Anda di halaman 1dari 8

Semiotic

Denada Putri Supit 17091102014


Soal dan jawaban MID Semester serta tugas.
1. Apa itu semiotika?
2. Sebutkan beberapa tokoh semiotika dan pemikirannya!
3. Apa yang menjadi persamaan dan perbedaan pemikiran dari tokoh-tokoh semiotika
tersebut?
4. Jelaskan semiotika Saussure tentang langue dan parole, signifie dan signifiant!
5. Apa yang dimaksud dengan sintagmatik dan paradigmatik, sinkronis dan diakronis, form
dan content?
6. Jelaskan tanda menurut Peirce yang mencakup ground, object dan interpretant!
Jawaban
1. Semiotika diambil dari kata bahasa yunani: semeion, yang berarti tanda. Semiotika adalah
ilmu yang mengkaji tanda-tanda dalam kehidupan manusia. Semua yang hadir di dalam
kehidupan dilihat sebagai tanda, yakni sesuatu yang harus diberi makna.
2. Beberapa tokoh semiotika diantaranya ada:
1) Ferdinand de Saussure (1857-1913)
Saussure yang menggunakan istilah semiologi dalam kajian semiotikanya. Semiologi
menurut Saussure adalah kajian mengenai tanda dalam kehidupan sosial manusia,
mencakup apa saja tanda tersebut dan hukum apa yang mengatur terbentuknya tanda.
Hal ini menunjukkan bahwa tanda dan makna dibalik tanda terbentuk dalam kehidupan
sosial dan terpengaruhi oleh sistem (atau hukum) yang berlaku di dalamnya. Ada
beberapa hal dalam sistem yang mempengaruhi pembentukan dan pelestarian tanda
dalam masyarakat, dan Saussure lebih menekankan pada peranan bahasa dibanding
aspek lain seperti sistem tulisan, agama, sopan-santun, adat istiadat, dan lain
sebagainya.
2) Charles Sanders Pierce (1839-1914)
Menurut Peirce kata ‘semiotika’, kata yang sudah digunakan sejak abad kedelapan
belas oleh ahli filsafat Jerman Lambert, merupakan sinonim kata logika. Logika harus
mempelajari bagaimana orang bernalar. Penalaran, menurut hipotesis Pierce yang
mendasar dilakukan melalui tanda-tanda. Tanda-tanda memungkinkan manusia berfikir,
berhubungan dengan orang lain dan memberi makna pada apa yang ditampilkan oleh alam
semesta. Semiotika bagi Pierce adalah suatu tindakan (action), pengaruh (influence) atau
kerja sama tiga subyek yaitu tanda (sign), obyek (object) dan interpretan (interpretant).
3) Roland Barthes (1915-1980)
Barthes menjadi tokoh yang begitu identik dengan kajian semiotik. Konsep pemikiran
Barthes terhadap semiotik terkenal dengan konsep mythologies atau mitos. Sebagai
penerus dari pemikiran Saussure, Roland Barthes menekankan interaksi antara teks dengan
pengalaman personal dan kultural penggunanya, interaksi antara konvensi dalam teks
dengan konvensi yang dialami dan diharapkan oleh penggunanya. Konsep pemikiran
Barthes yang operasional ini dikenal dengan Tatanan Pertandaan (Order of Signification).
Secara sederhana, kajian semiotik Barthes bisa dijabarkan sebagai berikut :
 Denotasi, merupakan makna sesungguhnya, atau sebuah fenomena yang tampak dengan
panca indera, atau bisa juga disebut deskripsi dasar. Contohnya adalah Coca-Cola
merupakan minuman soda yang diproduksi oleh PT. Coca-Cola Company, dengan
