Anda di halaman 1dari 10

KAJIAN ATAS PENURUNAN OPINI BADAN PEMERIKSA KEUANGAN (BPK) DARI

WAJAR TANPA PENGECUALIAN (WTP) MENJADI TIDAK MEMBERI PENDAPAT


(TMP) PADA KEMENTERIAN DAN LEMBAGA REPUBLIK INDONESIA

Oleh : Rini Septowati


Widyaiswara madya pada Pusdiklatwas BPKP, Ciawi Bogor

ABSTRAK

Opini Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menunjukan seberapa baik suatu instansi mengelola
keuangannya dalam rangka mengemban tugas pokok dan fungsi yang diembannya. Opini BPK
terhadap pemerintah pusat semakin tahun semakin membaik, bahkan tahun 2016 opini yang diberikan
untuk Laporan Keuangan Pemerintah Pusat RI adalah wajar tanpa pengecualian (WTP), dari tahun-
tahun sebelumnya yang mendapat predikat Wajar dengan pengecualian (WDP). Opini terhadap
Pemerintah Pusat mempertimbangkan opini-opini yang diberikan pada level kementerian dan
lembaga. Meskipun opini terhadap pemerintah pusat meningkat, namun masih ada kementerian atau
lembaga yang opininya menurun. Penurunan opini, pada kementerian dan lembaga menunjukkan
adanya pengelolaan keuangan yang tidak akuntable. Hal ini juga akan mempengaruhi opini yang
diberikan oleh BPK di tahun berikutnya. Oleh karena itu diperlukan strategi untuk mencegah
penurunan opini pada instansi pemerintah. Kajian ini diharap dapat mengidentifikasi unsur-unsur
yang menyebabkan penurunan opini pada kementerian dan lembaga. Metode yang digunakan adalah
metode deskriptif. Cakupan analisis meliputi kementerian lembaga yang opininya turun dari WTP
menjadi TMP antara tahun 2014, 2015 dan 2016. Dari hasil kajian ditemukan bahwa penurunan opini
disebabkan oleh ketidak taatan pada peraturan.

Kata kunci: opini BPK, akuntabel, pemerintah pusat, kementerian dan lembaga, peraturan .

1. LATAR BELAKANG ditemukan adanya kementerian dan lembaga


Dalam rangka mencapai tujuan negara yang menunjukkan penurunan opini, dari WTP
sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan menjadi WDP, atau dari WDP menjadi TMP,
Undang-Undang Dasar Negara Republik bahkan dari WTP menjadi TMP. Kondisi
Indonesia Tahun 1945. yaitu mencapai terakhir yaitu penurunan dari WTP menjadi
masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera TMP menunjukkan penurunan yang sangat
pemerintah RI menyelenggarakaan drastis, dari kondisi terbaik menjadi kondisi
pengelolaan keuangan negara. terjelek. Jelas kondisi ini merupakan kondisi
Pertanggungjawaban pengelolaan keuangan yang sangat tidak diinginkan, Hal ini
negara dituangkan dalam laporan keuangan menunjukkan adanya penurunan drastis dalam
pemerintah. Untuk meyakini apakah akuntabilitas dan prestasi kerja instansi yang
pemerintah telah mengelola dengan baik bersangkutan. Pemerintah perlu
keuangan negara, maka dilakukanlah memaksimalkan upaya menciptakan
pemeriksaan keuangan oleh BPK. Pelaksanaan pemerintah yang bersih, maka hal-hal yang
pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab menyebabkan turunnya opini BPK seharusnya
keuangan negara diantisipasi dan dihindari.
dilakukan dalam rangka menciptakan
pemerintahan yang bersih dan bebas dari Tujuan dari kajian adalah mengidentifikasi
korupsi, kolusi, dan nepotisme. Berbagai unsur yang menyebabkan penurunan dari opini
upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk terbaik yaitu WTP, menjadi opini terburuk
memperoleh opini terbaik yaitu WTP. Setelah yaitu TMP pada kementerian dan lembaga.
beberapa tahun berupaya, dan akhirnya Secara praktis hasil penelitian ini dapat
memperoleh peningkatan opini dari WDP memberikan manfaat sebagai berikut:
menjadi WTP pada hasil audit BPK atas 1.1. Bagi kementerian dan lembaga non
laporan keuangan tahun 2016, Namun hasil ini departemen dapat mengambil langkah
tidak sesuai dengan harapan, karena masih

