ABSTRAK
Opini Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menunjukan seberapa baik suatu instansi mengelola
keuangannya dalam rangka mengemban tugas pokok dan fungsi yang diembannya. Opini BPK
terhadap pemerintah pusat semakin tahun semakin membaik, bahkan tahun 2016 opini yang diberikan
untuk Laporan Keuangan Pemerintah Pusat RI adalah wajar tanpa pengecualian (WTP), dari tahun-
tahun sebelumnya yang mendapat predikat Wajar dengan pengecualian (WDP). Opini terhadap
Pemerintah Pusat mempertimbangkan opini-opini yang diberikan pada level kementerian dan
lembaga. Meskipun opini terhadap pemerintah pusat meningkat, namun masih ada kementerian atau
lembaga yang opininya menurun. Penurunan opini, pada kementerian dan lembaga menunjukkan
adanya pengelolaan keuangan yang tidak akuntable. Hal ini juga akan mempengaruhi opini yang
diberikan oleh BPK di tahun berikutnya. Oleh karena itu diperlukan strategi untuk mencegah
penurunan opini pada instansi pemerintah. Kajian ini diharap dapat mengidentifikasi unsur-unsur
yang menyebabkan penurunan opini pada kementerian dan lembaga. Metode yang digunakan adalah
metode deskriptif. Cakupan analisis meliputi kementerian lembaga yang opininya turun dari WTP
menjadi TMP antara tahun 2014, 2015 dan 2016. Dari hasil kajian ditemukan bahwa penurunan opini
disebabkan oleh ketidak taatan pada peraturan.
Kata kunci: opini BPK, akuntabel, pemerintah pusat, kementerian dan lembaga, peraturan .
1
antisipasi bila menemukan kondisi yang negara, termasuk prestasi kerja yang dicapai
menyebabkan penurunan opini. atas penggunaan anggaran.
1.2. Bagi Auditor Internal, untuk mengawal
instansinya agar tidak mengalami Dari penjelasan pasal tersebut jelas dinyatakan
penurunan opini. bahwa, laporan keuangan tidak hanya
berfungsi sebagai sarana akuntabilitas dan
2. RUANG LINGKUP keterbukaan, namun juga sebagai alat ukur
Ruang lingkup kajian adalah prestasi kerja dalam menggunakan anggaran.
perolehan opini BPK pada Instansi pemerintah
tingkat kementerian dan lembaga tahun 2015 Azas umum pengelolaan keuangan negara,
s.d. 2016, yang mengalami penurunan opini diuraikan UU nomor 17 tahun 2003 tentang
dari WTP menjadi TMP. Selama rentang tahun Keuangan Negara2), dimana salah satu azasnya
tersebut, BPK tidak pernah memberikan Opini adalah pemeriksaan keuangan oleh badan
Tidak Wajar (adverse). Oleh karena itu dalam pemeriksa yang bebas dan mandiri.
kajian ini lingkup opini yang dianalisis Hal ini menunjukkan bahwa pemeriksaan
hanyalah WTP dan TMP. keuangan oleh BPK ditujukan untuk meyakini:
2
terperiksa adalah mencakup semua transaksi b. Kecukupan pengungkapan
keuangan pihak terperiksa atau c. Ketaatan pada peraturan
dengan kata lain tidak ada transaksi keuangan d. Efektifitas pengendalian internal
selain yang disajikan dan (SPI).
