Anda di halaman 1dari 88

PROGRAM PELATIHAN

KADER PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA

BUK U 4
PEGANGAN PESERTA

KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI


BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN, PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
DAN INFORMASI
JAKARTA, 2017
PROGRAM PELATIHAN
KADER PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA

BUKU 4
PEGANGAN PESERTA

KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI


BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN, PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
DAN INFORMASI
JAKARTA, 2017
KATA PENGANTAR

Lahirnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa,


membawa paradigma baru tentang peran Desa. Azas Rekognisi dan
Azas Subsidiaritas melekat pada 2 (dua) kewenangan Desa yaitu
Kewenangan Berdasar Hak Asal Usul dan Kewenangan Lokal Berskala
Desa, bahwa Desa sebagai “Subyek”, sekaligus “Obyek” pembangunan.
Pemerintah Desa bersama Badan Permusyarawatan Desa (BPD),
Lembaga Kemasyarakatan Desa, dan unsur masyarakat lainnya
melaksanakan pembangunan partisipatif dalam rangka mewujudkan
Desa yang mandiri, maju dan sejahtera sesuai dengan arah dan tujuan
pembangunan Desa sebagaimana RPJM Desa.
Dalam mengawal Undang-Undang Desa, Pemerintah memfasilitasi
Pendampingan Desa dalam rangka meningkatkan pemberdayaan
masyarakat dan pembangunan partisipatif. Pendampingan Desa terdiri
atas Pendamping Desa, Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa
(KPMD), dan Pihak Ketiga (PermenDes, PDTT Nomor 3 Tahun 2015
tentang Pendampingan Desa). KMPD berkedudukan di Desa, bertugas
mendampingi dan memberdayakan masyarakat agar berpartisipasi
aktif dalam pembangunan Desa. Pemilihan KPMD dilakukan melalui
musyarawah Desa, dan ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa.
Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi, dalam hal ini Badan
Penelitian dan Pengembangan, Pendidikan dan Pelatihan, dan
Informasi berkoordinasi dengan Direktorat Jenderal Pembangunan dan
Pemberdayaan Masyarakat Desa, menyusun Modul Pelatihan KPMD,
yang terdiri atas 5 (lima) Buku, yaitu (1) Kurikulum dan Silabus; (2)
Bahan Ajar Pelatih; (3) Bahan Ajar KMPD; (4) Petunjuk Penyelenggaraan
Pelatihan; dan (5) Buku Pegangan Peserta.
Modul Pelatihan KPMD merupakan pedoman dalam penyelenggaraan
Pelatihan KPMD baik di lingkungan Kementerian Desa, PDT dan
Transmigrasi, oleh 6 (enam) UPT Pusat, yaitu BBPLM Jakarta, BLM
Yogyakarta, BLM Pekanbaru, BLM Banjarmasin, BLM Denpasar,
dan BLM Makassar, serta Unit Kerja terkait lainnya. Ujung tombak
pemberdayaan masyarakat di lingkungan Kementerian Desa, PDT
dan Transmigrasi adalah Tenaga Fungsional Penggerak Swadaya
Masyarakat (PSM) sebagai Fasilitator Pelatihan di 6 (enam) UPT Pusat
baik Balai Besar maupun Balai Latihan Masyarakat.

i
Besar harapan kami, Modul Pelatihan KPMD ini dapat diimplementasikan
dalam memberikan pembekalan dasar kepada KPMD dan/atau Calon
KPMD. Modul Pelatihan KPMD bersifat dinamis, akan berkembang sesuai
dengan regulasi serta situasi-kondisi di lapangan. Saran dan masukan dari
berbagai pihak akan menjadi bahan penyempurnaan lebih lanjut.
Semoga Pelatihan KPMD dapat mencetak kader-kader pemberdayaan
masyarakat sejati di Desa, berkontribusi positif secara signifikan sebagai
mitra Pemerintah Desa, bersinergis dengan Pendamping Desa, dan sektor
di Desa, dalam pembangunan dan pemberdayaan masyarakat Desa.

Jakarta, Maret 2017

Direktur Jenderal Pembangunan Kepala Badan Penelitian dan


dan Pemberdayaan Masyarakat Pengembangan, Pendidikan dan
Desa, Pelatihan dan Informasi,

Ahmad Erani Yustika M. Nurdin

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................. i


DAFTAR ISI ......................................................................................... iiI
BAB 1. VISI UNDANG-UNDANG DESA .................................... 1
BAB 2. TATAKELOLA DESA SESUAI UNDANG-UNDANG NO.
6 TAHUN 2014 TENTANG DESA .................................. 3
BAB 3. TATA KELOLA DESA ..................................................... 5
BAB 4. PRIORITAS PENGGUNAAN DANA DESA ................... 8
BAB 5. KADER PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA
(KPMD) .......................................................................... 14
BAB 6. ETOS KERJA ................................................................ 25
BAB 7. HAKEKAT MOTIVASI, TEKNIK MOTIVASI DAN
LANGKAH-LANGKAH MOTIVASI ................................. 29
BAB 8. GAYA KEPEMIMPINAN ................................................. 32
BAB 9. KOMUNIKASI ................................................................ 35
BAB 10. TEKNIK FASILITASI ...................................................... 39
BAB 11. KELEMBAGAAN DI DESA ............................................ 48
BAB 12. BENTUK-BENTUK PERATURAN DI DESA .................. 60
BAB 13. MUSYAWARAH DESA .................................................. 64
BAB 14. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA ..................... 69
BAB 15. PARTISIPASI DALAM TAHAPAN PEMBANGUNAN
DESA ............................................................................. 72
BAB 16. TAHAP PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DESA ........ 78

iii
iv
1. VISI UNDANG-UNDANG DESA

Dua Undang-undang yang lahir di era reformasi, yakni UU No. 22/1999 dan UU
No. 32/2004, ternyata tidak mampu menjawab pertanyaan tentang hakekat,
makna, visi, dan kedudukan desa. Meskipun frasa “kesatuan masyarakat
hukum” dan adat melekat pada definisi desa, serta mengedepankan asas
keragaman, tetapi cita rasa “pemerintahan desa” yang diwariskan oleh UU
No. 5/1979 masih sangat dominan.
Secara garis besar perubahan ditunjukkan dengan pembalikan paradigma
dalam memandang desa, pemerintahan dan pembangunan yang selama ini
telah mengakar di Indonesia. Pembalikan itu membuahkan perspektif “desa
lama” yang berubah menjadi “desa baru” sebagaimana tersaji dalam tabel
berikut:

Tabel: Desa Lama Vs Desa Baru

Unsur-Unsur Desa Lama Desa Baru


Dasar konstitusi UUD 1945 Pasal 18 UUD 1945 Pasal 18 B ayat 2 dan
ayat 7 Pasal 18 ayat 7
Payung hokum UU No. 32/2004 dan UU No.6/2014
PP No. 72/2005
Visi-misi Tidak ada Negara melindungi dan
memberdayakan desa agar menjadi
kuat, maju, mandiri, dan demokratis
sehingga dapat menciptakan
landasan yang kuat dalam
melaksanakan pemerintahan dan
pembangunan menuju masyarakat
yang adil, makmur, dan sejahtera
Asas utama D e s e n t r a l i s a s i - Rekognisi-subsidiaritas
residualitas
Kedudukan Desa sebagai Sebagai pemerintahan masyarakat,
o r g a n i s a s i hybrid antara self governing
pemerintahan yang community dan local self government
berada dalam sistem
pemerintahan
kabupaten/kota (local
state government)

1
Unsur-Unsur Desa Lama Desa Baru
D e l i v e r y Target: pemerintah Mandat: negara memberi mandat
kewenangan dan menentukan target- kewenangan, prakarsa dan
program target kuantitatif dalam pembangunan
memnangun desa
Kewenangan Selain kewenangan Kewenangan asal-usul (rekognisi)
asal usul, menegaskan dan kewenangan lokal berskala desa
tentang sebagian (subsidiaritas).
urusan kabupaten/
kota yang diserahkan
kepada desa
Politik tempat Lokasi: Desa sebagai Arena: Desa sebagai arena bagi
lokasi proyek dari atas orang desa untuk menyelenggarakan
pemerintahan, pembangunan,
pemberdayaan dan kemasyarakatan
Posisi dalam Obyek Subyek
pembangunan
M o d e l Government driven Village driven development
pembangunan development atau
community driven
development
Karakter politik Desa parokhial, dan Desa inklusif
desa korporatis
Demokrasi Demokrasi tidak Demokrasi menjadi asas, nilai,
menjadi asas dan sistem dan tatakelola. Membentuk
nilai, melainkan demokrasi inklusif, deliberatif dan
menjadi instrumen. partisipatif
Membentuk demokrasi
elitis dan mobilisasi
partisipasi

2
2. TATAKELOLA DESA SESUAI UNDANG-UNDANG
NO. 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA

Tata Kelola
Tata kelola adalah keseluruhan proses (relasi dan interaksi) dalam
penyelenggaraan Desa sebagai kesatuan masyarakat hukum yang bertindak
atas dasar kewenangan yang dimiliki untuk mendayagunakan sumberdaya
dan daya dukung yang ada guna memujudkan tata kehidupan Desa yang
maju, mandiri, dan demokratis.

