Perusahaan Dan Pengusaha Sukses NTB Dan Indonesia

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 7

J.

CO DONUT & COFFEE


Mencicipi berbagai produk gerai kuliner menjadi salah satu kegiatan seru ketika
mengunjungi pusat perbelanjaan modern. Menyebut gerai kuliner di pusat perbelanjaan
kuliner tentu rasanya tak lengkap jika tak menyebutkan gerai donat. Donat adalah salah satu
kudapan yang sangat populer di Indonesia. Kudapan yang berasal dari Amerika ini mulai
populer di Indonesia pada tahun 1968.

Di tahun 1968, gerai penjual donat bernama American Donut menjadi pelopor
penjualan donat dengan mesin otomatis. Hal ini juga menjadi salah satu pelopor munculnya
berbagai gerai donat modern di Indonesia. Dari sekian banyak gerai donat modern, kita tentu
sangat familiar dengan J.Co Donut & Coffee.

Sejarah Berdirinya J.Co Donut & Coffee


J.Co Donut & Coffee didirikan oleh salah seorang pengusaha salon asli Indonesia
bernama Johnny Andrean. Ide untuk mendirikan J.Co Donut & Coffee berawal dari kebiasaan
Johnny yang sering melakukan perjalanan bisnis ke Amerika Serikat. Kala itu Johnny gemar
mencicipi berbagai donat khas Amerika. Dari kegemarannya tersebut, Johnny mulai
terinspirasi untuk memulai bisnis donat khas Amerika.

Dari ide bisnis donat tersebut, awalnya Johnny berniat untuk menjalin kerjasama
dengan waralaba donat asli Amerika. Namun ternyata harapan tersebut tak jadi diwujudkan
karena adanya keterbatasan seputar varian produk dan proses pemantauan kualitas. Akhirnya
Johnny Andrean memutuskan untuk memulai bisnis donatnya secara independen.

Konsep J.Co Donut & Coffee


Proses pengembangan ide dan inovasi J.Co Donut & Coffee berlangsung dalam
waktu yang lama, kurang lebih sekitar 3 tahun sebelum gerai pertamanya dibuka. Dalam
kurun waktu 3 tahun tersebut, Johnny berusaha melakukan riset, survey pasar dan sampling
mengenai produk donat seperti apa yang diinginkan oleh masyarakat Indonesia. Produk-
produk yang ditawarkan meliputi donat, kopi, cokelat, serta produk terbarunya, yogurt. Setiap
donat diberi nama kreatif sesuai dengan topping  dan rasa. Ini menciptakan sebuah keunikan
dan mudah mengingat nama.
J.Co Donut & Coffee menggunakan logo berbentuk burung merak dengan warna coklat dan
orange yang dominan sebagai simbol dari keindahan, kelembutan, keabadian dan segala
maksud-maksud baik demi pencapaian tujuan bisnis yang bisa berkembang di masa depan.
Kala mengumpulkan riset mengenai gerai donat modern, Johnny juga menemukan fakta
bahwa belum ada 1 pun gerai donat di Indonesia yang memiliki konsep open kitchen. Hal ini
membuat Johnny ingin mengusung konsep open kitchen agar para pelanggan dapat
menyaksikan langsung proses pembuatan donat yang higienis, menggunakan bahan-bahan
berkualitas dan mengagumkan.

Seluruh mesin-mesin pembuat donat diimpor dari mancanegara, dan begitu pula
dengan lebih dari 50% bahan baku donat. Johnny memilih untuk mengimpor bahan baku
tersebut dari negara-negara penghasil komoditi terbaik demi menjaga kualitas bisnis
donatnya. Misalnya saja coklat yang diimpor langsung dari Belgia dan susu yang diimpor
dari Selandia Baru. Sementara untuk urusan bubuk kopi juga diimpor dari Costa Rica sebagai
salah satu penghasil kopi terbaik di dunia.