diungkapkan dalam Laporan Keuangan;
c. hak dan kewajiban; informasi keuangan
Hasil pemeriksaan keuangan BPK disimpulkan
yang disajikan dan diungkapkan pihak
dalam empat opini, sebagaimana diatur pada
terperiksa adalah merupakan hak dan
Exposure Draft Pernyataan Standar
kewajiban pihak terperiksa; tidak ada hak
Pemeriksaan (PSP) Nomor : 03.01 tentang
dan kewajiban pihak lain yang tidak terkait
Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan
dengan pihak terperiksa yang disajikan
Keuangan6), Bagian 06 diantaranya
dalam laporan keuangan;
menguraikan 4 (empat) jenis opini yang dapat
d. alokasi dan penilaian; informasi keuangan
diberikan oleh pemeriksa, yakni:
disajikan dan diungkapkan pihak
a. opini wajar tanpa pengecualian
terperiksa dengan nilai dan alokasi nilai yang
(unqualified opinion), opini wajar tanpa
konsisten sesuai kebijaka
pengecualian menyatakan bahwa laporan
akuntansi pihak terperiksa
keuangan telah disajikan dan
e. penyajian dan pengungkapan; informasi
diungkapkan secara wajar dan cukup, dalam
keuangan telah disajikan sesuai
semua hal yang material. Dengan
dengan standar dan diungkapkan secara cukup
kata lain, informasi keuangan yang disajikan
oleh pihak terperiksa;
dan diungkapkan dalam laporan
f. ketaatan; informasi keuangan menyajikan
keuangan dapat digunakan oleh para pengguna
ketaatan pihak terperiksa terhadap
laporan keuangan. Ini adalah
ketentuan peraturan perundang-undang.
opini yang dinyatakan dalam bentuk baku
Laporan Hasil Pemeriksaan atas
Dalam pemeriksaan keuangan, hakikat laporan Laporan Keuangan.
keuangan inilah yang akan diuji. Selanjutnya, b. opini wajar dengan pengecualian
PP 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian (qualified opinion), opini wajar dengan
Internal Pemerintah3) menyatakan bahwa salah pengecualian menyatakan bahwa laporan
satu tujuan pengendalian intern adalah keuangan telah disajikan dan
terciptanya laporan keuangan yang andal. diungkapkan secara wajar dan cukup, dalam
Artinya Laporan keuangan tersebut diproses semua hal yang material, kecuali
dengan sistem pengendalian intern yang baik. untuk dampak hal-hal yang berhubungan
dengan yang dikecualikan. Dengan
kata lain, informasi keuangan yang disajikan
Oleh karena itu, unsur-unsur yang diperhatikan
dan diungkapkan dalam laporan
dalam pemeriksaan keuangan adalah:
keuangan ”yang tidak dikecualikan dalam
a. Keberadaan dan keterjadian opini pemeriksa” dapat digunakan oleh
b. Kelengkapan para pengguna laporan keuangan.
c. Hak dan kewajiban, c. opini tidak wajar (adversed opinion), opini
d. Alokasi dan penilaian, tidak wajar menyatakan bahwa
e. Penyajian dan pengungkapan, laporan keuangan tidak disajikan dan
f. Ketaatan pada peraturan diungkapkan secara wajar dan cukup,
g. Sistem pengendalian intern dalam semua hal yang material. Dengan kata
Unsur a sampai dengan d diatur secara spesifik lain, informasi keuangan yang
pada Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) 4), disajikan dan diungkapkan dalam laporan
oleh karena itu sering di kelompokkan menjadi keuangan tidak dapat digunakan oleh
satu, yaitu kesesuaian terhadap SAP. para pengguna laporan keuangan; dan
d. pernyataan menolak memberikan opini
Sehingga unsur-unsur yang dipertimbangkan (disclaimer of opinion), pernyataan
dalam menyimpulkan hasil pemeriksaan menolak memberikan opini menyatakan
keuangan sering diringkas menjadi empat bahwa laporan keuangan tidak dapat
unsur yaitu: diperiksa sesuai dengan standar pemeriksaan.
Dengan kata lain, pemeriksa tidak
a. Kesesuaian terhadap SAP
3
dapat memberikan keyakinan bahwa
laporan keuangan bebas dari salah saji
material. Dengan demikian, informasi
keuangan yang disajikan dan diungkapkan
dalam laporan keuangan tidak dapat digunakan
oleh para pengguna laporan
keuangan.
4
adalah didukung dari opini kementerian Begitu juga dengan peningkatan atau
dan lembaga pada tahun terkait. Opini penurunan opini WTP-DPP.
yang diberikan pada kementerian
lembaga selama tahun 2012 s.d. 2016 Secara detil kondisi penurunan opini adalah
adalah sebagai berikut. sebagai berikut.
Tabel 1. Jumlah Kementerian dan Lembaga atas Tabel 3. Jumlah Kementerian dan lembaga yang
Opini BPK yang diperoleh. opininya turun.
