Anda di halaman 1dari 5

LEARNING JOURNAL

Program Pelatihan : Pelatihan Dasar CPNS


Angkatan/ Kelas : XV
Nama Agenda : Akuntabilitas
Nama Peserta : Hera Handayani, S.Kep., Ners
No. Daftar Hadir :
Lembaga Penyelenggara Pelatihan : PPSDM Regional Bandung

A. Pokok Pikiran
Akuntabilitas merupakan salah satu nilai-nilai dasar PNS yang perlu
diinternalisasi, diaktualisasi dan diimplementasikan sehingga menjadi
karakter. Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok
atau institusi untuk memenuhi tanggung jawab yaitu menjamin terwujudnya
nilai-nilai publik.
Nilai-nilai publik tersebut antara lain adalah:
1. Mampu mengambil pilihan yang tepat dan benar ketika terjadi konflik
kepentingan, antara kepentingan publik dengan kepentingan sektor,
kelompok, dan pribadi;
2. memiliki pemahaman dan kesadaran untuk menghindari dan
mencegah keterlibatan PNS dalam politik praktis;
3. memperlakukan warga negara secara sama dan adil dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik;
4. menunjukan sikap dan perilaku yang konsisten dan dapat diandalkan
sebagai penyelenggara pemerintahan.

Aspek - Aspek Akuntabilitas


1. Akuntabilitas adalah sebuah hubungan (Accountability is a relationship)
2. Akuntabilitas berorientasi pada hasil (Accountability is results-oriented)
3. Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (Accountability requiers
reporting)
4. Akuntabilitas memerlukan konsekuensi (Accountability is
meaninglesswithout consequences)
5. Akuntabilitas memperbaiki kinerja (Accountability improves
performance)

Akuntabilitas adalah prinsip dasar bagi organisasi yang berlaku


pada setiap level/unit organisasi sebagai suatu kewajiban jabatan dalam
memberikan pertanggungjawaban laporan kegiatan kepada atasannya.
Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama (Bovens, 2007), yaitu:
1. untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi);
2. untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan
(perankonstitusional);
3. untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar).
Akuntabilitas merupakan kontrak antara pemerintah dengan aparat
birokrasi, serta antara pemerintah yang diwakili oleh PNS dengan
masyarakat. Kontrak antara kedua belah pihak tersebut memiliki ciri
antara lain:
1. Pertama, akuntabilitas eksternal yaitu tindakan pengendalian yang
bukanbagian dari tanggung jawabnya.
2. Kedua, akuntabilitas interaksi merupakan pertukaran sosial dua arah
antara yang menuntut dan yang menjadi bertanggung jawabnya
(dalam memberijawaban, respon, rectification, dan sebagainya).
3. Ketiga, hubungan akuntabilitas merupakan hubungan kekuasaan
struktural (pemerintah dan publik) yang dapat dilakukan secara
asimetri sebagai haknya untuk menuntut jawaban (Mulgan 2003).

Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu:


1. akuntabilitas vertikal (vertical accountability), adalah
pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas yang
lebih tinggi, misalnya pertanggungjawaban unit-unit kerja (dinas)
kepada pemerintah daerah, kemudian pemerintah daerah kepada
pemerintah pusat, pemerintah pusat kepada MPR. Akuntabilitas
vertikal membutuhkan pejabat pemerintah untuk melaporkan "ke
bawah" kepada publik. Misalnya, pelaksanaan pemilu, referendum, dan
berbagai mekanisme akuntabilitas publik yang melibatkan tekanan dari
warga
2. akuntabilitas horizontal (horizontal accountability). adalah
pertanggungjawaban kepada masyarakat luas. Akuntabilitas ini
membutuhkan pejabat pemerintah untuk melaporkan "ke samping"
kepada para pejabat lainnya dan lembaga negara. Contohnya adalah
lembaga pemilihan umum yang independen, komisi pemberantasan
korupsi, dan komisi investigasi legislatif.

Akuntabilitas memiliki 5 tingkatan yang berbeda yaitu


1. Akuntabilitas Personal (Personal Accountability), mengacu pada nilai-
nilai yang ada pada diri seseorang seperti kejujuran, integritas, moral
dan etika.

2. Akuntabilitas Individu, mengacu pada hubungan antara individu dan


lingkungan kerjanya, yaitu antara PNS dengan instansinya sebagai
pemberi kewenangan.
3. Akuntabilitas Kelompok, Kinerja sebuah institusi biasanya dilakukan
ataskerjasama kelompok.
4. Akuntabilitas organisasi, mengacu pada hasil pelaporan kinerja yang
telah dicapai, baik pelaporan yang dilakukan oleh individu terhadap
organisasi/institusi maupun kinerja organisasi kepada stakeholders
lainnya.
5. akuntabilitas stakeholder, adalah tanggungjawab organisasi
pemerintah untuk mewujudkan pelayanan dan kinerja yang adil,
responsif dan bermartabat.
Sebagai PNS kita harus memahami mekanisme akuntabilitas yang
diterapkan oleh instansi masing-masing karena setiap organisasi memiliki
mekanisme akuntabilitas yang berbeda. Contoh akuntabilitas organisasi
antara lain sistem penilaian kinerja, sistem akuntansi, sistem akreditasi,
dansistem pengawasan (CCTV, fingerprint, aplikasi atau web).

Dimensi yang harus terkandung dalam mekanisme akuntabilitas


guna mewujudkan sektor publik yang akuntabel yaitu akuntabilitas
kejujuran dan hukum (patuh terhadap hukum dan peraturan), akuntabilitas
proses (sistem dan prosedur yang diterjemahkan melalui pelayanan publik
yang cepat, responsif, dan murah), akuntabilitas program (pertimbangan
tercapainya tujuan dan alternatif program untuk hasil maksimal dengan
biaya minimal), dan akuntabilitas kebijakan (pertanggungjawaban
kebijakan pemerintah terhadap DPR/DPRD dan masyarakat luas).
Disamping itu, aspek yang harus diperhatikan agar terciptanya lingkungan
yang akuntabel yaitu kepemimpinan, transparansi, integritas,
responsibilitas (perseorangan dan institusi), keadilan, kepercayaan,
keseimbangan, kejelasan, dan konsistensi.

Akuntabilitas akan terwujud jika ada alat akuntabilitas, antara lain


perencanaan strategis (RPJP-D, RPJM-D, RKP-D, Renstra, SKP) dan
kontrak kinerja (kesepakatan antara pegawai dengan atasan
langsungnya), dan laporan kinerja (LAKIP). Terdapat lima langkah dalam
menciptakan framewok akuntabilitas, yaitu menentukan tujuan dan
tanggung jawab, merencanakan apa yang akan dilakukan untuk mencapai
tujuan, melakukan implementasi monitoring kemajuan, memberikan laporan
secara lengkap, dan memberikan evaluasi dan masukan perbaikan.

Akuntabilitas dalam konteks transparansi dan akses informasi


ditunjukan dengan terbitnya UU Nomor 14 Tahun 2008 tentang
Keterbukaan Informasi Publik (KIP). Keterbukaan informasi publik yang
memberikan pengaruh besar pada berbagai sektor dan urusan publik di
Indonesia. Beberapa prinsip yang menjadi dasar keterbukaan
informasi antara lain :
Maximum Access Limited Exemption (MALE); permintaan tidak perlu
disertai alasan, mekanisme yang sedehana, murah, dan cepat; informasi
harus utuh dan benar; informasi proaktif, serta perlindungan pejabat yang
beritikad baik. Contoh perilaku yang berkaitan dengan transparansi dan
akses informasi yaitu PNS tidak mengungkapkan informasi/ dokumen
resmi yang diperoleh selain seperti yang dipersyaratkan hukum atau
otoritas institusi.
Akuntabilitas dalam konteks praktik kecurangan (fraud) dan
perilaku korup menuntut aparat pemerintah mampu menyelenggarakan
pelayanan publik yang baik dan beretika agar tidak ada penyalahgunaan
wewenang. Contoh perilaku yang berkaitan dengan praktik kecurangan
(fraud) dan perilaku korup yaitu PNS akan melaporkan setiap perilaku
curang atau korup.
Akuntabilitas dalam konteks penggunaan sumberdaya milik negara
menuntut agar penggunaan fasilitas publik sesuai prosedur, bertanggung
jawab, dan efisien. Contoh perilaku yang berkaitan dengan penggunaan
sumberdaya milik negara yaitu PNS hanya menggunakan pengeluaran
resmiyang berhubungan dengan pekerjaan.
Akuntabilitas dalam konteks penyampaian dan penggunaan data
informasi dan pemerintah berarti bahwa informasi dan data yang
disimpan, dikumpulkan, dan dilaporkan harus relevan, dapat dipercaya,
dapat dimengerti, dan dapat diperbandingkan, sehingga dapat digunakan
sebagaimana mestinya oleh pengambil keputusan dan dapat menunjukan
akuntablitas publik. Contoh perilaku yang berkaitan dengan penyampaian
dan penggunaan data informasi dan pemerintah yaitu PNS menjamin
penyimpanan informasi yang bersifat rahasia.
Akuntabilitas dalam konteks konflik kepentingan menuntut cara
seseorang untuk menyikapinya agar tidak melalaikan tugas publik demi
kepentingan pribadi. Dua jenis umum konflik kepentingan, yaitu keuangan
(penggunaan sumber daya lembaga termasuk dana, peralatan untuk
kepentingan pribadi) dan non-keuangan (penggunaan posisi atau
wewenang untuk membantu diri sendiri dan/atau orang lain). Contoh
perilaku yang berkaitan dengan konflik kepentingan yaitu jika konflik
kepentingan muncul, PNS dapat melaporkan kepada pimpinan secara
tertulis untuk mendapatkan bimbingan mengenai cara terbaik dalam
mengelola situasi.
Pengambilan keputusan secara akuntabel dan beretika berarti
dapat membuat keputusan dan tindakan yang tepat dan akurat untuk
menjaga kepercayaan dan keyakinan terhadap masyarakat. Dalam
praktiknya, penempatan kepentingan umum berarti memastikan tindakan
dan keputusan yang berimbang dan tidak bias; bertindak adil dan
mematuhi prinsip-prinsip due process; akuntabel dan transparan;
melakukan pekerjaan secara penuh, efektif, dan efisien; berperilaku sesuai
standar sektor publik, kode sektor publik etika sesuai organisasinya; serta
mendeklarasikan secara terbuka bilaada potensi konflik kepentingan.

Profil Tokoh
Mohammad Natsir lahir di Kabupaten Solok, Sumatera Barat 17 Juli
1908 adalah seorang ulama, politisi, dan pejuang kemerdekaan.Natsir, yang
mendapat gelar sebagai pahlawan nasional pada 10 November 2008 dikenal
sebagai sosok yang penuh sopan-santun dan rendah hati. Natsir juga
negarawan yang sangat bersahaja dalam kehidupan sehari-harinya.
Ketika menjadi perdana menteri pada Agustus 1950, penampilan
Natsir juga tidak banyak berubah. Setelah melepas jabatan sebagai perdana
menteri, Natsir menanggalkan mobil dinasnya di Istana Kepresidenan. Ia
memilih untuk membonceng sopirnya pulang ke rumah Jalan Proklamasi. Tak
berapa lama, Natsir dan keluarga kembali pindah ke Jalan Jawa.
Selain itu, Mantan Jaksa Agung Baharudin Lopa, sosok yang dikenal
berintegritas tinggi. Saat menjabat sebagai Kajati Sulsel dia pernah melarang
anaknya menggunakan kursi miliki Kejati, karena kursi itu bukan barang
pribadi tetapi inventaris negara.
Nilai akuntabilitas yang dapat kita ambil dari seorang M.Natsir dan
Baharudin Lopa dalam hal penggunaan sumber daya milik negara ialah
menggunakan sumber daya negara secara bertanggung jawab dan tidak
menggunakannya demi keuntungan pribadi. Selain itu, tidak bersikap
diskriminatif.
Sumber:
https://id.wikipedia.org/wiki/Mohammad_Nat
sirhttps://news.detik.com/berita/d-1988190/

B. Penerapan
Sebagai seorang perawat pelaksana, penerapan prinsip-prinsip
akuntabilitas dapat dilakukan salah satunya saat melaksanakan tugas di
tempat kerja. kita diharuskan memberikan pelayanan yang professional
sesuai dengan standar pelayanan kesehatan dan sesuai kode etik profesi.
Dimana salah satu yang mesti diperhatikan dalam hal pemberian informasi
pelayanan kesehatan yang harus jelas, sopan, ramah dan mudah dipahami.
Kemudian dipersiapkan juga formulir laporan dokumentasi yang digunakan
sebagai bukti kinerja dan dapat dimasukan ke dalam Buku Harian Kerja
secara online. Buku Harian Kerja wajib diisi semua pegawai sebagai bukti
realisasi kegiatan yang tercantum di Sasaran Kinerja Pegawai. Sebagai
bentuk integritas, jika tidak mengisi BHK akan dikenai sanksi berupa
potongan tunjangan daerah yang dapat dilihat langsung pada akun masing-
masing pegawai.

Anda mungkin juga menyukai