warna kecoklatan dan kaleng berwarna merah.
 Konotasi merupakan makna-makna kultural yang muncul atau bisa juga disebut makna
yang muncul karena adanya konstruksi budaya sehingga ada sebuah pergeseran, tetapi
tetap melekat pada simbol atau tanda tersebut. Contoh adalah Coca-Cola merupakan
minuman yang identik dengan budaya modern, di mana Coca-Cola menjadi salah satu
produk modern dan cenderung kapitalis. Dengan mengkonsumsi Coca-Cola, seorang
individu akan tampak modern dan bisa dikatakan memiliki pemikiran budaya populer.
Dua aspek kajian dari Barthes di atas merupakan kajian utama dalam meneliti
mengenai semiotik. Kemudian Barthes juga menyertakan aspek mitos, yaitu di mana
ketika aspek konotasi menjadi pemikiran populer di masyarakat, maka mitos telah
terbentuk terhadap tanda tersebut. Pemikiran Barthes inilah yang dianggap paling
operasional sehingga sering digunakan dalam penelitian.
4) Charles William Morris (1901-1979)
Charles W. Morris seorang filsuf yang ikut serta dalam ilmu tentang tanda-tanda
membedakan semiotika dalam tiga cabang penelitian, yakitu: sintaksis, semantik dan
pragmatik
 Sintaksis/syntax atau sintaktik/syntactics adalah cabang penyelidikan semiotika yang
mengkaji hubungan formal diantara satu tanda dengan tanda-tanda yang lain. Dengan
kata lain, karena hubungan-hubungan formal ini merupakan kaidah-kaidah yang
mengendalikan turunan dan interpretasi.
 Semantik (semantics) adalah penyelidikan semiotika yang mempelajari hubungan
diantara tanda-tanda dengan designate atau objek-objek yang diacunya. Designata bagi
Morris adalah makna tanda-tanda sebelum digunakan di dalam tuturan tertentu.
 Pragmatik/pragmatics adalah cabang penyelidikan semiotika yang mengkaji hubungan
antara tanda-tanda dengan interpreter-interpreter atau para pemakainya. Pragmatik
secara khusus berurusan dengan aspek-aspek komunikasi, khususnya fungsi-fungsi
situasional yang melatari tuturan.
5) Roman Jakobson (1896-1982)
Semiotika menurut Roman Jakobson seorang filsuf asal Rusia yaitu, menurutnya
makna terletak pada penanda (signier) dan bukan pada petanda (signified). Lebih lanjut,
dia berpendapat, ada tiga jenis penerjemahan, penerjemahan intralingual, penerjemahan
interlingual dan penerjemahan intersemiotik. Penerjemahan intralingual berarti penulisan
ulang makna dari satu teks dalam satu bahasa menjadi teks lain dalam bahasa yang sama.
Penerjemahan intralingual ini bisa berupa penulisan kembali teks dengan kata-kata yang
berbeda, memparafrasa, meringkas, atau menjadikan bentuk-bentuk pengungkapan lain
dari makna atau pesan dalam bahasa yang sama. Penerjemahan interlingual adalah
penulisan ulang makna dari teks dalam suatu bahasa menjadi teks lain di bahasa yang
berbeda. Inilah yang secara umum kita sebut penerjemahan sekarang ini. Sementara itu
penerjemahan intersemiotik adalah pengungkapan makna dari suatu teks tulis dalam suatu
bahasa ke dalam sistem tanda, makna atau bentuk yang berbeda. Dapat dimasukkan ke
dalam proses ini adalah pengungkapan ulang sebuah novel menjadi film.