PERUBAHA JUMLAH OPINI YANG jum
OPIN TAHUN
N OPINI TURUN lah
I
2012 2013 2014 2015 201 2013 2014 2015 2016
6 WTP 4 6 5 1 16
WTP 46 52 45 56 72 MENJADI
WDP
WTP- 14 10 14 0 0
WTP 1 1 1 3
DPP
MENJADI
WDP 21 19 18 24 8
TMP
TMP 3 3 7 4 4 WTP-DPP 2 3 6 0 11
84 84 84 84 84 MENJADI
WDP
WDP 2 4 2 0 8
Dari table diatas dapat dilihat terdapat jumlah MENJADI
perubahan opini adalah sebagai berikut. TMP
JUMLAH 8 14 14 2 38
Tabel 2. Jumlah Kementerian dan lembaga yang
opininya berubah. Dari table di atas tampak keterjadian
penurunan opini dari WTP menjadi TMP pada
OPINI PERUBAHAN OPINI TAHUN
hasil pemeriksaan BPK atas laporan keuangan
2013 2014 2015 2016 (LK):
WTP 6 -7 11 16
WTP- -4 4 -14 0 a. LK Ombudsman tahun 2014,
DPP b. LK Komnas HAM tahun 2015,
WDP -2 -1 6 -16 c. LK Kementerian Kelautan dan Pertanian
(KKP) tahun 2016.
TMP 0 4 -3 0
Kajian hanya dilakukan untuk Komnas HAM
Angka negatif menunjukkan pengurangan dan KKP, karena keterbatasan data
jumlah opini, sedangkan angka positif Ombudsman.
menunjukkan jumlah peningkatan opini.
Pertimbangan dalam menetapkan opini
Kondisi pasti baik bila: meliputi 4 unsur utama yaitu:
5
Jumlah akun yang tidak sesuai SAP paling banyak 5 akun,
dengan SAP tahun 2016 adalah maka ketidak sesuaian SAP
sebagai berikut. pada Komnas HAM dengan 5
akun, masih memungkinkan
perolehan opini WDP pada
Tabel 4. Perbandingan Jumlah akun yang tidak komnas HAM. Hal ini
sesuai dengan SAP tahun 2016. menunjukkan perolehan opini
JUMLAH AKUN YANG TIDAK SESUAI DENGAN
TMP tidak melulu disebabkan
SAP TAHUN 2016 karena unsur banyaknya akun
pada pada yang ketidak sesuai dengan
UNSUR LK KKP
instansi
dengan
instansi
dengan
JUMLAH SAP.
opini WDP opini WTP
6
1100%, sedangkan Selain itu terdapat masalah
realisasi fisiknya baru ketidakpatuhan terhadap Ketentuan
diserahkan sebanyak 48 Peraturan Perundang-undangan yang
dari 756 kapal. mengakibatkan Potensi Kerugian, yaitu
Permasalahan tersebut kelebihan pembayaran atas pekerjaan
terjadi pada KKP
tetapi belum dilakukan pelunasan kepada
rekanan senilai Rp0,67 miliar pada KKP,
Pada Ikhtisar hasil pemeriksaan yaitu atas:
BPK tahun 2016 atas hasil a. Pembangunan gudang rumput laut,
pemeriksaan laporan keuangan b. Pekerjaan yang tidak sesuai dengan
tahun 2015, tidak terdapat spesifikasi kontrak pada pembangunan
informasi detil terkait materi sarana dan prasarana olahraga Pusat
pelanggaran SAP pada Komnas Pendidikan Kelautan dan Perikanan di
HAM. Hal ini menunjukkan tidak Karawang.
terdapat hal material pada c. Pekerjaan keikutsertaan dalam
ketidaksesuaian SAP pada pameran Interzoo, MIFB, dan CIFSE
Komnas HAM, sehingga BPK 2016.
wajib mengungkapnya.
