BRONKOPNEUMONIA
Pembimbing :
dr. Desiana Dhamayanti, Sp. A
Disusun Oleh :
Siti Aisyah Desthi W (2015730122)
2019
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah, karena dengan rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas Laporan Kasus
Bronkopneumonia ini tepat pada waktunya. Penulis menyadari sepenuhnya
bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak yang
membaca, agar penulis dapat mengkoreksi dan dapat membuat laporan kasus yang
lebih baik kedepannya.
Demikianlah laporan kasus ini dibuat sebagai tugas dari kegiatan klinis di
stase Pediatri serta untuk menambah pengetahuan bagi penulis khususnya dan
bagi pembaca pada umumnya.
Penulis
i
STATUS PASIEN
Nama : An. SP
Ruang Perawatan : Pav. Badar
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 29 April 2013
Umur : 6 tahun 2 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Masuk RS : Mei 2019
No. Kamar : 10
1.2. Anamnesis
Keluhan Utama
Sesak napas sejak 1 hari SMRS
Keluhan Tambahan
Demam, batuk, pilek
1
pusing dan nafsu makan menurun. BAK terakhir pagi hari jam 6 SMRS dan
BAB terakhir kemarin siang.
Riwayat Pengobatan
Os minum obat paracetamol untuk demamnya namun turun sebenar lalu
demam lagi
Riwayat Alergi
Pasien tidak memiliki alergi obat, makanan, cuaca ataupun lainnya.
Riwayat Psikososial
Pasien tinggal di rumah bersama kedua orang tuanya dan kedua kakaknya.
Dirumah terdapat 2 kamar tidur dan 1 kamar mandi. Rumahnya terdapat ventilasi
udara yang baik dan pencahayaannya baik. Os sering bermain boneka. Rumah Os
dipinggir jalan raya.
Riwayat Kehamilan
Ibu pasien selalu memeriksakan kehamilanya (ANC) ketika mengandung
OS. Ibu OS tidak pernah sakit ketika hamil OS.
Riwayat Persalinan
Melahirkan :SC, pada minggu ke 38
BBL : 2800 gram
2
PBL : 49 cm
Keadaan : Sehat, menangis, riwayat kuning (-)
Pola Makan
Pola makan kurang teratur 2 x sehari dan sedikit-sedikit, jarang makan
sayur dan buah.
Riwayat Imunisasi
Imunisasi dasar lengkap dan belum melakukan imunisasi tambahan
3
1.3. Pemeriksaan Fisik
Tanda Vital
Nadi : 120 kali/menit
RR : 35 kali/menit
Suhu : 38ºC
Status Generalis
- Kepala : Normocephal, ubun-ubun sudah menutup, ubun-ubun
tidak
cekung
- Rambut : Hitam, tidah mudah dicabut (tidak rontok).
- Mata : Konjungtiva Anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-), cekung
(-/-),
edema (-/-), refleks cahaya (+/+).
- Hidung : Pernapasan cuping hidung (+/+), darah (-/-), sekret (+/+)
- Telinga : Normotia, serumen (-/-).
4
- Mulut : Mukosa bibir kering (-), Stomatitis (-), Lidah Kotor (-),
Perdarahan Gusi (-)
- Tenggorokan : Faring hiperemis (-), Tonsil (T1/T1)
- Leher : Pembesaran KGB (-/-), Pembesaran kelenjar tiroid (-/-).
Thorax
Pulmo
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris, ada retraksi subcostal, otot
bantu napas (+)
Palpasi : Vocal fremitus sama pada kedua lapang paru.
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru.
Auskultasi : vesikuler (+/+), Ronkhi (+/+), whezzing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba
Perkusi : Batas Jantung Kanan Atas : ICS II Parasternalis Dextra
Batas Jantung Kiri Atas : ICS II Paraternalis Sinistra
Batas Jantung Kanan Bawah : ICS IV Parasternalis Sinistra
Batas Jantung Kiri Bawah : ICS IV Midclavicula Sinistra
Auskultasi : BJ I dan II reguler, gallop (-), murmur (-)
Abdomen:
Inspeksi : Datar (+), Distensi (-)
Auskultasi : Bising usus (+)
Palpasi : Supel, Nyeri tekan Epigastrium (+), Hepatomegali (-),
splenomegali (-).
Perkusi : Timpani pada seluruh lapang abdomen (+)
5
CRT : <2s <2s
Status Neurologis
GCS : 15
Reflek Fisiologis : Biceps +/+ Triceps +/+
Patella +/+ Achilles +/+
Reflek Patologis : (-)
Rangsang Meningeal : Kaku Kuduk (-) Kernig Sign (-)
Brudzinski I (-) Brudzinski II (-)
Kekuatan Motorik :
D S
5555 5555
5555 5555
6
1.4. Pemeriksaan Penunjang
22 Mei 2019
Hematologi Rutin
22 Mei 2019
Ro. Thorax
7
Infiltrat dilapangan suprahiller & infrahiller perihilar paru dextra
Sinus, diafragma dan tulang : baik.
Kesan : Bronkopneumonia
1.5. Resume
An. Perempuan, usia 6 tahun datang dengan keluhan sesak napas sejak 1
hari SMRS. sesak yang dirasakan Os terus menerus, dan memberat ketika
berbaring, nafas menjadi cepat, Os menjadi sulit tidur karena keluhan sesak
yang dialaminya, Disertai ada mual dan muntah ± 10 kali berupa cairan. Nafsu
makan menurun dan mengeluhkan pusing. Batuk berdahak, tapi dahak susah
keluar dan pilek (+).Pasien demam seminggu SMRS dan sudah berobat namun
demam tetap naik turun. BAB dan BAK tidak ada keluhan.
1.6. Assessment
Dispneu
Febris hari ke 5
Vomitus
1.7. Diagnosis
8
- Diagnosis Imunisasi : Imunisasi dasar lengkap belum melakukan
imunisasi tambahan
- Diagnosis Perkembangan : Pertumbuhan dan Perkembangan
Sesuai Usia
1.8. Terapi
Saran Tatalaksana
1. O2 :-
2. Diet : makan lunak
Kebutuhan kalori pada pasien
Berat badan ideal = BB/(TB¿2 = 18/(1,05¿2 = 16,326 kg
Jumlah kebutuhan kalori per hari :
Kebutuhan energi basal = 655 + (9,6 x BB) + (1,8 x TB) – (4,7 x U)
= 655 + (9,6 x 16) + (1,8 x 105) – (4,7 x 6)
= 969,4 kkal
Kebutuhan energi total = kebutuhan energi basal x 1,3
= 969,4 x 1,3 = 1260,22 kkal
Jadi total kebutuhan kalori perhari untuk penderita = 1260 kkal dengan
distribusi makanan:
Karbohidrat 60% = 60% x 1260 = 756 kalori dari karbohidrat
Protein 20% = 20% x 1260 = 252 kalori dari protein
Lemak 20% = 20% x 1260 = 252 kalori dari lemak
4. Medikamentosa:
a. inhalasi : Combivent 2 x 1
b. Oral : Puyer batuk
bisolvon ½ tab
salbutamol 1 mg
CTM ½ tab
dexametason 1/3 tab
mf. Pulv dtd XV
3 dd 1
9
Ceftriaxone 1 x 1,5mg
Dexamethasone 3 x 2 mg
5. Edukasi
Os diharapkan untuk menjauhkan benda-benda yang berbulu
seperti boneka dan karpet berbulu.
Os juga dapat melakukan pencegahan dengan pemberian vaksinasi
yang merupakan faktor penyebab seperti PCV, MMR, influenza,
dll.
1.9. Follow Up
Tanggal S O A P
S : 37.9 °C Obs. Dispneu
22/05/2019 Inhalasi combivent 2 x
RR : 35x/menit e.c Bacterial
(20:00) 1
HR : 91x/menit infection
- Demam (+) Infus asering 14 tpm
- Sesak (+) Inj. Ceftriaxone 1 x
Pem. Fisik :
- Batuk (+) 1,5 gr
Pernapasan
- Pilek (+) Inj. Dexamethasone 3
cuping hidung
- Mual (+) x 2 mg
(+), Retraksi
- Muntah (-) Inj. Ondancetron 3 x 2
Subcostal (+),
mg
Otot bantu nafas
Ro. Thoraks
(+), Ronki (+/+)
10
Subcostal (+), - Inj. Ondancetron 3 x
Otot bantu nafas 2 mg
(+), Ronki (+/+) - Cek Hematologi
R0 Thorax : kesan rutin besok jika baik
Bronkopnemonia rencana pulang
S : 36,2 °C
24/05/2019 Bronkopneum - Inhalasi combivent
RR : 26x/menit
(06:00) onia 1x1
HR : 105x/menit
Klinis baik - Infus asering 14 tpm
Pem. Fisik :
- Inj. Ceftriaxone 1 x
Pernapasan
1,5 gr
cuping hidung (-),
- Demam (-) - Inj. Dexamethasone
Retraksi
- Sesak (-) 1 x 2 mg
Subcostal (-),
- Batuk (+) - Pulang jam 16.00
Otot bantu nafas
- Pilek (-) - Obat pulang
(-), Ronki (-/-)
- Muntah (-) - Cefixime syrup 2 x
Pem Lab HR :
1
Hb : 13,4 g/dL
- Puyer batuk 3 x 1
leukosit : 9.380
Ht : 41%
trombosit :
323.000
11
ANALISA KASUS
Aspek Terapi
Pada pasien ini diberikan puyer batuk 3x1 bungkus untuk menurunkan
gejala batuknya dan demamnya, dengan komposisi bisolvon ½ tab, salbutamol 1
mg, CTM ½ tab dan dexametason 1/3 tab. Diberikan injeksi ondancetron 3x2mg
untuk mengurangi mual dan muntah. Inhalasi combivent 2x1 untuk mengurangi
gejala sesak pasien.
12
Antibiotik untuk pasien adalah seftriaxon injeksi 1x1,5mg. Antibiotik
seftriaxon ini sesuai dengan teori dimana pada usia > 5 tahun dapat diberikan
antibiotik salah satunya seftriaxone dengan kuman penyebab paling banyak
disebabkan oleh Streptokokus pneumonia dan Mycoplasma.
Aspek prognosis
Pada pasien ini sudah diberikan antibiotik sesuai dengan klasifikasi
pemberiannya berdasarkan usia dan kemungkinan kuman penyebab yang paling
banyak pada usia tersebut sehinnga prognosisnya akan lebih baik.
Prognosis Pada era sebelum ada antibiotik, angka mortalitas pada bayi dan
anak kecil berkisar dari 20% sampai 50% dan pada anak yang lebih tua dari 3%
sampai 5%. Dengan pemberian antibiotik yang tepat dan adekuat, mortalitas dapat
diturunkan sampai kurang dari 1%, anak dalam keadaan malnutrisi energi protein
dan yang datang terlambat menunjukkan mortalitas yang lebih tinggi.
13
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
a. Pneumonia lobaris
b. Pneumonia intertitialis (bronkiolitis)
c. Pneumonia lobularis (bronkopneumonia)
2.2. Etiologi
Staphylococcus aureus
Usia sekolah Chlamydia pneumoniae, Mycoplasma
pneumoniae
Streptococcus pneumoniae9
2.3. Patogenesis dan Patofisiologi
4. Stadium IV (7 – 11 hari)
Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan
peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi oleh
makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya semula.2
Sebagian besar pneumonia timbul melalui mekanisme aspirasi kuman atau
penyebaran langsung kuman dari respiratorik atas. Hanya sebagian kecil
merupakan akibat sekunder dari bakterimia atau viremia atau penyebaran dari
infeksi intra abdomen. Dalam keadaan normal mulai dari sublaring hingga
unit terminal adalah steril. Dalam keadaan sehat, tidak terjadi pertumbuhan
mikroorganisme di paru. Keadaan ini disebabkan oleh adanya mekanisme
pertahanan paru. Apabila terjadi ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh,
mikroorganisme dan lingkungan, maka mikroorganisme dapat masuk,
berkembang biak dan menimbulkan penyakit.
2.5. Diagnosis
1. Anamnesis
Gejala yang timbul biasanya mendadak tetapi dapat didahului dengan
infeksi saluran nafas akut bagian atas. Gejalanya antara lain batuk, demam
tinggi terus-menerus, sesak, kebiruan sekitar mulut, menggigil (pada anak),
kejang (pada bayi), dan nyeri dada. Biasanya anak lebih suka berbaring pada
sisi yang sakit. Pada bayi muda sering menunjukkan gejala non spesifik
seperti hipotermi, penurunan kesadaran, kejang atau kembung. Anak besar
kadang mengeluh nyeri kepala, nyeri abdomen disertai muntah.2,3
2. Pemeriksaan Fisik
Manifestasi klinis yang terjadi akan berbeda-beda berdasarkan kelompok
umur tertentu. Pada neonatus sering dijumpai takipneu, retraksi dinding dada,
grunting, dan sianosis. Pada bayi-bayi yang lebih besar jarang ditemukan
grunting. Gejala yang sering terlihat adalah takipneu, retraksi, sianosis, batuk,
panas, dan iritabel.
Pada anak pra sekolah, gejala yang sering terjadi adalah demam, batuk
(non produktif / produktif), takipneu dan dispneu yang ditandai dengan
retraksi dinding dada. Pada kelompok anak sekolah dan remaja, dapat
dijumpai panas, batuk (non produktif / produktif), nyeri dada, nyeri kepala,
dehidrasi dan letargi.
3. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah pada pneumonia umumnya didapatkan Lekositosis
hingga > 15.000/mm3 seringkali dijumpai dengan dominasi netrofil pada
hitung jenis. Lekosit > 30.000/mm3 dengan dominasi netrofil mengarah ke
pneumonia streptokokus. Trombositosis > 500.000 khas untuk pneumonia
bakterial. Trombositopenia lebih mengarah kepada infeksi virus. Biakan darah
merupakan cara yang spesifik namun hanya positif pada 10-15% kasus
terutama pada anak- anak kecil.
4. Pemeriksaan Penunjang
a. C-Reactive Protein (CRP)
C-Reactive Protein adalah suatu protein fase akut yang disintesis
oleh hepatosit.sebagai respon infeksi atau inflamasi jaringan, produksi
CRP secara cepat distimulasi oleh sitokin, terutama interleukin (IL)-6,
IL-1, dan tumor necrosis factor (TNF). Meskipun fungsi pastinya
belum diketahui, CRP sangat mungkin berperan dalam opsonisasi
mikroorganisme atau sel yang rusak.
Secara klinis CRP digunakan sebagai alat diagnostik untuk
membedakan antaara faktor terinfeksi dan noninfeksi, infeksi virus dan
bakteri, atau infeksi bakteari superfisisalis dan profunda. Kadar CRP
biasanya lebih rendah pada infeksi virus dan infeksi bakteri
superfisials daripada infeksi bakteari profunda. CRP kadang-kadang
digunakan untuk evaluasi respon terapi antibiotik. Sutu penelitian
melaporkan bahwa CRP cukup sensitif tidak hanya untuk diagnosis
empiema torasis, tetapi juga untuk memantau respon pengobatan.
b. Uji serologis
Uji serologis untuk mendeteksi ntigen dn ntibodi pada infeksi
bakteri tipik mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang rendah.
Akan tetapi, diagnosis sreptokokus grup streptozim, atau antiDnase B.
Peningkatan titer dapat juga berarti adanya infeksi terdahulu. Untuk
konformasi diperlukan serum fase akut dan serum fase konvalesen
(paired test).
c. Pemeriksaan mikrobiologis
Pemeriksaan mikrobiologis untuk diagnosis pneumonia anak tidak
rutin dilakukan kecuali pada pneumonia berat yang dirawat di RS.
Untuk pemeriksaan mikrobiologik, spesimen berasal dari usap
tenggorok, sekret nasofaring, bilasan bronkus,darah, pungdi leura atau
aspirasi paru. Dianosis dikatakan definitif bila kuman ditemukan dari
darah, cairan pleura, atau aspirasi peru. Kecuai pada neonatus, kejadian
bakterimia sangat rendah sehingga kultur darah jarang positif. Pada
pneumonia anak diaporkan hanya 10-30% ditemukan bakteri pada
kultur darah. Pada naka besar dan remaja, sesimen untuk pemeriksaan
mikrobiologik dapat berasal dari sputum, baik untuk pewarnaan gram
mauun kultur. Spesimen yang memenuhi syarat adalah sputum yang
mengandung kebih dari 25 eukosit dan kurang dari 40 sel
epitel/lapangan pada pemeriksaan mikroskopis dengna pembesaran
kecil. Spesimen nasofaring untuk kultur maupun untuk deteksi antigen
bakteri kurang bermanfaat karena tingginya prevalens kolonisasi
bakteri di nasofaring.
Kultur darah jarang positif pada infeksi mikoplasma dan klamidia,
oleh karena tu tidak rutin dianurkan. Pemeriksaan PCR memerlukan
laboratorium yang canggih, dismaping tidak selalu tersedia, hasil PCR
positif pun tidak selalu menunjukkan diagnosis pasti.
d. Pemeriksaan radiologis
Foto toraks (PA/lateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama
untuk menegakkan diagnosis. Foto PA dan lateral dibutuhkan untuk
menentukan lokasi anatomik dalam paru. Infiltrat tersebar paling sering
dijumpai, terutama pada pasien bayi. Pada bronkopneumonia bercak-
bercak infiltrat didapatkan pada satu atau beberapa lobus. Jika difus
(merata) biasanya disebabkan oleh Staphylokokus pneumonia.
Gambar 3 : Foto toraks PA pada pneumonia lobaris: tampak
bercak-bercak infiltrat pada paru kanan.
Sampel darah dianalisa oleh alat analisa gas darah yang ada di
laboratorium. Sampel darah harus dianalisis dalam waktu 10 menit dari
waktu pengambilan untuk memastikan hasil tes yang akurat.
Analisa gas darah meliputi pemeriksaan PO2, PCO3, PH, HCO3, dan
saturasi O2.
KRITERIA DIAGNOSIS
Dasar diagnosis pneumonia menurut Henry Gorna dkk tahun 1993 adalah
ditemukannya paling sedikit 3 dari 5 gejala berikut ini :
a. Bronkitis
b. Aspirasi pneumonia
c. Tb paru primer
Gentamisin - Streptococcus B
2. Ampisillin + - Nosokomial
Cefotaksim enterobacteria
>2-4 1. Ampisillin + - E. Coli
minggu
Cefotaksim atau - Nosokomial
Ceftriaxon Enterobacteria
2. Eritromisin - Streptococcus B
- Klebsiella
- Enterobacter
- C. trachomatis
>1-2 bulan 1. Ampisillin + - E. Coli and other
Gentamisin Enterobacteria
Ceftriaxon - S. pneumonia
- C. trachomatis
>2-5 bulan 1. Ampisillin 1. Ampisillin - H. influenza
Sefiksim Kloramfenikol
Sefuroksim
Ceftriaxon
>5 tahun 1. Penisillin A 1. Penisillin G - S. pneumonia
Eritromisin Seftriakson
Vankomisin
2.8. Komplikasi
2.9. Prognosis
Pada era sebelum ada antibiotik, angka mortalitas pada bayi dan anak kecil
berkisar dari 20% sampai 50% dan pada anak yang lebih tua dari 3% sampai 5%.
Dengan pemberian antibiotik yang tepat dan adekuat, mortalitas dapat diturunkan
sampai kurang dari 1%, anak dalam keadaan malnutrisi energi protein dan yang
datang terlambat menunjukkan mortalitas yang lebih tinggi.
2.10. Pencegahan
Behrman RE, Kliegman R, Arvin AM. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. EGC:
Jakarta. 2000.
Behrman RE, Vaughan VC, 1992, Nelson Ilmu Kesehatan Anak, Bagian II,
Edisi 12, Penerbit EGC, Jakarta, hal: 617-628.
http://yankes.kemkes.go.id/read-pemeriksaan-analisa-gas-darah-5708.html