Mahasiswa
Mariatul Qibtiah
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN AKTIVITAS
I. KONSEP TEORI
A. PENGERTIAN
Salah satu tanda kesehatan adalah adanya
kemampuan seseorang melakukan aktivitas, seperti berdiri,
berjalan dan bekerja. Kemampuan aktivitas seseorang tidak
terlepas dari keadekuatan sistem persarafan dan
muskuloskeletal. Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan
bergerak dimana manusiamemerlukan untuk dapat
memenuhi kebutuhan hidup.
Kesempatan untuk istirahat sama pentingnya dengan
kebutuhan
makan, aktivitas maupun kebutuhan dasar lainnya. Setiap
individu membutuhkan istirahat dan tidur untuk memulihkan
kembali kesehatannya.Istirahat adalah sesuatu keadaan
dimana kegiatan jasmaniah menurun yang berakibat badan
menjadi le0bih segar.
Gangguan mobilitas fisik adalah keterbatasan dalam
gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas secara mandiri
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
Menurut North American Nursing Diagnosis
Association (NANDA) gangguan mobilitas fisik atau
immobilisasi merupakan suatu kedaaan dimana individu
yang mengalami atau berisiko mengalami keterbatasan
gerakan fisik (Kozier, Erb, Berman & Snyder, 2010).
Ada lagi yang menyebutkan bahwa gangguan
mobilitas fisik merupakan suatu kondisi yang relatif dimana
individu tidak hanya mengalami penurunan aktivitas dari
kebiasaan normalnya kehilangan tetapi juga kemampuan
geraknya secara total (Ernawati, 2012).
Kemudian, Widuri (2010) juga menyebutkan bahwa
gangguan mobilitas fisik atau imobilitas merupakan keadaan
dimana kondisi yang mengganggu pergerakannya, seperti
trauma tulang belakang, cedera otak berat disertai fraktur
pada ekstremitas dan sebagainya. Tidak hanya itu, imobilitas
atau gangguan mobilitas adalah keterbatasan fisik tubuh
baik satu maupun lebih ekstremitas secara mandiri dan
terarah (Nurarif A.H & Kusuma H, 2015).
Rupture Tendon Achilles adalah robek atau putusnya
hubungan tendon (jaringan penyambung) yang disebabkan
oleh cidera dari perubahan posisi kaki secara tiba-tiba atau
mendadak dalam keadaan dorsifleksi pasif maksimal. (Arif
Muttaqin, 2011).
Ruptur tendon merupakan jejas akut terhadap tendon akibat
faktor dominan eksternal meskipun adajuga kontribusi faktor
internal meski lebih kecil(Griffin et al, 2012).
Ruptur Tendon adalah roben atau putusnya hubungan
tendon (jaringan penyambung) yang disebabkan oleh cidera
dari perubahan posisi kaki secara tiba-tiba atau mendadak
yang mengakibatkan susah menggerakkan kaki maka dari
itu mengalami keterbatasan gerakan fisik.
B. ETIOLOGI
Harimurti, dan Roosheroe (dalam Setiati, Alwi,
Sudoyo, Stiyohadi, dan Syam, 2014) mengenai penyebab
gangguan mobilitas fisik adalah adanya rasa nyeri, lemah,
kekakuan otot, ketidakseimbangan, masalah psikologis,
kelainan postur, gangguan perkembangan otot, kerusakan
sistem saraf pusat, atau trauma langsuung dari sistem
muskuloskeletal dan neuromuskular.
Menurut Arif Muttaqin tahun 2011 Etiologi dari Ruptur
tendon terdiri :
1. Penyakit tertentu, seperti arthritis dan diabetes
2. Obat-obatan, seperti kortikosteroid dan beberapa
antibiotik yang dapat meningkatkan risiko pecah
3. Cedera dalam olah raga, seperti melompat dan berputar
pada olah raga badminton, tenis, basket dan sepak bola
4. Trauma benda tajam atau tumpul pada bawah betis
5. Obesitas.
Salah satu penyebab ruptur tendon adalah cidera
dalam olahraga berlebih. Hal tersebut akan mengakibatkan
keterbatasan gerakan fisik dalam melakukan aktivitas sehari-
hari. Dikarenakan kekakuan otot yang dapat meimbulkan
ganggaun mobilitas fisik.
