LP KMB 2 Tingkat Kesadaran

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 39

NAMA : RISKY ANANDA

NIM : 191440133

MAKUL : KMB 2

Laporan pendahulan tingkat kesadaran

A. Definisi

Penurunan kesadaran atau koma merupakan salah satu kegawatan neurologi yang menjadi
petunjuk kegagalan fungsi integritas otak dan sebagai“final common pathway” dari gagal organ seperti
kegagalan jantung, nafas dan sirkulasi akan mengarah kepada gagal otak dengan akibat kematian. Jadi,
bila terjadi penurunan kesadaran menjadi pertanda disregulasi dan disfungsi otak dengan
kecenderungan kegagalan seluruh fungsi tubuh. Dalam hal menilai penurunan kesadaran, dikenal
beberapa istilah yang digunakan di klinik yaitu kompos mentis, somnolen, stupor atau sopor,
soporokoma dan koma.Terminologi tersebut obersifat kualitatif. Sementara itu, penurunan kesadaran
dapat pula dinilai secara kuantitatif, dengan menggunakan skala koma.

1) Kompos mentis

Kompos mentis adalah kesadaran normal, menyadari seluruh asupan dari panca indra dan GGS
skor 14-15bereaksi secara optimal terhadapseluruh rangsangan baik luar maupun dalam .

2) Somnolens
Mata cenderung menutup , mengantuk, masih dapat dibangunkan dengan perntah , masih dapat
menjawab pertanyaan walau sedikit bingung, tampak gelisah dan orientasi terhadap sekitarnya
menurun skor 11-12 samnolen
3) Stupor/sopor
Mata tertutup dngan rangsang nyeri atau suara keras baru membuka mata atau bersuara satu dua
kata
4) Suporokoma/semikoma
Mata tetap tertutup walaupun dirangsang nyeri secara kuat, hanya dapat mengerang tanpa arti ,
motorik hanya gerak primitif
5) Koma
Dengan rangsang apapun tidak ada reaksi sama sekali, baik dalam hal membuka mata , bicara
maupun reaksi motorik
B. Etiologi
Penurunan kesadaran disebabkan oleh gangguan pada korteks secara menyeluruh misalnya
pada gangguan metabolik, dan dapat pula disebabkan oleh gangguan ARAS di batang otak, terhadap
formasio retikularis di thalamus,hipotalamus maupun mesensefalon
Pada penurunan kesadaran, gangguan terbagi menjadi dua, yakni gangguan derajat (kuantitas,
arousal, wakefulness) kesadaran dan gangguan isi(kualitas, awareness, alertness) kesadaran. Adanya
lesi yang dapatmengganggu interaksi ARAS dengan korteks serebri, apakah lesi
supratentorial, subtentorial dan metabolik akan mengakibatkan menurunnya kesadaran. Fungsi dan
metabolisme otak sangat bergantung pada tercukupinya
penyediaan oksigen. Adanya penurunan aliran darah otak (ADO), akan menyebabkan terjadinya
kompensasi dengan menaikkan ekstraksi oksigen(O2) dari aliran darah. Apabila ADO turun lebih
rendah lagi, maka akanterjadi penurunan konsumsi oksigen secara proporsional.Glukosa merupakan
satu-satunya substrat yang digunakan otak dan
teroksidasi menjadi karbondioksida (CO2) dan air.

C. Manifestasi klinis
Gejala klinik yang terkait dengan penurunan kesadaran adalah :
1. Penurunan kesadaran secara kualitatif
2. GCS kurang dari 133
3. Sakit kepala secara hebat
4. Muntah proyektif
5. Papil edema
6. Asimetris pupil
7. Reaksi pupil terhadap cahaya melambat atau negative\
8. Demam
9. Gelisah
10. Kejang
11. Retensi/lendir/sputum di tenggorokan
12. Retensi atau inkontinensia urin
13. Hipertensi atau hipotensi
14. Takikardia atau bradikardi
15. Takipnu atau dispnea
16. Edema loal atau anasarka
17. Sianosis,pucat