1
antisipasi bila menemukan kondisi yang negara, termasuk prestasi kerja yang dicapai
menyebabkan penurunan opini. atas penggunaan anggaran.
1.2. Bagi Auditor Internal, untuk mengawal
instansinya agar tidak mengalami Dari penjelasan pasal tersebut jelas dinyatakan
penurunan opini. bahwa, laporan keuangan tidak hanya
berfungsi sebagai sarana akuntabilitas dan
2. RUANG LINGKUP keterbukaan, namun juga sebagai alat ukur
Ruang lingkup kajian adalah prestasi kerja dalam menggunakan anggaran.
perolehan opini BPK pada Instansi pemerintah
tingkat kementerian dan lembaga tahun 2015 Azas umum pengelolaan keuangan negara,
s.d. 2016, yang mengalami penurunan opini diuraikan UU nomor 17 tahun 2003 tentang
dari WTP menjadi TMP. Selama rentang tahun Keuangan Negara2), dimana salah satu azasnya
tersebut, BPK tidak pernah memberikan Opini adalah pemeriksaan keuangan oleh badan
Tidak Wajar (adverse). Oleh karena itu dalam pemeriksa yang bebas dan mandiri.
kajian ini lingkup opini yang dianalisis Hal ini menunjukkan bahwa pemeriksaan
hanyalah WTP dan TMP. keuangan oleh BPK ditujukan untuk meyakini:

a. akuntabilitas dan keterbukaan dalam


3. TINJAUAN PUSTAKA pengelolaan keuangan negara,
b. prestasi kerja yang dicapai atas
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat wajib penggunaan anggaran.
disusun oleh Menteri Keuangan dengan
mengkonsolidasikan laporan keuangan Sebagaimana proses penyusunan laporan
kementerian dan lembaga. Kewajiban ini keuangan, BPK juga menyimpulkan hasil audit
tertera pada: keuangan pemerintah pusat, dengan
mempertimbangkan hasil audit pada
- UU no 1 tahun 2004 tentang kementerian dan lembaga.
Perbendaharaan Negara, Bagian Keempat
tentang Laporan Keuangan1), Pasal 55
menyatakan Laporan keuangan instansi pemerintah,
(1) Menteri Keuangan selaku pengelola menurut PP 71 tahun 2010 tentang Standar
fiskal menyusun Laporan Keuangan Akuntansi Pemerintah4) terdiri dari:
Pemerintah Pusat untuk disampaikan 1. Laporan Realisasi Anggaran
kepada Presiden dalam rangka memenuhi 2. Laporan Saldo Anggaran Lebih
pertanggungjawaban pelaksanaan APBN. 3. Laporan Operasional
Sementara ayat 2 menyatakan bahwa 4. Neraca
Menteri/pimpinan lembaga selaku 5. Laporan Perubahan Ekuitas
Pengguna Anggaran/ Pengguna Barang 6. Laporan Arus Kas
menyusun dan menyampaikan laporan 7. Catatan atas Laporan Keuangan.
keuangan pada kementerian/lembaga yang
dipimpin. Untuk disampaikan kepada Hakikat laporan keuangan diuraikan pada
Menteri Keuangan. Exposure Draft Pernyataan Standar
- UU nomor 17 tahun 2003 tentang Pemeriksaan (PSP) Nomor : 03.01 tentang
Keuangan Negara2) pada Pasal 9 Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan
menyatakan bahwa menteri/pimpinan Keuangan6), yang menyatakan bahwa Laporan
lembaga wajib menyusun dan keuangan merupakan pernyataan entitas
menyampaikan laporan keuangan terperiksa atas:
kementerian negara /lembaga yang a. keberadaan dan keterjadian; suatu
dipimpinnya. transaksi keuangan; informasi keuangan
yang disajikan dan diungkapkan pihak
Tujuan penyusunan laporan keuangan terperiksa diartikan bahwa transaksi
diuraikan pada penjelasan UU nomor 17 tahun keuangan dan dampak transaksi tersebut ada
2003 tentang Keuangan Negara 2) pada Pasal 9 dan benar terjadi;
yaitu dalam rangka akuntabilitas dan b. kelengkapan; informasi keuangan yang
keterbukaan dalam pengelolaan keuangan disajikan dan diungkapkan pihak

