Anda di halaman 1dari 10

1

PROSIDING TPT XXIII PERHAPI 2014

Manajemen Air Pemukaan untuk Penanganan TSS Ekstra Tinggi


Blok B-West, Sambarata Mine Operation (SMO) - PT Berau Coal,
Kabupaten Berau, Kalimantan Timur

Ahmad Baiquni1) , Welly Turupadang2) dan Lilik Eko Widodo3)


1)
Sr.Hydrological Engineer PT Berau Coal,
2)
Geotechnical & Hydrology Manager PT Berau Coal dan
3)
Dosen Program Studi Teknik Pertambangan ITB

Sari

Blok B-West pada tambang Sambarata (SMO) merupakan salah satu blok tambang unggulan
PT. Berau Coal (PTBC) secara kuantitas maupun kualitas batubaranya, namun kondisi ini
tidak berbanding lurus dengan kendala yang akan dihadapi, yaitu adanya jenis material
overburden berupa batuan expansive yang mengandung mineral monmorillonite
(Al2Si4O10(OH)2). Dalam jumlah banyak, material ini ketika terkena air mudah mengembang
dan cepat terhambur saat kondisi kering, sehingga memberikan kontribusi total suspended
solid (TSS) ekstra tinggi dengan waktu endap yang lama. Hasil pengukuran rata-rata nilai TSS
pada lokasi ini mencapai 20000 mg/L jauh melebihi baku mutu air limbah untuk kegiatan
pertambangan batubara sebesar 300 mg/L sesuai PerDa KalTim No 2, 2011). Salah satu
resiko yang sangat berat dihadapi, yaitu isu lingkungan, jika air tambang tidak berhasil di-
treatment sesuai Baku Mutu Lingkungan (BML).

Berbagai upaya dilakukan selama periode penambangan tahun 2010 akhir - sekarang (2014),
dimulai dari pit paling Selatan, yaitu Pit T1 kemudian ke arah Utara berturut-turut: Pit T2, Pit
T3 dan Pit T4 dalam rangka pengelolaa / treatment TSS ekstra tinggi, antara lain: sirkulasi air
tertutup pada kolam 1-6 pada WMP-26 (water monitoring point), pembuatan saluran sediment
trap pada WMP-37, trial penambahan bahan kimia dan terakhir dengan manajemen air
menuju void Gaharu.

Keberhasilan pemanfaatan void Gaharu sampai saat ini merupakan alternatif paling ekonomis
untuk menurunkan TSS ekstra tinggi dengan konsep manajemen air permukaan pada lokasi
ini adalah air dengan TSS ekstra tinggi di-dewatering secara bertingkat dari Pit T4 menuju ke
T3-T2 dan bermuara di void Gaharu. Berdasarkan hasil simulasi waktu penuh, dapat
disimpulkan bahwa void Gaharu masih aman terhadap penyelesaian penambangan Pit T4.

Tulisan ini hanya membahas kajian hidrologi untuk manajemen air permukaan Blok B-West
Tambang Sambarata dalam upaya penanganan TSS ekstra tinggi.

Kata Kunci: TSS, tanah exspansif, B-West, SMO, dewatering, air permukaan
2
PROSIDING TPT XXIII PERHAPI 2014

Abstract

Block B-West is located in Sambarata Mine Operation (SMO), which is one of the prime
mine blocks of PT Berau Coal in term of coal quantity and quality, but this location has
experienced serious problem with overburden material that is the exspansive rock, which
contains monmorillonite (Al2Si4O10(OH)2). In a lot of quantities, this material is swell and
quick dissipate when it is exposed to water, thus contributes extra high total suspended solid
(TSS) with long settling time. According to results of measurement, average value of TSS at
this location reaches 20000 mg /L that is much higher than TSS required for waste water for
coal mining activities amounting to 300 mg/L (based on PerDa KalTim No. 2/2011). High
risk potency of environmental issue arises when the TSS can not be reduced under the limit
threshold value (BML).

