LP KMB 2 Tingkat Kesadaran
LP KMB 2 Tingkat Kesadaran
LP KMB 2 Tingkat Kesadaran
NIM : 191440133
MAKUL : KMB 2
A. Definisi
Penurunan kesadaran atau koma merupakan salah satu kegawatan neurologi yang menjadi
petunjuk kegagalan fungsi integritas otak dan sebagai“final common pathway” dari gagal organ seperti
kegagalan jantung, nafas dan sirkulasi akan mengarah kepada gagal otak dengan akibat kematian. Jadi,
bila terjadi penurunan kesadaran menjadi pertanda disregulasi dan disfungsi otak dengan
kecenderungan kegagalan seluruh fungsi tubuh. Dalam hal menilai penurunan kesadaran, dikenal
beberapa istilah yang digunakan di klinik yaitu kompos mentis, somnolen, stupor atau sopor,
soporokoma dan koma.Terminologi tersebut obersifat kualitatif. Sementara itu, penurunan kesadaran
dapat pula dinilai secara kuantitatif, dengan menggunakan skala koma.
1) Kompos mentis
Kompos mentis adalah kesadaran normal, menyadari seluruh asupan dari panca indra dan GGS
skor 14-15bereaksi secara optimal terhadapseluruh rangsangan baik luar maupun dalam .
2) Somnolens
Mata cenderung menutup , mengantuk, masih dapat dibangunkan dengan perntah , masih dapat
menjawab pertanyaan walau sedikit bingung, tampak gelisah dan orientasi terhadap sekitarnya
menurun skor 11-12 samnolen
3) Stupor/sopor
Mata tertutup dngan rangsang nyeri atau suara keras baru membuka mata atau bersuara satu dua
kata
4) Suporokoma/semikoma
Mata tetap tertutup walaupun dirangsang nyeri secara kuat, hanya dapat mengerang tanpa arti ,
motorik hanya gerak primitif
5) Koma
Dengan rangsang apapun tidak ada reaksi sama sekali, baik dalam hal membuka mata , bicara
maupun reaksi motorik
B. Etiologi
Penurunan kesadaran disebabkan oleh gangguan pada korteks secara menyeluruh misalnya
pada gangguan metabolik, dan dapat pula disebabkan oleh gangguan ARAS di batang otak, terhadap
formasio retikularis di thalamus,hipotalamus maupun mesensefalon
Pada penurunan kesadaran, gangguan terbagi menjadi dua, yakni gangguan derajat (kuantitas,
arousal, wakefulness) kesadaran dan gangguan isi(kualitas, awareness, alertness) kesadaran. Adanya
lesi yang dapatmengganggu interaksi ARAS dengan korteks serebri, apakah lesi
supratentorial, subtentorial dan metabolik akan mengakibatkan menurunnya kesadaran. Fungsi dan
metabolisme otak sangat bergantung pada tercukupinya
penyediaan oksigen. Adanya penurunan aliran darah otak (ADO), akan menyebabkan terjadinya
kompensasi dengan menaikkan ekstraksi oksigen(O2) dari aliran darah. Apabila ADO turun lebih
rendah lagi, maka akanterjadi penurunan konsumsi oksigen secara proporsional.Glukosa merupakan
satu-satunya substrat yang digunakan otak dan
teroksidasi menjadi karbondioksida (CO2) dan air.
C. Manifestasi klinis
Gejala klinik yang terkait dengan penurunan kesadaran adalah :
1. Penurunan kesadaran secara kualitatif
2. GCS kurang dari 133
3. Sakit kepala secara hebat
4. Muntah proyektif
5. Papil edema
6. Asimetris pupil
7. Reaksi pupil terhadap cahaya melambat atau negative\
8. Demam
9. Gelisah
10. Kejang
11. Retensi/lendir/sputum di tenggorokan
12. Retensi atau inkontinensia urin
13. Hipertensi atau hipotensi
14. Takikardia atau bradikardi
15. Takipnu atau dispnea
16. Edema loal atau anasarka
17. Sianosis,pucat
D. Penatalaksanaan
a. Pernapasan
ii. Posisi yang baik adalah miring dengan kepala lebih rendah dari badan
supaya darah atau cairan yang dimuntahkan dapat mengalir keluar
b. Tekanan darah
i. Harus diusahakan agar tekanan darah cukup tinggi untuk memompa darah
ke otak
c. Otak
d. Vesika urinaria
e. Gastro-intestinal
1. Identitas pasien
Nama : Tn.J
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Siswa
Alamat : Bombana
Nama : Tn. B
Umur : 38 tahun
Pekerjaan : Swasta
38
16
Keterangan :
: perempuan : menikah
2. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan umum
C. Tanda-tanda vital
TD : 100/ 70 mmHg
HR : 91/ menit
RR :17 x/ menit
S : 37,5 oC
SpO2 : 90 %
1. Kepala
4. Hidung
Bentuk simetris, tidak ada secret, tidak ada sinusitis, tidak ada darah,
pernafasan cuping hidung positif
5. Tenggorokan dan mulut
Terpasang ventilator dan endo tracheal tube, bibir lembab, gigi ada
yang tanggal, tidak ada stomatitis, tidak ada tonsillitis.