D. Penatalaksanaan
a. Pernapasan

i. Harus diusahakan agar jalan napas tetap bebeas dari obstruksi

ii. Posisi yang baik adalah miring dengan kepala lebih rendah dari badan
supaya darah atau cairan yang dimuntahkan dapat mengalir keluar
b. Tekanan darah

i. Harus diusahakan agar tekanan darah cukup tinggi untuk memompa darah
ke otak
c. Otak

i. Periksalah kemungkinan adanya edema otak

ii. Hentikan kejang yang ada

d. Vesika urinaria

i. Periksalah apakah ada retensio atau inkontinensia urin

ii. Pemasangan kateter merupakan suatu keharusan

e. Gastro-intestinal

i. Perhatikan kecukupan kalori, vitamin dan elektrolit

ii. Pemasangan nasogastric tube berperan ganda: untuk memasukkan


makanan dan obat-obatan serta untuk memudahkan pemeriksaan apakah
ada perdarahan lambung (stress ulcer)
iii. Periksalah apakah ada tumpukan skibala
I. ASUHAN KEPERAWATAN
A. BIODATA

1. Identitas pasien

Nama : Tn.J

Tanggal masuk rumah sakit : 19-6-2018


Tanggal pengkajian : 22-6-2018
No Register pasien 511248

Ruangan perawatan : Intensif Care Unit RSUD Bahteramas


Jenis kelamin : laki-laki
Umur : 16 tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Siswa

Status pernikahan : Belum menikah

Diagnose medis : Trauma capitis berat

Alamat : Bombana

2. Identits penanggung jawab

Nama : Tn. B

Umur : 38 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki


Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Swasta

Hubungan dengan pasien : Ayah pasien


Alamat : Bombana
B. PENGKAJIAN

1. RIWAYAT KEPERAWATAN (NURSING HISTORY)

A. Riwayat Kesehatan Sekarang

1. Keluhan utama : pasien datang dengan penurunan kesadaran

2. Riwayat keluhan utama: pasien dengan riwayat kecelakaan lalulintas


pada tanggal 19-6-2018 jam 10.30 Wita
3. Upaya yang telah dilakukan : pasien dirujuk ke IGD RSUD
Bahteramas pada hari yang sama jam 13.30 Wita
4. Terapi/ operasi yang sudah dilakukan : telah dilakukan pemasangan
IVFD 2 jalur, pembidaian pada area fraktur, CT-Scan kepala dan
pemeriksaan darah rutin di IGD RSUD Bahteramas
B. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

1. Penyakit berat yang pernah diderita : tidak ada

2. Pernah dirawat di RS : tidak pernah

3. Pernah operasi : tidak pernah

4. Obat – obatan yang pernah dikonsumsi: tidak ada

5. Alergi : tidak ada

6. Kebiasaan merokok/ alkohol/ lainnya : tidak ada


7. BB sebelum sakit : 38 kg
C. Riwayat Kesehatan Keluarga

Keluarga pasien mengatakan di keluarga ada riwayat penyakit


hipertensi yaitu kakek pasien. Keluarga juga mengatakan ada riwayat
diabetes mellitus dikeluarga. Tidak ada riwayat penyakit menular
seperti TBC.
Genogram :

38

16

Keterangan :

: laki- laki : pasien

: perempuan : menikah

: meninggal : tinggal serumah

2. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan umum

Keadaan umum pasien lemah dan terdapat penurunan kesadaran


B. Kesadaran

Tingkat kesadaran pasien semi koma GCS E1V1M3 nilai 5

C. Tanda-tanda vital

TD : 100/ 70 mmHg

HR : 91/ menit

RR :17 x/ menit

S : 37,5 oC

SpO2 : 90 %

D. Kepala dan leher

1. Kepala

Bentuk menshocephal, terdapat luka terbuka di os temporal sinistra


sepanjang 10 cm, tanda hitam belakang telinga (bathel sign) di
bagian sinistra.
2. Penglihatan

Mata simetris,sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, raccoon


eyes di mata sinistra, pupil anisokor 2/4, reaksi cahaya ++/--.
3. Pendengaran

Bentuk simetris, terdapat cairan darah dari telinga sinistra

4. Hidung

Bentuk simetris, tidak ada secret, tidak ada sinusitis, tidak ada darah,
pernafasan cuping hidung positif
5. Tenggorokan dan mulut
Terpasang ventilator dan endo tracheal tube, bibir lembab, gigi ada
yang tanggal, tidak ada stomatitis, tidak ada tonsillitis.
6. Leher

Tidak ada pembengkakan kelenjar, tidak ada peningkatan JVP.