Several efforts to reduce TSS have already performed during mining period from 2010 -
present (2014) at Pit T1, T2, T3 and T4, among others: closed water circulation at the water
monitoring pond (WMP 1-6), sediment trapping at WMP-37, using chemicals and finally mine
water management by using Gaharu void as end-buffer.

Management of mine water by means of using Gaharu void as end-buffer can be considered
to be the most economical alternative to reduce high extra TSS. The concept of surface water
management in this location is to reduce TSS in stages from Pit-T4 into T3 then into T2 and
finally into the Gaharu void. Based on the simulation results, it was expected that the TSS of
spill over water from Gaharu void will be safe by the completion of Pit T4.

This paper only discusses the hydrology study of surface water management Block B-West
Mine Sambarata in handling extra high TSS.

Keywords: TSS, expansive soil, B-West, SMO, dewatering, surfac water management

PENDAHULUAN

Blok B-West tambang Sambarata (SMO) terdiri dari beberapa Pit, antara lain : Pit T1, Pit T2,
Pit T3 dan Pit T4, merupakan salah satu blok tambang aktif selain blok tambang lainnya,
yaitu Blok B-East dan Blok B-1 Birang pada periode penambangan 2010 sampai sekarang.
Lokasi Blok B-West berada paling Barat sejajar Blok B-East yang dipisahkan oleh Sungai
Sambarata, dengan arah aliran Sungai dari Utara menuju ke Selatan. Pola aliran di areal Blok
B-West dari arah Barat ke Timur dan bermuara di Sungai Sambarata melewati ceruk alami
dan dataran banjir (flood plain), memiliki total daerah tangkapan air (DTA) 9,03 km2, dengan
curah hujan rata-rata tahunan 2560 mm akan menghasilkan volume air limpasan permukaan
(run-off) yang besar, yaitu 15,1 juta m3/tahun. Peta Area Konsesi PTBC dan Blok B-West
SMO disajikan pada Gambar 1 dan 2. Blok B-West merupakan salah satu Blok unggulan
PTBC karena secara kuantitas mampu memproduksi 32% batubara (1,45 juta MT) dari total
capaian produksi SMO (4,51 juta MT) pada tahun 2015, dengan stripping ratio (SR) 8.9 dan
kualitas batubara Agathis (CV ARB 5100 Kcal/kg) s/d Mahoni-B (CV ARB 5300 Kcal/kg).
Namun kondisi ini tidak berbanding lurus dengan kendala yang dihadapi ketika menambang,
yaitu adanya jenis material overburden berupa batuan expansive yang mengandung mineral
monmorillonite (Al2Si4O10(OH)2). Dalam jumlah yang cukup signifikan, material ini ketika
3
PROSIDING TPT XXIII PERHAPI 2014

terkena air akan mengembang dan cepat terhambur ketika kering, sehingga memberikan
kontribusi TSS ekstra tinggi dengan waktu endap yang lama sekitar 250 hari dalam kondisi
tanpa gangguan. Beberapa usaha telah dilakukan untuk penanganan masalah ini, termasuk
penurunan TSS menggunakan bahan kimia. Walaupun efektif, namun cara ini cukup mahal,
karena melibatkan volume air permukaan terganggu yang cukup banyak. Makalah ini
bertujuan untuk menggambarkan keberhasilan proses penambangan Blok B-West selama
periode 2010 – 2014 dalam penanganan konsentrasi TSS ekstra tinggi dengan manajemen air
permukaan secara menyeluruh (komprehensif).

