Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Problematika atau problematik adalah hal atau permasalahan yang masih
belum dapat dipecahkan. (KBBI, 2015). Problematika dapat diartikan sebagai
persoalan-persoalan sulit yang dihadapi dalam proses pemberdayaan, baik
yang datang dari faktor dalam ataupun faktor luar.

Bahan ajar adalah salah satu komponen terpenting dalam pembelajaran. Bahan
ajar yang disampaikan oleh guru hendaknya memiliki tujuan yang sesuai.
Agar bahan ajar yang disampaikan oleh guru dapat terlaksana dengan baik,
hendaknya bahan ajar disesuaikan dengan lingkungan setempat, karena guru
memiliki keleluasaan untuk mengembangkan bahan ajar sesuai dengan
keadaan lingkungan mengajar sejauh tidak menyimpang dari tujuan yang ada.
Bahan ajar merupakan sebuah persoalan pokok yang tidak bisa
dikesampingkan Dalam satu kesatuan pembahasan yang utuh tentang cara
pembuatan bahan ajar.  Dapat kita pahami bahwa bahan ajar merupakan segala
bahan (baik informasi, alat maupun teks) yang disusun secara sistematis yang
menampilkan sosok utuh dari komptensi yang akan dikuasai oleh peserta didik
yang digunakan dalam proses pembelajaran. Misalnya, buku pelajaran, modul,
bahan ajar audio, bahan ajar interaktif dan bahan ajar sebagainya.

Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, terdapat beberapa problematika yang


masih belum dapat dipecahkan permasalahannya, misalnya problematika
kurikulum, problematika potensi guru, problematika media, problematika
bahan ajar dan sebagainya. Dalam hal ini guru diharuskan untuk dapat
mengetahui kemampuan yang dimiliki oleh siswa dalam menerima materi
yang disampaikan melalui bahan ajar, tetapi problem yang dapat terjadi adalah
sulitnya mendapatkan bahan ajar yang sesuai dan kurang aktif dan kreatifnya
guru dalam menggunakan dan memanfaatkan bahan ajar. Hal tersebut
merupakan problematika bagi penggunaan bahan ajar dalam pembelajaran
2

yang akan dilaksanakan oleh guru dan diberikan kepada siswa. Problematika
tersebut belum dapat dipecahkan secara utuh sehingga yang menimbulkan
permasalahan untuk calon pendidik.

Problematika bahan ajar bahasa Indonesia sudah banyak dialami oleh pendidik
ataupun calon pendidik yang telah melakukan praktik mengajar di sekolah-
sekolah. Salah satu problematika yang ada dalam penelitian oleh Gunawan
(2016) yang berjudul “Tanggapan Guru Bahasa Indonesia terhadap Problem
Pembelajaran Sastra dan Upaya Mengatasinya di Kabupaten Sukoharjo”.
Dalam penelitiannya terdapat salah satu problem dalam mengajar bahasa
Indonesia, terutama mengajar sastra yaitu kurangnya buku-buku materi untuk
menunjang pembelajaran sastra. Peneliti mengungkapkan bahwa
permasalahan seperti ini merupakan tanggungjawab dari pihak dinas
pendidikan maupun pihak sekolah. Pihak dinas maupun pihak sekolah
harusnya lebih peka terhadap permasalahan ini. Buku-buku yang disediakan
harusnya buku yang mampu menunjang pembelajaran, bukan hanya sebagai
bahan bacaan saja. Boleh saja jika buku-buku yang ada sebagai bahan bacaan,
namun alangkah lebih baik jika buku-buku yang ada juga digunakan sebagai
penunjang pembelajaran. Solusi yang ditawarkan oleh peneliti berdasarkan
tanggapan guru bahasa Indonesia adalah sebaiknya guru lebih aktif dan kreatif
mencari materi atau bahan ajar yang lain, dan menambah buku-buku sastra,
dan guru mengarahkan peserta didik dan menambahkan sendiri unsur-unsur
yang menunjang materi atau pembelajaran sastra.

Selain problematika yang sudah dilakukan salah satu peneliti tersebut,


kelompok juga akan menyikapi beberapa problematika bahan ajar dalam
pembelajarn bahasa Indonesia yang tentu dalam menyiapkan bahan ajar,
terdapat permasalahan dan solusi untuk meenyelesaikannya. Oleh kareana itu,
dalam makalah ini penulis membahas mengenai Problematika Bahan Ajar
Bahasa Indonesia di SMP dan SMA serta Solusinya.
3

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan, terdapat rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan problematika bahan ajar?
2. Apa saja yang contoh problematika bahan ajar SMP serta penyebab dan
solusinya?
3. Apa saja yang contoh problematika bahan ajar SMA serta penyebab dan
solusinya?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan pengertian problematika bahan ajar.
2. Menseskripsikan contoh problematika bahan ajar SMP serta penyebab dan
solusinya.
3. Mendeskripsikan contoh problematika bahan ajar SMA serta penyebab
dan solusinya.
4

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Problematika
Istilah problema/problematika berasal dari bahasa Inggris yaitu "problematic"
yang artinya persoalan atau masalah. Sedangkan dalam kamus bahasa
Indonesia, problema berarti hal yang belum dapat dipecahkan; yang
menimbulkan permasalahan.

Adapun masalah itu sendiri “adalah suatu kendala atau persoalan yang harus
dipecahkan atau dengan kata lain masalah merupakan kesenjangan antara
kenyataan dengan suatu yang diharapkan dengan baik, agar tercapai hasil yang
maksimal”. Syukir mengemukakan problematika adalah suatu kesenjangan
yang mana antara harapan dan kenyataan yang diharapkan dapat
menyelesaikan atau dapat diperlukan. Menurut penulis problematika adalah
berbagai persoalan-persoalan sulit yang dihadapi dalam proses pemberdayaan,
baik yang datang dari faktor dalam ataupun faktor luar.

2.2 Bahan Ajar


2.2.1 Pengertian Bahan Ajar
Depdiknas menyatakan bahwa bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks
yang diperlukan guru atau instruktur untuk perencanaan dan penelaahan
implementasi pembelajaran. Selain itu, Bahan ajar adalah sebuah persoalan
pokok yang tidak bisa dikesimpangkan dalam satu kesatuan pembahasan yang
utuh tentang cara pembuatan bahan ajar. 

Menurut para ahli pengertian bahan ajar adalah sebagai berikut :

a. Menurut National Center For Competency Based Training (2007), bahan


ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru
atau instuktur dalam melaksanakan proses pembelajaran dikelas.Bahan
yang dimaksud bisa berupa tertulis maupun tak tertulis.
5

b. Menurut Pails Ache dalam Diknas, bahan ajar adalah gabungan dari dua
kata “teaching material“. Maknanya terdiri atas teaching yang berati
mengajar dan material yang berarti bahan. Jadi bahan ajar merupakan
seperangkat materi pembelajaran yang disusun secara sistematis
,menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai peserta
didik dalam kegiatan pembelajaran.

c. Menurut Suharsimi Arikunto dalam Belawati dkk., memberikan pendapat


tentang pentingnya bahan ajar yakni bahan ajar merupakn inti yang ada
dalam kegiatan pembelajaran, karena memang bahan pembelajaran itulah
yang diupayakan untuk dikuasai pembelajar.

d. Menurut Darwyn Syah ,dkk sebagaimana dikutip oleh Zainuddin Arif,


bahan pembelajaran merupakan salah satu sumber belajar yang berisikan
pesan dalam bentuk-bentuk, konsep, prinsip, definisi, kontes, data, fakta,
proses, nilai, dan keterampilan.

e. Menurut Chomsin S. Widodo dan Jasmadi, bahan ajar adalah seperangkat


sarana yang berisikan materi pembelajaran, metode, batasan-batasan, dan
cara mengevaluasi yang didesain secara sistematis dan menarik dalam
rangka mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu mencapai kompetensi dan
subkompetensi dengan segala kompleksitasnya.