Terdapat juga permasalahan
Simpulan. penyimpangan peraturan BMN pada KKP,
antara lain:
Ketidaksesuaian unsur SAP pada
KKP menunjukkan opini TMP a. Penjualan aset rusak belum dilengkapi
pada KKP dapat disebabkan dengan surat keputusan (SK)
karena pertimbangan ini. penghapusan dan dilakukan tanpa
Sebaliknya pada Komnas HAM, melalui proses lelang.
opini TMP tidak didasarkan pada b. Aset hasil kesepakatan ruislag dengan
unsur ketidak sesuaian SAP. PT Semeru Cemerlang belum
diterima.
c. Gedung dan bangunan pada Balai
6.3. Kajian terhadap Ketidakpatuhan terhadap Penelitian Pemulihan dan Konservasi
Ketentuan Peraturan Perundang- Sumber Daya Ikan (BP2KSI) senilai
undangan Rp2,25 miliar berada di atas tanah
milik Perum Jasa Tirta II dan belum
Dinyatakan pada laporan BPK, bahwa didukung dengan perjanjian
pada tahun 2016 terdapat unsur pemanfaatan lahan.
Ketidakpatuhan terhadap Ketentuan
Peraturan Perundang-undangan yang Laporan BPK tahun 2015, tidak menjelaskan
mengakibatkan kerugian pada KKP, yaitu adanya masalah ketidakpatuhan terhadap
adanya kelebihan pembayaran pekerjaan peraturan perundang-undangan pada Komnas
pada 7 masalah di antaranya: HAM, namun keterangan pers Komnas HAM
a. pengadaan/ pembangunan kapal, Nomor : 038/Humas-KH/X/2016 tanggal 31
b. pekerjaan sertifikasi kapal perikanan, Oktober 201611) menyatakan permohonan maaf
c. pembuatan dan rehabilitasi sarana dan sebesar-besarnya kepada masyarakat Indonesia
prasarana produksi, atas ketidakpatuhan Komnas HAM dalam
d. pengadaan bandwidth internet/ pengujian kepatuhan terhadap peraturan
intranet. perundang-undangan, dimana BPK kemudian
memberikan penilaian disclaimer.
Jumlah kerugian yang ditimbulkan oleh
KKP sangat signifikan terhadap jumlah KOMPAS.com, Senin (31/10/2016) memuat
kerugian pada pemerintah pusat (78 berita berjudul Komisi Nasional Hak Asasi
kementerian dan lembaga). Jumlah Manusia (Komnas HAM)12) melayangkan
kerugian adalah sebesar Rp134,61 miliar, permintaan maaf kepada publik. Pada artikel
atau 21,93% dari total kerugian sebesar ini, peneliti Indonesia Corruption Watch
Rp613,83 miliar pada pemerintah pusat. (ICW), Tama S menjelaskan 8 masalah
7
ketidakpatuhan yang dilakukan oleh Komnas
HAM, diantaranya adalah:
8
Dari kajian di atas disimpulkan bahwa unsur yang Saran:
berpengaruh terhadap pada KKP dan Komnas Dari pembelajaran kasus penurunan opini pada
HAM adalah KKP dan Komnas HAM, maka:
a. Kementerian dan Lembaga perlu
Tabel 7. Unsur yang mempengaruhi opini pada meningkatkan pengendalian intern terutama
KKP dan Komnas HAM pada unsur manusia.
b. Auditor internal mewaspadai adanya
unsur KKP Komnas HAM
ketidakpatuhan terhadap peraturan baik
Kesesuaian SAP v
karena unsur pelanggaran yang disengaja
Kepatuhan pada V (dominan) V (dominan)
peraturan
(kecurangan) atau karena ketidakkompetenan
SPI v v atau ketidakcermatan seseorang
9
8.
BPK, 2015. Ikhtisar Hasil Pemeriksaan BPK
Semester 1 tahun 2015. Jakarta: BPK
9.
BPK, 2016. Ikhtisar Hasil Pemeriksaan BPK
Semester 1 tahun 2016. Jakarta: BPK
10.
BPK, 2017. Ikhtisar Hasil Pemeriksaan BPK
Semester 1 tahun 2017. Jakarta: BPK
11.
Komnas HAM, 2016. Keterangan pers
Komnas HAM No. 038/Humas-
KH/X/2016 tanggal 31 Oktober 2016,
Jakarta: Komnas HAM.
12.
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas
HAM) melayangkan permintaan maaf
kepada publik, 2016. (http//
KOMPAS.com, Senin, 31/10/2016),
diakses 8 Oktober 2017.
10