Gambar 1. Peta Area Konsesi PT Berau Coal (Kiri)


Gambar 2. Peta Area Blok B-West, SMO (Kanan)

METODE

Penanganan kualitas air tambang pada PTBC menggunakan WMP (water monitoring point)
terdiri dari kolam sedimen (sediment pond) untuk mengendapkan sedimen yang didasarkan
pada penanganan fisik dan kolam endap (settling pond) untuk menangani kualitas air tambang
yang didasarkan pada penanganan kimia. Fasilitas pengelolaan air permukaan terganggu atau
selanjutnya disebut air tambang yang terdapat di lokasi Blok B-West dan sekitarnya, antara
lain: sump Pit T2-T3-T4, kolam 1-6 WMP-26, SP-03 WMP-27, WMP-37, Waterfill MTN
(TP-MTN) dan void Gaharu sebagai terminal air tambang terakhir sebelum dikeluarkan
menuju perairan umum Sungai Sambarata melalui treatment di WMP-13. Secara garis besar
tahapan pekerjaan untuk manajemen air permukaan (surface water management) untuk
penanganan TSS ekstra tinggi Blok B-West adalah sebagai berikut :

1. Konstruksi 2 WMP baru, yaitu: WMP-27 dan WMP-37 untuk membantu kinerja WMP-26
yang sudah ada.
 WMP-26 : DTA sebagian IPD-T1 sebelah selatan,
 WMP-27 : DTA sebagian IPD-T1, OPD-T1 dan OPD-T2 sebelah Timur,
 WMP-37 : DTA sebagian IPD-T1 dan OPD-West.
4
PROSIDING TPT XXIII PERHAPI 2014

2. Konstruksi saluran pengelak / diversion channel untuk mengelakkan DTA original


keliling pit, material dasar saluran dengan geomembrane dan tanah lempung dipadatkan.
3. Pemasangan bangunan perlintasan yaitu gorong-gorong dan bangunan terjun.
4. Sistem pompa bertingkat dari Pit T4 menuju Pit T3, Pit T2, Waterfill / Kolam 1.6 dan
terakhir ke dalam void Gaharu.
5. Pembuatan bangunan pelimpah (spillway) sebagai sarana spillout air pada void Gaharu
beserta sarana WMP-13.
6. Memperpanjang usia guna void Gaharu dengan mine drainage dan revegetasi.

PEMBAHASAN

Masalah TSS konsentrasi ekstra tinggi pada Blok B-West tidak bisa diselesaikan pada
sediment pond (SP) saja, namun harus melibatkan settling pond (STP) karena harus
menggunakan bahan kimia untuk memepercepat penurunan konsentrasi TSS. Penanganan
dengan kombinasi SP dan STP ini ternyata memerlukan waktu dan biaya yang besar, sehingga
tidak menyelesaikan masalah TSS konsentrasi ekstra tinggi dalam air permukaan terganggu
dengan volume air yang besar berasal dari daerah tangkapan air Blok B-West. Pada Gambar
3 disajikan keberadaan material lengket yang dapat menghasilkan TSS ekstra tinggi.

Low Wall Pit T3U

Gambar 3. Foto Low Wall Pit T3U dan keberadaan material lengket

Penanganan TSS konsentrasi ekstra tinggi tidak dilakukan menggunakan bahan kimia, namun
dicoba dilakukan dengan mengelola air permukaan menggunakan fasilitas yang ada dengan
fokus void Gaharu sebagai penampungan akhir yang signifikan untuk memberi penurunan
konsentrasi TSS dalam jangka waktu yang panjang. Dari beberapa penelitian dapat diketahui
bahwa void dapat bertindak sebagai auxillary sediment pond yang cukup efektif, sehingga
dalam waktu panjang overflow dari void Gaharu diharapkan dapat dikeluarkan dari lokasi
tambang dengan baku mutu yang sesuai pada aturan, dimana nilai TSS untuk kegiatan
pertambangan batubara sebesar 300 mg/L (PerDa KalTim No. 2/ 2011).

