Anda di halaman 1dari 7

Batu Saluran Kemih

Batu saluran kemih adalah terbentuknya batu yang di sebabkan


pengendapan subtansi yang ada di dalam air kemih. Proses dari
pembentukan batu tersebut di sebtu urolitiasis yang dan dapat terbentuk di
daerah saluran kemih, seperti ginjal (nefrolitiasis) , ureter ( ureterolithiasis),
vesica urunaria (vasicolithiasis) dan pada uretra ( urethrolithiasis). Batu
saluran kemih ini merupakan keadaan patologis yangs ering di keluhkan
dari segi insiden, etiologi, patogenesis, maupun dari pengobatannya. .
Terjadinya pembentukan batu saluran kemih berkaitan dengan adanya
kejadian kekambuhan sebelumnya dan hal tersebut sangat penting dalam
tata laksana farmakologi dan perawatan medis pada pasien dengan batu
saluran kemih. Sekitar 50% pembentukan batu saluran kemih juga dapat
ditemukan kekambuhannya setidaknya 1 kali dalam seumur hidup. Faktor
risiko terjadinya pembentukan batu antara lain, terjadinya BSK di usia
muda, faktor keturunan, batu asam urat, batu akibat infeksi,
hiperparatiroidisme, sindrom metabolik, dan obat-obatan.(1)

Indonesia menunjukkan bahwa prevalensi penduduk Indonesia yang


menderita batu ginjal sebesar 0,6% atau 6 per 1000 penduduk.

Anatomi
Ureter merupakan saluran muskular dengan lumen yang sempit yang
membawa urin dari ginjal menju vesica urinaria. Bagian superior dari
ureter yaitu pelvis renalis dibentuk oleh 2-3 calyc major dan masing-
masing calyc major dibentuk oleh 2-3 calyc minor. Apex dari pyramidum
renalis yaitu paila renalis akan masuk menekuk ke dalam calyc minor. Pars
abdominalis dari ureter menempel peritoneum parietalis dan secara
tofografi letaknya adalah retroperitoenal. Ureter bejalan secara
inferomedial menuju anterior dari psoas major dan ujung dari processus
transversus vertebrae lumbalis dan menyilang arteri iliaca externa tepat di
luar percabangan arteri iliaca commonis. Kemudian berjalan di dinding
lateral dari pelvis untuk memasuki vesica urinaria secara oblique. Ureter
secara normal mengalami kontriksi dengan derajat yang bervariasi pada
tiga tempat, yaitu: 1). Junctura ureteropelvicum, 2). Saat ureter melwati tepi
dari aditus pelvicum, dan 3). Saat melewati dinding vesica urinaria. Area-
area yang menyempit ini merupakan lokasi yang potensial untuk terjadinya
obstruksi yang disebabkan oleh batu (kalkuli) ginjal. Anatomi Struktur
Internal dari ginjal dan Perjalanan Ureter. Pada saat kedua ureter memasuki
vesica urinaria mereka berjarak sekitar 5 cm. Dan saat vesica urinaria terisi
penuh, muara dari kedua ureter ini berjarak sama sekitar 5 cm, tetapi saat
vesica urinaria dalam keadaan kosong muara dari kedua ureter berjarak
sekitar 2,5 cm. Diameter lumen dari ureter di junctura ureteropelvicum
sekitar 2 mm, di bagian tengah sekitar 10 mm, saat menyilang 4 arteri iliaca
externa sekitar 4 mm, dan di junctura ureterovesicalis sekitar 3-4 mm.6
Gambar 2. Diameter Lumen Ureter pada Masing-Masing Lokasi
Penyempitan. Reseptor nyeri pada traktus urinarius bagian atas berperan
dalam persepsi nyeri dari kolik renalis. Reseptor ini terletak pada bagian
sub mukosa dari pelvis renalis, calyx, capsula renalis, dan ureter pars
superior. Terjadinya distensi yang akut merupakan faktor penting dalam
perkembangan nyeri kolik renalis daripada spasme, iritasi lokal, atau
hiperperistaltik ureter. Rangsangan pada peripelvis capsula renalis
menyebabkan nyeri pada regio flank, sedangkan 5 rangsangan pada pelvis
renalis dan calyx menyebabkan nyeri berupa kolik renalis. Iritasi pada
mukosa juga dapat dirasakan oleh kemoreseptor pada pelvis renalis dengan
derajat yang bervariasi, tetapi iritasi ini berperan sangat kecil dalam
terjadinya nyeri kolik renalis atau kolik ureteral. Serat-serat nyeri dari
ginjal terutama saraf-saraf simpatis preganglion mencapai medula spinalis
setinggi T11-L2 melalui nervus dorsalis. Ganglion aortorenal, celiac, dan
mesenterika inferior juga terlibat. Sinyal transmisi dari nyeri ginjal muncul
terutama melalui traktus spinothalamikus. Pada ureter bagian bawah, sinyal
nyeri juga didistribusikan melalui saraf genitofemoral dan ilioinguinal.
Nervi erigentes, yang menginervasi ureter intramural dan kandung kemih,
bertanggung jawab atas beberapa gejala kandung kemih yang sering
menyertai kalkulus ureter intramural.