2
terperiksa adalah mencakup semua transaksi b. Kecukupan pengungkapan
keuangan pihak terperiksa atau c. Ketaatan pada peraturan
dengan kata lain tidak ada transaksi keuangan d. Efektifitas pengendalian internal
selain yang disajikan dan (SPI).
diungkapkan dalam Laporan Keuangan;
c. hak dan kewajiban; informasi keuangan
Hasil pemeriksaan keuangan BPK disimpulkan
yang disajikan dan diungkapkan pihak
dalam empat opini, sebagaimana diatur pada
terperiksa adalah merupakan hak dan
Exposure Draft Pernyataan Standar
kewajiban pihak terperiksa; tidak ada hak
Pemeriksaan (PSP) Nomor : 03.01 tentang
dan kewajiban pihak lain yang tidak terkait
Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan
dengan pihak terperiksa yang disajikan
Keuangan6), Bagian 06 diantaranya
dalam laporan keuangan;
menguraikan 4 (empat) jenis opini yang dapat
d. alokasi dan penilaian; informasi keuangan
diberikan oleh pemeriksa, yakni:
disajikan dan diungkapkan pihak
a. opini wajar tanpa pengecualian
terperiksa dengan nilai dan alokasi nilai yang
(unqualified opinion), opini wajar tanpa
konsisten sesuai kebijaka
pengecualian menyatakan bahwa laporan
akuntansi pihak terperiksa
keuangan telah disajikan dan
e. penyajian dan pengungkapan; informasi
diungkapkan secara wajar dan cukup, dalam
keuangan telah disajikan sesuai
semua hal yang material. Dengan
dengan standar dan diungkapkan secara cukup
kata lain, informasi keuangan yang disajikan
oleh pihak terperiksa;
dan diungkapkan dalam laporan
f. ketaatan; informasi keuangan menyajikan
keuangan dapat digunakan oleh para pengguna
ketaatan pihak terperiksa terhadap
laporan keuangan. Ini adalah
ketentuan peraturan perundang-undang.
opini yang dinyatakan dalam bentuk baku
Laporan Hasil Pemeriksaan atas
Dalam pemeriksaan keuangan, hakikat laporan Laporan Keuangan.
keuangan inilah yang akan diuji. Selanjutnya, b. opini wajar dengan pengecualian
PP 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian (qualified opinion), opini wajar dengan
Internal Pemerintah3) menyatakan bahwa salah pengecualian menyatakan bahwa laporan
satu tujuan pengendalian intern adalah keuangan telah disajikan dan
terciptanya laporan keuangan yang andal. diungkapkan secara wajar dan cukup, dalam
Artinya Laporan keuangan tersebut diproses semua hal yang material, kecuali
dengan sistem pengendalian intern yang baik. untuk dampak hal-hal yang berhubungan
dengan yang dikecualikan. Dengan
kata lain, informasi keuangan yang disajikan
Oleh karena itu, unsur-unsur yang diperhatikan
dan diungkapkan dalam laporan
dalam pemeriksaan keuangan adalah:
keuangan ”yang tidak dikecualikan dalam
a. Keberadaan dan keterjadian opini pemeriksa” dapat digunakan oleh
b. Kelengkapan para pengguna laporan keuangan.
c. Hak dan kewajiban, c. opini tidak wajar (adversed opinion), opini
d. Alokasi dan penilaian, tidak wajar menyatakan bahwa
e. Penyajian dan pengungkapan, laporan keuangan tidak disajikan dan
f. Ketaatan pada peraturan diungkapkan secara wajar dan cukup,
g. Sistem pengendalian intern dalam semua hal yang material. Dengan kata
Unsur a sampai dengan d diatur secara spesifik lain, informasi keuangan yang
pada Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) 4), disajikan dan diungkapkan dalam laporan
oleh karena itu sering di kelompokkan menjadi keuangan tidak dapat digunakan oleh
satu, yaitu kesesuaian terhadap SAP. para pengguna laporan keuangan; dan
d. pernyataan menolak memberikan opini
Sehingga unsur-unsur yang dipertimbangkan (disclaimer of opinion), pernyataan
dalam menyimpulkan hasil pemeriksaan menolak memberikan opini menyatakan
keuangan sering diringkas menjadi empat bahwa laporan keuangan tidak dapat
unsur yaitu: diperiksa sesuai dengan standar pemeriksaan.
Dengan kata lain, pemeriksa tidak
a. Kesesuaian terhadap SAP

3
dapat memberikan keyakinan bahwa
laporan keuangan bebas dari salah saji
material. Dengan demikian, informasi
keuangan yang disajikan dan diungkapkan
dalam laporan keuangan tidak dapat digunakan
oleh para pengguna laporan
keuangan.