Gambaran tata letak fasilitas air tambang pada lokasi Blok B-West sampai ke void Gaharu
dapat digambarkan sbb: dimulai dari Pit paling Selatan, yaitu T1 kemudian beturut-turut
kearah Utara, Pit T2, Pit T3 dan Pit T4. Fasilitas pengelolaan air limbah antara lain WMP-26,
WMP-27 dan WMP-37 berada di Selatan Pit T2, sedangkan void Gaharu berada di Selatan
5
PROSIDING TPT XXIII PERHAPI 2014

Blok B-West dengan jarak sekitar 3 km. Pada Gambar 4 disajikan tata letak Blok B-West
beserta skema pengelolaan air limbah.

Gambar 4. Peta Tata Letak Blok B-West dan skema pengelolaan air limbah

Tahapan penambangan Blok B-West dimulai dari arah Selatan menuju ke arah Utara,
memotong tegak lurus pola aliran, mulai pembukaan Pit T1 (periode 2010-2011) kemudian
berturut-turut Pit T2 (periode 2011-2013), Pit T3 (periode 2013-2014) dan Pit T4 (periode
2014-2015).

1. Periode penambangan Pit T1 & Pit T2 (September 2010 - Mei 2013)


Permasalahan TSS diawal penambangan Pit T1 pada triwulan III-2010 masih relatif tidak
signifikan karena bukaan lahan terganggu relatif kecil, hanya bukaan Pit T1 dan sebagian
pembentukan OPD T1. Masalah TSS masih mampu diatasi oleh WMP-26 dengan
penerapan sistem sirkulasi air tertutup pada void kolam 1-6 dengan volume kolam 78000
m3. Selain itu WMP-27 juga dibuat pada triwulan I-2011 untuk membantu pengelolaan air
permukaan terganggu saat dilakukan dumping di OPD-T1. Kondisi ini mampu
dipertahankan sampai dengan penambangan Pit T1 berakhir.

Penanganan TSS dilakukan pada 2 lokasi, yaitu Pit T2 dan disposal, pada lokasi Pit T2
pengelolaan air permukaan dilakukan dengan membuat saluran pengelak keliling Pit T1
(mine drainage) sebelum penggalian (digging) pit, sehingga DTA air original tidak masuk
ke dalam tambang dan DTA pit berkurang menjadi 134 ha atau 34% dari total DTA (391
ha). Jenis material dasar saluran kombinasi saluran tanah dipadatkan dan menggunakan
lapisan geomembrane untuk mencegah erosi material penyebab TSS. Foto saluran dapat
dilihat pada Gambar 5 dan Gambar 6.
6
PROSIDING TPT XXIII PERHAPI 2014

Side Wall Pit T2 Low Wall Pit T2

Gambar 5. Saluran tanah dipadatkan sisi HW,SW Pit T2 (Kiri)


Gambar 6. Saluran geomembrane sisi LW Pit T2 (Kanan)

Peran sentral pada sump Pit T2 Selatan (T2S) dengan volume void sekitar 1.5 juta adalah
menjadi lintasan kritis terhadap penyelesaian sarana mine dewatering ke void Gaharu
sebagai tempat penampungan akhir air tambang. Adapun sarana mine dewatering air ke
Gaharu yang perlu disiapkan, antara lain: pemasangan pipa HDPE, pembuatan saluran
terbuka dan pemasangan pompa.
Berdasar hasil simulasi pompa, diperlukan total 2 line pompa (Qpompa=25.000 m3/hari)
untuk dewatering Pit T2, jika dilakukan pembukaan lahan sampai Pit T4, namun untuk
periode ini 1 line pompa menjadi prioritas untuk sekedar menjaga level air di sump T2S
agar proses penambangan Pit T2 yang berada di bawah sump bisa dilakukan.
Pada periode ini juga dibangun WMP-37 untuk menangkap DTA sebagian areal disposal
sebelah Barat OPD-West dan IPD T1. Pengelolaan air di WMP-37 direncanakan
menggunakan penanganan kimia dan model sediment trap. Pada Gambar 7 dan Gambar
8 disajikan proses penambangan pit T2 dan mine dewatering menuju void Gaharu.

Inlet void Gaharu


Sump T2S

TSS ekstra tinggi

Pit T2U

Gambar 7. Proses Penambangan Pit T2 berada di bawah T2S (Kiri)


Gambar 8. Dewatering air limbah sump T2S menuju void Gaharu (Kanan)

Pada areal disposal IPD T1, OPD T1, OPD West dan OPD T2, pengelolaan air limbah
dilakukan oleh 3 buah WMP yang berada di Selatan Pit T2 yaitu WMP-26, WMP-27 dan
WMP-37. Proses pekerjaan dumping dan penutupan areal disposal harus dilakukan
dengan cepat dan tepat, sehingga mampu menurunkan dampak TSS ekstra tinggi. Untuk
7
PROSIDING TPT XXIII PERHAPI 2014

mengurangi aliran permukaan yang menghasilkan TSS ekstra tinggi pada areal disposal,
segera dilakukan cover crop dan revegetasi. Pada Gambar 9 dan Gambar 10 disajikan
foto sebelum dan setelah dilakukan penanganan sumber TSS areal IPD T1 & OPD T2.

IPD T1 & OPD T2 IPD T1 & OPD T2

Foto diambil dari Utara ke Selatan Foto diambil dari Utara ke Selatan
Gambar 9. Kondisi IPD & OPD T1 saat konstruksi (Kiri)
Gambar 10. Kondisi IPD & OPD T1 setelah revegetasi (Kanan)

2. Periode penambangan Pit T3 (Maret 2013- Agustus 2014)


Pembukaan lahan (land clearing) Pit T3 dilakukan pada triwulan I-2013 overlapping
dengan berakhirnya pengambilan batubara Pit T2. Pit T3 terdiri dari Pit T3-Selatan (T3S)
dan Pit T3-Utara (T3U) yang dipisahkan jarak 700 m. Adapun tahapan penanganan air
limpasan permukaan (run-off) pada lokasi Pit T3S dan Pit T3U adalah sebagai berikut :
 Pekerjaan land clearing pararel dengan pembuatan mine drainage berupa saluran
tanah (clay) dipadatkan, aliran air ini adalah aliran original sehingga outlet saluran
original menuju Pit T2 sisi Timur dan dibuang ke S.Sambarata tanpa treatment.
 Proses penambangan dilakukan termasuk pembuatan sump dengan penempatan 1 line
pompa (Qpompa=13.500 m3/hari) dan dipompa menuju sump Pit T2S.

Pada triwulan III-2014 penambangan Pit T3 selesai dilakukan, Pit T3S telah menjadi IPD
dan menjadi aligment / jalur saluran tanah yang dilewati air pemompaan dari Pit T3U.
Setelah Pit T3U selesai ditambang langsung dilakukan dumping sebagai IPD dengan
menyisakan void sebagai sump Pit T3. Sumber inflow berasal dari debit run-off DTA Pit
T3U sendiri (85 ha) dan debit pompa Pit T4 (73 ha).

3. Periode penambangan Pit T4 (Maret 2014 – Juni 2015)


Sebagai tahap terakhir pada penambangan Blok B-West, pembukaan lahan (land clearing)
Pit T4 dilakukan pada triwulan I-2014 overlapping dengan berakhirnya pengambilan
batubara Pit T3U. Pit T4 direncanakan akan selesai ditambang pada triwulan II-2015.
Bercermin dari keberhasilan penanganan TSS ekstra tinggi pada proses penambangan pit
sebelumnya (mulai Pit T2 dan Pit T3), maka tahapan penanganan air limpasan permukaan
(run-off) pada lokasi Pit T4 adalah sbb :
 Pekerjaan land clearing pararel dengan pembuatan mine drainage berupa saluran
tanah (clay) dipadatkan pada sisi high wall (HW) dan side wall (SW) nya, aliran air ini
terdefinisi sebagai aliran original. Outlet saluran original sebagian dialirkan ke arah
Selatan melalui SW Selatan Pit T4 dan kearah Utara menuju SW Utara Pit T4, untuk
tahapan ini diperlukan 2 titik bangunan persilangan berupa gorong-gorong (culvert).
8
PROSIDING TPT XXIII PERHAPI 2014

 Pada periode ini rencana pembuatan WMP-T4 ditiadakan dengan pertimbangan sisi
ekonomis penambangan dan diganti sistem pemompaan, diperlukan 1 line pompa
(Qpompa=6.800 m3/hari), air tambang pada DTA Pit T4 dipompa menuju Pit T3.

4. Periode dewatering Blok B-West menuju void Gaharu (Desember 2012 - sekarang)
Kegiatan aktual dewatering Blok B-West menuju void Gaharu berlangsung selama kurang
lebih 2 tahun, mulai triwulan IV-2012 pada saat puncak penanganan TSS ekstra tinggi
lokasi Pit T2 sampai saat ini. Volume kapasitas void Gaharu sebesar 26.1 juta m3, mulai
elevasi terendahnya (-129 mdpl) menuju rencana crest spillway pada level +6 mdpl.
Berdasar simulasi pemompaan secara kontinyu minimum 20 jam/hari dari Blok B-West,
diperkirakan void Gaharu akan penuh dan spillout pada Triwulan III – 2016. Pada
Gambar 11 disajikan plotting muka air saat void Gaharu mengalami spillout (+6 mdpl).

Genangan Air, El. +6.00,


Spillway El. +6.00
WMP-13 volume 26.1 juta m3

S.Sambarata

Void Gaharu

Gambar 11. Plotting muka air elevasi spillout void Gaharu (el. Ma +6)

Kemudian pada Gambar 12 disajikan kurva kapasitas void Gaharu yang digunakan untuk
keperluan simulasi dan monitoring muka air hasil pengisian (impounding) dari
Void2012
pemompaan Blok B-West mulai tahun Gaharu
sampai dengan spillout.

Gambar 12. Kurva Kapasitas void Gaharu


9
PROSIDING TPT XXIII PERHAPI 2014

Berdasar hasil simulasi spillout void Gaharu, maka paling lambat pada tahun 2015 sarana
overflow seperti: bangunan spillway dan improvement WMP-13 di hilir-nya harus di
konstruksi, agar air yang keluar ke perairan bebas dapat diolah terlebih dahulu sesuai baku
mutu. Review terhadap kemampuan void Gaharu sebagai pendukung akhir penambangan
Blok B-West memperihatkan elevasi air masih di bawah rencana (plan), sehingga
menambah keyakinan bahwa void ini belum penuh setelah penambangan Blok B-West
selesai. Beberapa kondisi lapangan yang ditemukan, antara lain :
 Kejadian hujan aktual masih di bawah plan;
 Pompa 2 line tidak kontinyu dari Pit T2 menuju void Gaharu, sehingga air masih
tertahan di sump T2, dimana kapasitas sump T2 sekitar 3 juta m3 juga berfungsi
sebagai void;
 Kapasitas sump T3 sekitar 700 ribu m3 juga menambah void di Blok B-West;
 Reduksi air permukaan setelah revegetasi dilakukan.

Dengan beberapa kondisi di atas saat ini PTBC fokus pada perbaikan dan peningkatan
sarana dewatering dan penyiapan infrastruktur spillout pada void Gaharu. Tinjauan
terhadap kualitas air aktual, secara visual air pada void Gaharu jernih dan hasil
pengukuran bathimetri menunjukkan tebal endapan yang terjadi sudah mencapai 5 meter
dari dasar void.

Pada Gambar 13 dan Gambar 14 disajikan dokumentasi foto kondisi void Gaharu
sebelum mulai pemompaan (Oktober 2012) dan monitoring level air setelah pemompaan
pada Agustus 2014.

04-10-2012 11-08-2014

El.m.a -33
El.m.a -105
m.a = muka air, void Gaharu

Gambar 13. Kondisi awal sebelum pemompaan dari B-West, 04-10-2012 (Kiri)
Gambar 14. Kondisi air setelah 2 tahun pengisisan void Gaharu, 11-08-2014 (Kanan)

Hasil evaluasi dewatering plan untuk tahun 2015, pemilihan sistem pemompaan
bertingkat dinilai masih paling ekonomis untuk mengamankan coal getting penambangan
Blok B-West, sehingga ke depan tinggal memikirkan proses mine closure areal Blok B-
West yang perlu dilakukan cepat dan akurat untuk menekan biaya pemompaan.
10
PROSIDING TPT XXIII PERHAPI 2014

KESIMPULAN

1. Penambangan Blok B-West menjumpai kendala TSS ekstra tinggi yang cukup serius,
sehingga penanganan manajemen air permukaan yang keliru akan menyebabkan aspek
ekonomis tambang menjadi mahal.
2. Penanganan air tambang dengan TSS ekstra tinggi tidak cukup melibatkan sarana
pengelolaan air limbah berupa kolam WMP, yaitu sediment pond dan settling pond,
namun memerlukan penampungan akhir yang cukup besar.
3. PTBC memilih penanganan TSS ekstra tinggi secara fisik agar ekonomis, memanfaatkan
void Gaharu sebagai penampungan akhir air tambang dalam menjamin keberhasilan
penambangan Blok B-West.
4. Manajemen air permukaan dilakukan dengan mengurangi inflow yang masuk ke dalam
areal terbuka atau terganggu, baik dengan membuat mine drainage keliling tambang
terdiri dari kombinasi saluran tanah dipadatkan dan saluran dilapisi geomembrane maupun
penerapan sistem dewatering bertingkat dari pit paling Utara ke Pit paling Selatan dan
bermuara ke void Gaharu.
5. Berdasar hasil simulasi waktu penuh (spillout) dapat disimpulkan void Gaharu masih
aman dan di bawah rencana (plan), sehingga menjamin penambangan Blok B-West
berhasil untuk penanganan air tambang dengan TSS ekstra tinggi.
6. PTBC fokus pada perbaikan dan peningkatan sarana dewatering dan penyiapan
infrastruktur spillout pada void Gaharu sampai selesai penambangan Blok B-West.
7. Kegiatan operasi penambangan Pit T3 dan T4 pada tahun 2015 dianggap tidak terlalu
lama, sehingga gangguan dengan adanya TSS ekstra tinggi segera dapat diakhiri dengan
jalan merehabilitasi Pit T3 dan T4. Untuk buffering air tambang dengan TSS ekstra tinggi,
maka dapat dipompa menuju void Gaharu.
8. Perlu rencana mine closure areal Blok B-West yang dilakukan secara cepat dan akurat
untuk menekan biaya pemompaan pasca selesai penambangan Blok B-West pada triwulan
II tahun 2015.

DAFTAR PUSTAKA

PT. LAPI-ITB (2013), Pemodelan Pengelolaan Air Permukaan Terganggu dengan


Konsentrasi TSS Ekstra Tinggi pada Pit T2 West, Blok Sambarata, Berau Coal.
Baiquni, Ahmad, (2013), Kajian Hidrologi untuk Dewatering Plan 2014, Arsip Internal
[tidak diterbitkan untuk umum], Berau
PT. LAPI-ITB (2014), Laporan Kunjungan Lapangan Batch-1 Lapi ITB Bulan Maret
2014.
PT. LAPI-ITB (2014), Draft Laporan Catatan Teknis Pengelolaan Air Permukaan di SMO
dan LMO.
US Army Corps of Engineer Hydrologic Engineering Center, 2008, HEC-RAS River
Analysis System Hydraulic Reference Manual, free downloaded ebook.
Effendi, Hefni (2003). Telaah Kualitas Air Bagi Pengelola Sumber Daya dan Lingkungan
Perairan, Penerbit Kanisius, Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai