang tebal dan
tidak berurutan, bagian padat dan tumor pada ovarium (Padila, 2015).
Menurut Padila (2015) pemeriksaan lanjutan untuk memperkuat bukti ke arah
kanker ovarium seperti:
1) USG (ultrasonografi) dengan doppler untuk menentukan arus darah

2) Pemeriksaan CT-Scan (Computerized Tomography Scan) atau Pemeriksaan


MRI (Magnetic Resonance Imaging)
3) Pemeriksaan tumor marker seperti Ca-125 (Cancer Antigen 125) dan Ca-724
(Cancer Antigen 724), Beta HCG (Beta Human Chorionic Gonadotropin) dan
alphafetoprotein

Semua pemeriksaan diatas belum bisa memastikan diagnosis pegangan untuk


melakukan tindakan operasi (Padila, 2015).

Penatalaksanaan medis kanker ovarium

Penatalaksanaan medis kanker ovarium menurut Brunner & Suddarth


( 2014) sebagai berikut:
1) Pengangkatan melalui pembedahan adalah terapi pilihan

2) Pemeriksaan praoperasi dapat mencakup pemeriksaan barium atau


kolonoskopi, serangkaian pemeriksaan Gastrointestinal atas, MRI,
ultrasonografi, foto ronsen dada, urografi IV, dan pemindaian CT

3) Penetapan stadium tumor dilakukan untuk mengarahkan terapi

4) Terapi cenderung melibatkan histerektorni abdomen total dengan


pengangkatan tuba Fallopi dan ovarium dan kemungkinan omentum (salpingo-
ooforektomi bilateral dan omentektomi), debulking tumor, pengambilan sampel
para-aorta dan nodus limfe pelvis biopsi diafragma, biopsi peritoneal acak, dan
pencucian sitology

5) Kemoterapi, termasuk penghantaran liposomal dan intraperitoneal adalah


bentuk terapi yang paling sering dilakukan untuk penyakit lanjut (misalnya
Sisplatin, paklitaksel (Taxoll)

6) Terapi gen adalah kemungkinan yang dapat berhasil di masa depan

Penatalaksanaan medis kanker ovarium menurut Padila (2015) sebagian besar


kanker ovarium memerlukan pengobatan dengan kemoterapi. Hanya kanker
ovarium stadium awal saja (stadium IA dan IB dengan derajat diferensiasi sel
yang baik / sedang) yang tidak memerlukan kombinasi pengobatan.
Kemoterapi diberikan sebanyak 6 seri dengan interval 3 minggu sampai 4
minggu sekali dengan melakukan pemantauan terhadap efek samping
kemoterapi secara berkala terhadap sumsum tulang, fungsi hati, fungsi ginjal,
sistem saluran cerna, sistem saraf dan sistem kardiovaskuler.
Penatalaksanaan yang sesuai dengan stadium yaitu:

1) Operasi (stadium awal)

2) Kemoterapi (tambahan terapi pada stadium awal)


3) Radiasi (tambahan terapi untuk stadium lanjut)

Menurut Rosdahl & Kowalski (2019) penatalaksanaan kanker ovarium dengan


pembedahan, meliputi ororferektomi (eksisi ovarium),histerosalpingo-
ooforektomi,eksisi semua penyakit intra-abdomen, terapi radiasi dan
kemoterapi, tetapi setiap pelaksanaannya tergantung pada penyebaran
kanker.

Diskusi Kasus

Seorang wanita usia 86 tahun datang dengan keluhan nyeri perut,perut


teraba keras dan terasa penuh ,sudah 2 bulan mengalami keluhan,perut
sering mules,saat BAB,tinja yang dikeluarkan sedikit berwarna hitam dan
lembek,apabila di isi makanan,nyeri di perut bertambah.Riwayat penyakit
terdahulu sakit perut dan sudah di berikan pengobatan namun tidak
membaik,tidak ada riwayat gejala serupa pada keluarga,dan tidak ada riwayat
alergi.Tanda-tanda vital tekanan darah 110/80 mmHg, denyut nadi 88 kali per
menit dengan frekuensi 20 kali per menit, serta suhu tubuh 37,2 oC.
Pemeriksaan fisik abdomen tidak terdapat distensi perut,dinding perut supel,
nyeri, tekan tidak ada dan massa tumor tidak teraba dengan jelas . Dilakukan
pemeriksaan USG Abdomen terdapat masa tumor berukuran kurang lebih 5
cm pada ovarium, terdapat asites yang masif dan pada hepar terdapat multiple
nodul yang mengarah pada metastase dari tumor.
Gambaran USG

Pada Uterus : Ukuran dan echogenitasnya normal, tampak masa kistik


dengan septasi (batas) dengan ukuran kurang lebih 5 cm

Pada Vesica Urinaria : Terisi cairan,tak tampak adanya penebalan


dinding maupun adanya masa/batu
Pada Hepar : Tampak ukuran yang membesar inhomogen, dengan
masa kistik hipoekoik di dalamnya.