Gerai J.Co Pertama Kali


Setelah melalui serangkaian proses panjang untuk mematangkan konsep bisnisnya,
akhirnya pada 26 Juni 2005 gerai J.Co Donut & Coffee yang pertama resmi di buka di
kawasan Supermal Karawaci, Tangerang. Ternyata konsep bisnis gerai donat modern ini
mampu menarik perhatian dan minat masyarakat. Outlet J.Co Donut & Coffee selalu dipadati
oleh pengunjung yang penasaran atau ketagihan mencicipi kelezatan donat kelas premium.

Keberhasilan J.Co Donut & Coffee kemudian mengiringi pembukaan gerai-gerai J.Co
Donut & Coffee di daerah lainnya. Dalam waktu 1 tahun saja, J.Co Donut & Coffee sudah
berhasil membuka 16 gerai dengan jumlah karyawan gerai mencapai 450 orang. Beberapa
kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Makasar dan Pekanbaru sudah
berkesempatan mencicipi kelezatan donat ala J.Co Donut & Coffee yang begitu melegenda.

Pada tahun 2007, J.Co Donut & Coffee bahkan sudah mengupayakan go internasional
dengan beberapa negara tujuan seperti Singapura, Australia dan Hongkong. Kini kesuksesan
J.Co Donut & Coffee sebagai salah satu perusahaan kuliner asli Indonesia sudah banyak
menginspirasi munculnya beragam gerai donat modern lainnya.
Meskipun membutuhkan waktu yang tak sebentar untuk merintis J.Co Donut &
Coffee, namun riset dan pembelajaran yang mendalam dapat dipahami sebagai salah satu
kunci kesuksesan suatu bisnis.

Tabel 1.2 Data Penjualan Donuts Kemasan Paket J.CO Donuts & Coffeee
Januari-Juli 2016
Bulan Penjualan (lusin)
Januari 1420
Februari 1596
Maret 1683
April 1754
Mei 1552
Juni 1512
Juli 1697
Total 11.214
Rata-rata 1602
TENUN LOMBOK ANTARKAN FIRDAUS ABDULLOH JADI WIRAUSAHA MUDA
SUKSES
Dalam beberapa tahun terakhir, popularitas tenun merangkak naik sebagai alternatif dalam
bergaya dengan kerajinan kriya Nusantara. Jenis wastra (kain tradisional) ini banyak dimanfaatkan
serupa batik menjadi pakaian, tas, atau sebatas kain hias. Tenun NTB merupakan salah satu wastra
yang belakangan makin digemari masyarakat Indonesia. Tenun NTB umumnya didominasi warna
alam seperti cokelat, biru tua, merah hati, dan warna sejenis lainnya. NTB, khususnya Pulau Lombok,
yang menjadi salah satu destinasi wisata unggulan Indonesia ikut mengangkat pamor tenun ini.

Bahkan, sejak penetapan tenun sebagai bagian dari komoditas unggulan NTB pada 2010,
menurut data Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), penjualannya menembus hampir Rp1 triliun hingga
2017 lalu. Adapun pangsa ekspornya telah merambah negara-negara Timur Tengah dan Eropa.

BERAWAL DARI KOMPETISI


Namun, berbeda dengan kebanyakan wirausaha muda tenun lainnya yang bermain di pasar
jual beli sandang umum, Muhammad Firdaus Abdulloh memilih untuk mencari ceruk yang lebih
potensial, yakni menggabungkan kecantikan tenun dengan tren kekinian.

Bisnis Firdaus termasuk rintisan usaha mahasiswa. Bersama dengan tiga rekannya semasa
kuliah, Firdaus memberanikan diri memulai bisnis sepatu sneakers dengan paduan motif tenun di
atasnya. Mereka kemudian mencantumkan merek Selo, yang merupakan akronim Sepatu Etnik
Original, dengan tujuan menjadikannya “terkemuka” di pasar modern.

Popularitas sneakers, menurut Firdaus, terus bertahan sejak lama, dan selalu menjadi pilihan
alas kaki favorit bagi muda-mudi. Pemuda asli Mataram ini ingin menjadikan fenomena tersebut
sebagai kunci dalam mendirikan bisnis, sekaligus menjalankan misi pelestarian tenun di tengah
persaingan sosial budaya yang kompetitif di era globalisasi saat ini.