3. Ada dua tokoh, yakni Ferdinand de Saussure (1857-1913) dan Charles Sander Peirce
(1839-1914). Kedua tokoh tersebut mengembangkan ilmu semiotika secara terpisah dan
tidak mengenal satu sama lain. Saussure di Eropa dan Peirce di Amerika Serikat. Latar
belakang keilmuan adalah linguistik, sedangkan Peirce filsafat. Saussure menyebut ilmu
yang dikembangkannya semiologi (semiology) sedangkan Peirce semiotika (semitic).

Teori Semiotika Menurut Ferdinand de Sausure


Teori Semiotik dikemukakan oleh Ferdinand De Saussure (1857-1913). Dalam teori
ini semiotik dibagi menjadi dua bagian (dikotomi) yaitu penanda (signifier) dan pertanda
(signified). Penanda dilihat sebagai bentuk/wujud fisik dapat dikenal melalui wujud karya
arsitektur, sedang pertanda dilihat sebagai makna yang terungkap melalui konsep, fungsi
dan/atau nilai-nlai yang terkandung didalam karya arsitektur. Eksistensi semiotika
Saussure adalah relasi antara penanda dan petanda berdasarkan konvensi, biasa disebut
dengan signifikasi. Semiotika signifikasi adalah sistem tanda yang mempelajari relasi
elemen tanda dalam sebuah sistem berdasarkan aturan atau konvensi tertentu. Kesepakatan
sosial diperlukan untuk dapat memaknai tanda tersebut. Menurut Saussure, tanda terdiri
dari: Bunyi-bunyian dan gambar, disebut signifier atau penanda, dan konsep-konsep dari
bunyi-bunyian dan gambar, disebut signified.
Dalam berkomunikasi, seseorang menggunakan tanda untuk mengirim makna tentang
objek dan orang lain akan menginterpretasikan tanda tersebut. Objek bagi Saussure
disebut “referent”. Hampir serupa dengan Peirce yang mengistilahkan interpretant untuk
signified dan object untuk signifier, bedanya Saussure memaknai “objek” sebagai referent
dan menyebutkannya sebagai unsur tambahan dalam proses penandaan. Contoh: ketika
orang menyebut kata “anjing” (signifier) dengan nada mengumpat maka hal tersebut
merupakan tanda kesialan (signified). Begitulah, menurut Saussure, “Signifier dan
signified merupakan kesatuan, tak dapat dipisahkan, seperti dua sisi dari sehelai kertas.”
Saussure mengembangkan bahasa sebagai suatu sistim tanda. Semiotik dikenal
sebagai disiplin yang mengkaji tanda, proses menanda dan proses menandai. Bahasa
adalah sebuah jenis tanda tertentu. Dengan demikian dapat dipahami jika ada hubungan
antara linguistik dan semiotik. Saussure menggunakan kata ‘semiologi’ yang mempunyai
pengertian sama dengan semiotika pada aliran Pierce. Kata Semiotics memiliki rival
utama, kata semiology. Kedua kata ini kemudian digunakan untuk mengidentifikasikan
adanya dua tradisi dari semiotik. Tradisi linguistik menunjukkan tradisi-tradisi yang
berhubungan dengan nama-nama Saussure sampai Hjelmslev dan Barthes yang
menggunakan istilah semiologi. Sedang yang menggunakan teori umum tentang tanda-
tanda dalam tradisi yang dikaitkan dengan nama-nama Pierce dan Morris menggunakan
istilah semiotics. Kata Semiotika kemudian diterima sebagai sinonim dari kata semiologi.
Ahli-ahli semiotika dari aliran Saussure menggunakan istilah-istilah pinjaman dari
linguistik. Pada masa sesudah Saussure, teori linguistik yang paling banyak menandai
studi semiotik adalah teori Hjelmslev, seorang strukturalist Denmark. Pengaruh itu tampak
terutama dalam ‘semiologi komunikasi’. Teori ini merupakan pendekatan kaum semiotika
yang hanya memperhatikan tanda-tanda yang disertai maksud (signal) yang digunakan
dengan sadar oleh mereka yang mengirimkannya (si pengirim) dan mereka yang
menerimanya (si penerima). Para ahli semiotika ini tidak berpegang pada makna primer
(denotasi) tanda yang disampaikan, melainkan berusaha untuk mendapatkan makna
sekunder (konotasi)
Teori Semiotika Menurut Pierce

Menurut Peirce kata ‘semiotika’, kata yang sudah digunakan sejak abad kedelapan
belas oleh ahli filsafat Jerman Lambert, merupakan sinonim kata logika. Logika harus
mempelajari bagaimana orang bernalar. Penalaran, menurut hipotesis Pierce yang
mendasar dilakukan melalui tanda-tanda. Tanda-tanda memungkinkan manusia berfikir,
berhubungan dengan orang lain dan memberi makna pada apa yang ditampilkan oleh alam
semesta. Semiotika bagi Pierce adalah suatu tindakan (action), pengaruh (influence) atau
kerja sama tiga subyek yaitu tanda (sign), obyek (object) dan interpretan (interpretant).
Charles Sanders Peirce (Zoest, 1992), ahli filsafat dan tokoh terkemuka dalam
semiotika modern Amerika menegaskan bahwa manusia hanya dapat berfikir dengan
sarana tanda, manusia hanya dapat berkomunikasi dengan sarana tanda. Tanda yang
dimaksud dapat berupa tanda visual yang bersifat non-verbal, maupun yang bersifat
verbal.
Menurut Peirce (dalam Hoed,1992) tanda adalah sesuatu yang mewakili sesuatu.
Sesuatu itu dapat berupa pengalaman, pikiran, gagasan atau perasaan. Jika sesuatu,
misalnya A adalah asap hitam yang mengepul di kejauhan, maka ia dapat mewakili B,
yaitu misalnya sebuah kebakaran (pengalaman). Tanda semacam itu dapat disebut sebagai
indeks; yakni antara A dan B ada keterkaitan (contiguity).