Penyakit Batu saluran kemih

Nefrolithiasis

Nefrolitiasis adalah pembentukan materi keras menyerupai batu yang berasal


dari mineral dan garam di dalam ginjal. Batu pada ginjal kemungkinan du
sebabkan oleh 2 fenomena, yang pertama supersaturasi urin oleh pembetuk
batu , seperti kalsium , oksalat dan asam urat. Kalkuli yang telah terbentuk
menimbulkan gejala ketika berbenturan dengan ureter saat mengalir atau
terbawa oleh urin. Yang kedia dan yang paling umum menyebabkan batu pada
ginjal batu kalsium dan batu oksalat adalah deposisi bahan batu pada nidus
kalsium fosfat papiler ginjal. Biasanya orang yang terdapat baru pada
ginjalnya mengalami nyeri kolik yang di mana nyeri kolik yang di kenal
dengan kolik ginjal. Biasanya nyeri dapat di mulai dari punggung tengah
bagian lateral atas di atas kostovetebral menyebar ke bagian inferior dan
anterior pada bagian paha. Nyeri kolik ini di timbulkan oleh kolik ginjal
tersebut di sbabkan oleh dilatasi, peregangan, dan spasme yang di sebabkan
oleh obstruksi ureter yang peristaltiknya meningkat. Etiologi dari nefrolitiasis
biasanya dikarenakan asupan cariran yang rendah, dengan volume produksi
urin yang rendah juga yang menyebabkan konsentrasi zat terlarut pembentuk
baru yang tinggi di urin. Ada 4 jenis batu yang dapat menyebabkan baru ginjal
yaitu, batu kalsium, batu struvite ( magnesium amonium fosfat), batu asam
urat, batu sistisin. Nefrolitiasis ini juga di ketahui memiliki sifat genetik dan
heritabilitas yang signifikat. Keluhan utama orang yang menderita batu ginjal
biasanya sakit pinggang yang menjalar dan saat pemeriksaan ekstremitas
kemungkinan ada tanda tanda gout seperti tofus jika di sebabkan oleh asam
urat. Dan pada pemeriksaan nyeri ketok CVA ( costovertebral angle ) akan
merasakan nyeri. Dari pemeriksaan penunjang di temukan pada urinalisa
warna urin yang keruh, dapat di temukan kristal urat/ kalsium dan dapat
juga di temukan eritrosit dan leukosit pada urin. Pada pemeriksaan USG
(Ultrasonografi) terlihat ada gambaran baru di ginjal. Dan untuk dapat
memastikan letakbatu dan meihat ada atau tidaknya hidronefrosis akibat
obstruksi dari batu di dan melihat lokasi dan ukuran dari batu lakukan
pemeriksaan BNO-IVP. Mengenai tatalaksana tergantung ukuran dari batu
tersebut dan di lakukan setelah di rujuk ke spesialis.