Firdaus dan ketiga rekan kuliahnya di Universitas Mataram memulai kiprah Selo dalam
lomba desain sepatu tingkat nasional, yang diadakan oleh Universitas Diponegoro pada 2016
lalu.Mereka berhasil memenangi kompetisi tersebut dengan mengusung desain sneakers yang berpadu
dengan penggunaan tenun Pringgasela, asal Lombok Timur. Dari situlah, Firdaus dan kawan-
kawannya menemukan rasa percaya diri untuk melanjutkan ke jenjang bisnis yang lebih serius.
“Setelahnya, kami berniat merealisasikan ide kompetisi itu menjadi bisnis yang lebih serius.
Dukungan mentor bisnis pada lomba di Semarang itu menguatkan kami untuk meluncurkan Selo,
meskipun aslinya kami sempat terkendala banyak hal yang hampir membuat pesimis,”
cerita pengusaha muda ini.

Menggabungkan hadiah uang kompetisi dan patungan dana pribadi, terkumpullah modal awal
senilai Rp9 juta untuk memulai merek Selo pada akhir 2016. Di awal, mereka menggandeng produsen
sepatu di Jawa Timur, sebab sulit mencari rekanan yang berpengalaman memproduksi sneakers di
Lombok. Setelah mereka melakukan survei,ternyata sepatu sneakers semacam ini (dengan motif
tenun) belum banyak di pasaran. Dan mereka yakin bahwa bisnis ini potensial,

PRODUKSI HANDMADE
Untuk memasukkan unsur kearifan lokal di sepatu, Firdaus dan timnya terlebih dahulu
melakukan survei ke beberapa sentra kerajinan tenun di Lombok, untuk mendapatkan material kain
yang cocok. Wirausaha muda itu menjamin bahwa bahan bakunya berkualitas dan memiliki harga
yang kompetitif.

Pertama kali rilis, Selo menjual produknya di berbagai kampus di Pulau Lombok dan berhasil
laku lebih dari 100 pasang sepatu pada Februari 2017, sekitar dua bulan sejak
diluncurkan.Keunggulan sneakers tenun Selo, tidak hanya terletak pada uniknya penyematan material
kain tenun, melainkan juga pada proses pembuatannya yang lebih banyak menggunakan
tangan (handmade). Selain itu, setiap modelnya selalu ditawarkan dalam stok terbatas, sehingga
terkesan lebih eksklusif.

Lebih dari itu, sneakers tenun Selo juga dijual dengan harga yang cukup terjangkau untuk
pasar anak muda, yakni mulai dari Rp200 ribu hingga Rp400 ribu per pasang sepatu.Produk-produk
Selo kini sudah dipasarkan secara nasional via situs marketplace, media sosial, dan juga berbagai
bazar produk kreatif terkemuka di seantero Indonesia.
KINERJA PERSEROAN TERBATAS (PT) BANK NTB DARI TAHUN KE TAHUN
TERUS MENUNJUKAN PERKEMBANGAN YANG SANGAT MEMBANGGAKAN.
Lima   tahun belakangan ini, progres kemajuan  Bank NTB  kian moncer. Dibawah
kepemimpinan H Komari Subakir sebagai Direktur Utama (Dirut) PT Bank NTB sukses
membawa perusahaan daerah tersebut naik kelas menjadi Bank Buku II di awal tahun 2016.

Pada saat Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS ) tahun buku 2016 hadir wakil Gubernur
NTB, H Muhammad Amin yang mewakili pemprov NTB selaku pemegang saham mayoritas atau
pemegang saham pengendali bersama bupati/wali kota se-NTB dan juga jajaran direksi dan komisaris
PT Bank NTB.

Wakil Gubenur NTB, H Muhammad Amin memberi apresiasi terhadap jajaran direksi
PT Bank NTB yang berhasil membawa  bank ini naik kelas dari bank Buku I menjadi Buku
II. Kenaikan kelas tersebut menunjukan jika PT Bank NTB terus berkembang dan
menunjukkan performa bisnis sesuai dengan jalurnya.

Direktur Utama PT Bank NTB, H Komari Subakir menyebut  aset Bank NTB pada
tahun 2016 tumbuh positif meningkat sebesar 25,17 persen dibandingkan tahun 2015. Pada
tahun 2015 aset Bank NTB sebesar Rp 6,11 triliun naik menjadi Rp 7,649 triliun d i tahun
2016.  Selanjutnya di triwulan I – 2017 meningkat sebesar 15,66 persen yaitu menjadi sebesar
Rp 8,846 triliun lebih.

Kinerja Bank NTB pada tahun 2016 begitu bagus yang dibuktikan dengan perolehan
laba/keuntungan dari usaha industri keuangan yang dihasillkan. Dimana, perolehan
laba/keuntungan Bank NTB di tahun 2016 meningkat 1,39 persen yaitu dari sebesar Rp
225,114 miliar di tahun 2015 naik menjadi Rp 228,252 miliar pada tahun 2016.

Pertumbuhan laba/keuntungan memang sedikit rendah. Hal tersebut disebabkan


pengaruh dari masih tingginya cost of fund dan belum optimalnya penggunaan modal, karena
sebagian besar setoran dilakukan pada akhir tahun.

Untuk pertumbuhan modal inti, sesuai dengan target tahun 2016 sesuai action plan
sebesar Rp 1,150 triliun telah terpenuhi 106,86 persen atau sebesar Rp 1,229 triliun lebih.
Lalu pada akhir triwulan I tahun 2017 tercatat sebesar Rp 1,282 triliun lebih. Dengan
demikian posisi Bank NTB berada di Bank Buku II, dengan memiliki modal inti minimal Rp
1 triliun dalam posisi aman. Terpenuhinya target modal inti adalah wujud dari dukungan para
pemegang saham dalam upaya untuk meningkatkan bisnis Bank NTB, sehingga mampu
berperan dalam mendukung pertumbuhan perekonomian daerah.

Lebih lanjut Komari menyebut untuk DPK mengalami peningkatan sebesar 14,26
persen, dari sebesar Rp 4,561 triliun pada tahun 2015 naik menjadi Rp 5,211 triliun.
Selanjutnya di triwulan I-2017 DPK naik menjadi Rp 7,263 triliun.
Kebijakan dalam pengelolaan simpanan dana nasabah adalah meningkatkan daya saing
dengan tetap berorientasi pada penghimpunan dana murah yaitu, dana retail dan
meningkatkan penghimpunan dana diluar dana pemerintah daerah dengan tetap
mempertahankan dana -dana pemda.

Untuk program kredit, ,terus mengalami peningkatan setiap tahunnya baik kredit
konsumtif maupun kredit produktif di sektor retail dan UMKM. Jika dibandingkan
penyaluran kredit periode yang sama tahun sebelumnya, mengalami peningkatan 10,62
persen, dari sebesar Rp 4,600 triliun di tahun 2015 naik menjadi Rp 5,089 triliun pada akhir
tahun 2016.  Sejalan dengan program pemerintah daerah, Bank NTB juga tetap meningkatkan
peran serta dalam pembangunan daerah khususnya peningkatan perekonomian daerah melalui
penyaluran kredit di sektor -sektor produktif dengan tetap mengendepankan prinsip kehati-
hatian dalam penyaluran kredit.   Penyaluran kredit dan pembiayaan tahun 2016 yang
mencapai Rp 5,089 triliun lebih dengan komposisi kredit produktif sebesar Rp 791, 904
miliar atau 15,56 persen dan kredit konsumtif sebsar Rp 4,297 triliun  atau 84,44 persen.

Untuk memperbesar alokasi penyaluraan kredit produktif, Bank NTB juga menjadi
penyalur kredit program pemerintah yakni Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan juga KPR -FLPP
untuk perumahan bagi masyarakat berpengehasilan rendah kerjasama dengan Kementerian
PU PR dengan mengenakan bunga kepada nasabah sebesar 5 persen.

Anda mungkin juga menyukai