a. Teori Biologis
Menurut Hay ick (1965, Buku Keperawatan Gerontik, 2013)
secara genetik sudah terprogram bahwa material di dalam ini sel
dikatakan bagaikan memiliki jam genetis terkait dengan
frekuensi mitosis.
1) Teori cross-linkage (rantai silang)
Kolagen merupakan unsur penyusun tulang diantara susunan
moleculer, lam kelamaan akan meningkat kekakuannya (tidak
elastis). Hal ini disebabkan oleh karena sel sel yang sudah tua
dan reaksi kimianya menyebabkan jaringan yang sangat kuat
2) Teori radikal bebas
Radikal bebas merusak membrane sel yang menyebabkan
kerusakan dan kemunduran secara fisik.
3) Teori genetic
Menurut teori ini, menua telah terprogram secara genetic
untuk spesies spesies terrtentu. Menua bisa terjadi perubahan
biokimia yang deprogram oleh molekul-molekul/DNA dan
seiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.
4) Teori immunologi
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi
suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak
dapat tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh
menjadi lemah.System imun menjadi kurang efektif dalam
mempertahankan diri, regulasi dan responsibilitas.
5) Teori stress-adaptasi
Menua terjadi akibat hilangnya sel sel yang biasa digunakan
tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan
kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan stress
menyebabkan sel-sel tubuh telah terpakai.
6) Teori wear and tear (pemakaian dan rusak)
Kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh lelah
(terpakai)
4
b. Teori psikososial
1) Teori integritas ego
Teori perkembangan ini mengidentifikasi tugas-tugas yang
harus dicapai dalam tiap tahap perkembangan. Hasil akhir
yang dicapai dari penyelesaian integrias ego dan keputusan
adalah kebebasan.
2) Teori stabilitas personal
Kepribadian seseorang terbentuk pada masa kanak-kanak dan
tetap bertahan secara stabil. Perubahan yang radikal pada usia
tua bisa jadi mengindikasikan penyakit otak.
3) Teori aktivitas atau kegiatan
a) Ketentuan tentang semakin menurunnya jumlah kegiatan
secara langsung. Teori ini menyatakan bahwa lanjut usia
yang sukses adalah mereka yang aktif dan banyak ikut
serta dalam kegiatan sosial.
b) Lanjut usia akan merasakan kepuasan bila dapat
melakukan aktivitas dan mempertahankan aktivitas
tersebut selama mungkin.
c) Ukuran optimum (polahidup) dilanjutkan pada cara hidup
lanjut usia.
d) Mempertahankan hubungan antara system social dan
invidu agar tetap stabil dari usia pertengahan sampai usia
lanjut usia.
4) Teori kepribadian berlanjut
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada
lanjut usia. Identitas pada lansia yang sudah mantap
memudahkan dalam memelihara hubungan dengan
masyarakat, melibatkan diri dengan masalah di masyarakat,
keluarga dan hubungan interpersonal. Pada teori ini terjadi
pada seseorang lanjut usia sangat dipengaruhi olehtipe
personality yang dimilikinya.
5
b. Perubahan social
1) Peran : Post power syndrome, single women, dan single
parent.
2) Keluarga (emptiness) : Kesendirian, kehampaan.
3) Teman : Ketika lansia lainnya meninggal, maka muncul
perasaan kapan akan meninggal.brada di rumah terus-
menerus akan cepat pikun (tidak berkembang).
4) Abuse : Kekerasan berbentuk verbal (dibentak) dan
nonverbal (dicubit, tidak diberi makan).
5) Masalah hukum : Berkaitan dengan perlindungan asset dan
kekayaan pribadi yang dikumpulkan sejak masih muda.
6) Pension : Kalau menjadi PNS aka nada tabungan (dana
pension). Kalau tidak, anak dan cucu yang akan memberi
uang.
7) Ekonomi : Kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang
cocok bagi lansia.
8) Rekreasi : Untuk ketenangan batin.
9) Keamaaan : Jatuh, terpeleset.
8
c. Perubahan Psikologis
Dalam psikologi perkembangan, lanisa dan prubahan yang
dialaminya akibat proses penuaan digambarkan oleh hal-hal
berikut :
1) Masalah-masalah umum yang sering dialami oleh lansia
a) Keadaan fisik lemah dan tak berdaya, sehingga harus
bergantung pada orang lain.
b) Status ekonominya sangat terancam, sehingga cukup
untuk beralasan untu melakukan berbagai perubahan
besar dalam pola hidupnya.
c) Menentukan kondisi hidup yang sesuai dengan
perubahan status ekonomi dan kondisi fisik.
d) Mencari teman baru untuk menggantikan suami atau
istri yang telah yang telah meninggal atau pergi jauh/
cacat.
e) Mengembangkan kegiatan baru untuk mengisi waktu
luang yang semakin bertambah.
f) Belajar untuk memperlakukan anak yang sudah besar
sebagai orang dewasa.
g) Mulai terlibat dalam kegiatan masyarakat yang secara
khusus direncanakan untuk orang dewasa
9
4) Perubahan kognitif
a) Memory (Daya Ingat, Ingatan)
Pada lanjut usia, daya ingat (memory) mrupakan salah
satu fungsi kognitif yang seringkali paling awal
mengalami penurunan. Ingatan jangka panjang (Long
term memory) kurang mengalami perubahan, sedangkan
ingatan jangka pendek (short term memory) atau
seketika 0-10 menit memburuk. Lansia akan kesulitan
dalam mengungkapkan kembali cerita atau kejadian
yang tidak begitu menarik perhatiannya dan informasi
baru.
11
b) IQ (Intellegent Quocient)
Lansia tidak mengalami perubahan dengan informasi
matematika (analitis, linier, sekuensial) dan perkataan
verbal. Tetapipenampilan persepsi dan keterampilan
psikomotor menurun. Terjadi perubahan pada daya
membayangkan karena tekanan factor waktu.
c) Perubahan spiritual
- Agama dan kepercayaan lansia makin berintegrasi
dalam kehidupan.
- Lanjut usia semakin dapat dilihat dalam berfikir dan
bertindak sehari-hari.
- Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurun
menurut Folwer (1978), universal, perkembangan
yang dicapai pada tingkat ini adalah berfikir dengan
cara member contoh cara mencintai dan keadilan
(Nugroho, 2008).