E. Pernafasan(breathing)

1. Inspeksi

Terpasang ventilator

Bentuk dada simetris, tidak ada lesi maupun jejas


Frekuensi nafas 17 x/menit
Tidak nampak retraksi dinding dada
Pernafasan cuping hidung positif
Payudara dan puting normal
2. Palpasi

Vokal fremitus teraba di ICS 4


Tidak teraba massa
Tidak ada pengembangan dada abnormal

3. Perkusi

Cairan : tidak ada dullnes

Udara : sonor

4. Auskultasi

Suara nafas vesikuler, terdapat suara tambahan stridor


Tidak ada krepitasi, tidak ada wheezing
F. Kardiovaskuler(bleding)
1. Inspeksi

Tidak ada edema ekstremitas, tidak ada edema palpebra, tidak ada
asites
2. Palpasi

Ictus cordis teraba di ICS 4

3. Perkusi

Pekak, tidak ada perbesaran jantung

4. Auskultasi

BJ 1 dan BJ 2 normal

Lainnya: akral dingin, CRT < 3 detik

G. Pencernaan

1. Inspeksi

Turgor kulit elastis, bibir lembab

Rongga mulut normal, tidak ada stomatitis

Abdomen tidak nampak jejas maupun massa, tidak nampak


pembuluh kapiler
2. Auskultasi

Bising usus 12 x/ menit


Bunyi vaskuler tidak ada
Bunyi peristaltic usus normal
3. Perkusi
Tympani
4. Palpasi
Tidak teraba massa

H. Ekstremitas

1. Ekstremitas atas
Tidak ada deformitas
2. Ekstremitas bawah

Tidak terdapat deformitas di bagian sinistra, terdapat fraktur di os


femur sinistra
3. Kulit

Bersih, warna kulit sawo matang, akral dingin, turgor kulit baik.

I. Genitalia

Normal, bersih, terpasang kateter urine

3. ACTIVITY DAILY LIVING

A. Nutrisi

1. Sebelum dirawat

Pasien makan 3x sehari dengan lauk pauk habis satu porsi

2. Setelah dirawat

Pasien terpasang NGT dan masih dialirkan

B. Eliminasi
BAB
1. Sebelum dirawat
Pasien BAB 1x sehari, konsistensi lembek, tidak ada darah

2. Setelah dirawat
Pasien belum BAB
BAK

1. Sebelum dirawat

Pasien biasa BAK 5-6 kali sehari, warna kekuningan, tidak


bercampur darah.
2. Setelah dirawat

Pasien terpasang katetern urine, warna urin kekuningan, tidak


bercampur darah. Urin output 200-300 ml/ 7 jam
C. Olahraga dan aktivitas

Pasien tidak pernah berolahraga

Pasien hanya beraktivitas di rumah dan di sekolah

D. Istirahat dan tidur

1. Sebelum dirawat

Pasien biasa tidur 8 jam sehari, tidak sering terbangun

2. Setelah dirawat

Pasien mengalami penurunan kesadaran

E. Personal higyene

Pasien biasa mandi 2 x sehari menggunakan sabun, gosok gigi


menggunakan pasta gigi.
Setelah dirawat pasien belum mandi

4. POLA INTERAKSI SOSIAL


Orang terdekat pasien adalah keluarga. Bila ada masalah pasien
mendiskusikan dengan keluarga.
5. KEGIATAN KEAAMAAN

Pasien biasa sholat 5 waktu dan mengaji di masjid. Setelah sakit pasien
mengalami penurunan kesadaran
6. KEADAAN PSIKOSOSIAL SELAMA SAKIT

Keluarga pasien menganggap sakit sebagai ujian

Harapan keluarga pasien lekas sembuh dan pulang kerumah


Keluarga pasien berinteraksi dengan baik dengan petugas kesehatan
7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Foto thorax : tidak ada

2. CT Scan :

 Tampak lesi hiperdens luas pada lobus frontalis kanan disertai


perifocal edema disekitarnya
 Tampak pula lesi hiperdens mengisi ventrikel lateralis terutama kiri
sampi ventrikel empat
 Sulci dan gyri obliterasi

 Pons dan cerebellum normal

 Tak tampak klasifikasi abnormal

 Tampak deviasi midline sejauh 7,4 mm

 Orbita dan mastoid baik

 Penebalan mukosa sinus maxilaris bilateral

 Tampak diskontinuitas os zygomaticum kanan, dinding sinus


maxilaris kanan,nasofrontalis dan nasomaxilaris
Kesan :

Intracerebral dan intraventrikular hematoma


Fraktur leFort I-III

8. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

21 -6- 2018 jam 19.36 WITA

Darah rutin

Hb 8,0 g/dL

Leukosit 20,10 sel/mm3.

Na 140,7 mEql/L

K 4,21 mEql/L

CL 106,0 mEql/L

Darah rutin normal

Hb 13,5-18,0 g/dL (pria dewasa)


Leukosit 4500-10,000 sel/mm3 (dewasa)
Na 135-145 mEql/L (dewasa)

K 3,5-5,0 mEql/L (dewasa)

CL 95-105 mEql/L (dewasa)


9. OBAT

Tabel 3.1 Daftar obat

Nama obat Dosis Waktu pemberian


Pantoprazole 2 x 1 vial 06.00 18.00
Furosemide 2 x 2 ampul 06.00 18.00
Ceftriaxon 2 x 1 vial 06.00 18.00
Domperidone 3 x 10 mg 06.00 14.00 22.00
Ketorolac 3 x 1 amp 06.00 14.00 22.00
Antrain 3 x 1 amp 06.00 14.00 22.00
Asam tranexamat 3x 1 amp 06.00 14.00 22.00
Paracetamol infuse 3x 500 mg 06.00 14.00 22.00
Morfina 2 amp dalam 20 cc 1 cc/ jam/ siring pump
IVFD Kaen 3B : Asering (2:2) / hari

C. ANALISA DATA/DAFTAR RUMUSAN MASALAH

Tabel 3.2 Analisa Data

Tanggal /
No Data focus Problem Etiologi
jam
1 22-6-2018 Ds : Resiko Edema
09.00 Do : keadaan umum ketidakefektif cerebral
lemah, kesadaran semi an perfusi
koma, GCS 5, CT Scan jaringan
hasil: Intracerebral dan cerebral
Intraventrikular
hematoma, terdapat luka
terbuka di os temporal
sinistra sepanjang 10 cm,
bathel sign di bagian
sinistra, raccoon eyes
dimata sinistra, pupil
anisokor 2/4 RC ++/--,
terdapat cairan darah di
telinga sinistra, terpasang
infuse RL 20 tpm di
lengan kanan, terdapat
fraktur di os femur
sinistra, terpasang kateter
urine, terpasang nasal
gastric tube, terpasang
endo tracheal tube dan
ventilator.
TD : 100/70 mmHg
HR : 91 x/ menit
RR : 17x/ menit
S : 37,5 O C
SpO2 : 90 %
Urine output 200 cc-300
cc /7 jam
2 22-6-2018 Ds : - Pola nafas Kegagalan
09.00 Do : keadaan umum tidak efektif otot
lemah, kesadaran semi pernafasan
koma, pernafasan cuping
hidung positif, , terdapat
suara tambahan stridor,
terpasang endo tracheal
tube, terpasang ventilator
TD : 100/70 mmHg
HR : 91 x/ menit
RR : 17x/ menit
S : 37,5 O C
SpO2 : 90 %
Urine output 200 cc-300
cc /7
jam

D. PRIORITAS DIAGNOSE

1. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan


edema cerebral
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kegagalan otot pernafasan
E. INTERVENSI KEPERAWATAN NIC NOC

Tabel 3.3 Intervensi

DIAGNOSA
NO NOC NIC
KEPERAWATAN
1 Resiko NOC : 8. Monitor TIK
ketidakefektifan - Circulation status - Monitor adanya
perfusi jaringan - Tissue Prefusion keluhan sakit
cerebral berhubungan Cerebral kepala, mual,
dengan edema muntah, gelisah
cerebral Kriteria Hasil : - Monitor status
1. Perfusi jaringan cerebral neurologi
- Tekanan intra cranial - Monitor intake dan
normal output
- Tidak ada nyeri 9. Manajemen edema
kepala cerebral
- Tidak ada - Monitor adanya
kegelisahan kebingungan,
- Tidak ada gangguan keluhan pusing
refleks saraf - Monitor status
2. Status neurologi pernafasan,
- Kesadaran normal frekuensi dan
- Tekanan intra cranial kedalaman
normal pernafasan
- Pola bernafas normal - Kurangi stimulus
- Ukuran dan reaksi dalam lingkungan
pupil normal pasien
- Laju pernafasan - Berikan sedasi
normal sesuai kebutuhan
- Tekanan darah 10. Monitor
normal neurologi
- Monitor tingkat
kesadaran (GCS)
- Monitor refleks
batuk dan menelan
- Pantau ukuran
pupil,bentuk,
kesimetrisan
11. Monitor TTV
12. Posisikan head
up (30- 40 derajat)
13. Beri terapi O2
sesuai anjuran medis
14. Kolaborasi
pemberian terapi
medis
2 Pola nafas tidak NOC : 1. Airway Management
efektif berhubungan - Respiratory status :  Pertahankan
dengan kegagalan otot Ventilation bukaan jalan nafas
pernafasan - Respiratory status :  Beri posisi head up
Airway patency 30-40 derajat
- Vital sign Status untuk
Kriteria Hasil :  Memaksimalkan
5. Irama pernafasan normal ventilasi.
6. Frekuensi pernafasan  Keluarkan secret
normal dengan suction.
7. TTV dalam batas normal  Monitor alat
8. Tidak ada tanda sesak ventilator
9. Pasien tidak mengeluh 2. Oxygen Therapy
sesak
 Pertahankan jalan
nafas yang paten
 Monitor aliran
Oksigen
 Monitor adanya
tanda-tanda
hypoventilasi
3. Vital Sign Monitoring
 Monitor TD, Suhu,
RR
 Identifikasi
penyebab dari
perubahan vital
sign
4. Kolaborasi pemberian
therapi medis
F. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Tabel 3.4 Implementasi dan Evaluasi

No Tanggal Paraf
Implementasi keperawatan Jam Catatan perkembangan
Dx / Jam Perawat
1 22-6- 1. Memonitor tekanan 14.00 S :-
2018 intra kranial O:
09.00 - Memonitor status - Keadaan umum lemah,
neurologi - Tingkat kesadaran
- Memonitor intake Semi Koma , GCS 5
dan output - Refleks saraf (Reflex
2. Memanajemen edema Bra instem 7)
cerebral - Vital sign
- Memonitor status TD : 100/ 70 mmHg
pernafasan, HR : 91 x/ menit
frekuensi dan RR : 17x/ menit
kedalaman S : 37,5 o C
pernafasan - Reaksi Pupil, Pupil
- Mengurangi 2/4, RC++/--
stimulus dalam A:Resiko
lingkungan pasien ketidakefektifan
- Memberikan sedasi perfusi jaringan
sesuai kebutuhan cerebral belum
3. Memonitor neurologi teratasi.
- Memonitor tingkat P : lanjutkan intervensi
kesadaran (GCS)
- Memonitor refleks
batuk dan menelan
- Memantau ukuran
pupil,bentuk,kesime
trisan
4. Memonitor TTV
5. Memposisikan head up
(30- 40 derajat)
6. Memberi terapi O2
sesuai anjuran medis
(O2 Ventilator dengan
mode SIMV)
7. Memberikan terapi
kolaborasi medis
‘2 22-6-18 1. Airway Management 14.00 S: -
 Mempertahankan O:
bukaan jalan nafas - Keadaan umum
 Memberi posisi lemah,
head up 30-40 - Ventilasi: RR 17x/
derajat untuk menit, irama nafas
 Memaksimalkan teratur, suara nafas
ventilasi. stridor.
 Mengeluarkan secret - Airway patency:
dengan suction. pernapasan cuping

 Memonitor alat hidung, (+) ventilator

ventilator (+), penggunaan otot

2. Oxygen Therapy bantu pernafasan (-)

 Mempertahankan - SpO2 : 90 %

jalan nafas yang - Vital Sign: TD: 100/70

paten mmHg, HR : 91 x/
menit, RR: 17x/ menit,
 Memonitor aliran
S: 37,5oC
Oksigen
 Memonitor adanya A:pola nafas tidak
tanda-tanda efektif
hypoventilasi belum teratasi.
3. Vital Sign Monitoring P: lanjutkan intervensi
 Monitor TD, suhu,
RR
 Identifikasi
penyebab dari
perubahan vital sign
4. Kolaborasi pemberian
therapi medis
2 23-6- 1. Memonitor Tekanan 14.00 S:-
2018 intra kranial O:
08.00 - Memonitor status - Keadaan umum lemah
neurologi - Tingkat kesadaran Semi
- Memonitor intake koma GCS 5
dan output - Refleks saraf (Reflex
2. Memanajemen edema Bra
cerebral Instem 7)
- Memonitor status -Vital sign
pernafasan, TD : 115/ 90 mmHg
frekuensi dan HR : 92 x/ menit
kedalaman RR : 17x/ menit
pernafasan S : 37,8O C
- Mengurangi - ReaksiPupil , Pupil2/3,
stimulus dalam RC++/--
lingkungan pasien A:Resiko
- Memberikan Ketidakefektifan
sedasi sesuai perfusi jaringan
kebutuhan cerebral belum
3. Memonitor neurologi teratasi.
- Memonitor tingkat P :lanjutkan intervensi
kesadaran (GCS)
- Memonitor refleks
batuk dan menelan
- Memantau ukuran
pupil,bentuk,
kesimetrisan
4. Memonitor TTV
5. Memposisikan head up
(30- 40 derajat)
6. Memberi terapi O2
sesuai anjuran medis
(O2 Ventilator dengan
mode SIMV)
7. Memberikan terapi
hasil kolaborasi medis