Peringkat atas opini diatas ditetapkan dalam


PSP Nomor: 03.01 bagian 07 yang
menyatakan: Dengan pertimbangan ketentuan
Gambar tersebut menjelaskan bahwa audit
peraturan perundang-undangan yang
BPK meliputi pemeriksaan atas seluruh proses
mengatur serta harapan akuntabilitas dan
pengelolaan keuangan negara sejak
transparansi publik, SPKN mengakui
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan,
bahwa tingkatan kualitas kewajaran penyajian
pelaporan, pertanggungjawaban, dan
Laporan Keuangan adalah (i) opini
pemeriksaan . Dalam melakukan pemeriksaan
wajar tanpa pengecualian (unqualified
harus mempertimbangkan 4 unsur yaitu
opinion), (ii) opini wajar dengan pengecualian
system pengendalian intern (SPI), SAP,
(qualified opinion), (iii) opini tidak wajar
pengungkapan (disclosure) dan ketaatan pada
(adversed opinion), dan (iv) pernyataan
peraturan. Kesesuain SAP dilakukan untuk
menolak memberikan opini (disclaimer of
menilai bahwa laporan keuangan telah disusun
opinion)
dengan system akuntansi yang tepat, laporan
keuangan telah memenuhi hakikat Keberadaan
Dalam penerapannya ternyata pada kondisi dan keterjadian, Kelengkapan, Hak dan
wajar tanpa pengecualian (WTP), terdapat kewajiban, Alokasi dan penilaian, Sedangkan
informasi material yang harus dijelaskan, hasil pemeriksaan dituangkan dalam 5 kategori
namun tidak mengubah opini, oleh karena itu opini.
terdapat opini modifikasi yaitu WTP dengan
Paragraf Penjelas (WTP-DPP) Sehingga hasil 4. METODOLOGI KAJIAN
pemeriksaan BPK atas laporan keuangan
dicerminkan dalam opini berikut: Penelitian ini dilakukan dengan
a. Wajar tanpa pengecualian (WTP) mengumpulkan data opini BPK atas hasil
b. Wajar Tanpa Pengecualian dengan audit keuangan pada instansi pemerintah
Paragraf Penjelas (WTP-DPP) berbentuk kementerian dan lembaga. Data
c. Wajar dengan pengecualian dikumpulkan dari laporan hasil pemeriksaan
d. Tidak Wajar (TW) BPK yang di tayangkan pada laman elektronik
e. Tidak Memberikan Pendapat (TMP) BPK.
Urutan diatas menunjukkan peringkat
5. TEKNIK PENGOLAHAN DATA
keandalan laporan keuangan, WTP adalah
opini terbaik, WTP-DPP kedua terbaik, dan Pengolahan data dilakukan dengan
seterusnya. melakukan analisis data dikaitkan dengan
rujukan dan pengunaan aturan-aturan yang
Pemeriksaan BPK digambarkan relevan.

6. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1. Opini BPK

Perolehan opini BPK terhadap


Pemerintah Pusat pada tahun 2012
sampai dengan tahun 2015 adalah WDP,
dan meningkat menjadi WTP pada tahun
2016. Opini BPK atas pemerintah Pusat

4
adalah didukung dari opini kementerian Begitu juga dengan peningkatan atau
dan lembaga pada tahun terkait. Opini penurunan opini WTP-DPP.
yang diberikan pada kementerian
lembaga selama tahun 2012 s.d. 2016 Secara detil kondisi penurunan opini adalah
adalah sebagai berikut. sebagai berikut.

Tabel 1. Jumlah Kementerian dan Lembaga atas Tabel 3. Jumlah Kementerian dan lembaga yang
Opini BPK yang diperoleh. opininya turun.
PERUBAHA JUMLAH OPINI YANG jum
OPIN TAHUN
N OPINI TURUN lah
I
  2012 2013 2014 2015 201 2013 2014 2015 2016
6 WTP 4 6 5 1 16
WTP 46 52 45 56 72 MENJADI
WDP
WTP- 14 10 14 0 0
WTP   1 1 1 3
DPP
MENJADI
WDP 21 19 18 24 8
TMP
TMP 3 3 7 4 4 WTP-DPP 2 3 6 0 11
  84 84 84 84 84 MENJADI
WDP
WDP 2 4 2 0 8
Dari table diatas dapat dilihat terdapat jumlah MENJADI
perubahan opini adalah sebagai berikut. TMP
JUMLAH 8 14 14 2 38
Tabel 2. Jumlah Kementerian dan lembaga yang
opininya berubah. Dari table di atas tampak keterjadian
penurunan opini dari WTP menjadi TMP pada
OPINI PERUBAHAN OPINI TAHUN
hasil pemeriksaan BPK atas laporan keuangan
  2013 2014 2015 2016 (LK):
WTP 6 -7 11 16
WTP- -4 4 -14 0 a. LK Ombudsman tahun 2014,
DPP b. LK Komnas HAM tahun 2015,
WDP -2 -1 6 -16 c. LK Kementerian Kelautan dan Pertanian
(KKP) tahun 2016.
TMP 0 4 -3 0
Kajian hanya dilakukan untuk Komnas HAM
Angka negatif menunjukkan pengurangan dan KKP, karena keterbatasan data
jumlah opini, sedangkan angka positif Ombudsman.
menunjukkan jumlah peningkatan opini.
Pertimbangan dalam menetapkan opini
Kondisi pasti baik bila: meliputi 4 unsur utama yaitu:

a. Angka opini WTP positif a. Kesesuaian terhadap SAP


b. Angka opini TMP negatif b. Kecukupan pengungkapan
c. Ketaatan pada peraturan
Sebaliknya, kondisi tidak baik bila d. Efektifitas pengendalian internal (SPI).
c. Angka opini WTP negatif Unsur ke dua yaitu kecukupan pengungkapan,
d. Angka opini TMP positif tidak banyak dibahas dalam laporan hasil
Peningkatan atau penurunan pada opini DMP pemeriksaan BPK. Oleh karena itu, kajian
atau WTP-DPP tidak dapat disimpulkan pasti meliputi 3 unsur diatas kecuali unsur kedua.
baik atau buruk, karena peningkatan jumlah
opini WDP mungkin berasal dari penurunan 6.2. Kajian Kesesuaian terhadap SAP
opini WTP atau WTP-DPP, atau peningkatan
opini TMP. 6.2.1. Jumlah Akun yang Tidak Sesuai
Dengan SAP

5
Jumlah akun yang tidak sesuai SAP paling banyak 5 akun,
dengan SAP tahun 2016 adalah maka ketidak sesuaian SAP
sebagai berikut. pada Komnas HAM dengan 5
akun, masih memungkinkan
perolehan opini WDP pada
Tabel 4. Perbandingan Jumlah akun yang tidak komnas HAM. Hal ini
sesuai dengan SAP tahun 2016. menunjukkan perolehan opini
JUMLAH AKUN YANG TIDAK SESUAI DENGAN
TMP tidak melulu disebabkan
SAP TAHUN 2016 karena unsur banyaknya akun
pada pada yang ketidak sesuai dengan
UNSUR LK KKP
instansi
dengan
instansi
dengan
JUMLAH SAP.
opini WDP opini WTP

1 ASET LANCAR 1 5 5 10 6.2.2. Ketidaksesuaian Unsur Materi


1.1. kas
1.2. piutang SAP
1.3. persediaan
2 ASET TETAP
3 ASET LAINNYA
1
1
2
0
4
2
6
2
Pada KKP materi pelanggaran
4 KEWAJIBAN 1 0 2 2 dikaitkan dengan unsur SAP
5 PENDAPATAN 2 1 3
6 BELANJA 1 2 6 8 adalah sebagai berikut.
7 BEBAN LO 2 0 2
8 AKUN LAIN 0 0
Tabel 6. Materi pelanggaran dikaitkan dengan
AKUN YANG TIDAK SESUAI SAP 5 unsur SAP
JUMLAH INSTANSI 8 6
JUMLAH KETIDAK SESUAIAN TERTINGGI 2 6
JUMLAH KETIDAK SESUAIAN TERENDAH 1 1 Uraian Unsur yang
dilanggar
Tabel 5. Jumlah akun yang tidak sesuai Pencatatan persediaan keterjadian
dengan SAP pada tahun 2015 kapal tidak berdasarkan
pada pada atas realisasi pekerjaan
KOMNAS
instansi instansi
yang telah diselesaikan
UNSUR LK dengan dengan JUMLAH
HAM
opini opini penyimpanan persediaan Hak dan
WDP WTP mesin kapal perikanan kewajiban
1 ASET LANCAR
1.1. kas 1 5 2 7
tidak didukung berita
1.2. piutang 4 4 acara penitipan pada
1.3. persediaan 1 10 3 13 Kementerian Kelautan
2 ASET TETAP 1 8 3 11
3 ASET LAINNYA 4 4 dan Perikanan (KKP).
4 KEWAJIBAN 0 Konstruksi dalam Alokasi dan
5
6
PENDAPATAN
BELANJA 1
5
10
1
4
6
14
pengerjaan (KDP) penilaian
7 BEBAN LO 1 5 1 6 bernilai negatif dan
8 AKUN LAIN 5 2 7 terdapat realisasi Hak dan
AKUN YANG TIDAK SESUAI SAP 5
pembayaran KDP yang kewajiban
JUMLAH INSTANSI 26 4 tidak diikut dengan
JUMLAH KETIDAK SESUAIAN 5 3 perolehan hak.
TERTINGGI
JUMLAH KETIDAK SESUAIAN 1 5
TERENDAH
aset tetap yang belum Alokasi dan
disusutkan dan penilaian
Simpulan: akumulasi
penyusutannya bernilai
a. Pada KKP: tahun 2016 negatif.
pemberian opini WDP pada Aset tak berwujud kelengkapan
ketidak sesuaian SAP (ATB) berupa hasil
kajian/ penelitian belum
maksimal sebanyak 2 akun,
disajikan dalam neraca
maka ketidak sesuaian 5 akun KKP
pada KKP menunjukkan Realisasi belanja barang keterjadian
opini TMP bagi KKP adalah kapal perikanan untuk
relevan. diserahkan kepada
b. Pada Komnas HAM: pada masyarakat dicatat
tahun 2015 pemberian opini sesuai dengan realisasi
WDP dengan ketidak sesuaian pembayaran sebesar

6
1100%, sedangkan Selain itu terdapat masalah
realisasi fisiknya baru ketidakpatuhan terhadap Ketentuan
diserahkan sebanyak 48 Peraturan Perundang-undangan yang
dari 756 kapal. mengakibatkan Potensi Kerugian, yaitu
Permasalahan tersebut kelebihan pembayaran atas pekerjaan
terjadi pada KKP
tetapi belum dilakukan pelunasan kepada
rekanan senilai Rp0,67 miliar pada KKP,
Pada Ikhtisar hasil pemeriksaan yaitu atas:
BPK tahun 2016 atas hasil a. Pembangunan gudang rumput laut,
pemeriksaan laporan keuangan b. Pekerjaan yang tidak sesuai dengan
tahun 2015, tidak terdapat spesifikasi kontrak pada pembangunan
informasi detil terkait materi sarana dan prasarana olahraga Pusat
pelanggaran SAP pada Komnas Pendidikan Kelautan dan Perikanan di
HAM. Hal ini menunjukkan tidak Karawang.
terdapat hal material pada c. Pekerjaan keikutsertaan dalam
ketidaksesuaian SAP pada pameran Interzoo, MIFB, dan CIFSE
Komnas HAM, sehingga BPK 2016.
wajib mengungkapnya.
Terdapat juga permasalahan
Simpulan. penyimpangan peraturan BMN pada KKP,
antara lain:
Ketidaksesuaian unsur SAP pada
KKP menunjukkan opini TMP a. Penjualan aset rusak belum dilengkapi
pada KKP dapat disebabkan dengan surat keputusan (SK)
karena pertimbangan ini. penghapusan dan dilakukan tanpa
Sebaliknya pada Komnas HAM, melalui proses lelang.
opini TMP tidak didasarkan pada b. Aset hasil kesepakatan ruislag dengan
unsur ketidak sesuaian SAP. PT Semeru Cemerlang belum
diterima.
c. Gedung dan bangunan pada Balai
6.3. Kajian terhadap Ketidakpatuhan terhadap Penelitian Pemulihan dan Konservasi
Ketentuan Peraturan Perundang- Sumber Daya Ikan (BP2KSI) senilai
undangan Rp2,25 miliar berada di atas tanah
milik Perum Jasa Tirta II dan belum
Dinyatakan pada laporan BPK, bahwa didukung dengan perjanjian
pada tahun 2016 terdapat unsur pemanfaatan lahan.
Ketidakpatuhan terhadap Ketentuan
Peraturan Perundang-undangan yang Laporan BPK tahun 2015, tidak menjelaskan
mengakibatkan kerugian pada KKP, yaitu adanya masalah ketidakpatuhan terhadap
adanya kelebihan pembayaran pekerjaan peraturan perundang-undangan pada Komnas
pada 7 masalah di antaranya: HAM, namun keterangan pers Komnas HAM
a. pengadaan/ pembangunan kapal, Nomor : 038/Humas-KH/X/2016 tanggal 31
b. pekerjaan sertifikasi kapal perikanan, Oktober 201611) menyatakan permohonan maaf
c. pembuatan dan rehabilitasi sarana dan sebesar-besarnya kepada masyarakat Indonesia
prasarana produksi, atas ketidakpatuhan Komnas HAM dalam
d. pengadaan bandwidth internet/ pengujian kepatuhan terhadap peraturan
intranet. perundang-undangan, dimana BPK kemudian
memberikan penilaian disclaimer.
Jumlah kerugian yang ditimbulkan oleh
KKP sangat signifikan terhadap jumlah KOMPAS.com, Senin (31/10/2016) memuat
kerugian pada pemerintah pusat (78 berita berjudul Komisi Nasional Hak Asasi
kementerian dan lembaga). Jumlah Manusia (Komnas HAM)12) melayangkan
kerugian adalah sebesar Rp134,61 miliar, permintaan maaf kepada publik. Pada artikel
atau 21,93% dari total kerugian sebesar ini, peneliti Indonesia Corruption Watch
Rp613,83 miliar pada pemerintah pusat. (ICW), Tama S menjelaskan 8 masalah