2. Klasifikasi Demensia
Demensia dibagi menjadi 3 tipe (Lumbantobing, 2008)
a. Demensia kortikal dan sub-kortikal
1) Demensia korkikal
Yaitu demensia yang muncul dari kelainan yang terjadi pada
korteks serebri substansia grisca yang berperan penting
terhadap proses kognitif seperti daya ingat dan bahasa.
Beberapa penyakit yang dapat menyebabkan demensia kortikal
adalah Penyakit Alzheimer, Penyakit Vaskular, Sindroma
Korsakoff, Penyakit Pick.
2) Demensia sub-kortikal
Yaitu demensia yang termasuk non-Alzheimer, muncul dari
kelainan yang terjadi pada korteks serebri substansia alba.
Beberapa penyakit yang dapat menyebabkan demensia sub-
kortikal adalah penyakit Huntington, hipotiroid, Parkinson,
kekurangan vitamin B1, B12, hiperkalsemia, hipoglikemia,
AIDS, gagal hepar, ginjal, nafas, dan lain-lain.
b. Demensia reversible dan non-reversible
1) Demensia reversible
Yaitu demensia dengan factor penyebab yang dapat diobati.
Yang termasuk factor penyebab yang dapat bersigat reversible
adalah keadaan/penyakit yang muncul dari proses inflamasi
atau dari proses keracunan, gangguan metabolik, dan nutrisi.
13
2) Demensia non-reversible
Yaitu demensia dengan faktor penyebab yang tidak dapat
diobati dan bersifat kronik progresif.
3) Demensia pre-senilis dan senilis
a) Demensia pre-senilis merupakan terjadi pada golongan
umur lebih muda yaitu umur 40-50 tahun dan dapat
disebabkan oleh berbagai kondisi medis yang
mempengaruhi jaringan fungsi otak dan anoksia.
b) Demensia senilis
Merupakan demensia yang muncul setelah umur 65 tahun
terjadi akibat perubahan dan denegerasi jaringan otak yang
diikuti dengan
adanya gambaran deteriorasi mental.
c. Demensia Alzheimer
Adalah penyakit degeneratif otak progresif yang
mengakibatkan sel otak menjadi mati dan menurunnya daya
ingat kemampuan berfikir, dan perilaku perubahan. Penderita
Alzheimer mengalami gangguan memori, kemampuan dalam
mebuat keputusan, dan juga penurunan proses berfikir. Ada
sekitar 50-60% penderita yang mengalami demensia
disebabkan karena penyakit Alzheimer. Gejala klasik dalam
penyakit Demensia Alzheimer adalah kehilngan proses daya
ingat yang terjadi secara bertahap termasuk : Kesulitan dalam
menemukan atau menyebutkan kata yang tepat, tidak mampu
mengenal objek, suasana hati dan kepribadian dapat berubah.
d. Demensia Vascular
Adalah demensia yang disebabkan oleh disfungsi otak yang
diakibatkan oleh penyakit serebrovaskuler (stroke) sering
identik dengan demensia multi-infrak, karena sebagian terbesar
penyakit serebrovaskuler atau stroke. Penyebab kedua paling
sering Demensia pada lansia, setelah penyakit Alzheimer,
Stroke juga dapat mengakibatkan berbagai lesi diotak, infark
dapat terjadi di kortikal atau subkortikal, dapat tunggal atau
multipel, dapat kecil sedang atau besar. (Nugroho, 2008)
15
3. Pemeriksaan MMSE
Hasil skor pada MMSE dipengaruhi oleh variabel demografi. Skor
cenderung rendah pada lansia dan tingkat pendidikan yang rendah
(O‟Bryant, 2008). Namun, skor MMSE yang rendah ketika faktor usia
dan tingkat pendidikan dikontrol memiliki interpretasi yang mengarah
kepada demensia (Pradier, 2014).
4. Etiologi
a. Penuaan
b. Faktor genetic
c. Infeksi virus
d. Lingkungan yang terdapat radiasi
e. Imunologi
f. Trauma.
28
5. Patofisiologi
29
6. Manifestasi Klinis
a. Meningkatknya kesulitan dalam melaksakan kegiatan sehari-hari.
b. Mengabaikan kebersihan diri
c. Sering lupa akan kejadian-kejadian yang dialami, dalam keadaan
yang makin berat, sehingga orang yang berada disekitarnya
seperti keluarga dilupakan.
d. Pertanyaan atau kata-kata yang diulang.
e. Tidak dapat mengenal waktu, ruang atau tempat.
f. Sifat dan perilaku menjadi keras kepala dan cepat marah.
g. Menjadi depresi dan menganis tanpa alasan yang jelas.
(Maryam, 2008)
8. Penatalaksanaan
Terapi farmakologi untuk pasien Demensia :
a. Anti-oksidan : vitamin E yang terdapat dalam sayuran, kuning
telur, margarin, kacang-kacangan, minyak sayur, biasa
menurunkan resiko demenisa alzheimer. Vitamin c dapat
mengurani radikal bebas (mis. Sayuran, stroberi, melon, tomat,
brokoli).
9. Data Penunjang
a. CT Scan atau MRI
Merupakan suatu loncatan dalam kemajuan menegakkan
diagnosis etiologi Demensia. Neoplasma, besar dan kecil,
tunggal atau multiple, primer atau metastik dengan mudah dapat
dideteksi dengan CT-Scan atau MRI. Demikian juga halnya
dengan hematoma subdural, hidrosefalus. Infark diotak, tunggal
atau multiple, letaknya kortikal atau subkortikal, dengan mudah
dapat diketahu, dan dapat membantu menegakkan diagnosis
Demensia vaskuler.
31
b. EEG
Bila gambaran EEG-nya teratur dan normal, maka kemungkinan
gangguan kortikal lebih sedikit. Juga alat ini dapat membantu
menunjukan kelainan fokal, kelainan paroksismal. Pada ginjal
dengan kadar ureum tinggi yang menyebabkan fungsi luhur
terganggu, umumnya didapatkan gangguan EEG berupa
perlambatan.
Macam-macam nutrisi :
Tanda klinis :
1) Berat badan 10 – 20% dibawah normal
2) Tinggi badan dibawah ideal
3) Lingkar kulit trisep lengan tengah kurang dari 60% ukuran
standar
4) Adanya penurunan albumin serum
5) Adanya penurunan transferin
Kemungkinan penyebab :
1) Meningkatnya kebutuhan kalori dan kesulitan dalam
mencerna kalori akibat penyakit infeksi atau kanker
2) Disfagia karena adanya kelainan persarafan
3) Penurunan absorpsi nutrisi akibat penyakit crohn atau
intoleransi laktosa
4) Nafsu makan menurun
b. Kelebihan nutrisi
Kelebihan nutrisi merupakan suatu keadaan yang dialami
seseorang yang mempunyai resiko peningkatan berat badan
akibat asupan kebutuhan metabolisme secara berlebih.
Tanda klinis :
1) Berat badan lebih dari 10% berat ideal
2) Obesitas (> 20% berat ideal)
3) Lipatan kulit trisep lebih dari 15 mm pada pria dan 25 mm
pada wanita
4) Adanya jumlah asupan yang berlebihan
5) Aktivitas menurun atau menonton
Kemungkinan penyebab :
1) Perubahan pola makan
2) Penurunan fungsi pengecapan dan penciuman
35
c. Obesitas
Obesitas merupakan masalah peningkatan berat badan yang
mencapai > 20% berat badan normal. Status nutrisinya adalah
melebihi kebutuhan metabolisme karena kelebihan asupan kalori
dan penurunan dalam penggunaan kalori.
d. Malnutrisi
Malnutrisi merupakan masalah yang berhubungan dengan
kekurangan zat gizi pada tingkat seluler atau dapat dikatakan
sebagai masalah asupan zat gizi yang tidak sesuai dengan
kebutuhan tubuh. Gejala umumnya adalah berat badan rendah
dengan asupan makanan yang cukup atau asupan kurang dari
kebutuhan tubuh, adanya kelemahan otot dan penurunan energi,
pucat pada kulit, membran mukosa, konjungtiva, dan lain-lain.
Fisiologi Tidur
Tahapan Tidur :
1. Tidur NREM. Tidur NREM disebut juga sebagai tidur
gelombang-pendek karena yang ditunjukan oleh orang yang tidur
lebih pendek daripada gelombang alfa dan beta yang ditunjukkan
orang yang sadar.
Tahap-tahap Tidur NREM :
a. Tahap I-II disebut tidur ringan
b. Tahap III-IV disebut tidur dalam
2. Tidur REM. Tidur REM biasanya terjadi setiap 90 menit dan
berlangsung selama 5-30 menit. Tidur REM tidak senyenyak
tidur NREM, dan sebagian besar mimpi terjadi pada tahap ini.
Selama tidur REM, otak cenderung aktif dan metabolismenya
meningkat 20%. Pada tahap ini individu menjadi suit untuk
dibangunkan atau justru dapat bangun dengan tiba-tiba, tonus
otot terdepresi, sekresi lambung meningkat, dan frekuensi
jantung dan pernapasan sering kali tidak teratur.
3. Kebutuhan tidur pada lansia
Dewasa tua : ± 6 jam/hari dengan 20-25% REM dan sering sulit
tidur
Lanjut usia (65 tahun ke atas): Kategori baru. Durasi tidur 7-8
jam per hari.
4. Narkolepsi
Gelombang kantuk yang tak tertahankan yang muncul secara
tiba-tiba pada siang hari. Gangguan ini disebut juga sebagai
:serangan tidur” atau sleep attack. Penyebab pastinya belum
diketahui.
5. Apsnea saat tidur
Kondisi terhentinya napas secara periodic pada saat tidur.
Kondisi ini diduga terjadi pada orang yang mengorok dengan
keras, sering terjaga di malam hari, insomnia, mengantuk
berlebihan di siang hari, sakit kepala di pagi hari, iritabilitas,
atau mengalami perubahan psikologis seperti hipertensi atau
aritmia jantung.
b. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan dilakukan dengan cara inspeksi,
palpasi, perkusi, dan auskultasi untuk
mengetahui perubahan fungsi system tubuh
2) Pendekatan yang digunakan dalam pemeriksaan
fisik adalah head to toe (dari ujung kepala
sampai ke ujung kaki) dan system tubuh
2. Psikologis
a. Apakah mengenal masalah utamanya
b. Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaannya
c. Apakah dirinya merasa dibutuhkan atau tidak
d. Apakah memandang kehidupan dengan optimis
e. Bagaimana mengatasi stress yang dialami
f. Apakah mudah dalam menyesuaikan diri
g. Apakah lanjut usia sering mengalami kegagalan
h. Apakah harapan pada saat ini dan akan datang
i. Perlu dikaji juga mengenai fungsi kognitif, daya
ingat, proses pikir, alam perasaan, orientasi, dan
kemampuan dalam penyelesaian masalah.
41
3. Social-ekonomi
a. Sumber keuangan lanjut usia
b. Apa saja kesibukan lanjut usia dalam mengisi waktu
luang
c. Dengan siapa ia tinggal
d. Kegiatan organisasi apa yang diikuti lanjut usia
e. Bagaimana pandangan lanjut usia terhadap
lingkungannya
f. Berapa sering lanjut usia berhubungan dengan orang
lain diluar rumah
g. Siapa saja yang biasa mengunjungi
h. Seberapa besar ketergantungannya
i. Apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginannya
dengan fasilitas yang ada.
4. Spiritual
a. Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai
dengan keyakinan agamanya
b. Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif
dalam kegiatan keagamaan
c. Bagaimana cara lanjut usia menyelesaikan masalah
apakah dengan berdoa
d. Apakah lanjut usia terlihat sabar dan tawakkal
Pengkajian dasar
Perawat harus ingat, akibat adanya perubahan fungsi yang sangat
mendasar pada psoses menua yang meliputi seluruh organ tubuh,
dalam melakukan pengkajian, perawat memerlukan
pertimbangan khusus. Pengkajian harus dilakukan terhadap
fungsi semua system, status gizi, dan aspek psikososialnya.
1. Temperature/suhu tubuh
a. Mungkin (hipotermi) ± 35ºC
42
System persarafan
1. Kesimetrisan raut wajah
2. Tingkat kesadaran, adanya perubahan dari otak
a. Tidak semua orang menjadi senil
b. Kebanyakan mempunyai daya ingatan menurun atau
melemah
3. Mata : pergerakan, kejelasan melihat, adanya katarak
4. Pupil : kesamaan, dilatasi
5. Ketajaman penglihatan menurun karena menua :
a. Jangan diuji didepan jendela
b. Gunakan tangan atau gambar
c. Cek kondisi kacamata
6. Gangguan sensori
7. Ketajaman pendengaran
a. Apakah menggunakan alat bantu dengar
b. Tinnitus
43
System Kardiovaskuler
1. Sirkulasi perifer, warna, dan kehangatan
2. Auskultasi denyut nadi apical
3. Periksa adanya pembengkakan vena jugularis
4. Pusing
5. Sakit/nyeri
6. Edema
System Gastrointestinal
1. Status gizi
2. Asupan diet
3. Anoreksia, tidak dapat mencerna, mual, muntah
4. Mengunyah, menelan
5. Keadaan gigi, rahang, dan rongga mulut
6. Auskultasi bising usus
7. Palpasi, apakah perut kembung, ada pelebaran kolon
8. Apakah ada konstipasi (sambelit), diare, inkontinensia alvi
System Genitourinaria
1. Urine (warna dan bau)
2. Ditensi kandung kemih, inkontinensia (tidak dapat
menahan untuk buang air)
3. Frekuensi, tekanan, atau desakan
4. Pemasukan dan pengeluaran cairan
5. Dysuria
6. Seksualitas
a. Kurang minat melakukan hubungan seks
b. Adanya disfungsi seksual
c. Gangguan ereksi
44
Sistem Kulit
1. Kulit
a. Temperature, tingkat kelembapan
b. Keutuhan kulit: luka terbuka, robekan
c. Turgor (kekenyalan kulit)
d. Perubahan pigmen
2. Adanya jaringan parut
3. Keadaan kuku
4. Keadaan rambut
5. Adanya gangguan umum
Sistem Muskuloskeletal
1. Kontraktur
a. Atrofi otot
b. Tendon mengecil
c. Ketidakadekuatan gerakan sendi
2. Tingkat mobilisasi
a. Ambulansi dengan atau tanpa bantuan peralatan
b. Keterbatasan gerak
c. Kekuatan otot
d. Kemampuan melangkah atau berjalan
3. Gerakan sendi
4. Paralisis
5. Kifosis
45
Psikososial
1. Menunjukan tanda meningkatnya ketergantungan
2. Focus pada diri bertambah
3. Memperlihatkan semakin sempitnya perhatian
4. Membutuhkan bukti nyata rasa kasih saying yang
berlebihan.(Nugroho, 2008)
Penatalaksanaan
Terapi farmakologi untuk pasien Demensia :
1. Anti-oksidan : vitamin E yang terdapat dalam sayuran,
kuning telur, margarin, kacang-kacangan, minyak sayur,
bias menurunkan resiko demenisa alzheimer. Vitamin c
dapat mengurani radikal bebas (mis. Sayuran, stroberi,
melon, tomat, brokoli).
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Sindrom stres relokasi berhubungan dengan :
1) Perasaan tidak berdaya.
2) Gangguan status kesehatan psikososial.
3) Tidak ada persiapan untuk masuk ke rumah sakit.
4) Perubahan dalam aktivitas kehidupan sehari – hari.
5) Menurunnya status kesehatan fisik, gangguan sensori.
6) Kurangnya system dukungan yang adekuat.
b. Resiko terhadap trauma/cedera berhubungan dengan :
1) Kurangnya pendidikan tentang keamanan.
2) Riwayat trauma terdahulu.
3) Kurangnya penglihatan.
4) Ketidakmampuan mengidentifikasi bahaya dalam
lingkungan.
5) Disorientasi, bingung, gangguan dalam pengambilan
keputusan.
6) Kesulitan keseimbangan, kelemahan, otot tidak
terkoordinasi, aktivitas kejang.
c. Perbahan proses pikir berhubungan dengan :
1) Perubahan fisiologis (degenarasi neuron ireversibel).
2) Kehilangan memori/ingatan.
3) Konflik psikologis.
4) Gangguan penilaian.
d. Perubahan persepsi-sensorik berhubungan dengan :
1) Pembatasan lingkungan secara terapeutik (isolasi,
perawatan intensif, tirah baring).
2) Pembatasan lingkungan social (institusional, panti jompo),
stigma (gangguan jiwa, keterbelakangan mental).
3) Perubahan persepsi, transmisi dan/atau integrasi sensori
(penyakit neurologis, tidak berkomunikasi, gangguan
tidur, nyeri).
47
3. PERENCANAAN KEPERAWATAN
b. Gangguan status kesehatan hari. dan rutinitas baru. dan perasaan terganggu.
psikososial. b. Mempertahankan rasa 3. Kaji tingkat stressor (seperti 3. Untuk menentukan persepsi
c. Tidak ada persiapan untuk berharga pada diri dan penyesuaian diri, krisis klien tentang kejadian dan
masuk ke rumah sakit. identifitas pribadi yang perkembangan, peran tingkat serangan.
e. Menurunnya status positif tentang 4. Tempatkan pada ruangan 4. Perawatan dirumah sakit
kesehatan fisik, gangguan lingkungan yang baru. pribadi jika mungkin dan mengubah aktivitas klien
50
perubahan kebiasaan lingkungan baru. 8. Catat tingkah laku, tentang apa yang terjadi,
makan. munculnya perasaan koping klien akan
d. Gangguan tidur curiga/paranoid, mudah meningkat.
tersinggung, defensive. 8. Stress meningkat, rasa tidak
9. Pertahankan keadaan nyaman/nyeri fisik dan
tenang. Tempatkan dalam kelelahan mencetuskan
lingkungan tenang yang penurunan tingkah laku dan
memberikan kesempatan gangguan komunikasi.
untuk “beristirahat”. Perilaku katastopik ini
10. Atasi tingkah laku agresi menimbulkan panic dan
dengan pendekatan yang rasa bermusuhan.
tenang. 9. Menenangkan situasi dan
11. Gunakan sentuhan jika tidak memberi klien waktu untuk
mengalami paranoid/sedang memperoleh kendali
mengalami sgitasi sesaat. terhadap perilaku dan
12. Rujuk ke sumber emosinya.
pendukung perawatan diri. 10. Rasa diterima menurunkan
rasa takut, dan respons
agresif.
52
2. Resiko terhadap Tujuan : Cedera terkontrol 1) Kaji derajat gangguan 1. Mengidentifikasi risiko
trauma/cedera Kriteria Hasil : kemampuan, tingkah laku dilingkungan dan
berhubungan dengan : impulsive dan penurunan mempertinggi kesadaran
a) Kurangnya a. Meningkatkan tingkat persepsi visual. Bantu keluarga perawat akan bahaya. Klien
pendidikan tentang aktivitas. mengidentifikasi risiko dengan tingkah laku
keamanan. b. Dapat beradaptasi terjadinya bahaya yang impulsive berisiko trauma
b) Riwayat trauma dengan lingkungan mungkin timbul. karena kurang mampu
terdahulu. untuk mengurangi risiko mengendalikan perilaku.
c) Kurangnya trauma/cedera. Penurunan persepsi visual
penglihatan. c. Tidak mengalami berisiko jatuh.
d) Ketidakmampuan trauma/cedera. 2) Hilangkan sumber bahaya 2. Klien dengan gangguan
mengidentifikasi d. Keluarga mengenali lingkungan. kognitif, gangguan persepsi
bahaya dalam potensial dilingkungan 3) Alihkan perhatian saat perilaku adalah awal terjadi trauma
lingkungan. dan mengidentifikasi teragitasi/berbahaya, seperti akibat tidak bertanggung
e) Disorientasi, tahap – tahap untuk memanjat pagar tempat tidur. jawab terhadap kebutuhan
bingung, gangguan keamanan dasar.
54
mengurangi gangguan.
6. Membahayakn klien,
meningkatkan agitasi dan
timbul risiko fraktur pada
klien lansia (berhubungan
dengan penurunan kalsium
tulang).
56
3. Perubahan proses pikir Tujuan : Agar mampu 1) Kembangkan lingkungan yang 1. Mengurangi kecemasan dan
berhubungan dengan : proses pikir meningkatkan mendukung dan hubungan klien emosional, seperti
a) Perubahan fisiologis interaksi dengan orang lain. perawat yang terapeutik. kemarahan, meningkatkan
(degenarasi neuron Kriteria hasil : pengembangan evaluasi diri
ireversibel). yang positif dan mengurangi
b) Kehilangan Mampu memperlihatkan konflik psikologis.
memori/ingatan. kemampuan kognitif 2. Memberikan dasar
c) Konflik psikologis. untuk menjalani perbandingan yang akan
d) Gangguan penilaian. konsekuensi kejadian 2) Kaji derajat gangguan kognitif, dating dan memengaruhi
yang menegangkan seperti perubahan orientasi, rencana intervensi. Catatan :
Ditandai dengan : terhadap emosi dan rentang perhatian kemampuan evaluasi orientasi secara
a. Hilang konsentrasi pikiran tentang diri. berpikir. Bicarakan dengan berulang dapat
(distrakbilitas) b. Mampu mengembangkan keluarga mengenai perubahan meningkatkan respons yang
b. Hilang strategi untuk mengatasi perilaku negative/tingkat frustasi.
ingatan/memori. anggapan diri yang 3) Pertahankan lingkungan yang 3. Kebisingan merupakan
c. Tidak mampu negative. menyenangkan dan tenang. sensori berlebihan yang
membuat keputusan, c. Mampu mengenali meningkatan gangguan
menghitung, perubahan dalam berpikir neuron.
57
mengumpulkan atau tingkah laku dan 4) Lakukan pendekatan dengan cara 4. Pendekatan terburu-buru
gagasan, melakukan faktor penyebab. perlahan dan tenang. menyebabkan klien bingung,
abstraksi/konseptuali d. Mampu memperlihatkan kesalahan persepsi/perasaan
sasi, dan penurunan tingkah laku 5) Tahap wajah ketika berbicara terancam.
memecahkan yang tidak diinginkan, dengan klien. 5. Menimbulkan perhatian,
masalah. ancaman, dan terutama pada klien dengan
d. Tidak mampu kebingungan. gangguan perseptual.
menginterpretasikan 6) Panggil klien dengan namanya. 6. Nama adalah bentuk
stimulasi dan identitas diri dan
menilai realitas menimbulkan pengenalan
dengan akurat. 7) Gunakan suara yang agak rendah terhadap realita dank lien.
e. Disorientasi waktu, dan berbicara dengan perlahan 7. Meningkatkan pemahaman.
tempat, orang, pada klien. Ucapan tinggi dan keras
lingkungan dan menimbulkan stress/marah
peristiwa. yang mencetuskan
f. Kesulitan konfrontasi dan respons
mengakomodasikan marah.
ide/perintah. 8) Gunakan kata-kata pendek, 8. Sering perkembangan
g. Paranoid, delusi, kalimat, dan instruksi sederhana penyakit, pusat komunikasi
58
(meningkatkan
22) Berikan obat sesuai indikasi : kemampuan otak untuk
metabolisme glukosa dan
- Antiseptikotik, seperti : penggunaan oksigen).
haloperidol (Haldol) Walaupun tidak
meningkatkan kognitif dan
memori.
- Vasodilator, seperti : siklandelat - obat ini membuat klien
(cyclospasmol) lebih sadar,
kecemasan/depresi
- Ergoloid mesilat (hydergine LC). menurun. Merupakan
- Agen anksiolitik seperti : terapi demensia.
diazepam (valium), lorazepam
(Librium), oksazepam (serax). - Bermanfaat pada fase awal
dan fase sedang untuk
menghilangkan
kecemasan. Dapat
meningkatkan kekacauan
- Tiamin. mental pada lansia.
63
4. Perubahan persepsi- Tujuan : komunikasi secara 1. Kembangkan lingkungan yang 1. Meningkatkan kenyamanan
sensorik berhubungan verbal , mengenal situasi. suportif dan hubungan perawat dan menurunkan
dengan : klien terapeutik. kecemasan pada klien.
a) Pembatasan Kriteria hasil : 2. Meningkatkan koping dan
lingkungan secara 2. Bantu klien untuk memahami menurunkan halusinasi.
terapeutik (isolasi, halusinasi.
a. Mengalami penurunan
perawatan intensif, 3. Untuk membantu klien
halusinasi.
tirah baring). dalam memahami
b. Mengembangkan strategi
b) Pembatasan 3. Beri informasi tentang sifat halusinasi.
psikososial untuk
lingkungan social halusinasi, hubungannya dengan
mengurangi stress atau
(institusional, panti stressor/pengalaman emosional
mengatur perilaku.
jompo), stigma yang traumatic, pengobatan, dan 4. Keterlibatan otak
c. Mendemontrasikan
64
5. Perubahan pola tidur a. Memahami faktor 1. Jangan menganjurkan klien tidur 1. Irama sirkadian (siklus
berhubungan dengan : penyebab gangguan pola siang apabila berakibat efek tidur-bangun) yang
a) Perubahan tidur. negative terhadap tidur pada tersinkronisasi
lingkungan. b. Mampu menentukan malam hari. disebabkan oleh tidur
b) Perubahan sensori. penyebab tidur siang yang singkat.
c) Tekanan psikologis, inadekuat. 2. Evaluasi efek obat klien (steroid, 2. Derangemnent psikis
kerusakan c. Mampu memahami diuretic) yang mengganggu tidur. terjadi bila terdapat
neurologis. rencana khusus untuk penggunaan
d) Perubahan pola menangani/mengoreksi kortikostiroid, termasuk
aktivitas. penyebab tidur tidak perubahan mood,
adekuat. insomnia.
Ditandai dengan : d. Mampu menciptakan 3. Tentukan kebiasaan dan rutinitas 3. Mengubah pola yang
a. Keluhan verbal pola tidur yang adekuat waktu tidur malam dengan sudah terbiasa dari
tentang kesulitan dengan penurunan kebiasaan klien (memberi susu asupan makan klien pada
tidur. terhadap pikiran yang hangat). malam hari terbukti
b. Gangguan tidur. melayang-layang menganggu tidur.
68
6. 6. Kurang perawatan diri Tujuan : Aktif dalam 1. Identifikasi kesulitan dalam 1. Memahami penyebab yang
berhubungan dengan : melakukan perawatan diri , berpakaian/perawatan diri, seperti memengaruhi
a) Gangguan Status kesehatan . keterbatasan gerak fisik, intervensi. Masalah
kemampuan untuk apatis/depresi, penurun kognitif dapat diminimalkan
pindah atau Kriteria Hasil : seperti apraksia. dengan menyesuaikan
mobilitas. atau memerlukan
konsultasi dari ahli lain.
73
8. Aktivitas sederhana
menurunkan frustasi dan
putus asa. Pengarahan
menurunkan otonomi.
9. Memberikan keamanan,
mengubah, mengurangi
pemberontakan dan
memudahkan
beristirahat.
7. 7. Resiko tinggi terhadap Tujuan : Mengetahui status 1. Beri dukungan untuk 1. Motivasi terjadi saat
perubahan nutrisi : lebih nutrisi , Berat badan terkontrol penurunan berat badan. klien mengidentifikasi
dari kebutuhan tubuh Kriteria hasil : kebutuhan berarti.
berhubungan dengan : 2. Awasi berat badan setiap 2. Memberikan umpan
a) Mengubah pola asupan mianggu. balik/penghargaan.
a) Perubahan sensori. yang bener. 3. Kaji pengetahuan 3. Identifikasi kebutuhan
dapat mengurangi
7. Berikan makanan kecil setiap masukan makanan.
jam sesuai kebutuhan. 7. Makan makanan kecil
meningkatkan masukan
8. Berikan waktu yang leluasa yang sesuai.
untuk makan. 8. Pendekatan yang santai
membantu pencernaan
makanan.
9. Lakukan langkah makan
sederhana. Antisipasi 9. Meningkatkan otoritas
kebutuhan, buatkan makanan dan kemandirian.
yang dipotong-potong, berikan Menurunkan risisko
makanan lunak. marah/frustasi atas
10. Letakkan bagian makanan pada kehilangan
kantong kertas untuk klien yang kemampuannya.
bepergian/jalan.
11. Hindari makanan yang terlalu 10. Membawa makanan
panas.. dapat mendorong klien
untuk memakannya.
78
8. Perubahan pola eliminasi Mampu menciptakan eliminasi 1. Kaji pola sebelumnya dan 1. Memberikan informasi
urinarius atau yang adekuat/sesuai. bandingkan dengan pola yang mengenai perubahan
konstipasi/inkontinensia sekarang. yang selanjutnya perlu
berhubungan dengan : pengkajian/intervensi.
a) Disorientasi. 2. Letakkan tempat tidur dekat 2. Meningkatkan
b) Kehilangan fungsi dengan kamar mandi jika orientasi/penemuan
neurologis/tonus otot. memungkinkan, buatkan kamar mandi.
c) Ketidakmampuan tanda/pintu khusus. Berikan Inkontinensia disertai
untuk menentukan cahaya yang cukup. ketidakmampuan untuk
letak kamar menemukan tempat
mandi/mengenali berkemih/defekasi.
kebutuhan. 3. Berikan kesempatan toileting 3. Ketaatan pada jadwal
d) Perubahan diet atau dengan interval waktu teratur. harian dan teratur
pemasukan makanan. Biarkan melakukan sendiri mencegah cedera.
Ditandai dengan : tahap pertahap pada waktu
a. Nokturia. tertentu. Gunakan penguatan
b. Tingkah laku toileting positif.
tidak sesuai. 4. Buat program latihan 4. Menstimulasi kesadaran
defekasi/kandung kemih. klien, meningkatan
Tingkatkan partisipasi klien pengaturan fungsi
80
komplikasi/penanganan
sesuai dengan
kebutuhan.
menjaga orang yang pendukung yang ada secara sesuai dengan yang terjadi pada mengikuti
dicintai. efektif. klien. perkembangan yang
c) Perkembangan tidak menentu.
penyakit. 4. Buat prioritas. 4. Membantu membuat
d) Hubungan keluarga pesan, memfasilitasi
sangat ambivalen. pemecahan masalah.
5. Realitas dan tulus dalam 5. Menurunkan stress
Ditandai dengan : mengatasi semua permasalahan yang menyelimuti
a. Keluarga menjadi . harapan yang keliru.
malu dan imobilisasi 6. Diskusikan secara kontinu 6. Tingkah laku seperti
secara social. kemampuan keluarga dalam pendiam, penurut,
b. Pemeliharaan rumah merawat klien dirumah. kurang adil, marah
menjadi sangat rapuh dapat mencetuskan
dan mengarah pada kemarahan keluarga
satu kesulitan dan mengurangi
menemukan keputusan kemampuan
mengenai memberikan perawatan
pertimbangan efektif.
7. Bantu keluarga memahami 7. Tingkah laku yang
84
fisik/mental.
10. Berikan umpan balik positif 10. Memberikan keyakinan
terhadap setiap usaha yang individu
dilakukannya. bahwa mereka
melakukannya dengan
. cara terbaik.
11. Anjurkan untuk tidak membatasi 11. Kontak kekeluargaan
pengunjung. merupakan dasar dari
realitas, terbatas dari
kesepian.
12. Dukung hal yang perlu 12. Dukungan diperlukan
dihasilkan dengan pertimbangan dalam pengambilan
untuk menempatkannya dalam keputusan yang dapat
fasilitas perawatan khusus. menentukan batas
kemampuan finansial
dengan baik.
Kolaborasi :
13. Rujuk pada sumber pendukung 13. Memberikan tanggung
86
6. PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Intervensi Keperawatan adalah semua tindakan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien beralih dari status kesehatan saat ini ke
status kesehatan yang diuraikan dalam hasil yang diharapkan.Prinsip
tindakan keperawatan pada Demensia menurut (Nugroho, 2008) :
a. Bina hubungan saling percaya.
b. Ciptakan lingkungan yang terpeutik, tenang, tidak berisik, sejuk,
aman, warna dinding teduh.
c. Ciptakan rasa mampu dan penting pada klien.
d. Reorientasi pada waktu, tempat, dan orang (orientasi realita).
e. Beri perhatian yang cukup, termasuk kebutuhan dasar.
f. Konsisten menepati janji, empati, dan jujur.
g. Waktu kontak dengan pasien singkat tapi sering.
h. Tidak mendukung dan menolak atau menyangkal waham dan
halusinasi, bila ada.
i. Beri motivasi untuk merawat diri.
j. Beri penguatan positif atas perilaku pasien yang sesuai realitas.
k. Edukasi dan informasi tentang demensia terhadap pasien dan
perawat/pemberi asuhan.
l. Perlakukan pasien sebagai individu.
m. Perhatikan hal yang berhubungan dengan medikolegal.
n. Gunakan faktor yang meningkatkan komunikasi, antara lain :
1) Bicara tenang, jelas, kontak mata.
2) Ulangi secara singkat.
3) Gunakan metode klarifikasi, focus, dan validasi.
4) Gunakan metode sentuhan.
5) Alternative komunikasi.
88
7. EVALUASI
Mengukur respon klien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan
klien kearah pencapaian tujuan. Data di kumpulkan dengan dasar
berkelanjutan untuk mengukur perubahan dalam fungsi, dalam
kehidupan sehari hari, dan dalam ketersediaan atau penggunaan
sumber eksternal.
Hasil akhir yang di harapkan untuk pasien :
a. Mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat
b. Mematuhi program perawatan diri
c. Tidak mengalami komplikasi
89
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pada BAB ini disampaikan satu kasus pada lansia dengan Asuhan Keperawatan
Pemenuhan Kebutuhan Dasar Pada Lansia Ny. C dengan Demensia yang
bertempat tinggal di Panti Sosial Tresna Wreda Budhi Dharma 2 Cengkareng
Jakarta Barat. Untuk melengkapi data, penulis mengadakan pengambilan data
dengan memperoleh informasi melalui wawancara secara langsung dan tidak
langsung dari klien (Ny. C) dan petugas kesehatan, Observasi, Pemeriksaan Fisik.
Pemenuhan Kebutuhan Dasar Pada Lansia Ny. C dengan Demensia yang mulai
dilakukan pada tanggal 02 - 06 Mei 2016. Dalam memberikan asuan
keperawatanpemenuhan kebutuhan pada lansia, pendekatan yang dilakukan
adalah proses keperawatan yang meliputi lima tahap, yaitu pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengumpulan data merupakan langkah awal pengkajian dalam melaksanakan
asuhan keperawatan lansia. Dari hasil pengumpulan data pada lansia diperoleh
data-data sebagai berikut :
1. Riwayat Kesehatan
a. Identitas Klien
Pasien bernama Ny. C berasal dari Surabaya, Ny. J tidak mengingat
tanggal lahirnya, berjenis kelamin perempuan, beragama budha, klien
tidak bersekolah, status perkawinan janda, orang yang dapat dihubungi
adalah anak laki-lakinya yang pertama dan anak perempuannya, suku
bangsa berasal dari jawa, bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa
Indonesia dan jawa. Klien tidak mengingat alamat rumahnya. Klien
tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha Budhi Dharma 2 Cengakareng
Jakarta Barat sudah ± 1 tahun namun klien tidak mengingat sejak kapan.
90
2. Riwayat Keluarga
Klien pernah menikah namun suaminya menikah lagi dan klien tidak ingin
mengingat suaminya lagi karena telah menyakiti perasaanya. Dari hasil
pernikahan dengan suaminya klien mempunyai 5 orang anak kandung (3
laki-laki, 2 perempuan), Orangtua sudah meninggal.
3. Riwayat Pekerjaan
Klien saat ini tidak bekerja, sebelumnya klien bekerja sebagai wirausaha
bikin keset dan handuk, dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari klien
memperoleh pendapatan dari hasil kerjanya itupun ditambah dari suaminya
sebelum suaminya menikah lagi. Semenjak klien tinggal di Panti Sosial
Tresna Werdha Budhi Dharma 2 Cengakareng Jakarta Barat anak-anaknya
tidak pernah datang untuk menjenguk Ny. C.
4. Riwayat lingkungan tinggal
Dahulu klien tinggal di Karang Anyar dan memiliki rumah sendiri, klien
tinggal dirumah dengan suami dan 5 anaknya. Klien merupakan orang yang
terbuka dengan masalah-masalah yang dihadapi baik dikeluarga maupun
dengan lingkungan. Sekarang klien tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha
Budhi Dharma 2 Cengkareng Jakarta Barat di Wisma Jeruk kamar Jeruk
Lemon yang terdiri dari 30 orang, barang-barang disimpan oleh pengurus
Panti Tresna Werdha Budhi Dharma 2 Cengkareng Jakarta Barat.
5. Riwayat rekreasi
Klien tidak memiliki hobi yang khusus namun senang melakukan olahraga
atau jalan sehat, tidak mengikuti kegiatan-kegiatan organisasi apapun karena
tidak pernah sekolah. Jika libur klien hanya diam di rumah atau dikamar
saja.
6. Status kesehatan
a. Status kesehatan saat ini
Keluhan saat ini, klien tidak merasa dirinya sedang sakit. Klien hanya
merasa sudah tua dan sering kesulitan untuk mengingat. Klien tidak
mengetahui tentang penyakitnya saat ini, klien juga tidak pernah
mengkonsumsi obat – obatan.
91
d. Eliminasi
Klien Buang Air Kecil ± 4x sehari dan Buang Air Besar biasanya 2x
sehari. Tidak ada kseulitan atau masalah pada eliminasi
e. Oksigenasi
Pola nafas klien normal, frekuensi nafas 20x/menit, klien tidak
memiliki keluhan batuk, pilek, sesak dll. Klien tidak memiliki riwayat
alergi obat dan makanan.
f. Spritual
Hubungan klien dengan Tuhan Penciptanya, klien rutin melakukan
ibadah selama di panti setiap Rabu dan Kamis, klien mengikuti
ibadah di Aula panti.
8. Tinjauan system
a. Kondisi dari system tubuh yang ada
Terjadi gangguan pada orientasi waktu, orang dan tempat.
b. Masalah gangguan pada system tubuh
Terjadi kerusakan memori
c. Penggunaan protesa
Klien tidak menggunakan alat bantu untuk beraktivitas
2. Pengkajian psikologis
a. Proses pikir (lupa,bingung,pikun,curiga)
Saat ditanya pada kejadian dahulu klien tidak mampu mengingatnya
dengan baik. Kejadian yang ± 1 jam klien juga tidak mampu menginat
dengan baik
b. Gangguan perasaan (depresi,wajah tanpa ekspresi, kelelahan, acuh tak
acuh, mudah tersinggung)
Saat diwawancara klien menunjukan wajah senang, klien terlihat sering
melamun, terkadang klien aktif mengajak teman sebelahnya
berkomunikasi.
93
2) Dengan masyarakat
Hubungan klien dengan masyarakat baik, tetapi klien sering
melamun
3) Aktivitas klien dipanti
Klien tidak mengikuti kegiatan dipanti karena dikamar selalu
terkunci apabila dibuka dan klien dibiarkan beraktivitas nanti akan
kabur dan ingat kembali jalaln ke wisma
4. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-tanda Vital
1. Kedaan umum : Keadaan umum klien baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tekanan darah : 110/70 mmHg
4. Penafasan : 20x/menit
5. Suhu : 36,5ºC
6. Tinggi badan : ± 149 cm
7. Berat badan : ± 50 kg
b. Pemeriksaan dan kebersihan perorangan
1) Kepala
a) Rambut : Bersih, pendek berwarna sebagian putih, tidak
rontok, tidak ada benjolan.
b) Mata : Simetris, pupil anisokor, konjungtiva ananemis,
sklera Anikterik, terlihat cekung dan adanya kantung mata.
c) Hidung : Bersih, tidak ada polip, penciuman baik, tidak ada
Pembesaran sinus
d) Telinga : Sedikit kotor, tidak ada gangguan pendengaran,
tidakada cairan
c. Dada/Thorax
i. Dada : Simetris antara dada kanan dan dada kiri tidak
adakelainan
ii. Paru-paru : Suara nafas vaskuler, irama reguler
iii. Jantung : Normal, tidak ada bunyi mur-mur, tidak ada
bunyiGallop suara jantung 1 dan 2 normal
9. Provinsi 1
10. Negara 1
II. Registrasi
12. Melati : 1
13. Kursi : 1
III. Atensi/Kalkulasi
15. 86 Y :0
16. 79 H√ :1
17. 72 A√ :1
18. 65 W :0
20. Melati : 1
21. Kursi : 0
23. Pensil 1
dan bila 1
97
- Membaca + pengertian
5. Informasi Penunjang
3. Resume pengkajian
1. Data Fokus
Data Subjektif Data Objektif
- Klien mengatakan sudah tua dan - Klien tampak mudah lupa
sudah tidak mengingat umur, tempat, - Klien tampak sering mengulang
tanggal lahir, alamat rumah, pertanyaan
jamberapa, hari apa, sedang dimana, - Klien tidak mengenal waktu,
suka mondar-mandir, kadang melamun tempat dan orang (disorientasi
waktu)
- Score MMSE : 18
- Perubahan respons terhadap
- Klien mengatakan makanan habis 1 stimulasi normal seperti lupa,
porsi setiap makan, kadang ½ porsi bingung
- Antropometri : TB : ± 149 cm,
BB : ± 50 Kg IMT : 22,5 (18,5-
24,9),
BBI : 41,65 (41,65-56,35 kg).
- Biochemical Data : tidak ada
- Clinical Sign
a) Rambut : Bersih, pendek,
berwarna sebagian putih,
tidak rontok, tidak ada
benjolan, sedikit bau.
b) Mata : simetris, pupil isokor,
konjungtiva ananemis,
adanya kantong mata
c) Mukosa mulut lembab, turgor
kulit tidak elastis
d) Abdomen : lunak, terdengar
bising usus, hepar tidak
teraba, tidak ada distensi
abdomen
- Diit : Tidak ada pantangan
makanan dan diit
Maryam, S., Ekasari, M. F., dkk. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan
Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika.
Nugroho, W.(2008).Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta: Buku
Kedokteran.
Stockslager, J. L., & Schaeffer, L. (2008). Asuhan Keperawatan Geriatrik.
Jakarta: Kedokteran EGC .
Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., dkk. (2010). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta: Interna Publishing.
Padila. (2013). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika.