Anda di halaman 1dari 6

IDENTITAS PESERTA DIDIK

NAMA : AISYAH SALSABILLA


NIS: 14897
KELAS: XII KPR 1
LEMBAR KEJA PESERTA DIDIK (LKPD.5)

Satuan Pendidikan : SMKN 2 Malang


Kompetensi Keahlian : Asisten Keperawatan
Mata Pelajaran : Ilmu Penyakit dan Pemeriksaan Diagnostik
Kelas/ Semester : XII/5
Kompetensi Dasar : 3.10 Menerapkan pemeriksaan penyakit gangguan sistem indra.
4.10 Melakukan pemeriksaan penyakit gangguan sistem indra

Tujuan Pembelajaran : 1. Melalui studi literatur siswa mampu menjelaskan pengkajian


riwayat kesehatan hidung pasien
2. Melalui studi literatur siswa mampu menjelaskan
pemeriksaan fisik pada penyakit gangguan sistem indra
(hidun)
3. Melalui studi literatur siswa mampu menjelaskan pemeriksaan
diagnostik/penunjang pada penyakit ganggua hidung

A. Petunjuk
1. Berdoalah sebelum mulai kegiatan
2. Isilah identitas dengan benar dan jelas
3. Bacalah petunjuk mengerjakan
4. Kerjakan sesuai dengan perintah
5. Setiap siswa wajib mengumpulkan hasil LK dalam bentuk foto/pdf ke mclass dengan format nama file
( Nama Siswa_Nama Siswa_NIS_Nama Tugas_Kelas . Contoh : Dewi Handayani_006_LK.5 Pemeriksaan
Mata_XII KPR.
6. Pastikan file yang diunggah terbaca dengan jelas.
B. Langkah Kegiatan
1. Mengamati
Amati Video berikut berikut
https://www.youtube.com/watch?v=ekAk07Ccv-Y

Berdasarkan video tersebut :


a. Sebutkan alat-alat persiapan pemeriksaan fisik pada hidung beserta fungsinya?
 Lampu kepala : Untuk menerangi objek yang akan dilihat
 Spekulum hidung : Untuk melebarkan lapangan pandang rongga hidung agar lebih
jelas
 Kaca nasofaring : Untuk melihat rongga bagian belakang hidung
 Alat pemanas : Untuk memanaskan kaca tenggorok, agar tidak berembun saat
digunakan
 Tongue spatel : Untuk menekan lidah pasien saat melakukan pemeriksaan

b. Sebutkan langkah-langkah prosedur pemeriksaan fisik pada hidung ?


1. Pasang lampu kepala dengan posisi lampu kepala di bagian depan dan tengah kepala
2. Pasien diduduk kan berhadapan dengan pemeriksa
3. Pemeriksaan diawali dengan melakukan inspeksi hidung bagian luar (apakah ada
kelainan bentuk hidung, tanda-tanda infeksi/keluar secret dari rongga hidung)
4. Setelah itu lakukan palpasi hidung bagian luar untuk mengetahui apakah ada nyeri
tekan, masa tumor dan tanda-tanda krepitasi
5. Dilanjutkan dengan pemeriksaan lanjutan, pertama spekulum hidung dipegang
dengan tangan kiri pemeriksa
6. Spekulum digenggam dengan sedemikian rupa sehingga tangkai bawah spekulum
dapat digerakkan bebas dengan menggunakan jari tengah, jari manis dan jari
kelingking sedangkan jari telunjuk digunakan sebagai fiksasi
7. Spekulum dimasukkan ke dalam rongga hidung dengan posisi tertutup dan setelah
masuk, spekulum dibuka
8. Untuk melihat dasar rongga hidung, kepala pasien diposisikan sedikit menunduk
sedangkan untuk melihat bagian atas rogga hidung kepala pasien di posisikan sedikit
menengadah
9. Yang dinilai pertama adalah luas/sempitnya rongga hidung
10. Selanjutnya nilai keadaan karang hidung (bengkak atau hipertrofi, apakah ada secret
dirongga hidung, apakah ada masa di rongga hidung)
11. Spekulum hidung dikeluarkan secara hati-hati dengan posisi terbuka untuk
mengindari terjepitnya bulu hidung
12. Untuk menilai rongga hidung bagian belakang, lakukan pemeriksaan rhinoskopi
posterior, kaca nasofaring dipanaskan dengan alat pemanas supaya kaca tidak
menjadi berembun oleh nafas pasien
13. Sebelum digunakan, kaca yang telah dipanaskan ditempelkan ke punggung tangan
pemeriksa untuk memastikan suhu kaca tidak terlalu panas saat digunakan
14. Pasien membuka mulut dengan lebar, kemudian lidah pasien ditekan dengan tongue
spatel
15. Pasien bernafas melalui mulut, kemudian kaca nasofaring dimasukkan ke belakang
uvula dengan arah kaca ke atas
16. Pasien di minta bernafas melalui hidung, lampu kepala di arahkan ke arah kaca
nasofaring
17. Nilai keadaan koana/rongga hidung bagian belakang, septumnasi bagian belakang,
konkasuperior
18. Kaca nasofaring tidak boleh menyentuh posterior faring agar tidak merangsang
pasien untuk muntah