4. Signifie dan Signifant


Menurut Saussure Signifiant dan Signifie merupakan komponen pembentuk tanda dan
tidak bisa dipisahkan peranannya satu sama lain. Signifiant, atau disebut
juga signifier, merupakan hal-hal yang tertangkap oleh pikiran kita seperti citra bunyi,
gambaran visual, dan lain sebagainya. Sedangkan signifie, atau yang disebut juga
sebagai signified, merupakan makna atau kesan yang ada dalam pikiran kita terhadap apa
yang tertangkap. Jika ditinjau dari segi linguistik yang merupakan dasar dari konsep
semiologi Saussure, perumpamaannya bisa dianalogikan dengan kata dan benda “pintu”.
Pintu secara signifiant merupakan komponen dari kumpulan huruf yaitu p-i-n-t-u,
sedangkan secara signifie dapat dipahami sebagai sesuatu yang menghubungkan satu
ruang dengan ruang lain. Kombinasi dari signifiant dan signifie ini yang kemudian
membentuk tanda atas “pintu”, bukan sekedar benda mati yang digunakan oleh manusia.

Langua dan Parole


Aspek dalam bahasa yang dibagi oleh Saussure menjadi dua yaitu, langue dan parole.
Langue adalah sistem bahasa dan sistem abstrak yang digunakan secara kolektif seolah
disepakati bersama oleh semua pengguna bahasa, serta menjadi panduan dalam praktik
berbahasa dalam suatu masyarakat. Sedangkan parole adalah praktik berbahasa dan bentuk
ujaran individu dalam masyarakat pada saru waktu atau saat tertentu.
Saussure menjelaskan bahwa langue bisa dikatakan sebagai fakta sosial dan menjadi
acuan masyarakat dalam berbahasa, yang juga berperan sebagai sistem yang menetapkan
hubungan antara signifiant dan signifie. Langue yang direalisasikan dan diterapkan oleh
individu dalam masyarakat sebagai wujud ucapan bahasa ini kemudian disebut
sebagai parole. Parole satu individu dengan individu lainnya bisa saja berbeda-beda karena
realisasi dan penerapannya bisa beragam satu sama lain.

5. Syntagmatic dan Associative/Paradigmatic


Syntagmatic menjelaskan hubungan antar unsur dalam konsep linguistik yang bersifat
teratur dan tersusun dengan beraturan. Sedangkan, associative/paradigmatic menjelaskan
hubungan antar unsur dalam suatu tuturan yang tidak terdapat pada tuturan lain yang
bersangkutan, yang mana terlihat nampak dalam bahasa namun tidak muncul dalam
susunan kalimat. Hubungan syntagmatic dan paradigmatic ini dapat terlihat pada susunan
bahasa di kalimat yang kita gunakan sehari-hari, termasuk kalimat bahasa Indonesia. Jika
kalimat tersebut memiliki hubungan syntagmatic, maka terlihat adanya kesatuan makna
dan hubungan pada kalimat yang sama pada set iap kata di dalamnya. Sedangkan hubungan
paradigmatic memperlihatkan kesatuan makna dan hubungan pada satu kalimat dengan kalimat
lainnya, yang mana hubungan tersebut belum terlihat jika melihat satu kalimat saja.
Kita tentu sudah sering mendapatkan pelajaran bahasa Indonesia yang membahas
unsur-unsur dalam kalimat berupa subjek, predikat, objek, dan keterangan (SPOK); namun
pada kenyataannya tidak semua kalimat selalu memiliki unsur-unsur tersebut, bukan?
Kajian semiologi menyatakan jika sebuah kalimat memiliki unsur SPOK yang lengkap dan
memiliki kesatuan arti dari gabungan unsur tersebut sehingga tidak bisa digantikan dengan
unsur lain karena dapat merubah makna, maka kalimat tersebut memiliki
hubungan syntagmatig. Dan sebaliknya, jika sebuah kalimat tidak memiliki susunan SPOK
lengkap dan salah satu unsurnya dapat diganti dengan kata lain tanpa merubah makna,
maka kalimat tersebut memiliki hubungan paradigmatic.

Synchronic dan Diachronic


Synchronic merupakan telaah bahasa yang mana mempelajari bahasa dalam satu
kurun waktu tertentu, sedangkan diachronic mempelajari bahasa secara terus menerus atau
sepanjang masa selama bahasa tersebut masih digunakan.
Synchronic seringkali disebut sebagai studi linguistik deskriptif, karena kajian
didalamnya banyak mengkaji hal yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau menjelaskan
bahasa apa yang digunakan pada suatu masa tertentu. Sedangkan diachronic lebih bersifat
pada studi historis dan komparatif, karena bertujuan untuk mengetahui sejarah, perubahan,
dan perkembangan struktural suatu bahasa pada masa yang tak terbatas.

Form dan Content


Istilah form (bentuk) dan content (materi, isi) ini diistilahkan dengan expression dan
content, satu berwujud bunyi dan yang lain berwujud idea. Jadi, bahasa berisi sistem nilai,
bukan koleksi unsur yang ditentukan oleh materi, tetapi sistem itu ditentukan oleh
perbedaannya.

6. Menurut Charles Sanders Peirce, tanda adalah sesuatu yang mewakili sesuatu. Yang
menarik adalah bahwa “sesuatu” itu dapat berupa hal yang konkret atau dapat ditangkap
oleh pancaindra manusia, yang kemudian melalui suatu proses, mewakili “sesuatu” yang
ada dalam kognisi manusia. Jadi, yang dilihat oleh Peirce, tanda bukanlah suatu struktur,
melainkan suatu proses kognitif yang berasal dari apa yang dapat ditangkap pancaindra.
Dalam teorinya, “sesuatu” yang pertama, yang konkret adalah suatu perwakilan yang
disebut representamen atau ground, sedangkan “sesuatu” ynag ada dalam kognisi disebut
object. Proses hubungan dari representamen ke object disebut semiosis. Dalam pemaknaan
suatu tanda, proses semiosis ini belum lengkap karena kemudian ada satu proses lagi yang
merupakan lanjutan yang disebut interpretant (proses penafsiran). Jadi, secara garis besar,
pemaknaan suatu tanda terjadi dalam bentuk proses semiosis dari yang konkret ke dalam
kognisi manusia yang hidup bermasyarakat. Karena sifatnya yang mengaitkan tiga segi,
yakni representamen, objek dan interpretan, dalam suatu proses semiosis teori semiotik ini
disebut bersifat trikotomis.
Assignments: make a summary about what semiotic is and find the history.

What is Semiotics?
Semiotics is an investigation into how meaning is created and how meaning is
communicated. Its origins lie in the academic study of how signs and symbols (visual and
linguistic) create meaning. It is a way of seeing the world, and of understanding how the
landscape and culture in which we live has a massive impact on all of us unconsciously.
Semiotic is the study of sign process (semiosis), which is any form of activity, conduct, or
any process that involves signs, including the production of meaning.

Some semiotic figures and their thoughts


1) Ferdinand de Saussure (1857-1913)
Saussure who uses the term semiology in his semiotic studies. Semiology according to
Saussure is the study of signs in human social life, including what these signs are and what
laws govern the formation of signs. This shows that the sign and meaning behind the sign is
formed in social life and is influenced by the system (or law) that applies in it. There are
several things in the system that affect the formation and preservation of signs in society, and
Saussure emphasizes the role of language more than other aspects such as the written system,
religion, manners, customs, and so on.
2) Charles Sanders Pierce (1839-1914)
According to Peirce the word "semiotics", a word which has been used since the eighteenth
century by the German philosopher Lambert, is a synonym for logic. Logic must study how
people reason. Reasoning, according to Pierce's basic hypothesis, is done through signs.
Signs enable humans to think, relate to other people and give meaning to what the universe
displays. Semiotics for Pierce is an act (action), influence (influence) or cooperation of three
subjects, namely the sign (sign), object (object) and interpretant (interpretant).
3) Roland Barthes (1915-1980)
Barthes is a character who is so synonymous with semiotic studies. Barthes' concept of
thought towards semiotics is known as the concept of mythologies or myths. As a successor
of Saussure's thought, Roland Barthes emphasizes the interaction between text and the
personal and cultural experience of its users, the interaction between conventions in the text
and the conventions experienced and expected by its users. This operational concept of
Barthes' thought is known as the Order of Signification. In simple terms, Barthes' semiotic
study can be described as follows:

