Anda di halaman 1dari 5

LEARNING JOURNAL

Program Pelatihan : Latsar CPNS 2021


Angkatan/ Kelas : XV
Nama Agenda : Nasionalisme
Nama Peserta : Hera Handayani, S.Kep., Ners
No. Daftar Hadir :
Lembaga Penyelenggara Pelatihan : PPSDM Kemendagri Regional
Bandung

A. Pokok Pikiran
1. Pengertian
Nasionalisme yaitu suatu sikap politik dari masyarakat suatu
bangsa yang mempunyai kesamaan kebudayaan, dan wilayah serta
kesamaan cita- cita dan tujuan, dengan demikian masyarakat suatu
bangsa tersebut merasakan adanya kesetiaan yang mendalam terhadap
bangsa itu sendiri.
Nasionalisme berasal dari kata "Nasional" yang artinya bangsa,
negara, dan "Isme" yang artinya paham atau ajaran. Sehingga, secara
harfiah Nasionalisme adalah paham atau ajaran bagaimana kita
mencintai bangsa dan negara kita sendiri. Pandangan tentang rasa
cinta tanah air dan sikap mencintai yang wajar terhadap bangsa dan
negara sekaligus menghormati bangsa lain. Sikap nasionalisme tidak
boleh terlalu berlebihan sampai menganggap bangsa atau negara lain itu
lebih rendah. Sebelum memiliki jiwa nasionalisme, seseorang harus
terlebih dahulu memiliki rasa kebangsaan yakni rasa yang lahir secara
alamiah karena adanya kebersamaan sosial yang tumbuh dari
kebudayaan, sejarah, dan aspirasi perjuangan masa lampau, serta
kebersamaan dalam menghadapi tantangan sejarah masa kini. Sikap
nasionalisme juga sikap yang menghargai persamaan suku-suku bangsa
dan memiliki rasa senasib sepenanggungan diantara sesama bangsa.

Nasionalisme merupakan implementasi rasa cinta kita sebagai


rakyat Indonesia terhadap bangsa dan negara yang didasari pada nilai-
nilai Pancasila. Sebagai ASN kita harus memiliki rasa nasionalisme dan
wawasan kebangsaan yang kuat, yang kemudian diaktualisasikan ke
dalam fungsi dan tugas kita yang didasari Pancasila dan UUD 1945.
Sehingga diharapkan Nasionalisme dapat menjadikan kita sebagai ASN
yang berorientasi pada kepentingan publik, bangsa, negara, dan
menghindari pemikiran yang mementingkan kepentingan pribadi
atau golongan. Nilai dasar nasionalisme sebagai ASN yang
menerapkan Pancasila sebagai dasar dalam menjalankan tugasnya
dibagi menjadi lima sesuai dengan jumlah sila dari Pancasila.
Nilai dasar nasionalisme sebagai ASN yang menerapkan
Pancasila sebagai dasar dalam menjalankan tugasnya dibagi sesuai
dengan jumlah sila dari Pancasila
1) Sila pertama yaitu ketuhanan Yang Maha Esa memiliki nilai tentang
religius, jujur, bertanggungjawab, memiliki etika dalam kehidupan
sehari- hari.

2) Sila kedua yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab memiliki nilai
menjunjung tinggi HAM, toleran saling menghormati, tidak
diskriminatif. Sila ketiga yaitu persatuan Indonesia memiliki nilai
mencintai tanah air, rela berkorban, mengutamakan kepentingan
publik daripada kepentingan diri sendiri, saling bantu bergotong
royong.

3) Sila keempat yaitu kerakyatan yang yang dipimpin oleh hikmat


kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan memiliki nilai
menghargai pendapat orang lain, saling tolong menolong,
solidaritas,bijaksana

4) Sila ke lima yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia


memiliki nilai saling membantu tolong menolong, bersikap adil.

Sebagai ASN, Nasionalisme di aktualisasikan sesuai dengan


fungsi dan tugas antara lain pada ranah berikut :
1) Pelaksana kebijakan publik
Terdapat pada pasal 10 UU no 5 tahun 2014, salah satu fungsi ASN.
ASN harus berorientasi pada kepentingan public bangsa dan negara
di atas kepentingan lainnya, mengedepankan kepentingan nasional
ketimbang kepentingan sektoral dan golongan.
2) Pelayan publik
Sebagai pelayan publik, setiap pegawai ASN senantiasa bersikap
adil dan tidak diskriminasi dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat. Mereka harus bersikap profesional dan berintegritas
dalam memberikan pelayanan. Senantiasa menjunjung tinggi nilai –
nilai kejujuran, keadilan, dan tidak korupsi, transparan, akuntabel,
dan memuaskan publik.
3) Perekat dan pemersatu bangsa
Memiliki jiwa nasionalisme yang kuat, memiliki kesadaran sebagai
penjaga kedaulatan negara, menjadi pemersatu bangsa
mengupayakan situasi damai di seluruh wilayah Indonesia, dan
menjaga keutuhan NKRI.

2. Contoh Kasus dan Tokoh Profil


Ki Hajar Dewantara adalah salah satu tokoh yang memiliki jiwa
nasionalis yang sangat tinggi. Beliau adalah aktivis
pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, politisi, dan
pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman penjajahan
Belanda. Ia adalah pendiri Perguruan Taman Siswa, suatu lembaga
pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para pribumi untuk bisa
memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi maupun orang-
orang Belanda.

Selain ulet sebagai seorang wartawan muda, ia juga aktif dalam


organisasi sosial dan politik. Sejak berdirinya Boedi Oetomo (BO) tahun
1908, ia aktif di seksi propaganda untuk menyosialisasikan dan
menggugah kesadaran masyarakat Indonesia (terutama Jawa) pada
waktu itu mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan dalam
berbangsa dan bernegara. Kongres pertama BO di Yogyakarta juga
diorganisasi olehnya.

Soewardi muda juga menjadi anggota organisasi Insulinde, suatu


organisasi multietnik yang didominasi kaum Indo yang memperjuangkan
pemerintahan sendiri di Hindia Belanda, atas pengaruh Ernest Douwes
Dekker (DD). Ketika kemudian DD mendirikan Indische Partij, Soewardi
diajaknya pula.

Nilai-nilai Nasionalisme yang tertanam pada beliau adalah:


1. Cinta Tanah air
2. Totalitas dan bersungguh-sungguh dalam meraih apa yang dicita-
citakan.
3. Sosok yang sangat religius, hal ini tertanam di tengah keluarganya
sejak kecil melahirkan ketaatan dalam jiwa Bung Tomo kepada
Allah SWT.
4. Sebagai tokoh nasionalis, beliau meminta nasehat dan
berkonsultasi dengan para tokoh-tokoh berpengaruh pada
waktu itu.
5. Sosok Ki Hajar Dewantara yang tangguh, pejuang andal, kritis dan
cerdas juga tak lepas dari keluarga yang peduli pendidikan.

6. Tanggal 17 Agustus 1946 ditetapkan sebagai Maha Guru pada


Sekolah Polisi Republik Indonesia bagian Tinggi di Mertoyudan
Magelang, oleh P.J.M. Presiden Republik Indonesia. Dalam kabinet
pertama Republik Indonesia, KHD diangkat menjadi Menteri
Pengajaran Indonesia (posnya disebut sebagai Menteri Pendidikan,
Pengajaran dan Kebudayaan) yang pertama. Pada tahun 1957 ia
mendapat gelar doktor kehormatan (doctor honoris causa, Dr.H.C.)
dari universitas tertua Indonesia, Universitas Gadjah Mada. Atas
jasa-jasanya dalam merintis pendidikan umum, ia dinyatakan
sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia dan hari kelahirannya
dijadikan Hari Pendidikan Nasional (Surat Keputusan Presiden RI
no. 305 tahun 1959, tanggal 28 November 1959).
B. Penerapan
Sebagai perawat dalam melayani kesehatan, nilai-nilai nasionalisme secara
utuh dapat diterapkan mulai dari sikap nasionalisme yang didasari
penerapan sila pertama sampai kelima. Adapun pelaksanaan pelayanan
kesehatan untuk mengimplementasikan nilai nasionalisme dilaksanakan
dengan langkah-langkah berikut:
• Pengamalan nilai Pancasila sila pertama yaitu dimana dalam
memberikan pelayanan kita harus jujur, bertanggung jawab dalam
melakukan suatu tindakan atau pelayanan. Ditempat kerja kita pasti
memiliki keberagaman suku, agama, ataupun budaya, dimana kita
harus saling menghormati adanya keberagaman itu.
• Implementasi sila kedua di tempat kerja yaitu memberikan
pelayanan yang adil, tidak memandang kelas, tetapi pelayan yang
diberikan harus sama dan maksimal, dan saling menghormati profesi
lainnya.
• Sila ketiga dalam pekerjaan kita harus saling tolong menolong,
karena sebagai manusia kita tidak bisa hidup sendiri.
• Sila keempat yaitu dalam mengambil keputusan kita bisa sambil
musyawarah dan saling menghargai pendapat orang lain.

• Sila kelima yaitu bersikap adil dalam memberikan pelayanan

Anda mungkin juga menyukai