7
ketidakpatuhan yang dilakukan oleh Komnas
HAM, diantaranya adalah:

a. indikasi fiktifnya realisasi belanja barang


dan jasa dengan nilai minimal Rp 820,25
juta
b. rekayasa biaya sewa rumah dinas
komisioner senilai Rp 330 juta oleh salah
seorang komisioner
Gambar 2. Komposisi Kelemahan Sistem
c. pembayaran uang saku rapat dalam kantor Pengendalian Intern atas pemeriksaan
yang tidak sesuai ketentuan sebesar Rp Kementerian dan Lembaga tahun 2016
2,17 miliar

d. pembayaran honorarium tim pelaksana kelemahan pengendalian intern tahun 2015


kegiatan Komnas HAM sebesar Rp 925,78 dan 2016 didominasi oleh kelemahan sistem
juta tanpa bukti pertanggungjawaban. pengendalian akuntansi dan pelaporan serta
e. biaya honor lainnya sebesar Rp 6,006 kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan
miliar rupiah yang belum sesuai ketentuan. anggaran pendapatan dan belanja.
f. sewa gedung dan penggunaan internet Rp
135,96 juta, padahal, gedung tersebut Permasalahan kelemahan SPI pada umumnya
belum maksimal dipergunakan, terjadi karena:
a. belum adanya kebijakan dan perlakuan
Dari uraian di atas tampak bahwa unsur akuntansi yang jelas,
ketidakpatuhan terhadap peraturan b. SOP belum ditetapkan/ disempurnakan,
perundangan sangat mempengaruhi c. para pejabat/ pelaksana yang bertanggung
pemberian opini TMP pada KPP dan Komnas jawab tidak/ belum melakukan pencatatan
HAM. secara akurat,
d. kurang cermat melakukan perencanaan,
kurangnya koordinasi dengan pihak
6.4. Kajian terhadap Pengendalian Intern terkait,
e. lemah dalam pengawasan atau
pengendalian.
Komposisi kelemahan intern pada tahun 2015 f. pejabat/pelaksana yang bertanggung
dan 2016 adalah sebagai berikut. jawab tidak menaati ketentuan dan
prosedur yang ada,
g. ptimal dalam menindaklanjut
rekomendasi BPK atas LHP sebelumnya.

Secara spesifik kelemahan pengendalian pada


KKP adalah Penyimpangan terhadap
peraturan tentang pendapatan dan belanja
pada KKP, antara lain program COREMAP
CTI tahun 2016 direalisasikan dan dibayarkan
Gambar 1. Komposisi Kelemahan Sistem tahun 2017. Namun tidak terdapat informasi
Pengendalian Intern atas pemeriksaan spesifik kelemahan pengendalian pada
Kementerian dan Lembaga tahun 2016 Komnas HAM.

Bila kita mengacu pada uraian kajian


ketidaksesuaian SAP dan ketidak patuhan
pada peraturan perundangan di atas, maka
tampak bahwa kelemahan internal pada KKP
dan Komnas HAM adalah kelemahan intern
pada pelaksanaan anggaran dan belanja.

7. SIMPULAN DAN SARAN

8
Dari kajian di atas disimpulkan bahwa unsur yang Saran:
berpengaruh terhadap pada KKP dan Komnas Dari pembelajaran kasus penurunan opini pada
HAM adalah KKP dan Komnas HAM, maka:
a. Kementerian dan Lembaga perlu
Tabel 7. Unsur yang mempengaruhi opini pada meningkatkan pengendalian intern terutama
KKP dan Komnas HAM pada unsur manusia.
b. Auditor internal mewaspadai adanya
unsur KKP Komnas HAM
ketidakpatuhan terhadap peraturan baik
Kesesuaian SAP v
karena unsur pelanggaran yang disengaja
Kepatuhan pada V (dominan) V (dominan)
peraturan
(kecurangan) atau karena ketidakkompetenan
SPI v v atau ketidakcermatan seseorang

Kegiatan yang tidak mematuhi peraturan, 8. DAFTAR PUSTAKA


berakibat pada hakikat pelaporan. Misalnya 1.
adanya rekayasa kegiatan, maka: Republik Indonesia, 2003. Undang-Undang
a. hakikat keterjadian yaitu yang dilaporkan No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan
benar-benar terjadi, akan tidak terpenuhi. Negara, Lembaran Negara RI tahun
b. Hakikat penilaian yaitu yang dilaporkan 2003, No.   , Jakarta: Sekretariat
adalah nilai yang benar tidak terpenuhi Negara
c. Hak dan kewajiban, yaitu aset dilaporkan 2.
Republik Indonesia, 2004. Undang-Undang
memang benar-benar hak (milik) organisasi, No. 1 tahun 2004 tentang
atau hutang yang dilaporkan memang benar- Perbendaharaan Negara, Lembaran
benar kewajiban organisasi untuk membayar. Negara RI tahun 2004, No.   , Jakarta:
Dengan tidak terpenuhinya hakikat pelaporan, Sekretariat Negara
maka laporan keuangan menjadi tidak sesuai
dengan SAP. 3.
Republik Indonesia, 2008. Peraturan
Hal ini juga dapat kita lihat dari opini Pemerintah No. 60 tahun 2008 tentang
sebelumnya, yaitu WTP, yang menunjukkan Sistem Pengendalian Intern
bahwa laporan telah sesuai dengan SAP. Pemerintah, Lembaran Negara RI
Sementara keterjadian ketidak patuhan terhadap tahun 2004, No.   , Jakarta: Sekretariat
peraturan ditemukan pada tahun terjadinya TMP. Negara
Sehingga dapat disimpulkan bahwa unsur
4.
ketidaksesuaian pada SAP pada KKP dan Republik Indonesia, 2010. Peraturan
Komnas HAM, dipengaruhi oleh adanya ketidak Pemerintah No. 71 tahun 2010 tentang
patuhan pada peraturan yang material. Standar Akuntansi Pemerintah,
Disisi lain, keterjadian kepatuhan pada peraturan Lembaran Negara RI tahun 2010, No.  
adalah adanya aturan yang mengendalikan namun , Jakarta: Sekretariat Negara
orang-orang yang melaksanakan melanggar atau 5.
lalai. Pelanggaran disebabkan karena kurangnya Republik Indonesia, 2010. Peraturan Badan
etika dan integritas seseorang, sedangkan Pemeriksaan Keuangan No. 1 tahun
kelalaian karena kurangnya kompeten dan 2017 tentang Standar Pemeriksaan
kecermatan seseorang, Hal ini menunjukkan Keuangan Negara, Lembaran Negara
adanya kelemahan dalam pengendalian intern RI tahun 2017, No.   , Jakarta: Badan
pada unsur manusia. Pemeriksaan Keuangan
6.
Republik Indonesia, 2010. Exposure Draft
Jadi dapat disimpulkan bahwa penyebab opini
Pernyataan Standar Pemeriksaan
WTP menjadi TMP pada KKP dan Komnas
(PSP) No. 03.01 tahun 2008 tentang
HAM adalah adanya pengendalian intern pada
Laporan Hasil Pemeriksaan atas
unsur manusia yang tidak memadai, yang
Laporan Keuangan, Jakarta: IAI
mendorong adanya ketidakpatuhan pada
peraturan perundangan. Ketidakpatuhan terhadap 7.
BPK, 2014. Ikhtisar Hasil Pemeriksaan BPK
peraturan menjadikan pelaporan tidak sesuai Semester 1 tahun 2014. Jakarta: BPK
dengan SAP.

9
8.
BPK, 2015. Ikhtisar Hasil Pemeriksaan BPK
Semester 1 tahun 2015. Jakarta: BPK
9.
BPK, 2016. Ikhtisar Hasil Pemeriksaan BPK
Semester 1 tahun 2016. Jakarta: BPK
10.
BPK, 2017. Ikhtisar Hasil Pemeriksaan BPK
Semester 1 tahun 2017. Jakarta: BPK
11.
Komnas HAM, 2016. Keterangan pers
Komnas HAM No. 038/Humas-
KH/X/2016 tanggal 31 Oktober 2016,
Jakarta: Komnas HAM.
12.
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas
HAM) melayangkan permintaan maaf
kepada publik, 2016. (http//
KOMPAS.com, Senin, 31/10/2016),
diakses 8 Oktober 2017.

10

Anda mungkin juga menyukai