Anda di halaman 1dari 3

Klasifikasi Limbah B3

Menurut Undang-undang Republik Indonesia No 32. Tahun 2009, yang dimaksud


dengan Bahan beracun dan Berbahaya (B3) adalah zat, energy, dan/atau kompenen lain
karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung
dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau membahayakan
lingkungan hidup, kesehatan serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk lain. Sehingga
diperlukan perlakuan khusus dalam menangani buangan hasil laboratorium sebelum dibuang
ke saluran air (Putri, 2012).
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia no. 18 tahun 1999, limbah B3
adalah sisa suatu usaha yang mengandung bahan berbahaya dan beracun yang karena sifat
atau konsentrasinya, baik secara langsung ataupun tidak langsung dapat mencemarkan,
merusak, atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia
serta makhluk hidup lainnya. Limbah B3 dapat digolongkan berdasarkan dua kategori, yaitu
berdasarkan sumber dan berdasarkan karakteristik. Golongan limbah B3 yang berdasarkan
sumber :
1. Limbah B3 dari sumber spesifik
2. Limbah B3 dari sumber tidak spesifik
3. Limbah B3 bahan kimia kadaluarsa
Limbah dari sumber spesifik diantaranya berasal dari industri baik dari sisa bahan
baku, buangan laboratorium, katalis, dll. Sedangkan limbah dari sumber tidak spesifik
diantaranya adalah pelarut terhalogenasi, asam basa, pelarut tidak terhalogenasi, pelumas
bekas, limbah minyak disel industri, fiber, asbes, dll. Berdasarkan karakteristiknya, limbah
B3 digolongkan menjadi :
- Mudah meledak - Bersifat iritasi
- Pengoksidasi - Berbahaya bagi lingkungan
- Sangat mudah menyala - Karsinogenik
- Sangat beracun - Teratogenik
- Berbahaya - Mutagenik
- Korosif
Menurut wewenang Resource Conservation and Recover Act (RCRA) United States
Environmental Protection Agency atau biro perlindungan lingkungan as yaitu menentukan
zat yang berbahaya sesuai dengan karakteristik sebagai berikut:
- Kemampuan terbakar, karakteristik zat cair yang uapnya kemungkinan terbakar karena
keberadaan sumber pembakaran, nonliquid yang akan menangkap api dari gesekana atau
sentuhan dengan air, dan terbakar dengan hebat atau terus menerus, gas gas dipadatkan
yang dapat terbakar, oksidator.
- Corrosivity, karakteristik zat yang menunjukkan adanya suatu tendensi menyebabkan
karat pada baja.
- Reaktivitas, karakteristik zat yang memiliki tanda insy perubahan kimia hebat seperti
bahan peledak, bahan yang bereaksi dengan air, sianida, limbah yang mengandung sulfit.
- Beracun.

Pengelolaan Limbah B3
Tujuan pengelolaan limbah B3 adalah untuk mencegah dan menanggulangi
pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh limbah B3 serta
melakukan pemulihan kualitas lingkungan yang sudah tercemar sehingga sesuai dengan
fungsinya kembali. Dalam hal ini jelas bahwa setiap kegiatan yang berhubungan dengan B3
harus memperhatikan aspek lingkungan dan menjaga kualitas lingkungan tetap pada kondisi
semula. Pengelolaan sampah medis yang tergolong limbah B3 mulai tahap pengurangan dan
pemilahan limbah B3 hingga pengolahaannya secara lebih rinci dijelaskan sebagai berikut.
1. Pengurangan dan Pemilihan Limbah B3
Pengurangan limbah padat B3 dapat dilakukan melalui tata kelola yang baik terhadap
setiap bahan atau material yang berpotensi menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan
maupun gangguan kesehatan. Di dalam dunia medis hal tersebut dapat dilakukan dengan
cara melakukan pengelolaan terhadap limbah padat medis yang dihasilkan dari kegiatan
pelayanan kesehatan. Limbah non medis rumah sakit dan sampah domestik apabila
terkontaminasi limbah medis harus dikelola sebagaimana layaknya limbah medis, maka
pencegahan terhadap kontaminasi limbah medis melalui pemilihan limbah sejak awal
dihasilkan harus mendapatkan diprioritaskan (Kementerian Lingkungan Hidup, 2014).
Pemilihan limbah B3 dalam Instansi kesehatan dilakukan dengan memisahkan tempat
penampungan atau wadah dari sampah medis di ruangan menjadi tiga macam yaitu ada
sampah medis tajam, wadah sampah medis warna, dan wadah sampah B3. Hal ini
dilakukan agar limbah padat B3 sudah dipisahkan berdasarkan jenis, kelompok, dan
karakteristik limbah B3. Penelitian Hasan et al (2008) yang dilakukan di dua Rumah Sakit
besar di Dhaka City ditemukan bahwa limbah yang dibuang ke dalam wadah tanpa
dipisahkan dan dipilah, hal tersebut menimbulkan risiko kesehatan yang serius kepada
para petugas penanganan limbah, dan kepada masyarakat pada umumnya.

REFERENSI :
1. Riyanto. 2014. Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun (Limbah B3). Yogyakarta:
Deepublish.
2. Anggarini, Niken. 2014. Pengelolaan dan Karakterisasi Limbah B3 di PAIR Berdasarkan
Potensi Bahaya. Majalah Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi BETA GAMMA TAHUN
2014 Vol.5 (1) : 41-49.
3. Purwanti. 2018. Pengelolaan Limbah Padat Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Rumah
Sakit di Rsud Dr.Soetomo Surabaya. Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 10 , No.3, Juli
2018: 291-298

Anda mungkin juga menyukai