D. PATOFISIOLOGI
Neuromuskular berupa sistem otot, skeletal, sendi,
ligamen, tendon, kartilago, dan saraf sangat mempengaruhi
mobilisasi. Gerakan tulang diatur otot skeletal karena
adanya kemampuan otot berkontraksi dan relaksasi yang
bekerja sebagi sistem pengungkit. Tipe kontraksi otot ada
dua, yaitu isotonik dan isometrik. Peningkatan tekanan otot
menyebabkan otot memendek pada kontraksi isotonik.
Selanjutnya, pada kontraksi isometrik menyebabkan
peningkatan tekanan otot atau kerja otot tetapi tidak terjadi
pemendekan atau gerakan aktif dari otot, misalnya
menganjurkan pasien untuk latihan kuadrisep. Gerakan
volunter merupakan gerakan kombinasi antara kontraksi
isotonik dan kontraksi isometrik. Perawat harus
memperhatikan adanya peningkatan energi, seperti
peningkatan kecepatan pernapasan, fluktuasi irama jantung,
dan tekanan darah yang dikarenakan pada latihan isometrik
pemakaian energi meningkat. Hal ini menjadi kontraindikasi
pada pasien yang memiliki penyakit seperti infark miokard
atau penyakit obstruksi paru kronik. Kepribadian dan
suasana hati seseorang digambarkan melalui postur dan
gerakan otot yang tergantung pada ukuran skeletal dan
perkembangan otot skeletal. Koordinasi dan pengaturan
kelompok otot tergantung tonus otot dan aktivitas dari otot
yang berlawanan, sinergis, dan otot yang melawan gravitasi.
Tonus otot sendiri merupakan suatu keadaan tegangan otot
yang seimbang. Kontraksi dan relaksasi yang bergantian
melalui kerja otot dapat mempertahankan ketegangan.
Immobilisasi menyebabkan aktivitas dan tonus otot menjadi
berkurang. Rangka pendukung tubuh yang terdiri dari empat
tipe tulang, seperti panjang, pendek, pipih, dan irreguler
disebut skeletal. Sistem skeletal berfungsi dalam
pergerakan, melindungi organ vital, membantu mengatur
keseimbangan kalsium, berperan dalam pembentukan sel
darah merah (Potter dan Perry, 2012)
2. PENATALAKSANAAN MEDIS
Tindakan operasi dapat dilakukan, dimana ujung
tendon yang terputus disambungkan kembali dengan
teknik penjahitan. Tindakan pembedahan dianggap
paling efektif dalam penatalaksanaan tendon yang
terputus.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut NANDA tahun 2015 – 2017 Diagnosa
keperawatan yang sering muncul pada klien rupture tendon
Achilles adalah:
1. Hambatan mobilitas fisik b.d kerusakan tendon Achilles
2. Risiko jatuh berhubungan dengan hambatan mobilitas.
C. INTERVENSI
1. Intervensi hambatan mobilitas fisik b.d kerusakan tendon
Achilles:
- Monitoring vital sign sebelum atau sesudah latihan
dan lihat respon pasien saat latihan
- Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana
ambulasi sesuai dengan kebutuhan
- Bantu klien untuk menggunakan tongkat dan cegah
terhadap cedera
- Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan tentang teknik
ambulasi
- Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
- Latih pasien dalam pememnuhan kebutuhan ADLs
secara mandiri sesuai kemampuan
- Dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi dan bantu
penuhi kebutuhan ADLs ps.
- Berikan alat bantu jika klien memerlukan
- Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan
berikan bantuan jika diperlukan
2. Intervensi risiko jatuh berhubungan dengan hambatan
mobilitas
- Identifikasi kekurangan kognitif maupun fisik pasien.
- Bantu ambulasi.
- Sediakan alat bantu.
- Letakkan benda pada jangkauan yang mudah.
-Ajarkan keluarga mengenai faktor risiko jatuh.
D. IMPLEMENTASI
E. EVALUASI
1. Evaluasi hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan
kerusakan tendon Achilles :
S: Pasien mengatakan mulai nyaman beraktivitas
O: Pasien terlihat mulai bisa beraktivitas tanpa bantuan
perawat
A: Masalah teratasi sebagian
P: Tindakan dilanjutkan
2. Evaluasi risiko jatuh berhubungan dengan hambatan
mobilitas:
S: Pasien mengatakan tidak ada lagi jatuh di kasur
O: Pasien terlihat aman aja
A: Masalah teratasi
P: Tindakan dihentikan
DAFTAR PUSTAKA