Anda di halaman 1dari 16

TUGAS

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL


NEONATAL

ASUHAN KEBIDANAN PADA RETENSIO PLASENTA

DOSEN MATA KULIAH

Mardiani Mangun, SSiT., MPH

DISUSUN OLEH: KELOMPOK 16

1. Niluh Gede Priskila Ambarayanti


2. Novitasari

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN POLTEKES KEMENKES PALU

JURUSAN KEBIDANAN DIV KEBIDANAN

TAHUN AJARAN 2019/2020

A. Pengertian Retensio Plasenta


Retensio plasenta adalah plasenta yang tidak terpisah dan menimbulkan
hemorrhage yang tidak tampak, dan juga disadari pada lamanya waktu yang
berlalu antara kelahiran bayi dan keluarnya plasenta yang diharapkan.
Beberapa ahli menangani setelah 5 menit kabanyakan bidan akan menunggu
satu setengah jam bagi plasenta untuk keluar sebelum menyebutnya tertahan.
( varney 2007). Retensio Plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya
plasenta hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir. (Saifuddin
AB, 2006 : 178)
Menurut Sarwono Prawirohardjo Retensio plasenta adalah tertahannya
atau belum lahirnya plasenta hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah
bayi lahir. Plasenta harus dikluarkan karena dapat menimbulkan bahaya
perdarahan,infeksi karena banda mati,dapat terjadi plasenta inkarserata dapat
terjadi polip plasenta dan terjadi degerasi ganas korio karsioma.(Rukiyah
2010)
.
B. Fisiologis Pelepasan Plasenta
Pelepasan plasenta di timbulkan dari kontraksi dan retraksi myometrium
sehingga menebal dinding uterus dan mengurangi ukuran area plasenta.Area
plasenta menjadi lebih kecil, sehingga plasenta mulai memisahkan diri dari
dinding uterus dan tidak dapat berkontraksi atau berinteraksi pada pada area
pemisahan pembekuan darah retro plasenta terbentuk berat bekuan darah ini
menambah pemisahan kontraksi uterus berikutnya akan melepaskan
keseluruhan plasenta dari uterus dan mendorongnya keluar vagina di sertai
dengan pengeluaran selaput ketuban dan bekuan darah retroplasenta (Who
2001).

C. Etiologi Retensio Plasenta


1. Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena melekat dan tumbuh
lebih dalam. Menurut tingkat perlekatannya :
a. Plasenta adhesiva adalah plasenta yang melekat pada desidua
endometrium lebih dalam.
b. Plasenta inkreta adalah vili khorialis tumbuh lebih dalam dan
menembus desidua endometrium sampai ke miometrium.
c. Plasenta akreta adalah vili khorialis tumbuh menembus miometrium
sampai ke serosa.
d. Plasenta perkreta adalah vili khorialis tumbuh menembus serosa atau
peritoneum dinding rahim.
e. Plasenta inkarserata adalah tertahannya plasenta di dalam kavum
uteri, disebabkan oleh konstruksi ostium uteri.
2. Plasenta sudah terlepas dari dinding rahim namun belum keluar karena
atoni uteri atau adanya lingkaran konstriksi pada bagian bawah rahim
(akibat kesalahan penanganan kala III) yang akan menghalangi plasenta
keluar (plasenta inkarserata).

D. Patofisiologi Retensio Plasenta


Pada dasarnya perdarahan terjadi karena pembuluh darah di dalam uterus
masih terbuka. Pelepasan plasenta memutuskan pembuluh darah dalam
stratum spongiosum sehingga sinus-sinus maternalis ditempat insersinya
plasenta terbuka.
Pada waktu uterus berkontraksi, pembuluh darah yang terbuka tersebut
akan menutup, kemudian pembuluh darah tersumbat oleh bekuan darah
sehingga perdarahan akan terhenti. Pada kondisi retensio plasenta, lepasnya
plasenta tidak terjadi secara bersamaan dengan janin, karena melekat pada
tempat implantasinya. Menyebabkan terganggunya retraksi dan kontraksi otot
uterus sehingga sebagian pembuluh darah tetap terbuka serta menimbulkan
perdarahan.