Pada Ren : Ukuran dan echogenitasnya normal,serta tidak tampak


adanya pembesaran pada pelvic dan kalixnya

Pada Vesica Fellea : Berdinding tipis,dan tampak adanya sludge di


dalamnya
Pada Lien : Ukuran dan echogenitasnya normal,tak tampak adanya lesi

Pada Pankreas : Ukuran dan echogenitasnya normal,tak tampak adanya lesi

Dari gambaran imaging diatas berupa USG didapatkan hasil bahwa


terdapat adanya masa tumor berukuran kurang lebih 5 cm pada ovarium,
terdapat asites yang masif dan pada hepar terdapat multiple nodul yang
mengarah pada metastase dari tumor. Hal ini sesuai dengan klinis dimana
pasien merasakan nyeri perut,perut teraba keras dan terasa penuh sudah 2
bulan,saat BAB,tinja yang dikeluarkan sedikit berwarna hitam dan
lembek,apabila di isi makanan, nyeri di perut bertambah Pada pemeriksaan
USG juga didapatkan gambaran asites massif, dan hal ini sesuai dengan klinis
pasien dimana perut yang besar (distensi) hingga pasien merasakan penuh
dan teraba keras.

Kesimpulan
Tumor ovarium merupakan salah satu neoplasma yang dijumpai pada sistem
genitalia wanita. Tumor ovarium dikategorikan menjadi tiga kelompok yaitu
tumor jinak, bordeline, dan tumor ganas. Tumor ovarium diperkirakan 30%
dari seluruh kanker pada sistem genitalia wanita.Sebanyak 80% tumor jinak
lebih sering dijumpai pada usia 20-45 tahun, tumor borderline dijumpai pada
usia yang lebih tua, dan tumor ganas umumnya antara usia 45 tahun dan 65
tahun Diagnosis penderita kanker ovarium dilakukan dengan anamnesis
lengkap serta pemeriksaan fisik Dan juga untuk diagnosis pasti kanker
ovarium ini dapat dilakukan dengan pemeriksaan penanda tumor Cancer
Antigen 125 (CA-125) untuk jenis kanker ovarium epitel, untuk jenis tumor sel
germinal dapat dilakukan pemeriksaan Lactate Dehydrogenase (LDH) dan
Alpha Fetoprotein (AFP) sedangkan, untuk jenis tumor stroma dapat dilakukan
pemeriksaan inhibin. Selain itu pemeriksaan penunjang untuk menegakkan
kanker ovarium dapat dilakukan pemeriksaan darah tepi, tes fungsi hati, tes
fungsi ginjal, serta biokimia darah lainnya, untuk pemeriksaan radiologik
dapat dilakukan foto paru-paru untuk mengevaluasi apakah kanker ovarium
telah mengalami metastasis ke paru-paru, dapat juga dilakukan CT scan
(Computed Tomography – Scanner) abdomen pelvis Penatalaksanaan kanker
ovarium dengan pembedahan, meliputi ororferektomi (eksisi ovarium),
histerosalpingo-ooforektomi, eksisi semua penyakit intra-abdomen, Untuk
terapi radiasi dan kemoterapi, setiap pelaksanaannya tergantung pada
penyebaran kanker.
Daftar Pustaka

1. American Cancer Society. (2014). Lung Cancer Prevention and Early Detection.
American Cancer Society. Di akses 16 Juni 2021 dari
http://cancer.org/content/dam/

2. Arania, R., & Windarti, I. (2015). Karakteristik Pasien Kanker Ovarium di


Rumah Sakit Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung Tahun 2009-2013. Juke
Unila, 5, 2–6.

3. Brunner & Suddarth. (2014). Keperawataan Medikal – Bedah (12thed). Jakarta:


ECG.

4. Ester SC. (2005). The Breast. Dalam: Kumar V, Abbas AK, Fausto N, editor.
Robbins and cotran pathologic basis of disease. Edisi ke-7. Philadelphia:
Elsevier;

5. Harsono, A. B. (2020). Kanker Ovarium : “ The Silent Killer .” Indonesian


Journal of Obstetrics and Gynecology Science, 3, 1–6.

6. Padila. (2015). Asuhan Keperawatan Maternitas II. Yogyakarta: Nuha Medika.

7. Pradipta, A. A., et al. (2018). Kapita Selekta Kedokteran Essential Medicine


(4thed). Jild I. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

8. Prawirohardjo, S. (2013). Ilmu Kandungan (3rded). Jakarta: PT Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo.

9. Prayitno, S. (2014). Buku Lengkap Kesehatan Organ Reproduksi Wanita (1sted).


Jakarta: Saufa.

10.Rahmawati, H., ER, D., & Pakasi, R. D. (2012). Kanker Ovarium Disgerminoma.
Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory, 19, 51–55.

11.Rosdahl, C.M., & Kowalski, M. T. (2019). Buku Ajar Keperawatan Dasar


(Textbook of Basic Nursing). (10nd). Jakarta: ECG.

12. Serov, S. F, Scully, Robert Edward, Sobin, Leslie H & World Health
Organization. (1973). Histological typing of ovarian tumours / S. F. Serov, R. E.
Scully, in collaboration with L. H. Sobin and pathologists in ten countries.
World Health Organization. https://apps.who.int/iris/handle/10665/41529

Anda mungkin juga menyukai