2. Membaca Literatur
Bacalah literatur tentang pemeriksaan hidung pada link
https://drive.google.com/drive/folders/1SZgVXjnZYIinII_98lkSG4LgQNWH6p2R?usp=sharing
atau dari referensi buku yang lain . Jawablah pertanyaan berikut

a. Sebutkan hal- hal apa saja yang harus dikaji untuk mencari riwayat kesehatan pada klien dengan
ganggu sistem indra penciuman (hidung)
 Dispnea (sesak napas), nyeri, akumulasi lendir, mengi, hemoptitis (darah meludah dari
daluran pernafasan), batuh dan kelelahan umum
 Menentukan kapan masalah/gejala dimulai, berapa lama berlangsung, bagaimana
kelegaan yang diperoleh
 Perawat mengumpulkan informasi tentang penyebab, keparahan, gejala dan mengkaji
faktor resiko yang dapat mempengaruhi kondisi paru pasien
 Mengkaji kemampuan pasien untuk melakukan aktivitas sehari hari dan aktivitas
keluarga

b. Sebutkan satu pemeriksaan fungsi penciuman yang kamu ketahui?


 TES CCCRC (The Connectitut Chemosensory Clinical Research Center), tes dimulai dari
pengenceran terkecil dan untuk menghindarai bias, pasien disuruh menentukan mana
yang berisi odoran tanpa perlu mengidentifikasinya. Pemeriksaan dilakukan dengan
menutup hidung kirinya bila memeriksa hidung kanan dan sebaliknya. Kemudian
dilakukan tes identifikasi penghidu dengan menggunakan odoran kopi, coklat, vanila,
bedak talk, sabun, oregano dan napthalane

c. Buatlah langkah kerja /standar prosedur pemeriksaan fisiologi poin (b).


d. Sebutkan dan jelaskan pemeriksaan diagnostik (penunjang) pada klien dengan gangguan sistem
indra penciuman (hidung)

 CHEST X-RAY
Jaringan paru normal bersifat radiolusen; oleh karena itu, densitas yang dihasilkan oleh
cairan, tumor, benda asing, dan kondisi patologis lainnya dapat dideteksi dengan
pemeriksaan sinar-x. Rontgen dada mungkin mengungkapkan proses patologis yang
luas di paru-paru tanpa adanya gejala. Rontgen dada rutin terdiri dari dua pandangan
—proyeksi posteroanterior dan proyeksi lateral. Rontgen dada biasanya diambil
setelah inspirasi penuh (nafas dalam) karena paru-paru paling baik divisualisasikan
ketika mereka aerasi dengan baik. Juga diafragma berada pada tingkat terendah dan
hamparan paru-paru terbesar terlihat. Jika diambil pada saat kedaluwarsa, film sinar-x
dapat menonjolkan pneumotoraks yang tidak diketahui atau obstruksi mayor
pembuluh darah.

 COMPUTED TOMOGRAPHY
CT adalah metode pencitraan di mana paru-paru dipindai dalam lapisan berturut-turut
oleh sinar-x berkas sempit. Gambar yang dihasilkan memberikan tampilan penampang
dada. Sedangkan foto rontgen dada menunjukkan kontras utama antara kepadatan
tubuh, seperti tulang, jaringan, dan udara, CT scan dapat membedakan kepadatan
jaringan halus. CT Scan dapat digunakan untuk menentukan nodul paru dan tumor
kecil berdekatan dengan permukaan pleura yang tidak terlihat pada pemeriksaan dada
rutin x-ray, dan untuk menunjukkan kelainan mediastinum dan hilus adenopati, yang
sulit divisualisasikan dengan teknik lain. Agen kontras berguna ketika mengevaluasi
mediastinum dan isinya.

 MAGNETIC RESONANCE IMAGING


MRI mirip dengan CT scan kecuali medan magnet dan
sinyal frekuensi radio digunakan sebagai pengganti sinar-x berkas sempit. MRI
menghasilkan gambar diagnostik yang jauh lebih rinci daripada CT scan. MRI digunakan
untuk mengkarakterisasi nodul paru, stadium karsinoma bronkogenik (penilaian invasi
dinding dada), dan mengevaluasi aktivitas inflamasi pada penyakit paru interstisial, akut
emboli paru, dan hipertensi pulmonal trombolitik kronis (Kauczor & Kreitner, 2000).

 FLOUROSCOPIC STUDIES
Fluoroskopi digunakan untuk membantu prosedur invasif, seperti: biopsi jarum dada
atau biopsi transbronkial, dilakukan untuk mengidentifikasi lesi. Ini juga dapat
digunakan untuk mempelajari pergerakan dinding dada, mediastinum, jantung, dan
diafragma, untuk mendeteksi kelumpuhan diafragma, dan untuk menemukan massa
paru.

Anda mungkin juga menyukai