E. Sebab-Sebab Plasenta Belum Lahir


1. Plasenta belum lepas dari dinding uterus
2. Plasenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan ( di sebabkan oleh
karena tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah
penanganan kala III).
3. Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta.
4. Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korealis
menembus desidua sampai miometrium sampai dibawah peritoneum
(plasenta akreta dan perkreta)
Tabel 1
Gambaran dugaan penyebab retensio plasenta

Gejala Separasi/akreta Plasenta Plasenta


parsial inkarsereta akreta
Konsistensi Kenyal Keras Cukup
uterus
Tinggi fundus Sepusat 2 jari bawah pusat Sepusat
Bentuk uterus Diskoid Agak glober Diskoid
Perdarahan Sedang – banyak Sedang Sedikit/ tidak
ada
Tali pusat Terjulur sebagian Tejulur Tidak terjulur
Ostium uteri Terbuka Konstriksi Terbuka
Separasi plasenta Lepas sebagian Sudah lepas Melekat
seluruhnya
Syok Sering Jarang Jarang sekali

F. Komplikasi
Kompikasi dalam pengeluaran plasenta secara manual selain infeksi /
komplikasi yang berhubungan dengan transfusi darah yang dilakukan,
multiple organ failure yang berhubungan dengan kolaps sirkulasi dan
penurunan perfusi organ dan sepsis, ialah apabila ditemukan plasenta akreta.
Dalam hal ini villi korialis menembus desidua dan memasuki miometrium
dan tergantung dari dalamnya tembusan itu dibedakan antara plasenta
inakreta dan plasenta perkreta. Plasenta dalam hal ini tidak mudah untuk
dilepaskan melainkan sepotong demi sepotong dan disertai dengan
perdarahan. Jika disadari adanya plasenta akreta sebaiknya usaha untuk
mengeluarkan plasenta dengan tangan dihentikan dan segera dilakukan
histerektomi dan mengangkat pula sisa-sisa dalam uterus.

G. Faktor Pemicu Yang Perlu Diwaspadai


Gejala yang sering terjadi seperti nyeri yang berlangsung cukup lama,
perdarahan yang hebat, serta keluarnya cairan dan jaringan yang berbau tidak
sedap dari vagina. Berikut ini merupakan faktor-faktor yang dapat
meningkatkan resiko terjadinya retensio plasenta, antara lain:
1. Bayi yang meninggal pada saat dilahirkan.
2. Terjadi kontraksi rahim yang kuat.
3. Ukuran plasenta sangat kecil.
4. Pengalaman melahirkan yang lebih dari lima kal.
5. Pernah mengalami operasi bedah rahim.
6. Kehamilan pada wanita diatas usia 30 tahun.
7. Pernah mengalami retensio plasenta pada kehlahiran sebelumnya.
8. Kondisi plasenta yang tertanam hingga memasuki keseluruhan lapisan
otot pada rahim.
9. Persalinan prematur pada usia kehamilan dibawah 34 minggu.
10. Plasenta tertanam pada rahim akibat penyempitan yang terjadi pada mulut
rahim.
11. Kehamilan ganda yang memerlukan implasi plasenta yang luas

H. Pencegahan Retensio Plasenta


Pencegahan retensio plasenta dengan cara pemberian oksitosin segera
setelah pelahiran bahu anterior, mengklem tali pusat segera setelah pelahiran
bayi dan menggunakan traksi tali pusat terkendali untuk pelahiran plasenta.
(Varney, H., 2007 ).
Upaya pencegahan yang dilakukan oleh bidan adalah dengan promosi
untuk meningkatkan penerimaan keluarga berencana, sehingga memperkecil
terjadi retensio plasenta, meningkatkan penerimaan pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan yang terlatih pada waktu melakukan masase dengan
tujuan mempercepat proses persalinan plasenta. Masase yang tidak tepat
waktu dapat mengacaukan kontraksi otot rahim dan mengganggu pelepasan
plasenta, (Rukiyah, A.Y. 2010 ).

I. Diagnosis Retensio Plasenta


a. Anamnesis: meliputi pertanyaan tentang periode prenatal, meminta
informasi mengenai episode perdarahan postpartum sebelumnya, paritas,
serta riwayat multiple fetus dan polihidromnion. Serta riwayat postpartum
sekarang dimana plasenta tidak lepas secara spontan atau timbul
perdarahan aktif setelah bayi dilahirkan.
b. Pada pemeriksaan pervaginam, plasenta tidak ditemukan di dalam kanalis
servikalis tetapi secara parsial atau lengkap menempel di dalam uterus.
PENDOKUMENTASIAN
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “S” DENGAN RETENSIO PLASENTA
(SOAP DAN IMPLEMENTASINYA)
Tempat -
pengkajian
Tanggal 02 Agustus 2009
pengkajian
Waktu pengkajian 18.10 Wita
Pengkaji Kelompok 16

A. DATA SUBJECTIVE (UNTUK PERTEMUAN PERTAMA)

1. Biodata
IDENTITAS KLIEN PENANGGUNG JAWAB
Nama Ny. S Nama Tn. M
Umur 21 Thn Status Suami
hubungan dgn
klien
Agama Islam Umur 23 Thn
Pendidikan Tamat SMA Agama Islam
Pekerjaan IRT Pendidikan Tamat SMA
Alamat skrg Jl, Rajawali no. 10 Pekerjaan Karyawan Swasta
No. HP 0821986942xx Alamat Jl. Rajawali no.10
Gol. darah “B” (KTP) No. HP 08121160xxxx
2. Alasan kunjungan
Mengeluh banyak keluar darah dari jalan lahir setelah bayi lahir
3. Keluhan utama dan riwayat keluhan utama
Merakan banyak keluar darah dari jalan lahir sekitar jam 19.45 wita (setelah bayi
lahir), merasa pusing dan lelah, pandangan berkunang-kunang
4. Keluhan lain yang berhubungan dengan kesehatan saat ini
Tidak ada
5. Riwayat menstruasi
HPHT 02 – 11 – 2009
Siklus 28 – 30 hari
Masalah yang pernah
dialami Tidak ada

6. Riwayat perkawinan
Pernikahan ke- Pertama
Umur saat kawin 19 Thn
pertama
Lama pernikahan 2 Tahun

7. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu


N Tah Usia Temp Jenis Penolo Kond Nif Ana Keada
o un Kehamil at Part ng isi as k an
Part an Partu us bayi (AS JK/ Anak
us s saat I) BB Sekara
lahir ng
Tidak ada
8. Riwayat persalinan saat Ini
Kunjungan Kondisi/masalah yang dialami
Kala I Masuk rumah sakit tanggal 02 Agustus 2010
jam 18.05 wita disertai pelepasan lendir dan
darah
Kala II Melahirkan tanggal 02 Agustus 2010 jam 19.40
wita, JK: perempuaan, BB: 3200 gr, PB: 50 cm,
jenis persalinan spontan, pengeluaran darah
tampak ± 50 cc, lama kala II: ± 30 menit
Kala III Plasenta belum lahir ± 1 jam setelah bayi lahir,
teraba kontraksi uterus lemah, tampak tali pusat
pada vulva disertai pengeluaran disertai
pengeluaran darah ± 500 cc, Keadaan umum
lemah, sudah 3 kali ganti sarung
9. Riwayat imunisasi TT Riwayat imunisasi selain TT
a. TT dasar lengkap Tidak ada
b. TT catin 1x
10. Riwayat penyakit/operasi yang lalu
Tidak pernah menderita penyakit serius atau operasi

11. Riwayat yang berhubungan dengan masalah Kesehatan reproduksi


Tidak pernah ada gangguan

12. Riwayat penyakit keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang pernah menderita penyakit serius


13. Riwayat KB Rencana KB Pasca persalinan
Belum pernah ber KB Belum ada rencana

14. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari


Fisik Nafsu makan baik, BAK 4-5x dalam sehari, BAB 1x dalam
sehari, setelah melahirkan ibu hanya berbaring

Psikososia Merasa cemas dengan keadaan yang dialami, sangat senang


l karena semua keluarga ada pada saat bersalin

Lainnya Suami dan keluarga bersyukur atas kelahiran anaknya dan


berdoa semoga istrinya baik-baik saja, Ibu tidak hentinya
berdoa dalam menghadapi keadaannya sekarang

B. DATA OBJECTIVE

1. Pemeriksaan umum

Keadaan umum Apatis

TD 100/80 mmHg

N 84 x/menit
TTV

P 20 x/menit

S 360C

BB sebelum hamil 68 kg

BB sekarang 67 kg

TB 159 cm

IMT (BB sebelum 26,9


Hamil/TB2)

<18,5 (underweight)

18,5 – 22,9 (normal)


23 – 24,5 (overweight)

(√) 25 – 29,9 (obesitas I)

30 (obesitas II)

TP 02 – 08 – 2010

Usia Kehamilan 36 minggu

2. Pemeriksaan fisik yang berhubungan dengan kebidanan/masalah


kesehatan

Kepala dan Rambut hitam, lurus, tidak ada ketombe, dan tidak mudah
wajah rontok, Tidak teraba massa dan nyeri tekan, Tidak ada
oedema pada wajah, konjungtiva agak pucat dan sklera putih
/ tidak ikterus.

Leher Tidak ada pembesaran pada kelenjar tyroid dan limfe, Tidak
ada pembesaran vena jugularis

Payudara Puting susu menonjol, Hiperpigmentasi areola mammae,


Terdapat kolostrum pada saat dipencet,Tidak ada massa dan
nyeri tekan

Abdomen Tidak ada bekas luka operasi, TFU 2 jrbpx (30 cm), teraba
bokong pada fundus, PU-KA, pres-kep, BDP

Ekstremitas Atas Tidak ada edema, kuku bersih dan tidak pucat

Ekstremitas Tidak ada edema, refleks patella +/+


bawah (Refleks
patella)

Anogenetalia -

3. Pemeriksaan penunjang (Informasi data subjektif atau dilakukan


pemeriksaan)

a. Hb : 7 gr % (Normal: 12-14 gr %)
b. Leokosit : 12.300 (Normal: 5000-10000)
c. Eritrosit : 4,3 juta (Normal: 4,5-5,5 juta/ mm3)
d. Hemotokrit : 37,0 % (Normal: 37-52 %)
e. Trombosit : 318.000 rb/mm3(Normal: 150.000-350.000 rb/mm3)
f. Cloting Time (CT) : 8.00 menit (Normal: 7-14 menit)
g. Blooding Time (BT) : 1.30 menit (Normal: 1- 6 menit)
C. ASSESSMENT

- G1A0P0
- Usia kehamilan 36 minggu berdasarkan HPHT
- Retensio Plasenta
- Anemia Sedang
- Syok Hipovolemik
- TTV dalam batas normal
- TT lengkap (Dasar dan catin)

D. PLAN

1. Jelaskan pada pasien tindakan yang akan dilakukan


2. Ajarkan pada ibu untuk melakukan masase fundus uteri
3. Observasi jumlah tetesan infus RL
4. Kosongkan kandung kemih
5. Observasi kontraksi uterus, TFU dan pengeluaran lochia
6. Kolaborasi dengan dokter untuk drips oksitosin 10 unit dalam
500 ml larutan RL
7. Kolaborasi dengan dokter pemberian antibiotik
8. SOP Retensio Plasenta, terlampir
9. Anjurkan ibu istirahat yang cukup dan ciptakan suasana yang
tenang
10. Beri intake yang adekuat
11. Observasi tanda-tanda vital tiap 15 menit pada 1 jam pertama
dan 30 menit pada jam ke 2
12. Memberikan transfusi darah 2 kantong Whole Blood (WB)
dengan golongan darah B
13. Observasi Hb setelah transfusi darah
14. Observasi jumlah perdarahan
LAMPIRAN

SOP PENANGANANAN RETENSIO PLASENTA

Dalam melakukan penatalaksanaan pada retensio plasenta sebaiknya bidan


harus mengambi beberapa sikap dalam menghadapi kejadian retensio plasenta
yaitu :
1. Sikap umum bidan melakukan pengkajian data secara subyekitf dan obyektif
antara lain :
a. keadaan umum penderita
b. Apakah ibu anemis,
c. Bagaimana jumlah perdarahannya,
d. keadaan umum penderita,
e. keadaan fundus  uteri,
f. mengetahui keadaan plasenta,
g. apakah plasenta inkaserata,
h. melakukan tes plasenta dengan metode kustner, metode klein, metode
strastman, metode manuaba,
i. memasang infus dan memberikan cairan pengganti.

2. Sikap khusus bidan pada kejadian retensio plasenta atau plasenta tidak keluar
dalam waktu 30 menit bidan dapat melakukan tindakan manual plasenta yaitu
tindakan untuk mengeluarkan atau melepas plasenta secara manual
(menggunakan tangan) dari tempat implantasinya dan kemudian
melahirkannya keluar dari kavum uteri (Depkes, 2008).

3. Prosedur palsenta manual dengan cara :

Langka Cara melakukan


h
Persiapan: pasang set dan cairan infus, jelaskan pada ibu prosedur
dan tujuan tindakan, lanjutkan anastesia verbal atau analgesia per
rektal, siapkan dan jelaskan prosedur pencegahan infeksi
Tindakan penetrasi ke dalam kavum uteri: pastikan kandung kemih
dalam keadaan kosong; jepit tali pusat dengan klemp pada jarak 5-
10 cm dari vulva, tegangkan dengan satu tangan sejajar lantai
Secara obstetrik masukkan tangan lainnya (punggung tangan
menghadap ke bawah) kedalam vagina dengan menelusuri sisi
bawah tali pusat, setelah mencapai bukaan serviks, kemudian minta
seorang asisten / penolong lain untuk memegangkan klem tali pusat
kemudian pindahkan tangan luar untuk menahan fundus
Sambil menahan fundus uteri, masukkan tanagn kedalam hingga ke
kavum uteri sehingga mencapai tempat implantasi plasenta.
Bentangkan tangan obstetric menjadi datar seperti memberi dalam
(ibu jari merapat kadi telunjuk dan jari-jari lain merapat), tentukan
implantasi plasenta, temukan tepi plasenta paling bawah. Bila
plasenta berimplentasi di korpus belakang, tali pusat tetap disebalah
atas dan sisipkan ujung jaru-jari tangan diantara plasenta dan
dinding uterus dimana punggung tngan menghadap ke bawah
(posterior ibu).
Bila di korpus depan maka pindahkan tangan kesebalah atas tali
pusat dan sisipkan ujung jari-jari tangan diantara plasenta
dandinding uterus dimana punggung tangan menghadap ke atas
(anterior ibu), setelah ujung-ujung jari masuk diantara palsenta dan
dinding uterus maka perluasan plasenta dengan jalan menggeser
tangan ke tangan kiri sambul geserkan ke atas (cranial ibu) hingg
semua perlekatan plasenta terlepas dari dinding uterus
Sementara satu tangan masih didalam kavum uteri lakukan
eksplorasi untuk menilai tidak ada plasenta yang tertinggal.
Pindahkan tangan luar dari fundus ke supra simpisis (tahan segmen
bawah uterus) kemudian intruksikan asisten/penolong untuk
menarik tali pusat sambil tangan membawa plasenta keluar (hindari
adanya percikan darah)
Lakukan penekanan (dengan tangan yang menahan supra simpisis)
uterus ke arah dorso kranial setelah plasenta dilahirkan dan
tempatkan plasenta dalam wadah yang telah disediakan.
Lakukan tindaan pencegahan infeksi dengan cara dekontaminasi
sarung tangan (sebelum dilepaskan) dan peralatan lain yang
digunakan, lepaskan dan rendam sarng tangan dan peralatan
lainnya didalam larutan klorin 0,5% selam 10 menit, cuci tangan
dengan sabun dan air bersih mengalir, keringkan tangan dengan
handuk bersih dan kering
Lakukan pemantauan pasca tindakan, pastikan tanda vital ibu, catat
kondisi ibu, dan buat laporan tindakan, tuliskan rencana
pengobatan, tindakan yang masih diperlukan dan asuhan lanjutan,
beritahukan pada ibu dan keluarga bahwa tindakan telah selesai tapi
ibu masih memerlukan pemantauan dan asuhan lanjutan, lanjutan
pemantauan ibu hingga 2 jam pasca tindakan sebelum pindah ke
ruang rawat gabung

Catatan :
1. Bila tepi plasenta tidak teraba atau plasenta berada pada dataran yang sama
tinggi dengan dinding uterus maka hentikan upaya plasenta manual karena
hal itu menunjukkan plasenta inkreta (tertanam dalam miometrium).
2. Bila hanya sebagian dari implantasi plasenta dapat dilepaskan dan bagian
lainnya melekat erat maka hentikan pula plasenta manual karena hal tersebut
adalah plasenta akreta. Untuk keadaan ini sebaiknya ibu diberi uterotonika
tambahan (misoprostol 600 mcg per rektal) sebelum dirujuk ke fasilitas
kesehatan rujukan.
3. Indikasi melakukan plasenta manual
a. Perdarahan mendadak sekitar 400-500 cc
b. Riwayat HPP habitualis
c. Post operasi
d. Transvaginal
e. Transabdominal
f. Penderita dalam keadaan narkosa atau anesthesi umum.
4. Komplikasi plasenta manual
Komplikasi plasenta manual diantaranya :
a. Perforasi karena tipisnya tempat implantasi palsenta
b. Meningkatnya kejadian infeksi asenden
c. Tidak berhasil karena perlekatan plasenta, dapat menimbulkan
perdarahan yang sulit dihentikan
d. Dapat dikatakan plasenta manual pada retensio yang tidak
menimbulkan perdarahan harus berhati-hati karena  kemungkinan
perlekatan sangat erat, sehingga menimbulkan perdarahan.

SUMBER
https://www.depkominfo.go.id
https://repository.unimus.ac.id
https://www.acedemia.edu/13142359/RETENSIO_PLASENTA
https://www.scribd.com/document/356229429/SOP-PENANGANAN-RETENSIO-
PLASENTA

Tindakan yang dilakukan adalah

- pemberian oksitosin segera setelah pelahiran bahu


anterior, mengklem tali pusat segera setelah pelahiran bayi dan menggunakan traksi tali
pusat terkendali untuk pelahiran plasenta.

- Bidanjuga dapat melakukan promosi untuk


meningkatkan penerimaan keluarga berencana, sehingga memperkecil terjadi retensio
plasenta, meningkatkan penerimaan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
yang terlatih pada waktu melakukan masase dengan tujuan mempercepat proses
persalinan plasenta. Masase yang tidak tepat waktu dapat mengacaukan kontraksi otot
rahim dan mengganggu pelepasan plasenta,

Anda mungkin juga menyukai