Urolitiasis

Urolitiasis adalah proses terbentukya batu atau kalkuli pada traktus


urinarius. Penyebab dari urolitiasis ini adalah keluhan di temukan darah
pada urin dan nyeri pada bagian abdomen, pelvis, inguinal. Faktor risik
yang dapat menyebabkan urolitiasis adalah yang menyebabkan urin statis
yang berikatan dengan menurunnya atau tersumbatnya aliran dari urun.
Dan faktor faktor risiko yang menyebabkan urolitiasis adalah biasanya
terjadi sering pada laki-laki, biasanya di sebabkan mengsekresi sedikit
sitrat dan banyak kalsium dibandingkan perempuan. Etnis Amerika, Afrika
atau Israel memiliki risiko tinggi terkena atau menderita urolitiasis. Riawat
keluarga menjadi faktror risiko terkena urolitiasis di mana beberapa
keluarga memiliki kebiasaan atau kecenderungan memproduksi
mukoprotein yang berlebihan pada traktus urinarius, yang mana dapat
menyebabkan meningkatnya infeksi pada saluran kemih. Diet juga meliputi
dari faktor risiko yang di mana dehidrasi atau menurunnya intake cairan
meningkatkan terjadinya urolitiasis di tambah dengan meningkatnya
konsumsi dari sodium, oksalat, lemak, protein, gula, karbohidrat kasar dan
vitamin C. lingkungan juga dapat berpengaruh yang di mana beberapa
memiliki risiko yang tinggi seperti daerah tropis, pegunungan atau padang
pasir. Adqa beberapa obat-obatan yang dapat menyebabkan urolitiasos
seperti ephedrine, guifenesin, thiazid, indinavir, dan alluprinol.
Referensi:

1. Noegroho BS, Daryanto B, Soebhali B, Kadar DD, Soebadi DM, Hamiseno


DW, et al. Panduan Penatalaksanaan Klinis Batu Saluran Kemih. Ikatan
Ahli Urologi ndonesia (IAUI). 2018. 1–13 p.

2. Netter FH, Machado CAG. Netter’s Atlas of Human Anatomy. Vol. 44,
Journal of Physics A: Mathematical and Theoretical. 2019.

3. Nefrolitiasis: Dasar-dasar Praktek, Latar Belakang, Anatomi. [cited 2021


Aug 23]; Available from: https://emedicine.medscape.com/article/437096-
overview

4. Wardana ING. Bagian anatomi fk unud universitas udayana denpasar 2017.


Urolithiasis. 2017;28.

5. Dan N, Sinistra H, Infeksi D, Atas SK. 129-234-1-Sm (1) (1).


2019;1(4):45–53.

6. kurniawan reza RA etal. Profile of PAtients With Urinary Tract Stone at


Urology Departement of Soetomo General Hospital Surabaya in January
2016 - December 2016. 2016.

7. Priyono AH, Hadibrata E. Nefrolitiasis Pada Anak Usia Tiga Tahun Di


Rsud Dr. Hi. Abdul Moeloek, Lampung: Sebuah Laporan Kasus. JIMKI J
Ilm Mhs Kedokt Indones. 2020;7(2):47–53.

8. Alelign T, Petros B. Kidney Stone Disease: An Update on Current


Concepts. 2018; Available from: https://doi.org/10.1155/2018/3068365

9. Türk C, Neisius A, Petrik A, Seitz C, Skolarikos A, Thomas K. EAU


Guidelines on Urolithiasis. Eur Assoc Urol 2018 [Internet]. 2018;1–
87.Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/26344917%5Cnhttp://uroweb.org/wp
-content/uploads/22-Urolithiasis_LR_full.pdf

10. Thakore P, Liang TH. Urolitiasis. [Diperbarui 2021 Juni 18]. Di: StatPearls


[Internet]. Treasure Island (FL): Penerbitan StatPearls; 2021 Jan-. Tersedia
dari: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559101/

Anda mungkin juga menyukai