Anda di halaman 1dari 2

MENGHADAPI BERITA HOAX DI TENGAH PANDEMI

COVID-19
Raga Khalif
Jakarta, 23 Agustus 2021

Pandemi COVID-19 muncul di masa yang sangat unik bagi umat manusia. Masa dimana hampir
setiap orang di dunia memiliki akses pengetahuan dan informasi yang tak terbatas hanya dalam
jangkauan tangan mereka. Kemajuan teknologi informasi membawa manfaat yang sangat besar
di masa yang sangat miris ini, namun kemajuan ini juga membawa efek buruk yang harus
diperhatikan oleh seluruh masyarakat.

Di era dimana semuanya memiliki akses ke informasi, banyak jalur informasi yang memiliki
tingkat kebenaran yang berbeda-beda. Mengetahui perbedaan antara kebenaran dan
ketidakbenaran di tengah-tengah lautan informasi menjadi tugas yang semakin sulit. Berita
bohong, mitos dan rumor palsu dapat disajikan secara profesional dan meyakinkan seolah-olah
itu bersumber dari narasumber yang terpercaya. Masalah ini semakin marak terjadi di masa
pandemi COVID-19, dan semua orang rentan untuk terperosok ke lubang ini. Dari keluarga kita
hingga pejabat dan politikus tertinggi di negara. Di Indonesia, Kemenkominfo mencatat hampir
2,000 berita hoax yang tersebar di sosial media pada tahun 2021 sendiri

Metode yang paling berbahaya untuk penyebaran berita bohong ini disebarkan oleh orang-orang
terdekat kita yang kita percaya, khususnya melalui WhatsApp group dan pertemuan-pertemuan
keluarga. Hal ini menjadi berbahaya karena umumnya misinformasi tersebut disebarkan oleh
orang yang kita percaya atau kita tuakan seperti orang tua, kakek nenek, paman dan bibi, serta
teman-teman terdekat. Kedekatan ini bisa membuat kita sungkan untuk mempertanyakan atau
menentang misinformasi tersebut.

Bayangkan apabila orang tua kita mengatakan bahwa teknologi 5G menjadi penyebab terjadinya
penyebaran COVID-19, atau teman terdekat kita membujuk kita untuk tidak menggunakan
masker atau menjalani vaksinasi karena mendengar bahwa terdapat microchip di dalam vaksin?
Tentunya kita khawatir mendapatkan teguran dari orang tua kita karena dianggap tidak sopan
melawan perkataan mereka, atau tidak diajak bergaul lagi dengan teman kita akibat perbedaan
pendapat dengan mereka. Inilah bagaimana informasi yang tidak benar ini dapat tersebar dengan
cepat: kepercayaan yang berlebih.

Bagaimana cara menghadapi krisis informasi ini? Sebagai penduduk yang bertanggung jawab,
kita memiliki kewajiban untuk menyaring segala berita dan perkataan yang kita baca atau dengar.
Dimulai dengan metode “Saring sebelum sharing”. Sebelum kita menyebarkan suatu berita
trending, kita verifikasi terlebih dahulu informasi yang kita dapat. Dari manakah narasumber
mendapat informasi tersebut? Apakah narasumber dapat dipercaya? Dan apakah informasi
tersebut telah diverifikasi oleh para ahli?

Sebagai contoh, salah satu berita bohong yang paling marak mengenai COVID-19 adalah klaim
bahwa teknologi 5G menjadi penyebab penyebaran virus tersebut. Sumber dari berita ini sulit
untuk dilacak kembali, namun kita mengetahui bahwa klaim ini banyak dipercayai oleh
warga-warga di negara yang telah memiliki infrastruktur 5G yang memadai seperti Amerika
Serikat dan negara-negara Eropa. Klaim ini sering didasarkan oleh kesamaan antara peta
cakupan 5G dengan peta penyebaran COVID-19. Kesamaannya memang menarik, namun, peta
tersebut juga memiliki kesamaan dengan peta populasi, dan ini masuk akal. Penyebaran 5G dan
COVID-19 lebih banyak terjadi di wilayah yang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi. Ini
menjadi hal yang penting untuk diperhatikan ketika menerima informasi tersebut: bahwa
correlation does not equal causation.

Selain itu, jika kita mendapat seseorang yang kita percaya menyebarkan berita tidak benar
mengenai COVID-19, jangan langsung merundung dan meremehkan mereka, karena ini
merupakan metode yang tidak produktif secara sosial. Melainkan, gunakan empati untuk
menarik mereka dari kegelapan. Coba untuk memahami dari mana mereka menarik kesimpulan
tersebut. Kemudian, arahkan mereka ke kebenaran dengan memberikan sumber informasi yang
lebih terpercaya seperti ilmuwan, WHO, Kemenkominfo, ataupun Satgas COVID-19.

Menghadapi dan menangkal berita bohong tentang COVID-19 adalah tanggung jawab kita
semua di masa pasca kebenaran ini. Dalam ajaran Islam, kita diajarkan untuk bersikap Tabayyun
dalam mencerna informasi, artinya telitilah informasi itu apakan benar, baik untuk kita, dan
bermanfaat. Apabila salah satu dari syarat tersebut tidak terpenuhi, sebaiknya kita tidak
menyebarkan informasi tersebut.

Anda mungkin juga menyukai