6. Leher
E. Pernafasan(breathing)
1. Inspeksi
Terpasang ventilator
3. Perkusi
Udara : sonor
4. Auskultasi
Tidak ada edema ekstremitas, tidak ada edema palpebra, tidak ada
asites
2. Palpasi
3. Perkusi
4. Auskultasi
BJ 1 dan BJ 2 normal
G. Pencernaan
1. Inspeksi
H. Ekstremitas
1. Ekstremitas atas
Tidak ada deformitas
2. Ekstremitas bawah
Bersih, warna kulit sawo matang, akral dingin, turgor kulit baik.
I. Genitalia
A. Nutrisi
1. Sebelum dirawat
2. Setelah dirawat
B. Eliminasi
BAB
1. Sebelum dirawat
Pasien BAB 1x sehari, konsistensi lembek, tidak ada darah
2. Setelah dirawat
Pasien belum BAB
BAK
1. Sebelum dirawat
1. Sebelum dirawat
2. Setelah dirawat
E. Personal higyene
Pasien biasa sholat 5 waktu dan mengaji di masjid. Setelah sakit pasien
mengalami penurunan kesadaran
6. KEADAAN PSIKOSOSIAL SELAMA SAKIT
2. CT Scan :
8. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Darah rutin
Hb 8,0 g/dL
Na 140,7 mEql/L
K 4,21 mEql/L
CL 106,0 mEql/L
Tanggal /
No Data focus Problem Etiologi
jam
1 22-6-2018 Ds : Resiko Edema
09.00 Do : keadaan umum ketidakefektif cerebral
lemah, kesadaran semi an perfusi
koma, GCS 5, CT Scan jaringan
hasil: Intracerebral dan cerebral
Intraventrikular
hematoma, terdapat luka
terbuka di os temporal
sinistra sepanjang 10 cm,
bathel sign di bagian
sinistra, raccoon eyes
dimata sinistra, pupil
anisokor 2/4 RC ++/--,
terdapat cairan darah di
telinga sinistra, terpasang
infuse RL 20 tpm di
lengan kanan, terdapat
fraktur di os femur
sinistra, terpasang kateter
urine, terpasang nasal
gastric tube, terpasang
endo tracheal tube dan
ventilator.
TD : 100/70 mmHg
HR : 91 x/ menit
RR : 17x/ menit
S : 37,5 O C
SpO2 : 90 %
Urine output 200 cc-300
cc /7 jam
2 22-6-2018 Ds : - Pola nafas Kegagalan
09.00 Do : keadaan umum tidak efektif otot
lemah, kesadaran semi pernafasan
koma, pernafasan cuping
hidung positif, , terdapat
suara tambahan stridor,
terpasang endo tracheal
tube, terpasang ventilator
TD : 100/70 mmHg
HR : 91 x/ menit
RR : 17x/ menit
S : 37,5 O C
SpO2 : 90 %
Urine output 200 cc-300
cc /7
jam
D. PRIORITAS DIAGNOSE
DIAGNOSA
NO NOC NIC
KEPERAWATAN
1 Resiko NOC : 8. Monitor TIK
ketidakefektifan - Circulation status - Monitor adanya
perfusi jaringan - Tissue Prefusion keluhan sakit
cerebral berhubungan Cerebral kepala, mual,
dengan edema muntah, gelisah
cerebral Kriteria Hasil : - Monitor status
1. Perfusi jaringan cerebral neurologi
- Tekanan intra cranial - Monitor intake dan
normal output
- Tidak ada nyeri 9. Manajemen edema
kepala cerebral
- Tidak ada - Monitor adanya
kegelisahan kebingungan,
- Tidak ada gangguan keluhan pusing
refleks saraf - Monitor status
2. Status neurologi pernafasan,
- Kesadaran normal frekuensi dan
- Tekanan intra cranial kedalaman
normal pernafasan
- Pola bernafas normal - Kurangi stimulus
- Ukuran dan reaksi dalam lingkungan
pupil normal pasien
- Laju pernafasan - Berikan sedasi
normal sesuai kebutuhan
- Tekanan darah 10. Monitor
normal neurologi
- Monitor tingkat
kesadaran (GCS)
- Monitor refleks
batuk dan menelan
- Pantau ukuran
pupil,bentuk,
kesimetrisan
11. Monitor TTV
12. Posisikan head
up (30- 40 derajat)
13. Beri terapi O2
sesuai anjuran medis
14. Kolaborasi
pemberian terapi
medis
2 Pola nafas tidak NOC : 1. Airway Management
efektif berhubungan - Respiratory status : Pertahankan
dengan kegagalan otot Ventilation bukaan jalan nafas
pernafasan - Respiratory status : Beri posisi head up
Airway patency 30-40 derajat
- Vital sign Status untuk
Kriteria Hasil : Memaksimalkan
5. Irama pernafasan normal ventilasi.
6. Frekuensi pernafasan Keluarkan secret
normal dengan suction.
7. TTV dalam batas normal Monitor alat
8. Tidak ada tanda sesak ventilator
9. Pasien tidak mengeluh 2. Oxygen Therapy
sesak
Pertahankan jalan
nafas yang paten
Monitor aliran
Oksigen
Monitor adanya
tanda-tanda
hypoventilasi
3. Vital Sign Monitoring
Monitor TD, Suhu,
RR
Identifikasi
penyebab dari
perubahan vital
sign
4. Kolaborasi pemberian
therapi medis
F. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
No Tanggal Paraf
Implementasi keperawatan Jam Catatan perkembangan
Dx / Jam Perawat
1 22-6- 1. Memonitor tekanan 14.00 S :-
2018 intra kranial O:
09.00 - Memonitor status - Keadaan umum lemah,
neurologi - Tingkat kesadaran
- Memonitor intake Semi Koma , GCS 5
dan output - Refleks saraf (Reflex
2. Memanajemen edema Bra instem 7)
cerebral - Vital sign
- Memonitor status TD : 100/ 70 mmHg
pernafasan, HR : 91 x/ menit
frekuensi dan RR : 17x/ menit
kedalaman S : 37,5 o C
pernafasan - Reaksi Pupil, Pupil
- Mengurangi 2/4, RC++/--
stimulus dalam A:Resiko
lingkungan pasien ketidakefektifan
- Memberikan sedasi perfusi jaringan
sesuai kebutuhan cerebral belum
3. Memonitor neurologi teratasi.
- Memonitor tingkat P : lanjutkan intervensi
kesadaran (GCS)
- Memonitor refleks
batuk dan menelan
- Memantau ukuran
pupil,bentuk,kesime
trisan
4. Memonitor TTV
5. Memposisikan head up
(30- 40 derajat)
6. Memberi terapi O2
sesuai anjuran medis
(O2 Ventilator dengan
mode SIMV)
7. Memberikan terapi
kolaborasi medis
‘2 22-6-18 1. Airway Management 14.00 S: -
Mempertahankan O:
bukaan jalan nafas - Keadaan umum
Memberi posisi lemah,
head up 30-40 - Ventilasi: RR 17x/
derajat untuk menit, irama nafas
Memaksimalkan teratur, suara nafas
ventilasi. stridor.
Mengeluarkan secret - Airway patency:
dengan suction. pernapasan cuping
Mempertahankan - SpO2 : 90 %
paten mmHg, HR : 91 x/
menit, RR: 17x/ menit,
Memonitor aliran
S: 37,5oC
Oksigen
Memonitor adanya A:pola nafas tidak
tanda-tanda efektif
hypoventilasi belum teratasi.
3. Vital Sign Monitoring P: lanjutkan intervensi
Monitor TD, suhu,
RR
Identifikasi
penyebab dari
perubahan vital sign
4. Kolaborasi pemberian
therapi medis
2 23-6- 1. Memonitor Tekanan 14.00 S:-
2018 intra kranial O:
08.00 - Memonitor status - Keadaan umum lemah
neurologi - Tingkat kesadaran Semi
- Memonitor intake koma GCS 5
dan output - Refleks saraf (Reflex
2. Memanajemen edema Bra
cerebral Instem 7)
- Memonitor status -Vital sign
pernafasan, TD : 115/ 90 mmHg
frekuensi dan HR : 92 x/ menit
kedalaman RR : 17x/ menit
pernafasan S : 37,8O C
- Mengurangi - ReaksiPupil , Pupil2/3,
stimulus dalam RC++/--
lingkungan pasien A:Resiko
- Memberikan Ketidakefektifan
sedasi sesuai perfusi jaringan
kebutuhan cerebral belum
3. Memonitor neurologi teratasi.
- Memonitor tingkat P :lanjutkan intervensi
kesadaran (GCS)
- Memonitor refleks
batuk dan menelan
- Memantau ukuran
pupil,bentuk,
kesimetrisan
4. Memonitor TTV
5. Memposisikan head up
(30- 40 derajat)
6. Memberi terapi O2
sesuai anjuran medis
(O2 Ventilator dengan
mode SIMV)
7. Memberikan terapi
hasil kolaborasi medis
39