2 23-6-18 1. Airway Management 14.00 S:-


08.00  Mempertahankan O:
bukaan jalan nafas - Keadaan umum
 Memberi posisi head lemah,
up 30-40 derajat - Ventilasi: RR
untuk 17x/menit, irama
 Memaksimalkanvent nafas teratur, suara
ilasi. nafas stridor.

 Mengeluarkan secret - Airway patency:

dengan suction. pernapasan cuping

 Memonitor alat hidung (+) ventilator

ventilator (+), penggunaan otot

2. Oxygen Therapy bantu pernafasan (-)


- SpO2 : 90 %
 Mempertahankan
- Vital Sign: TD: 115/
jalan nafas yang
90 mmHg, HR :
paten
92 x/ menit,
 Memonitor aliran
- RR: 17x/ menit, S:
Oksigen
37,8oC
 Memonitor adanya
A:pola nafas tidak efektif
tanda-tanda
belum teratasi.
hypoventilasi
P: lanjutkan intervensi
3. Vital SignMonitoring
 Monitor TD, Suhu,
RR
 Identifikasi
penyebab dari
perubahan vital sign
4. Kolaborasi pemberian
therapi medis
3 24-6- 1. Memonitor tekanan 14.00 S:-
2018 intra cranial O:
08.30 - Memonitor status - Keadaan umum lemah
neurologi - Tingkat kesadaran Semi
- Memonitor intake koma GCS 6
dan output - Refleks saraf (Reflex
2. Memanajemen edema Brainstem 9)
cerebral -Vital sign
- Memonitor status TD : 130/ 75 mmHg
pernafasan, HR : 85 x/ menit
frekuensi dan RR : 17x/ menit
kedalaman S : 37 O C
pernafasan - ReaksiPupil , Pupil2/3,
- Mengurangi RC++/++
stimulus dalam A:Resiko
lingkungan pasien ketidakefektifan
- Memberikan sedasi perfusi jaringan
sesuai kebutuhan cerebral
3. Memonitor neurologi belum teratasi.
- Memonitor tingkat P: lanjutkan intervensi
kesadaran (GCS)
- Memonitor refleks
batuk dan menelan
- Memantau ukuran
pupil,bentuk,
kesimetrisan
4. Memonitor TTV
5. Memposisikan head up
(30- 40 derajat)
6. Memberi terapi O2
sesuai anjuran medis
(O2 Ventilator dengan
mode SIMV)
7. Memberikan terapi
kolaborasi medis
2 24-6-18 1. Airway Management 14.00 S: -
08.00  Mempertahankan O:
bukaan jalan nafas - Keadaan umum
 Memberi posisi head lemah,
up 30-40 derajat - Ventilasi: RR
untuk 17x/menit, irama

 Memaksimalkan nafas teratur, suara

ventilasi. nafas stridor.

 Mengeluarkan secret - Airway patency:

dengan suction. pernapasan cuping

 Memonitor alat hidung (+) ventilator

ventilator (+), penggunaan otot


2. Oxygen Therapy bantu pernafasan (-)
 Mempertahankan - SpO2 : 100 %
jalan nafas yang - Vital Sign: TD: 130/
paten 75 mmHg, HR: 85 x/
 Memonitor aliran menit, RR: 17x/
Oksigen menit, S: 37 oC

 Memonitor adanya A:pola nafas tidak efektif

tanda-tanda belum teratasi.

hypoventilasi P: lanjutkan intervensi

3. Vital Sign Monitoring


 Monitor TD, Suhu,
RR
 Identifikasi
penyebab dari
perubahan vital sign
4. Kolaborasi pemberian
therapi medis
ang d

39

Anda mungkin juga menyukai