 Denotation, is the real meaning, or a phenomenon that appears with the five senses, or it
can also be called a basic description. An example is Coca-Cola, a soda drink produced by
PT. Coca-Cola Company, with brownish tones and red cans.
 Connotations are cultural meanings that arise or can also be called meanings that arise
because of a cultural construction so that there is a shift, but it remains attached to the
symbol or sign. For example, Coca-Cola is a drink that is synonymous with modern
culture, where Coca-Cola is a modern product and tends to be capitalist. By consuming
Coca-Cola, an individual will appear modern and can be said to have popular culture
thoughts. The two aspects of Barthes' study above are the main studies in researching
semiotics. Then Barthes also includes the mythical aspect, which is when the connotative
aspect becomes popular thought in society, a myth has been formed against the sign.
Barthes's thinking is considered the most operational so it is often used in research.

4) Charles William Morris (1901-1979)


Charles W. Morris, a philosopher who participated in the science of signs, distinguishes
semiotics in three branches of research, namely: syntax, semantics and pragmatics.

 Syntax / syntax or syntax / syntactics is a branch of semiotic investigation that examines


the formal relationship between one sign and another. In other words, because these
formal relations are rules that control derivation and interpretation.
 Semantics (semantics) is a semiotic investigation that studies the relationship between
signs and the designate or objects they refer to. Designata for Morris is the meaning of
signs before they are used in certain speeches.
 Pragmatics / pragmatics is a branch of semiotic investigation that studies the relationship
between signs and interpreters or their users. Pragmatics specifically deals with aspects of
communication, especially the situational functions that underlie speech.
5) Roman Jakobson (1896-1982)
Semiotics according to Roman Jakobson, a Russian philosopher, that is, according to him, the
meaning lies in the marker (signier) and not in the marker (signified). Furthermore, he argues,
there are three types of translation, intralingual translation, interlingual translation and
intersemiotic translation. Intralingual translation means rewriting the meaning of one text in
one language into another text in the same language. This intralingual translation can be in
the form of rewriting the text with different words, paraphrasing, summarizing, or making
other forms of expression of the meaning or message in the same language. Interlingual
translation is the rewriting of the meaning of a text in one language into another text in a
different language. This is what we generally call translation today. Meanwhile, intersemiotic
translation is the expression of the meaning of a written text in a language into a different
system of signs, meanings or forms. What can be included in this process is the re-disclosure
of a novel into a film.

History of Semiotic
Semiotics, also called semiology, the study of signs and sign-using behaviour. It was
defined by one of its founders, the Swiss linguist Ferdinand de Saussure, as the study of “the
life of signs within society.” Although the word was used in this sense in the 17th century by
the English philosopher John Locke, the idea of semiotics as an interdisciplinary field of
study emerged only in the late 19th and early 20th centuries with the independent work of
Saussure and of the American philosopher Charles Sanders Peirce.
Peirce’s seminal work in the field was anchored in pragmatism and logic. He defined
a sign as “something which stands to somebody for something,” and one of his major
contributions to semiotics was the categorization of signs into three main types: (1) an icon,
which resembles its referent (such as a road sign for falling rocks); (2) an index, which is
associated with its referent (as smoke is a sign of fire); and (3) a symbol, which is related to
its referent only by convention (as with words or traffic signals). Peirce also demonstrated
that a sign can never have a definite meaning, for the meaning must be continuously
qualified.
Saussure treated language as a sign-system, and his work in linguistics supplied the
concepts and methods that semioticians applied to sign-systems other than language. One
such basic semiotic concept is Saussure’s distinction between the two inseparable
components of a sign: the signifier, which in language is a set of speech sounds or marks on a
page, and the signified, which is the concept or idea behind the sign. Saussure also
distinguished parole, or actual individual utterances, from langue, the underlying system of
conventions that makes such utterances understandable; it is this underlying langue that most
interests semioticians.
This interest in the structure behind the use of particular signs linked semiotics with
the methods of structuralism, which sought to analyze such relations. Saussure’s theories
were thus also considered fundamental to structuralism (especially structural linguistics) and
to poststructuralism.
Twentieth-century semioticians applied Peirce and Saussure’s principles to a variety of fields,
including aesthetics, anthropology, psychoanalysis, communications, and semantics. Among
the most influential of these thinkers were the French scholars Claude Lévi-Strauss, Jacques
Lacan, Michel Foucault, Jacques Derrida, Roland Barthes, and Julia Kristeva.

Anda mungkin juga menyukai