Dari beberapa pandangan mengenai pengertian bahan ajar tersebut dapat kita
pahami bahwa bahan ajar merupakan segala bahan (baik informasi,alat maupu
teks) yang disusun secar sistematis yang menampilkan sosok utuh dari
komptensi yang akan dikuasai oleh peserta didik yang digunakan dalam proses
pembelajar dengan tujuan perencanaan dan penelaan implementasi
pembelajaran. Misalnya ,buku pelajaran, modul, bahan ajar audio, bahan ajar
interaktif dan bahan ajar sebagainya.
6

Menurut Hamdani (2011), ruang lingkup bahan ajar meliputi:

a. Judul, mata pelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator dan


tempat.
b. Petunjuk belajar (Petunjuk siswa/guru). Alur atau langkah yang harus
dilakukan untuk mempermudah pembelajaran.
c. Kompetensi yang akan dicapai. Nilai atau konsep dasar yang harus
dikuasai oleh siswa dalam setiap materi pembelajaran. Hal ini terkait
dengan materi selanjutnya karena semua ini berkesinambungan.
d. Content atau isi materi pembelajaran. Inti dari pembelajaran tersebut yang
harus dipelajari sesuai dengan kompetensi dasar yang telah dimiliki.
e. Informasi pendukung Info atau sumber berita yang lain yang mendukung
terhadap materi pembelajaran.
f. Latihan-latihan, yang terdapat pada akhir subbab, akhir bab, akhir
semester 1 dan semester 2.
g. Petunjuk kerja, dapat berupa Lembar Kerja (LK)
h. Evaluasi
i. Respon atau balikan terhadap hasil evaluasi

2.2.2 Jenis Bahan Ajar


Dari berbagai pendapat di atas dapat disarikan bahwa bahan ajar adalah
seperangkat mater yang disusun secara sistematis sehingga tercipta
lingkungan/suasana yang memungkinkan siswa belajar dengan baik. Dengan
demikian, bentuk bahan ajar paling tidak dapat dikelompokkan menjadi Tiga
yaitu:
1) Bahan ajar cetak
a. Handout, adalah bahan tertulis yang disiapkan oleh masing-masing
guru untuk memperkaya pengetahuan peserta didik. Handout biasanya
dambil dari beberapa literature yang memiliki relevansi dengan materi
yang diajarkan.
b. Buku, adalah bahan tertulis yang menyajikan ilmu pengetahuan.
7

c. Modul, adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta
didik dapat belajar secara mandiri tanapa atau dengan bimbingan guru,
sehingga paling tidak modul berisi komponen dasar bahan ajar.
d. Lembar kerja siswa, adalah lembaran yang berisikan tugas yang harus
dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan biasanya berupa
petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas.
e. Foto/gambar, memiliki makna yang lebih baik dibandingkan dengan
tulisan, Foto/gambar sebagai bahan ajar tentu saja di perlukan satu
rancangan yang baik agar setelah selesai melihat sebuah atau
serangkaian foto/gambar siswa dapat melakukan sesuatu yang pada
akhirnya satu atau lebih kompetensi dasar.

2) Bahan ajar dengar (audio)


a. Kaset, sebuah kaset yang di rencanakan sedemikian rupa sehingga
menjadi sebuah program yang dapat di pergunakan sebagai bahan ajar.
Media kaset dapat menyimpan suaranyang dapat secara berulang-ulang
diperdengaran kepada peserta didik yang menggunakannya sebagai
bahan ajar. Bahan ajar kaset biasanya di pergunakan untuk
pemebelajaran bahasa atau pembelajaran musik.

b. Radio broadcasting, adalah media dengar yang dapat dimanfaatkan


sebagai bahan ajar, dengan radio peserta didik bisa belajar sesuatu.
Radio juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar. Program radio
dapat di rancang sebagai bahan ajar, misalnya pada jam tertentu guru
merencanakan sebuah program pembelajaran melalui radio dengan
mendengarkan berita siaran langsung suatu kejadian/fakta yang sedang
berlangsung.

3) Bahan ajar pandang


Video/film, program video telah dibuat dalam racangan lengkap, sehingga
setiap akhir dari dari penayangan video siswa dapat menguasai satu atau
8

lebih kompetensi dasar. Dengan video/film seseorang dapat belajar dengan


sendiri.

2.2.3 Karakteristik Bahan Ajar


Pembelajaran mempunyai karakteristik yang sangat berbeda. Hal ini
disebabkan karena karakteristik  siswa  berbeda.  Secara  institusional  tujuan 
pembelajaran lebih kearah pengembangan potensi dasar para siswa, karena
potensi dasar ini sangat diperlukan untuk belajar dan pembelajaran pada 
tingkat  pendidikan  selanjutnya. Apabila  belajar  dan  pembelajarannya tidak
dilaksanakan  sebagaimana  mestinya,  sehingga  potensi  dasar  tidak 
berkembang dikhawatirkan menjadi penghambat bagi perkembangan    siswa
selanjutnya, khususnya  dalam  mengikuti  program-program  belajar dan 
pembelajaran. Berdasarkan alasan-alasan di atas, maka bahan ajar hendaknya
memiliki  karakteristik sebagaimana bahan ajar pada umumnya.

Menurut Anonim (2009), bahan ajar harus memiliki beberapa karakteristik


sebagai berikut:
1) Bahan ajar harus relevan dengan tujuan pembelajaran
2) Bahan ajar harus sesuai dengan taraf perkembangan anak
3) Bahan yang baik ialah bahan yang berguna bagi siswa baik sebagai
perkembangan pengetahuannya dan keperluan bagi tugas kelak di
lapangan
4) Bahan itu harus menarik dan merangsang aktivitas siswa
5) Bahan itu harus disusun secara sistematis, bertahap, dan berjenjang
6) Bahan yang disampaikan kepada siswa harus menyeluruh, lengkap dan
utuh.

2.2.4 Fungsi Bahan Ajar


Dalam proses belajar mengajar guru menyajikan materi kepada peserta
pendidikan. Pembuatan bahan ajar yang menarik dan inovatif adalah hal yang
sangat penting dan merupakan tuntunan bagi setiap pendidik. Bahan ajar
mempunyai kontribusi yang besar bagi keberhasilan proses pembelajaran yang
kita laksanakan. Disini peran guru sebagai fasilisator lebih penting dari pada
9

sebagai nara sumber, karena peran guru sebagai fasilisator dapat membantu
dan mengarahkan proses belajar mengajar (PBM).

Dalam pembuatan bahan ajar ,maka ada dua klasifikasi utama fungsi bahan
ajar sebagaimana diuraikan sebagai berikut:

a. Fungsi bahan ajar menurut pihak yang memanfaatkan bahan ajar


Fungsi bahan ajar ini dapat dibedakan menjadi 2 macam:
1) Fungsi bahan ajar bagi pendidik, diantranya:
 Menghemat waktu pendidikan dalam mengajar.
 Mengubah peran pendidik dari seorang pengajar menjadi seorang
fasilisator.
 Meningkatkan proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan
interaktif.
 Sebagai pedoman bagi pendidik yang akan mengarahkan semua
aktifitas dalam proses pembelajaran dan merupakan kompetensi
yang semestinya diajarkan kepada peserta didik.
 Sebagai alat evaluasi pencapaian atau penguasaan hasil
pembelajaran.

2) Fungsi bahan ajar bagi peserta didik antara lain:


 Peserta didik dapat belajar tanpa harus ada pendidikan atau teman
peserta didik yang alin.
 Peserta didik dapat belajar kapan saja dan dimana saja ia
kehendaki.
 Peserta didik dapat belajar belajar sesuai kecepatannya masing
masing.
 Peserta didik dapat belajar menurut urutan yang dipilihnya sendiri.
 Membantu peserta didik untuk menjadi pelajar yang mandiri.
 Sebagai pedoman bagi peserta didik yang akan mengarahkan
semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran dan subtansi
kompetensi yang seharusnya dipelajari dan dikuasainya.
10

b. Fungsi bahan ajar menurut strategi pembelaran yang digunakan


Fungsi bahan ajar ini dapat dibedakan menjadi 3 macam ,yaitu:

1) Fungsi bahan ajar dalam pembelajaran klasikal, antara lain:


 Sebagai satu-satunya sumber informasi serta pengawasa dan
penggalian prose pembelajaran.
 Sebagai bahan pendukung proses pembelajaran yang
diselenggarakan.

2) Fungsi bahan ajar dalam pembelajaran individual, antara lain:


 Sebagai media utama dalam prose pembelajaran.
 Sebagai alat yang digunakan untuk menyusun dan mengaawasi
proses peserta didik dalam memperoleh informasi.
 Sebagai penunjang media pembelajran indivudual lainnya.

3) Fungsi bahan ajar dalam pembelajar kelompok, antara lain:


 Sebagai bahan yang terintegrasi dengan proses belajar
kelompok,dengan cara memberi informasi tentang latar belakang
materi,informasi tentang peran orang–orang yang terlibat dalam
belajar kelompok.
 Sebagi bahan pendukung bahan belajar utama dan apabila
dirancang sedemikian rupa ,maka dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa.

2.3 Problematika Bahan Ajar Pembelajaran Bahasa Indonesia SMP


1. Kurangnya buku-buku materi dan bahan ajar untuk pembelajaran Bahasa
Indoensia
Permasalahan seperti ini merupakan tanggung jawab dari pihak dinas
pendidikan maupun pihak sekolah. Pihak dinas maupun pihak sekolah
harusnya lebih peka terhadap permasalahan ini. Buku-buku yang
disediakan harusnya buku yang mampu menunjang pembelajaran, bukan
hanya sebagai bahan bacaan saja. Boleh saja jika buku-buku yang ada
11

sebagai bahan bacaan, namun alangkah lebih baik jika buku-buku yang
ada juga digunakan sebagai penunjang pembelajaran. 

Penyebab kurangnya buku-buku dan bahan ajar yang disediakan untuk


siswa dapat disebabkan oleh beberapa faktor: (1) kurang aktif dan
kreatifnya guru dalam mencari buku-buku atau membuat bahan ajar lain
seperti modul atau lembar kerja siswa yang dapat menambah wawasan
siswa, (2) tidak terjangkaunya buku-buku dan bahan ajar lain seperti SMP
yang berada di dalam pelosok pedesaan yang jauh dari kota, jaringan
internet, ataupun keterjangkauan teknologi.

Solusi yang dapat dilakukan:


1) Guru lebih aktif dan kreatif mencari materi atau bahan ajar yang lain,
dan menambah buku-buku bahasa dan sastra, serta guru mengarahkan
peserta didik dan menambahkan sendiri unsur-unsur yang menunjang
materi atau pembelajaran sastra.
2) Pemerintah setempat dapat memerhatikan lembaga pendidikan yang
keterjangkauan buku-buku dan bahan ajar lainnya dan sulit didapat
oleh guru.

Berdasarkan pengalaman pelatihan mengajar selama PPL di SMPN Satu


Atap 1 Bulok, Tanggamus juga memiliki problematika yang berhubungan
dengan bahan ajar. Pada dasarnya memang pemerintah telah menyediakan
buku teks sebagai bahan ajar guru yang sesuai dengan kurikulum yang
telah disediakan. Akan tetapi, untuk menyampaikan materi guru sebaiknya
tidak hanya mengandalkan buku teks saja. Banyak sekali bahan ajar lain
yang dapat digunakan sesuai dengan kurikulum dan kompetensi yang
ingin dicapai. Guru harus mandiri dan kreatif. Guru dapat memanfaatkan
bahan ajar dari berbagai sumber (surat kabar, majalah, radio, televisi,
internet, dsb.). Bahan ajar dikaitkan dengan isu-isu lokal, regional,
nasional, dan global agar peserta didik nantinya mempunyai wawasan
12

yang luas dalam memahami dan menanggapi berbagai macam situasi


kehidupan.
Untuk pembelajaran menyimak misalnya, bahan simakan dapat diambil
dari internet berupa video yang diputar pada layar monitor proyektor di
dalam kelas.

2. Sulitnya siswa memahami penggunaan bahasa/kosakata pada buku teks


yang digunakan guru sebagai bahan ajar

Berdasarkan pengalaman mengajar di SMP selama PPL, calon guru


mendapatkan kesempatan mengajar kelas 7. Problematika bahan ajar yang
diperoleh calon guru adalah sulitnya siswa memahami bahasa/kosakata
yang digunakan dalam buku teks sebagai materi atau bahan ajar untuk
dibaca siswa. Hal ini disebabkan oleh kurangnya wawasan kosakata siswa
yang barusan beranjak dari SD. Misalnya kata ‘paragraf’ yang dipahami
siswa sejak SD adalah kata ‘alenia’.

Solusi yang dapat dilakukan pada problematika tersebut adalah sebaiknya


guru tetap mengajar siswa menggunakan buku teks yang terdapat kosakata
yang dianggap asing oleh siswa. Sudah tentu guru harus sabar menjelaskan
makna dan arti dari setiap kosakata yang dianggap asing tersebut. Hal ini
dilakukan agar menambah wawasan kosakata siswa. Dengan demikian,
saat siswa melanjutkan pendidikan lebih tinggi (SMA) tidak bergantung
dengan kebiasaannya dengan kosakata/penggunaan bahasa yang hanya itu-
itu saja. Selain itu, upaya yang dapat dilakukan adalah dengan kemauan
siswa sendirilah untuk memahami kosakata/penggunaan bahasa yang
belum dapat dijelaskan secara tuntas oleh guru.

3. Kurang efektifnya waktu dengan penggunaan bahan ajar


Bahan ajar yang memakan waktu lama biasanya bahan ajar yang berupa
video/film atau rekaman. Ketika guru memilih salah satu bahan ajar
tersebut, selalu saja berhubungan dengan kurangnya waktu yang tersedia
13

untuk menyelesaikan pembelajaran. Berdasarkan pengalaman, hal ini


disebabkan oleh antusias siswa SMP yang biasanya sangat senang ketika
guru memutarkan sebuah video/film atau rekaman di dalam kelas sehingga
suasana kelas kurang kondusif dan memakan waktu lama yang berulang-
ulang untuk menjalaskan dan membuat siswa paham akan tugas dan
materi/pelajaran yang disampaikan lewat film/video atau rekaman yang
diputar.

Solusi yang dapat dilakukan pada problematika penggunaan bahan ajar


tersebut misalnya guru harus sepintar mungkin untuk memilih bahan ajar
yang tepat dan tidak memakan waktu yang lama serta mengajak siswa
menyimak dengan kondusif sehingga tidak memakan waktu lama dalam
pembelajaran.

2.4 Problematika Bahan Ajar Pembelajaran Bahasa Indonesia SMA


1. Terdapat penugasan yang tidak sesuai dengan subjudul bab dan malah
mempunyai penugasan ganda dalam satu bab
Buku teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas XI
penerbit Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada halaman 36
materi teks cerpen. Terdapat subjudul bab Memahami Karakter Cerpen
“Sulaiman Pergi ke Tanjung Cina” dengan penugasan yang berbunyi
Buatlah struktur teks cerita pendek “Sulaiman Pergi ke Tanjung Cina” di
atas ke dalam kolom yang tersedia, padahal penugasan struktur teks
cerpen sudah terdapat di halaman 13 subjudul bab Membedah Struktur
Teks Cerpen “Juru Masak”. Dalam hal ini, terdapat penugasan yang tidak
sesuai dengan subjudul bab dan malah mempunyai dua penugasan yang
sama untuk peserta didik. Untuk menyikapi hal ini, seorang guru haruslah
cermat memilih materi dan penugasan yang serasi agar peserta didik
memahami materi dengan baik.
14

2. Terdapat materi kaidah kebahasaan yang tidak lengkap


Buku teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas XI
penerbit Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada halaman 20
materi teks cerita pendek. Terdapat penugasan yang meminta peserta didik
untuk menemukan kalimat yang menggunakan gaya bahasa dan
menentukan nama gaya bahasa tersebut. Dalam materi Memahami kaidah
Kebahasaan Teks Cerpen tidak terdapat materi yang menguraikan definisi
dari jenis-jenis gaya bahasa dan contohnya, tetapi terdapat kalimat yang
meminta peserta didik untuk mencari dari sumber lain. Dalam hal ini, guru
bersama siswa bisa meminjam buku di perpustakaan atau mencari sumber
lain di internet, namun untuk sekolah yang berada di pedalaman akan sulit
menggunakan internet sebagai sumber informasi.

3. Terdapat penugasan yang tidak sesuai dengan kognitif peserta didik


Buku teks Bahasa Indonesia Kelas XI Edisi Revisi 2107 penerbit
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada halaman 210 materi teks
laporan hasil observasi. Terdapat subjudul bab Mengonstruksi Teks LHO
dengan penugasan Melengkapi Gagasan Pokok dan Gagasan Penjelas.
Seharusnya siswa sekolah menengah atas tidak mempelajari materi itu lagi
karena sudah dipelajari siswa di bangku sekolah menengah pertama.
Dalam hal ini, guru harus lebih cermat memilih materi dan penugasan
yang sesuai dengan tingkat kognitif peserta didik.
15
16

BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, guru di hadapkan dengan banyak
problematika, salah satunya adalah problematika bahan ajar. Solusi yang
dapat dilakukan untuk menyelesaikan problematika penggunaan bahan ajar
tersebut misalnya guru harus sepintar mungkin untuk memilih bahan ajar
yang tepat dan tidak memakan waktu yang lama serta mengajak siswa
menyimak dengan kondusif sehingga tidak memakan waktu lama dalam
pembelajaran. Selain itu, guru dapat lebih aktif dan kreatif dalam
penggunaan bahan ajar yang sesuai dengan kurikulum dan dapat
menunjang pembelajaran dengan sangat baik, bahkan guru sendiri boleh
membuat sendiri bahan ajar tersebut, seperti modul berisi materi
pembelajaran yang menyesuaikan kemampuan pemahaman siswa dan
dapat membantu siswa memahami materi yang belum dapat dipahami pada
bahan ajar buku teks yang telah disediakan.

3.2 Saran
Bagi mahasiswa yang sedang berkonsentrasi dalam bidang pendidikaan
diharapkan dapat memahami, menyiapkan, dan mempraktikan proses
pembelajaran dan juga penggunaan bahan ajar yang sesuai. Hal itu
bertujuan untuk menjadi guru yang baik bukan hanya sekedar mampu
berteori, tetapi juga mampu mempraktikan dengan baik tentunya dengan
bahan ajar yang sesuai. Mahasiswa calon pendidik harus bersikap bijak
dalam menghadapi problematika yang ada.
17

DAFTAR PUSTAKA

Gunawan, Lukhy Rudy. 2016. Skripsi: Tanggapan Guru Bahasa Indonesia


terhadap Problem Pembelajaran Sastra dan Upaya Mengatasinya di SMP
Kabupaten Sukoharjo. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
(diakses online pada 3 Oktober 2018).

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Bahasa Indonesia Ekspresi Diri


dan Akademik Kelas XI. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.

Nurhidayati. 2013. Bahan Ajar.


http://nurhidayatibj.blogspot.co.id/2013/05/bahan-ajar_8069.html
(diakses online pada 2 Oktober 2018)

Rahmi, Aida, dan Harmi Hendra.  2013. Pengembangan Bahan Ajar MI.Curup:


Lp2 STAIN Curup.

Suherli, dkk. 2017. Bahasa Indonesia Kelas X. Jakarta: Kementerian Pendidikan


dan Kebudayaan.

Anda mungkin juga menyukai