Para Pihak dan Relasi Antar Pihak


Dari bagan di atas, jelas bahwa terdapat empat institusi yang secara
bersama-sama menandai keberadaan Desa:
1. Musyawarah Desa
Musyawarah Desa ini menjadi “awal” dan “akhir” dari semua kebijakan
dan tindakan dalam tata kelola Desa. Musyawarah Desa merupakan
Forum dimana Kesatuan masyarakat hukum mewujud dalam rangka
menetapkan berbagai aspek guna mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat warga desa.
2. Badan Permusyawaratan Desa (Desa)
BPD yang dipilih secara demokratis yang mencerminkan keterwakilan
masyarakat warga desa berdasarkan satuan wilayah (Dusun) berperan
sebagai lembaga yang membawa aspirasi masyarakat dan menjaga
proses penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan Desa sesuai
dan untuk semaksimal mungkin memenuhi dengan aspirasi masyarakat.

3
3. Pemerintah Desa
Pemerintah Desa dipimpin oleh Kepala Desa. Pada Hakikatnya, Kepala
Desa itu adalah pemimpin masyarakat warga desa dan bertanggungjawab
kepada masyarakat sebagai warga desa yang memilih Kepala Desa
melalui mekanisme pemilihan secara demokratis.
4. Masyarakat
Masyarakat warga desa adalah pemberi mandat, baik kepada Kepala
Desa sebagai Pemimpin organisasi Pemerintaha Desa maupun
kepada BPD. Dalam konteks tata kelola Desa, masyarakat dimaksud
menunjuk pada kelompok, lembaga, atau organisasi yang menghimpun
sejumlah warga desa sesuai aspirasinya, baik itu pemuda, perempuan,
maupun organisasi atau kelompok yang berbasis moda produksi
dalam masyarakat: kelompok tani, pedagang, nelayan, dll. Organisasi,
lembaga, atau kelompok dimaksud mencakup baik yang berstatus
Lembaga Kemasyarakatan maupun Lembaga Masyarakat.

Tujuan Tatakelola Desa


(1) Meningkatkan kualitas pelayanan publik;
(2) Menjamin transparansi dan akuntabilbilitas;
(3) Meningkatkan partisipasi warga/masyarakat, dan
(4) Mengefektifkan penanganan masalah dan konflik yang mungkin terjadi
di masyarakat seiring dinamika masyarakat sebagaimana ditunjukkan
bagan di bawah ini:

4
3. TATA KELOLA DESA

Prinsip penting dalam kewenangan desa:


(1) Baik kewenangan asal usul maupun kewenangan lokal bukanlah
kewenangan yang diserahkan oleh pemerintah, bukan juga merupakan
sisa (residu) yang dilimpahkan oleh pemerintah kabupaten/kota
sebagaimana pernah diatur dalam UU No. 32/2004 dan PP No.
72/2005. Sesuai dengan asas rekognisi dan subsidiaritas, kedua jenis
kewenangan itu diakui dan ditetapkan langsung oleh undang-undang
dan dijabarkan oleh peraturan pemerintah. Peraturan pemerintah dalam
ini bukanlah perintah yang absolut melainkan sebagai pandu arah yang
di dalamnya akan membuat daftar positif (positive list), dan kemudian
menentukan pilihan atas positive list itu dan ditetapkan dengan peraturan
desa sebagai kewenangan desa.
(2) Sebagai konsekuensi desa sebagai masyarakat yang berpemerintahan
(self governing community), kewenangan desa yang berbentuk mengatur
hanya terbatas pada pengaturan kepentingan lokal dan masyarakat
setempat dalam batas-batas wilayah administrasi desa. Mengatur
dalam hal ini bukan dalam bentuk mengeluarkan izin baik kepada
warga maupun kepada pihak luar seperti investor, melainkan dalam
bentuk keputusan alokatif kepada masyarakat, seperti alokasi anggaran
dalam APB Desa, alokasi air kepada warga, dan lain-lain. Desatidak
bisa memberikan izin mendirikan bangunan, izin pertambangan, izin
eksploitasi air untuk kepentingan bisnis dan sebagainya.
(3) Kewenangan desa lebih banyak mengurus, terutama yang berorientasi
kepada pelayanan warga dan pemberdayaan masyarakat. Sebagai
contoh desa melayani dan juga membiayai kegiatan kelompok tani,
melatih kader perempuan, membiayai Posyandu, mengembangkan
hutan rakyat bersama masyarakat, membikin bagan ikan untuk
kepentingan nelayan, dan sebagainya.
(4) Selain mengatur dan mengurus, desa dapat mengakses urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota untuk
dimanfaatkan memenuhi kepentingan masyarakat. Selain contoh di atas
tentang beberapa desa menangkap air sungai Desa dapat mengakses
dan memanfaatkan lahan negara berskala kecil (yang tidak termanfaatkan
atau tidak bertuan) untuk memenuhi kepentingan masyarakat setempat.
Lahan sisa proyek pembangunan, tanggul dan bantaran sungai, maupun

5
tepian jalan kabupaten/kota merupakan contoh konkret. Desa dapat
memanfaatkan dan menanam pohon di atas lahan itu dengan cara
mengusulkan dan memperoleh izin dari bupati/walikota.

Tabel
Kewenangan desa menurut UU No. 32/2004 dan UU No. 6/2014

UU No. 32/2004 UU No. 6/2014

Urusan pemerintahan yang sudah ada Kewenangan berdasarkan hak asal


berdasarkan hak asal-usul desa usul
Urusan pemerintahan yang menjadi Kewenangan local berskala Desa
kewenangan kabupaten/kota yang
diserahkan pengaturannya kepada desa
Tugas pembantuan dari Pemerintah, Kewenangan yang ditugaskan oleh
pemerintah provinsi, dan/atau Pemerintah, Pemerintah Daerah
pemerintah kabupaten/kota Provinsi, atau Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota
Urusan pemerintahan lainnya yang Kewenangan lain yang ditugaskan
oleh peraturan perundangperundangan oleh Pemerintah, Pemerintah
diserahkan kepada desa Daerah Provinsi, atau Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota sesuai
dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan

Kewenangan melekat milik desa yang sudah dimandatkan oleh UU No.


6/2014, yakni:
(1) Memilih kepala desa dan menyelenggarakan pemilihan kepala
desa.
(2) Membentuk dan menetapkan susunan dan personil perangkat
desa.
(3) Menyelenggarakan musyawarah desa.
(4)
Menyusun dan menetapkan perencanaan desa.Menyusun,
menetapkan dan melaksanakan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Desa.

6
(5) Menyusun, menetapkan dan melaksanakan peraturan desa.
(6) Membentuk dan membina lembaga-lembaga kemasyarakatan
maupun lembaga adat.
(7) Membentuk dan menjalankan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)

Kewenangan lokal berskala desa.


Kewenangan lokal adalah kewenangan yang lahir karena prakarsa dari desa
sesuai dengan kemampuan, kebutuhan dan kondisi lokal desa.

Tabel Daftar positif kewenangan lokal berskala desa

No Mandat Daftar Kewenangan Lokal


Pembangunan

1 Pelayanan dasar Posyandu, penyediaan air bersih, sanggar belajar


dan seni, perpustakaan desa, poliklinik desa.
2 Sarana dan prasarana Jalan desa, jalan usaha tani, embung desa, rumah
ibadah, sanitasi dan drainase, irigasi tersier, dan
lainlain.
3 Ekonomi lokal Pasar desa, usaha kecil berbasis desa, karamba
ikan, lumbung pangan, tambatan perahu, wisata
desa, kios, rumah potong hewan dan tempat
pelelangan ikan desa, dan lain-lain.
4 SDA dan lingkungan Hutan dan kebun rakyat, hutan bakau, dll.

Tri Matra Pembangunan Desa


Pertama, Jaring Komunitas Wiradesa (Jamu Desa).Matra ini diarahkan
untuk mengarusutamakan penguatan kapabilitas manusia sebagai inti
pembangunan desa sehingga mereka menjadi subyekberdaulat atas pilihan-
pilihan yang diambil.
Kedua, Lumbung Ekonomi Desa (Bumi Desa).Matra ini mendorong
muncul dan berkembangnya geliat ekonomi yang menempatkan rakyat
sebagai pemilik dan partisipan gerakan ekonomi di desa.
Ketiga, Lingkar Budaya Desa (Karya Desa).Matra ini mempromosikan
pembangunan yang meletakkan partisipasi warga dan komunitas sebagai
akar gerakan sosial, ekonomi, budaya dan lain-lain.

7
4. PRIORITAS PENGGUNAAN
DANA DESA

PRIORITAS PENGGUNAAN DANA DESA

Tujuan dan Prinsip Penggunaan Dana Desa


Pernyataan ini menguatkan tafsir pada pasal 2 dan 3 dari Permendesa No.
22 Tahun 2016 mengenai Tujuan dan Prinsip penggunaan Dana Desa 2017.
Tujuan pengaturan prioritas penggunaan Dana Desa :
1. memberikan acuan program dan kegiatan bagi penyelenggaraan Hak
Asal Usul dan Kewenangan Lokal Berskala Desa yang dibiayai Dana
Desa;
2. memberikan acuan bagi Pemerintah Kabupaten/Kota dalam menyusun
pedoman teknis penggunaan Dana Desa; dan
3. memberikan acuan bagi Pemerintah Pusat dalam pemantauan dan
evaluasi pelaksanaan penggunaan Dana Desa.

8
Sementara, pada pasal 3 disebutkan prinsip penggunaan Dana Desa :
1. Keadilan, dengan mengutamakan hak atau kepentingan seluruh warga
desa tanpa membeda-bedakan;
2. Kebutuhan Prioritas, dengan mendahulukan kepentingan Desa yang
lebih mendesak, lebih dibutuhkan dan berhubungan langsung dengan
kepentingan sebagian besar masyarakat Desa;
3. Kewenangan Desa, dengan mengutamakan kewenangan hak asal usul
dan kewenangan lokal berskala desa;
4. Partisipatif, dengan mengutamakan prakarsa dan kreatifitas masyarakat;
5. Swakelola dan berbasis sumberdaya desa, mengutamakan
pelaksanaan secara mandiri dengan pendayagunaan sumberdaya alam
desa, menggunakan tenaga, pikiran dan keterampilan warga desa dan
kearifan lokal; dan
6. Tipologi desa, dengan mempertimbangkan keadaan dan kenyataan
karakteristik geografis, sosiologis, antropologis, ekonomi, dan
ekologidesa yang khas, serta perubahan atau perkembangan kemajuan
desa.

Prioritas Penggunaan Dana Desa


A. Bidang Pembangunan Desa
Penggunaan Dana Desa untuk pembangunan desa bertujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa, peningkatan
kualitas hidup manusia, serta penanggulangan kemiskinan. Untuk itu,
penggunaan Dana Desa untuk pembangunan desa diarahkan pada
program-program seperti:
1. pengadaan, pembangunan, pengembangan, dan pemeliharaan
sarana dan prasarana dasar untuk pemenuhan kebutuhan :
lingkungan pemukiman, transportasi, energi, informasi dan
komunikasi;
2. pengadaan, pembangunan, pengembangan, dan pemeliharaan
sarana dan prasarana pelayanan sosial dasar untuk pemenuhan
kebutuhan : kesehatan masyarakat, pendidikan dan kebudayaan;
3. pengadaan, pembangunan, pengembangan dan pemelliharaan
sarana dan prasarana ekonomi untuk mewujudkan Lumbung
Ekonomi Desa yang meliputi : usaha ekonomi pertanian berskala

9
produktif untuk ketahanan pangan; usaha ekonomi pertanian
berskala produktif yang difokuskan pada kebijakan satu Desa
satu produk unggulan yang meliputi aspek produksi, distribusi
dan pemasaran; usaha ekonomi berskala produktif lainnya yang
difokuskan pada kebijakan satu Desa satu produk unggulan yang
meliputi aspek produksi, distribusi dan pemasaran;
4. Pengadaan, pembangunan, pengembangan, dan pemeliharaan
sarana prasarana lingkungan untuk pemenuhan kebutuhan:
kesiapsiagaan menghadapi bencana alam; penanganan bencana
alam; penanganan kejadian luar biasa lainnya; dan pelestarian
lingkungan hidup;
5. Pengadaan, pembangunan, pengembangan, dan pemeliharaan
sarana prasarana lainnya yang sesuai dengan kebutuhan Desa dan
ditetapkan dalam Musyawarah Desa.

B. Bidang Pemberdayaan Masyarakat Desa


Prioritas penggunaan Dana Desa 2017 di bidang pemberdayaan
masyarakat desa bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan
kapabilitas masyarakat Desa dengan mendayagunakan potensi dan
sumberdayanya sendiri sehingga Desa dapat menghidupi dirinya secara
mandiri. Kegiatan pemberdayaan masyarakat Desa yang diprioritaskan
meliputi antara lain:
1. peningkatan partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan,
pelaksanaan dan pengawasan pembangunan Desa;
2. pengembangan kapasitas masyarakat Desa;
3. pengembangan ketahanan masyarakat Desa;
4. pengembangan sistem informasi Desa;
5. dukungan pengelolaan kegiatan pelayanan sosial dasar di bidang
pendidikan, kesehatan, pemberdayaan perempuan dan anak, serta
pemberdayaan masyarakat marginal dan anggota masyarakat Desa
penyandang disabilitas;
6. dukungan pengelolaan kegiatan pelestarian lingkungan hidup;
7. dukungan kesiapsiagaan menghadapi bencana alam, penanganan
bencana alam serta penanganan kejadian luar biasa lainnya;
8. dukungan permodalan dan pengelolaan usaha ekonomi produktif
yang dikelola oleh BUMDesa dan/atau BUMDesa Bersama;

10
9. dukungan pengelolaan usaha ekonomi oleh kelompok masyarakat,
koperasi dan/atau lembaga ekonomi masyarakat Desa lainnya;
10. pengembangan kerjasama antar Desa dan kerjasama Desa dengan
pihak ketiga; dan
11. bidang kegiatan pemberdayaan masyarakat Desa lainnya yang
sesuai dengan analisa kebutuhan Desa dan ditetapkan dalam
Musyawarah Desa.
Pelaksanaan kegiatan pembangunan Desa melalui pendayagunaan
sumberdaya manusia dan sumberdaya alam Desa dengan
mengutamakan mekanisme swakelola, swadaya dan gotong royong
masyarakat. Perencanaan kegiatan Desa dapat mempertimbangkan
Tipologi Desa.
Tipologi Desa merupakan fakta, karakteristik dan kondisi nyata yang khas,
keadaan terkini di Desa, maupun keadaan yang berubah, berkembang
dan diharapkan akan terjadi dimasa depan. Pengelompokkan tipologi
Desa dapat diuraikan sekurang-kurangnya berdasarkan :
• kekerabatan Desa; (desa geneologis, desa teritorial dan desa
campuran)
• hamparan; (desa pesisir/pantai, desa dataran rendah/lembah, desa
dataran tinggi, dan desa perbukitan/pegunungan)
• pola pemukiman; (menyebar, melingkar, mengumpul, memanjang)
• mata pencaharian; (pertanian, nelayan, industri, jasa)
• tingkat perkembangan kemajuan Desa.
Desa dalam perencanaan program dan kegiatan pembangunan
masyarakat Desa yang dibiayai Dana Desa, dapat mempertimbangkan
tipologi Desa berdasarkan tingkat perkembangan kemajuan Desa, yang
meliputi :
a. Desa Tertinggal dan/atau Desa Sangat Tertinggal memprioritaskan
kegiatan pembangunan Desa pada : 1. Pengadaan, pembangunan,
pengembangan, dan pemeliharaan sarana prasarana dasar; dan 2.
pembangunan, pengembangan dan pemeliharaan sarana prasarana
ekonomi serta pengadaan produksi, distribusi dan pemasaran yang
diarahkan pada upaya mendukung pembentukan usaha ekonomi
pertanian berskala produktif, usaha ekonomi pertanian untuk
ketahanan pangan dan usaha ekonomi lainnya yang difokuskan
kepada kebijakan satu Desa satu produk unggulan.

11
b. Desa Berkembang memprioritaskan kegiatan pembangunan
Desa pada : 1. pembangunan, pengembangan dan pemeliharaan
infrastruktur ekonomi serta pengadaan sarana prasarana produksi,
distribusi dan pemasaran untuk mendukung penguatan usaha
ekonomi pertanian berskala produktif, usaha ekonomi untuk
ketahanan pangan dan usaha ekonomi lainnya yang difokuskan
kepada kebijakan satu Desa satu produk unggulan; dan 2.
pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur serta pengadaan
sarana prasarana sosial dasar dan lingkungan yang diarahkan pada
upaya mendukung pemenuhan akses masyarakat Desa terhadap
pelayanan sosial dasar dan lingkungan.
c. Desa Maju dan/atau Desa Mandiri memprioritaskan kegiatan
pembangunan pada : 1. Pembangunan, pengembangan dan
pemeliharaan infrastruktur ekonomi serta pengadaan sarana
prasarana produksi, distribusi dan pemasaran untuk mendukung
perluasan/ekspansi usaha ekonomi pertanian berskala produktif,
usaha ekonomi untuk ketahanan pangan dan usaha ekonomi
lainnya yang difokuskan kepada kebijakan satu Desa satu produk
unggulan; dan 2. pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur
serta pengadaan sarana prasarana sosial dasar dan lingkungan
yang diarahkan pada upaya mendukung peningkatan kualitas
pemenuhan akses masyarakat Desa terhadap pelayanan sosial
dasar dan lingkungan.
Desa dalam perencanaan program dan kegiatan pemberdayaan
masyarakat Desa yang dibiayai Dana Desa, dapat mempertimbangkan
tipologi Desa berdasarkan tingkat perkembangan kemajuan Desa, yang
meliputi :
a. Desa Tertinggal dan/atau Desa Sangat Tertinggal memprioritaskan
kegiatan pemberdayaan masyarakat Desa untuk merintis Lumbung
Ekonomi Desa yang meliputi: 1. pembentukan usaha ekonomi warga/
kelompok dan BUMDesa/BUMDesa Bersama dan/atau lembaga
ekonomi masyarakat Desa lainnya melalui pemberian askes modal,
pengelolaan produksi, distribusi dan pemasaran bagi usaha ekonomi
pertanian berskala produktif dan usaha ekonomi lainnya yang
difokuskan kepada kebijakan satu Desa satu produk unggulan; dan
2. pembukaan lapangan kerja untuk pemenuhan kebutuhan hidup
bagi masyarakat Desa.

12
b. Desa Berkembang memprioritaskan kegiatan pemberdayaan
masyarakat Desa untuk memperkuat Lumbung Ekonomi Desa
yang meliputi: 1. penguatan usaha ekonomi warga/kelompok dan
BUMDesa/BUMDesa Bersama melalui pemberian akses modal,
pengelolaan produksi, distribusi dan pemasaran bagi usaha ekonomi
pertanian berskala produktif, usaha ekonomi untuk ketahanan
pangan, dan usaha ekonomi lainnya yang difokuskan kepada
kebijakan satu Desa satu produk unggulan; 2. peningkatan kualitas
dan kuantitas tenaga kerja terampil dan pembentukan wirausahawan
di Desa; dan 3. pengembangan lapangan kerja untuk pemenuhan
kebutuhan hidup bagi masyarakat Desa.
c. Desa Maju dan/atau Desa Mandiri memprioritaskan kegiatan
pemberdayaan masyarakat Desa untuk menegakkan Lumbung
Ekonomi Desa yang meliputi: 1. Perluasan/ekspansi usaha ekonomi
warga/kelompok dan BUMDesa/BUMDesa Bersama melalui
pemberian akses modal, pengelolaan produksi, distribusi dan
pemasaran bagi usaha ekonomi pertanian berskala produktif, usaha
ekonomi untuk ketahanan pangan, dan usaha ekonomi lainnya yang
difokuskan kepada kebijakan satu Desa satu produk unggulan;
2. peningkatan kualitas dan kuantitas wirausahawan di Desa; 3.
peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga kerja ahli di Desa 4.
perluasan/ekspansi lapangan kerja untuk pemenuhan kebutuhan
hidup bagi masyarakat Desa.

13
5. KADER PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
DESA (KPMD)

Mengapa Perlu KPMD.


Mandat Undang Undang Desa Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa mengakui
bahwa Desa memiliki hak asal usul dan hak tradisional dalam mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat. Upaya Pemberdayaan Masyarakat
merupakan gerakan yang bercirikan “Dari, Oleh dan Untuk Masyarakat”
(DOUM).
• “Dari” dalam masyarakat sendiri digerakkan berbagai kegiatan yang
dibutuhkannya.
• “Oleh” masyarakat sendiri pengelolaan kegiatan-kegiatannya.
• “Untuk” memenuhi kebutuhan masyarakat sendiri dan sekitarnya.
Gerakan dari, oleh dan untuk masyarakat akan terjadi jika dalam masyarakat
itu sendiri ada warga desa yang tahu, peduli, mampu dan mau berperan
sebagai penggerak pemberdayaan masyarakat. Salah satu penggeraknya
adalah kader yang memproses pemecahan masalah atau pemenuhan
kebutuhan masyarakat dengan mendayagunakan potensi dan sumberdaya
yang tersedia.

Kader ini disebut Kader suri tauladan Pemberdayaan Masyarakat Desa


(KPMD)yang diadakan pada setiap Desa serta memiliki tugas dan fungsi
untuk memfasilitasi perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, pengendalian,
penilaian dan pelestarian program/kegiatan pemberdayaan masyarakat.

14
Siapa Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa
Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) adalah anggota masyarakat
desa yang memiliki pengetahuan, kepedulian, kemampuan dan kemauan
untuk menggerakkan masyarakat berpartisipasi dalam pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat desa. Calon KPMD dari beberapa calon warga
desa setempat dipilih melalui musyawarah desa, dilatih dan ditetapkan
berdasarkan keputusan Kepala Desa. Calon KPMD dapat dipilih dari tokoh
atau pemuka masyarakat, pemuka adat, tokoh pemuda, pengusaha, guru
dll, berkelakuan baik dan menjadi suri tauladan di lingkungannya. Jumlah
KPMD antara 5-10 orang atau disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan
masyarakat setempat.

Kriteria Calon KPMD.


Kriteria calon KPMD, dapat dilihat berikut ini.
• Laki-laki dan perempuan dewasa, warga Desa setempat.
• Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkelakuan baik dan menjadi
suri tauladan dalam masyarakat setempat.
• Mempunyai komitmen untuk bekerja sukarela dalam membangun desa
• Mengutamakan pengurus lembaga kemasyarakatan, pemuka
masyarakat,pemuka agama, pemuka adat, guru, tokoh pemuda, dan
sebagainya
• Pendidikan yang disesuaikan dengan kemampuan, kebutuhan,dan
potensi desa
• Bersedia menjadi KPMD.
• Diutamakan mempunyai mata pencaharian tetap dan syarat-syarat lain
yang ditetapkan oleh Pemerintahan Desa
Nah, apakah anda memenuhi kriteria di atas ?

15
Apa Peran KPMD.
Peran KPMD secara umum, seperti telah dikemukakan, adalah pemroses
atau fasilitator manajemen pola pemberdayaan masyarakat. Adapun pokok-
pokok peran KPMD dalam pembangunan dan pemberdayaan masyarakat
sebagai berikut ini.
1. Pelopor, yaitu yang merintis atau memelopori gagasan-gagasan
kegiatan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat.
2. Penggerak, yaitu yang memotivasi, mendorong dan menggerakan
partisipasi, swadaya dan gotong royong masyarakat untuk kegiatan
pembangunan dan pemberdayaan masyarakat.
3. Pembimbing, yaitu yang memfasilitasi, membelajarkan, memberi
masukkan atau mendampingi kelompok sasaran kegiatan pembangunan
dan pemberdayaan masyarakat.
4. Perencana, yaitu yang memfasilitasi proses perencanaan kegiatan
secara partisipatif, mulai dari masalah kebutuhan, prioritas dan rencana
kegiatan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat.
5. Perantara, yaitu menghubungkan /menjembataniberbagai kepentingan
atau kebutuhan masyarakat dengan sumber dayadesa untuk kegiatan
pembangunan dan pemberdayaan masyarakat.
6. Pelaksana, yaitu melaksanakan hal-hal teknis dalam pelaksanaan
kegiatan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat yang belum
dapat dilakukan oleh warga masyarakat.

16
Pembaharu, yaitu yang memiliki visi, inovasi dan kreatifitas dalam
memperbaiki atau memperbaharui kegiatan pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat ke arah lebih baik dan berdaya saing
7. Pembaharu, yaitu yang memiliki visi, inovasi dan kreatifitas dalam
memperbaiki atau memperbaharui kegiatan pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat ke arah lebih baik dan berdaya saing

Pelopor

Pembaharu
Penggerak

KPM
Pelaksana Pembimbing

Perantara Perencana

Bagaimana Pembentukan KPMD.


Bagaimana Pembentukan
Berdasarkan KPMD.
keperluan, kriteria dan peran KPMD maka cara pembentukan
sebagai berikut ini.
Berdasarkan keperluan, kriteria dan peran KPMD maka cara
1. Bakal Calon KPMD harus mewakili laki-laki dan perempuan, tersebar
pembentukan sebagai berikut ini.
dari wilayah Desa dan lembaga kemasyarakatan.
. Bakal Calon KPMD harus mewakili laki-laki dan perempuan, tersebar dari
2. Pemilihan calon KPMD secara terbuka, dilakukan dalam musyawarah
wilayah Desa dan lembaga kemasyarakatan.
desa yang melibatkan unsur Pemerintahan Desa, pengurus lembaga
. Pemilihan kemasyarakatan
calon KPMD secara terbuka, dilakukan
dan tokoh/pemuka masyarakat.dalam musyawarah
desa yang melibatkan unsur Pemerintahan Desa, pengurus
3. Calon KPMD terpilih ditetapkan melalui keputusan lembaga
Kepala Desa.
kemasyarakatan dan tokoh/pemuka masyarakat.
4. Calon KPMD dilatih dan diberi sertifikat oleh Unit Pelaksana Teknis
. Calon KPMD terpilih ditetapkan
Kementerian Desa, PDT melalui keputusan
dan Transmigrasi, Kepala Desa.
Pemerintah Kabupaten/Kota
. Calon KPMDdan/atau lembaga
dilatih dan yang
diberiberwenang
sertifikatuntuk
olehmenyelenggarakan
Unit Pelaksana pelatihan
Teknis
KPMD.
Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi, Pemerintah Kabupaten/Kota
dan/atau lembaga yang
5. Penetapan KPMDberwenang untuk
(yang terlatih dan menyelenggarakan pelatihan
bersertifikat) dikukuhkan dengan
KPMD. keputusan Kepala Desa.

18

17
Bagaimana Kedudukan KPMD
• KPMD sebagai Tim Kerja berkedudukan di Desa.
• KPMD sebagai Tim Kerja yang membantu Pemerintah Desa dan
Lembaga Kemasyarakatan dalam pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat.
• KPMD sebagai Tim Kerja melekat dalam proses manajemen
pembangunan dan pemberdayaan masyarakat.

18
Bagaimana Hubungan Kerja KPMD.
Hubungan kerja KPMD dengan Kepala Desa, Lembaga Kemasyarakatan,
Kader Teknis dan kelompok masyarakat bersifat koordinatif dan konsultatif.
Rinciannya seperti berikut ini :
1. KPMD dengan Kepala Desa yaitu membantu teknis manajemen
pembangunan dan pemberdayaan masyarakat;
2. KPMD dengan Lembaga Kemasyarakatan, yaitu membantu atau
bersama-sama memproses seluruh kegiatan pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat;
3. KPMD dengan KPMD lainnya, yaitu kerjasama yang saling mendukung
secara integratif dan sinergis dalam pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat;
4. KPMD dengan Kader Teknis, yaitu sinkronisasi, integrasi dan harmonisasi
kegiatan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat; dan
5. KPMD dengan Kelompok Masyarakat, yaitu memberikan pendampingan
(fasilitasi) dalam kegiatan-kegiatan pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat.

Pembinaan Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD)


Untuk mendapatkan hasil kerja yang baik, maka diperlukan adanya Kader
Pemberdayaan Masyarakat Desa yang penuh dedikasi dan sadar akan
tanggung jawab yang dibebankan kepadanya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Fungsi pembinaan diarahkan untuk : 

19
• Memupuk kesetiaan dan ketaatan. 
• Meningkatkan adanya rasa pengabdian, rasa tanggung jawab,
kesungguhan dan kegairahan bekerja dalam melaksanakan tugasnya. 
• Meningkatkan gairah dan produktivitas kerja secara optimal. 
• Mewujudkan suatu layanan kepada masyarakat dengan sukarela dan
menjadikan KPMD yang berwibawa. 
• Memperbesar kemampuan dan kapasitas KPMD melalui proses latihan
yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat. 
Pembinaan dan supervisi KPMD perlu dilakukan dari jenjang tertinggi
sampai dengan jenjang terendah. Pembinaan dan supervisiterhadap KPMD
dilakukan oleh Pemerintah Pusat (Menteri yang menangani desa dan
pemerintahan desa), Gubernur, Bupati/Walikota, Camat, dan Kepala Desa
secara berjenjang sesuai dengan tingkat kewenangan.

KONSEP PENDAMPINGAN MASYARAKAT


Hakikat dan Konsep Pendampingan Masyarakat.
Pemberdayaan Masyarakat Desa sebagaimana pasal 1 butir 12, UU No
6 tahun 2014 tentang Desa adalah upaya mengembangkan kemandirian
dan kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan pengetahuan, sikap,
keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran, serta memanfaatkan
sumberdaya melalui penetapan kebijakan, program, kegiatan, dan
pendampingan yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan
masyarakat Desa.
Pada hakekatnya pendampingan adalah proses yang dilakukan terus
menerus bersama masyarakat maupun komunitas. Dalam proses
pemberdayaan perubahan tidak terjadi semata secara alamiah, sehingga
dibutuhkan suatu proses pemberdayaan yaitu upaya mencapai masyarakat
berdaya, memiliki kekuasaan, dan punya pengetahuan dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya.
Selanjutnya, detail proses pemberdayaan masyarakat Desa telah disebutkan
secara tegas dalam Peraturan Pemerintah No 43 tahun 2014 tentang
Pelaksanaan UU No 6 Th 2014 tentang Desa. Pemberdayaan masyarakat
Desa bertujuan memampukan Desa dalam melakukan aksi bersama
sebagai suatu kesatuan tata kelola Pemerintahan Desa, kesatuan tata
kelola lembaga kemasyarakatan Desa dan lembaga adat, serta kesatuan
tata ekonomi dan lingkungan.

20
Pemberdayaan masyarakat Desa dilaksanakan oleh Pemerintah Desa,
Badan Permusyawaratan Desa, forum musyawarah Desa, lembaga
kemasyarakatan Desa, lembaga adat Desa, BUMDesa, Badan kerja sama
antar Desa, forum kerjasama Desa,dan kelompok kegiatan masyarakat lain
yang dibentuk untuk mendukung kegiatan pemerintahan dan pembangunan,
umumnya pemberdayaan masyarakat Desa dilakukan dengan:
a. mendorong partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan
pembangunan Desa yang dilaksanakan secara swakelola oleh Desa.
b. Mengembangkan program dan kegiatan pembangunan Desa secara
berkelanjutandengan mendayagunakan sumberdaya manusia dan
sumberdaya alam yang ada di Desa.
c. Menyusun perencanaan pembangunan Desa sesuai prioritas, potensi,
dan nilai kearifan lokal.
d. Menyusun perencanaan danpenganggaran berpihak kepada
kepentingan warga miskin, warga disabilitas, perempuan,anak, dan
kelompok marginal.
e. Mengembangkan system transparansi dan akuntabilitas dalam
penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan pembangunan Desa.
f. Mendayagunakan lembaga kemasyarakatan Desa dan lembaga adat.
Pendamping sebagai pelaku dalam pendampingan harus berpedoman pada
semangat utama UU Desa yang membawa misi untuk kemandirian Desa.
Sosok pendamping Desa yang diinginkan UU Desa adalah yang bekerja
memfasilitasi Desa untuk mandiri.

Prinsip-prinsip Pendampingan Masyarakat


Berikut prinsip–prinsip pendampingan masyarakat dalam upaya
pemberdayaan masyarakat meliputi:
a. Prinsip Berkelompok, Kelompok tumbuh dan berkembang dari, oleh, dan
untuk kepentingan masyarakat. Selain dengan anggota kelompoknya
sendiri, kerjasama juga dikembangkan antar kelompok dan mitra kerja
lainnya agar usaha dapat lebih berkembang, meningkatkan pendapatan,
kesejahteraan serta mampu membentuk kelembagaan ekonomi.
b. Prinsip Berkelanjutan, Seluruh kegiatan penumbuhan dan pengembangan
program diorientasikan pada terciptanya sistem dan mekanisme yang
mendukung pengembangan masyarakat secara berkelanjutan. Berbagai

21
kegiatan yang dilakukan merupakan kegiatan yang memiliki potensi
untuk berlanjut dan berkembang di kemudian hari.
c. Prinsip Keswadayaan, Masyarakat pelaku diberi motivasi dan didorong
untuk berusaha atas dasar kemauan dan kemampuan mereka sendiri
dan tidak selalu tergantung pada bantuan dari luar.
d. Prinsip Kesatuan Keluarga, Masyarakat tumbuh dan berkembang sebagai
satu kesatuan keluarga yang utuh. Anggota keluarga merupakan pemacu
dan pemicu kemajuan usaha. Prinsip ini menuntut para pendamping
untuk memberdayakan seluruh anggota keluarga masyarakat berperan
serta dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan.
e. Prinsip Belajar Menemukan Sendiri, Kelompok dalam masyarakat
tumbuh dan berkembang atas dasar kemauan dan kemampuan mereka
untuk belajar menemukan sendiri apa yang mereka butuhkan dan apa
yang akan mereka kembangkan, termasuk upaya untuk mengubah
penghidupan dan kehidupannya.
Dalam melakukan pendampingan masyarakat, seorang pendamping harus
menguasai dan mempraktekkan perspektif dasar seperti:
 kesetaraan gender
 hak-hak asasi manusia dan hak-hak dasar (right base approach)
 anti kekerasan dan anti diskriminasi
 resolusi dan mengelola konflik
 tata pemerintahan yg baik
 prinsip-prinsip komunikasi perubahan perilaku

1. Kedudukan Pendamping Desa


Dalam Pasal 4 Permendesa PDTT Nomor 3 tahun 2015 tentang
Pendampingan Desa, menyebutkan bahwa pendampingan Desa
dilaksanakan oleh pendamping yang terdiri atas:
a. tenaga pendamping profesional;
b. Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD); dan/atau
c. pihak ketiga.

KPMD merupakan salah satu pendamping yang berasal dari individu


potensial sebagai bagian penting dari proses pemberdayaan masyarakat
desa. Selain itu dalam ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun
2014 maupun Permendesa PDTT Nomor 3 tahun 2015 disebutkan

22
bahwa KPMD dipilih dari masyarakat setempat oleh pemerintah Desa
melalui Musyawarah Desa untuk ditetapkan dengan keputusan Kepala
Desa. Maknanya semakin terang bahwa KPMD merupakan individu yang
dipersiapkan sebagai kader yang akan melanjutkan kerja pemberdayaan
di kemudian hari. Oleh karenanya, kaderisasi masyarakat Desa menjadi
sangat penting untuk keberlanjutan kerja pemberdayaan sebagai
penyiapan warga desa untuk menggerakkan seluruh kekuatan Desa.

Matriks 1. Kedudukan dan Tugas Normatif Pelaku Pendampingan


(Berdasarlkan Permendesa,PDTT No. 3/2015 tentang
Pendampingan Desa)

Tingkatan Pendampingan Pasal


Pusat Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat Pasal 15-17
Provinsi Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat Pasal 15-17
Kabupaten/Kota Pendamping Teknis Pasal 13-14
Kecamatan Pendamping Desa Pasal 11-12
Desa KPMD Pasal 18-19

Orientasi Baru KPMD


KPMD mengorganisasikan pembangunan Desa melalui pengembangan
kapasitas teknokratis dan pendidikan politik. KPMD melakukan
pengorganisasian pembangunan Desa dalam proses teknokratis mencakup
pengembangan pengetahuan dan keterampilan terhadap para pelaku
desa dalam hal pengelolaan perencanaan, penganggaran, keuangan,
administrasi, sistem informasi dan sebagainya.

23
Matriks 2. KPMD dan Pengorganisasian
Pembangunan Desa

Bidang Subtansi Tugas Daftar Kegiatan

Infrastruktur pemanfaatan dan Tambatan Perahu, Jalan


Pembangunan pemeliharaan Pemukiman, Jalan Desa
Antarpermukiman Ke Wilayah
Pertanian Pembangkit Listrik
Tenaga Mikrohidro , Lingkungan
Permukiman Masyarakat Desa

Sarana dan Pembangunan, Air Bersih Berskala Desa Sanitasi


Prasarana Kesehatan pemanfaatan dan Lingkungan Pelayanan Kesehatan
pemeliharaan Desa Dalam Bentuk Pos Pelayanan
Terpadu Atau Bentuk Lainnya

Sarana dan Pembangunan, Taman Bacaan Masyarakat


Prasarana pemanfaatan dan Pendidikan Anak Usia Dini Balai
Pendidikan dan pemeliharaan Pelatihan/Kegiatan Belajar
Kebudayaan Masyarakat Pengembangan
Dan Pembinaan Sanggar Seni

Sarana Dan Pengembangan usaha Pasar Desa, Pembentukan Dan


Prasarana Ekonomi ekonomi produktif Pengembangan BUM Desa,
serta pembangunan, Penguatan Permodalan BUM Desa,
pemanfaatan dan Pembibitan Tanaman Pangan,
pemeliharaan Penggilingan Padi Lumbung Desa,
Pembukaan Lahan Pertanian,
Pengelolaan Usaha Hutan, Desa
Kolam Ikan Dan Pembenihan
Ikan, Kapal Penangkap Ikan,
Gudang Pendingin (Cold Storage),
Tempat Pelelangan Ikan, Tambak
Garam, Kandang Ternak Instalasi
Biogas, Mesin Pakan Ternak
Sarana Dan Prasarana Ekonomi
Lainnya Sesuai Kondisi Desa

Lingkungan Hidup Pelestarian Penghijauan Pembuatan,


Terasering, Pemeliharaan Hutan
Bakau, Perlindungan Mata Air,
Pembersihan Daerah Aliran Sungai,
Perlindungan Terumbu Karang

24
6. ETOS KERJA

Bagan Etos Kerja

LANGKAH-LANGKAH
APLIKASI ETOS KERJA

NIAT Itulah yang akan


1. Apa yang diniatkan
dipikirkan.

PIKIRAN Itulah yang akan


2. Apa yang dipikirkan
diucapkan.

UCAPAN Itulah yang akan


3. Apa yang diucapkan
dilakukan.

TINDAKAN Itulah gambaran


4. Apa yang dilakukan
perilakunya.

5. Bagaimana gambaran KARAKTER Itulah gambaran etos


perilakunya kerja /kepribadiannya.

25
Etos Kerja Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa
1. Makna Etos Kerja
Etos berasal dari bahasa Yunani yang memberikan arti sikap,
kepribadian, watak, karakter serta keyakinan atas sesuatu. Dalam
kamus besar bahasa Indonesia etos kerja adalah semangat kerja yang
menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau suatu kelompok. Kerja
dalam arti pengertian luas adalah semua bentuk usaha yang dilakukan
manusia baik dalam hal materi, intelektual dan fisik, maupun hal-hal
yang berkaitan dengan keduniawian maupun keakhiratan.
2. 8 Etos Kerja KPMD
Jansen sinamo, ahli pengembangan sumberdaya manusia secara
sistematis telah memetakan motivasi kerja dalam konsep 8 Etos Kerja
yaitu:

26
Etika Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa

Tabel Aspek Etika KPMD

Dimensi Aspek Etika

1. Kepribadian 1.1 Berlaku sopan dan santun dalam ucapan dan


tindakan.
1.2 Lancar berbicara dan suka mendengar atau
menyimak
1.3 Simpatik, bersikap jujur dan menghargai waktu
2. Interaksi Sosial 2.1 Empati terhadap kelompok sasaran yang didampingi.
2.2 Memposisikan diri menyatu dengan kelompok
sasaran yang didampingi
2.3 Mengakui dan menghargai keberadaan kelompok
sasaran (orang dewasa) sehingga tidak menggurui
3. Fasilitasi 3.1 Memiliki wawasan topik fasilitasi antara lain paham
maksud, garis besar isi dan isu penting topik fasilitasi
dan tahu sumber atau informasi pendukung topik
fasilitasi
3.2 Cakap menggunakan cara fasilitasi, antara lain
• cakap menciptakan suasana agar terjadi interaksi,
• cakap mengelola proses dan menggunakan
metode pertemuan yang interaktif,
• cakap berkomunikasi secara efektif

Kode Etik KPMD Sebagai Pendamping Masyarakat


1. Senantiasa melayani masyarakat dengan mengedepankan semangat
pengabdian yang penuh sifat-sifat luhur/mulia manusia.
2. Menjunjung nilai-nilai kemanusiaan dan nilai-nilai kemasyarakatan
dalam melaksanakan kegiatan pemberdayaan masyarakat.
3. Berpijak dan berorientasi pada kepentingan masyarakat secara
keseluruhan, serta tidak didasarkan pada kepentingan dan tujuan
pribadi, kelompok atau golongan.

27
4. Senantiasa berpihak pada kelompok perempuan, dan miskin yang rentan
pada kondisi kesehatan dan paling membutuhkan air minum yang layak.
5. Tidak diperkenankan untuk melakukan perbuatan yang bertentangan
dengan tugas dan peran sebagai kader dan merugikan masyarakat
dengan meminta imbalan atau menerima imbalan dari masyarakat diluar
aturan yang ada .
6. Senantiasa berupaya merangkul berbagai pihak ke dalam iklim kemitraan,
kebersamaan dan kesatuan, serta tidak menciptakan pengkotak-kotakan
maupun menunjukkan sikap diskriminasi.
7. Senantiasa menjunjung tinggi prinsip-prinsip partisipasi, demokrasi,
transparansi, akuntabilitas dan desentralisasi.
8. Menjunjung tinggi nila-nilai; dapat dipercaya, jujur, ikhlas, adil, setara
dan kebersamaan dalam keragaman.
9. Menganut dan menjunjung tinggi integritas sebagai kader yang
mengutamakan kapasitas moral.

28
7. HAKEKAT MOTIVASI, TEKNIK
MOTIVASI DANLANGKAH-LANGKAH
MOTIVASI

Hakekat Motivasi Diri


Motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan
kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif
dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan.
Motivasi juga merupakan suatu dorongan kehendak yang menyebabkan
seseorang melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu.

Tipe-tipe motivasi antara lain :


1) Motivasi Positif
Motivasi positif didasari
atas keinginan manusia
untuk mencari keuntungan-
keuntungan tertentu. Jenis-
jenis motivasi positif antara
lain imbalan yang menarik,
informasi tentang pekerjaan,
kedudukan atau jabatan,
perhatian atasan terhadap
bawahan, kondisi kerja, rasa
partisipasi, dianggap penting,
pemberian tugas berikut
tanggung jawabnya, dan
pemberian kesempatan untuk
tumbuh dan berkembang.

2) Motivasi Negatif
Motivasi negatif sering dikatakan sebagai motivasi yang bersumber
dari rasa takut, misalnya jika dia tidak bekerja akan muncul rasa takut
dikeluarkan, takut tidak diberi gaji, dan takut dijauhi oleh rekan sekerja.
Motivasi negatif yang berlebihan akan membuat organisasi tidak mampu
mencapai tujuan. Personalia organisasi menjadi tidak kreatif, serba
takut, dan serba terbatas geraknya.

29
3) Motivasi dari Dalam
Motivasi dari dalam timbul pada diri pekerja sewaktu dia menjalankan
tugas atau pekerjaan dan bersumber dari dalam diri pekerja itu sendiri.
Dengan demikian kesenangan pekerja muncul pada waktu dia bekerja
dan dia sendiri menyenangi pekerjaannya itu.

4) Motivasi dari Luar


Motivasi dari luar adalah motivasi yang muncul sebagai akibat adanya
pengaruh yang ada di luar pekerjaan dan dari luar diri pekerja itu sendiri.
Motivasi dari luar biasanya dikaitkan dengan imbalan, kesehatan,
kesempatan cuti, program rekreasi perusahaan, dan lain-lain.

Teknik Memotivasi Diri


1) Rasa hormat (respect)
Berikan rasa hormat secara adil, demikian juga penghargaan. Adil tidak
berarti sama rata. Rasa hormat dalam masyarakat dibutuhkan agar
tumbuh rasa saling percaya, saling pengertian dan kerjasama antara
satu pihak dengan pihak lainnya. Berikan pujian/penghargaan kepada
masyarakat yang rajin dan berprestasi sehingga mereka berusaha
secara lebih baik.

2) Informasi (information)
Berikan informasi kepada masyarakat mengenai kegiatan-kegiatan yang
dapat mendukung upaya pemberdayaan masyarakat desa. Berikan
penjelasan-penjelasan secara edukatif dan persuasif mengenai upaya-
upaya yang dapat dilakukan dalam rangka pengembangan kehidupan
bersama.

3) Perilaku (behavior)
Usahakan mengubah pola perilaku sesuai dengan harapan masyarakat
dan dengan demikian individu akan mampu berperilaku atau berbuat
sesuai dengan apa yang diharapkan oleh masyarakat/komunitas.

4) Hukuman/Sanksi (punishment)
Sanksi/hukuman diberikan dengan tujuan memberikan efek sosial
tertentu yang dapat mengubah perilaku seseorang agar sesuai dengan
aturan yang ditetapkan. Hukuman/sanksi dapat menjadi motivasi
perubahan ke arah yang lebih baik.

30
5) Perintah (command)
Perintah yang diberikan kepada masyarakat sebaiknya bersifat tidak
langsung (non-directive command). Berikanlah perintah dalam bentuk
ajakan, dan jika perlu diawali dengan contoh.

6) Perasaan (sense)
Perasaan dimaksud antara lain rasa memiliki, rasa partisipasi, rasa
bersatu, rasa bersahabat, rasa diterima dalam kelompok, dan rasa
mencapai prestasi.

Langkah-Langkah Motivasi
1. Jelaskan tujuan kegiatan yang akan dilakukan
2. Apa manfaat bagi masyarakat
3. Jelaskan akibat-akibat bila kegiatan itu tidak dilakukan
4. Susun rencana pelaksanaan bersama-sama dengan yang masyarakat
5. Bagi tugas sesuai dengan kemampuan dan pengalaman
6. Ajak mereka memikirkan kemungkinan hambatan
7. Usahakan agar sebanyak mungkin warga terlibat
8. Berikan bimbingan/perhatian bagi yang bermasalah, bila perlu datangi
rumahnya
9. Berikan penghargaan / pujian bagi mereka yang berhasil

31
8. GAYA KEPEMIMPINAN

Pengertian Kepemimpinan
Secara sederhana dapat dikemukakan bahwa kepemimpinan pada
dasarnya berarti kemampuan untuk memimpin; kemampuan untuk
menentukan secara benar apa yang harus dikerjakan. Kepemimpinan
dalam pengertian yang lebih luas harus mampu menjalankan fungsi sebagai
berikut :

1. Fungsi Instruktif, adalah pemimpin sebagai komunikator yang


menentukan apa (isi perintah), bagiamana (cara mengerjakan
perintah), bilamana (waktu memulai, melaksanakan dan melaporkan
hasilnya), dan diman (tempat mengerjakan perintah) agar keputusan
dapat diwujudkan secara efektif. Sehingga fungsi orang yang dipimpin
hanyalah melaksanakan suatu perintah.
2. Fungsi Konsultatif, adalah pemimpin menggunakan fungsi konsultatif
sebagai bentuk dari komunikasi dua arah untuk usaha menetapkan
keputusan yang membutuhkan pertimbangan dan konsultasi dengan
orang yang dipimpinnya.

32
3. Fungsi Partisipasi, adalah pemimpin dapat mengaktifkan anggotanya
dalam pengambilan keptusan maupun dalam melaksanakannya.
4. Fungsi Delegasi, adalah pemimpin memberikan pelimpahan wewenang.
Fungsi delegasi merupakan kepercayaan seorang pemimpin kepada
seorang yang diberikan pelimpahan wewenang untuk bertanggung
jawab.
5. Fungsi Pengendalian, adalah pemimpin dapat membimbing,
mengarahkan, koordinasi dan pengawasan terhadap aktivitas
anggotanya

Selain melaksanakan fungsi-fungsi tersebut, ketrampilan yang diperlukan


dalam menata kepemimpinan seorang kader pemberdayaan masyarakat
antara lain :Keterampilan Teknis (Technical Skills), berarti suatu
keterampilan yang dimiliki oleh seorang pemimpin untuk melaksanakan
suatu pekerjaan. Human Skills, berarti kemampuan untuk bekerja sama
dan membangun tim kerja bersama orang lain. Keterampilan Konsep
(Conceptual Skills), berarti seorang kader pemberdayaan masyarakat
harus mampu berpikir dan mengungkapkan pemikirannya dalam bentuk
kerangka kerja dan konsep-konsep lain dalam memudahkan pekerjaannya.

Pemecahan Masalah dan Pengambilan Keputusan


Kepner-Tregoe melihat pemecahan masalah dan pengambilan keputusan
melalui suatu langkah dalam proses yang rasional. Adapun langkah dalam
pemecahan masalah dapat diartikan sebagai suatu proses dari mengamati
dan pengenalan serta usaha mengurangi perbedaan antara situasi sekarang
dengan yang akan datang.

Langkah-langkah analisis dalam pemecahan masalah


1) Menentukan tujuanya itu menentukan target lebih dahulu tanpa
mencampuradukkan apa yang ingin dicapai dan apa yang ingin
dilakukan.
2) Mengumpulkan fakta yaitu dengan mempelajari catatan-catatan yang
relevan, peraturan dan kebiasaan yang berlaku, membicarakan dengan
orang lainuntuk mengetahui pendapatnya;
3) Mempertimbangkan fakta dan tentukan tindak lanjut yang harus diambil
dengan menghubungkan fakta yang satu dengan yang lain;

33
4) Mengambil tindakan dengan mempertimbangkan :
a. Tentukan siapa yang harus mengambil tindakan.
b. Pertimbangkan siapa yang perlu diberi informasi tentang keputusan
yang akan diambil.
c. Menentukan waktu yang tepat untuk melaksanakan tindakan yang
telah diputuskan.
Periksa hasil pelaksanaannya untuk mengetahui apakah tujuan tercapai
dan pelajari perubahan-perubahan sikap dan hubungan antar satu pihak
dengan pihak lain.

Teknik PengambilanKeputusan
Pengambilan keputusan dapat diartikan sebagai proses memilih
tindakan dari beberapa alternatif untuk mencapai tujuan/sasaran (proses
mengakhiri suatu masalah). Oleh karena itu pemecahan masalah dan
pengambilan keputusan dapat diartikan sebagai suatu proses identifikasi,
mencari penyebab, pemilihan alternatif dan mengantisipasi hambatan yang
mungkin menghalangi terlaksananya keputusan. Pengambilan keputusan
dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara teoritis dan realistis,
bagaimana cara membuat suatu keputusan.

Pengambilan keputusan merupakan bagian terpenting  daripemimpin


yang dihubungkan dengan pelaksanaan perencanaan, memutuskan
tujuan yang hendakdicapai denganmendayagunakan sumberdaya yang
tersedia, melakukan evaluasi serta memastikan bahwa keputusan yang
diambil merupakan hasil analisis. Dengan demikian, tahapan dalam proses
pengambilan keputusan meliputi :
a. Merumuskan problem yang dihadapi;
b. Menganalisa problem tersebut;
c. Menetapkansejumlahalternatif;
d. Mengevaluasialternatif;
e. Memilihalternatifkeputusan yang akandilaksanakan.

34
9. KOMUNIKASI

Konsep Komunikasi
• Secara umum komunikasi diartikan sebagai proses penyampaian pesan
oleh komunikator (pemberi pesan) kepada komunikan (penerima pesan)
melalui media (saluran) yang menimbulkan efek tertentu.
• Komunikasi efektif adalah komunikasi yang berhasil mencapai tujuan,
mengesankan dan mampu menghasilkan perubahan sikap pada
komunikan. Kata efektif (effective) sering diartikan dengan mencapai
hasil yang diinginkan (producing desired result) dan menyenangkan
(having a pleasing effect).

Unsur-unsur Dalam Komunikasi


1) Komunikator (Pemberi Pesan)
2) Komunikan (Penerima Pesan)
3) Media (Saluran Komunikasi, tempat berlalunya pesan dari komunikator
ke komunikan atau sebaliknya)

Unsur-unsur Komunikator
• Pesan (seperangkat lambang bermakna yang disampaikan komunikator)
• Interpretasi/Pemahaman (proses pengalihan pikiran ke dalam lambang
oleh komunikator)
• Efek (dampak/pengaruh pada komunikator setelah menginterpretasi dan
memahami pesan yang akan disampaikan)

Karakteristik Komunikasi Efektif


Komunikasi dapat efektif apabila terjadi saling memberi respon antara
komunikator dan komunikan secara timbal balik, sehingga apa yang
dipesankan oleh komunikator dapat dipahami oleh komunikan secara utuh
dan sesuai yang diinginkan.

Komunikasi Dialogis
Komunikasi dialogis adalah komunikasi dua arah sehingga antar komunikator
dan komunikan melakukan saling tukar informasi dan respon sehingga
isi/materi/substansi yang dibicarakan saling dipahami. Pada pengertian
lain disebutkan bahwa komunikasi verbal yang terjadi antara dua pihak
(pembicara dan pendengar) secara timbal balik.

35
dalam komunikasi dialogis, pembicara harus menyampaikan sesuatu untuk
dipahami oleh pendengar sebagaimana dimaksudkan oleh pembicara
artinya tidak bias atau tidak ada perbedaan makna yang dimaksud oleh
komunikator dan makna yang diterima oleh komunikan.
Anda sebagai seorang fasilitator pada kegiatan pemberdayaan masyarakat,
beberapa kendala tersebut di atas akan sangat nyata dirasakan ketika
mendampingi masyarakat di desa. Untuk itu, beberapa strategi yang harus
dikuasai untuk mengembangkan komunikasi dialogis yaitu :
a. Meningkatkan keterampilan mendengarkan
b. Membangun keterbukaan
c. Memberikan kesempatan komunikasi empat mata
d. Membangun komunikasi yang menyentuh perasaan : menyangkut hal yang
bersifat pribadi, menyampaikan secara berulang-ulang, memberikan
contoh konkrit.

Teknik Komunikasi Efektif


Teknik Komunikasi Individual
a. Konseling
b. Konsultasi
c. Lobbying
d. Advokasi

Teknik Komunikasi Kelompok


2.1 Teknik Komunikasi pada Kelompok Kecil
a. Studi Kasus
b. Bermain Peran (Role Play)
c. Simulasi
d. Behavior Modelling
e. Permainan/Games

36
Teknik Komunikasi pada kelompok Besar
a. Ceramah
 Analisis pendengar
Pada tahap ini penceramah harus mengetahui siapa yang akan
menjadi pendengar ceramahnya.
Pengenalan lokasi
Sebelum melakukan ceramah alangkah baiknya jika penceramah
bisa meninjau lokasi dimana ceramah akan dilakukan.
Struktur ceramah
Struktur yang disarankan adalah ceramah terdiri dari 3 bagian, yaitu:
pembukaan, inti dan kesimpulan.

 Media komunikasi dalam ceramah


Agar pencermah dapat melakukan ceramah dengan efektif dan efisien
maka penceramah harus mengenali semua media komunikasi yang
digunakan, dengan sebelumnya berlatih dengan semua peralatan
yang akan digunakan.

 Praktek dan latihan


Ceramah yang lancar dan tidak membosankan peserta merupakan
dambaan setiap penceramah. Untuk itu diperlukan praktek dan
latihan setidaknya 3 kali sebelum menyampaikan ceramah.
Penyampaian ceramah , perlu memperhatikan :
• Busana dan penampilan
• Pengaturan suara
• Bahasa tubuh
• Mengendalikan kegugupan
b. Buzz Session
Merupakan teknik komunikasi pada kelompok besar dimana anggota
kelompok dibagi ke dalam sub kelompok yang terdiri dari 2-4 orang
dan selanjutnya setiap sub kelompok membahas atau mendiskusikan
topik yang sama dan dicari kesimpulannya. Langkah selanjutnya setiap
dua sub kelompok disatukan dan kembali mendiskusikan topik yang
sama sampai diperoleh kesimpulan, kembali gabungan dari setiap dua
sub kelompok disatukan dan mendiskusikan topik yang sama untuk

37
mencapai suatu kesimpulan, begitu terus dilakukan sampai akhirnya
hanya ada satu kelompok dan diperoleh kesimpulan.

Media Komunikasi
Berdasarkan macamnya media komunikasi terbagi menjadi: non projected
visual aids, projected visual aids, audio aids, dan audio-visual aids.
a. Non projected visual aids
Merupakan media komunikasi visual yang tidak menggunakan proyektor
dan yang termasuk dalam kelompok ini adalah:
 Papan tulis dan White Board
 Flip charts
 Felt boards
 Wall charts
 Model (phantom)

b. Projected visual aids


Merupakan media komunikasi visual yang menggunakan proyektor
dan yang termasuk dalam kelompok ini adalah: filmstrip projector dan
filmstrip, slide projector dan slide, OHP dan transparan, opaque projector
dan materi komunikasi, video disc machine dan video, CD/VCD dan CD/
VCD player serta LCD dan materi komunikasi. Audio aids
c. Audio visual aids (AVA)
Merupakan media komunikasi yang terbaik karena komunikan dapat
melihat sekaligus mendengar apa yang dikomunikasikan, yang berarti
komunikan menggunakan 2 alat indera, sehingga informasi yang
dikomunikasikan menjadi lebih mudah diserap dan dipahami. Media
komunikasi yang termasuk dalam golongan ini adalah: film, video, CD/
VCD.

38
10. TEKNIK FASILITASI

Fasilitasi diartikan :
1. Proses mempermudah sesuatu di dalam mencapai tujuan tertentu
2. Melayani dan memperlancar suatu kegiatan untuk mencapai tujuan

Fasilitasi dalam pemberdayaan masyarakat


1. Proses sadar untuk membantu dan menguatkan masyarakat agar dapat
memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhannya sendiri sesuai
potensi yang dimilikinya agar dapat berhasil mencapai tujuan yang
diinginkan.
2. Kegiatan yang dilakukan secara bersamaan dengan pendampingan
yang merujuk pada bentuk dukungan tenaga dan metodologi dalam
berbagai program pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa.
3. Kegiatan pendampingan sebagai upaya mendorong partisipasi dan
kemandirian masyarakat.
Fasilitasi menjadi inti dari kegiatan pendampingan sebagai salah satu
tugas para fasilitator/pendamping/kader pemberdayaan masyarakat dalam
program kegiatan pemberdayaan masyarakat di tingkat Desa. Dalam
prosesnya, fasilitasi pun dilakukan untuk mentransfer pengetahuan dan
keterampilan tentang kehutanan, pemberian contoh sikap dan perilaku bagi
masyarakat, meningkatkan kapasitas kelompok masyarakat.

Tujuan Fasilitasi
Tujuan Fasilitasi dalam pemberdayaan masyarakat :
• Upaya mempermudah penggalian potensi, masalah, gagasan dalam
rangka pemecahan masalah oleh masyarakat
• Terciptanya tatanan masyarakat mandiri dalam mengatasi permasalahan
yang dihadapi dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki.

Prinsip-prinsip Fasilitasi
Seorang fasilitator harus netral dan hanya berorientasi pada proses
bukan kepada isi dari sebuah kegiatan pemecahan masalah, kemudian
membuka dan mengundang partisipasi, lalu dikelola dalam dialog, kemudian
mengerucutkan pada suatu kesepakatan bersama yang dijalankan dalam
bentuk tindakan bersama masyarakat (kelompok sasaran).

39
Berikut adalah prinsip-prinsip dasar fasilitasi (pendampingan) :
1. belajar dari masyarakat
2. pendamping sebagai fasilitator
3. belajar bersama dan saling tukar pengalaman
4. mendahulukan kepentingan masyarakat setempat
5. membangkitkan kepercayaan diri masyarakat
6. berorientasi pada proses

Nilai-nilai dan Sikap Fasilitator


Nilai-nilai Yang Harus Dimiliki Seorang Fasilitator:
1. Demokratis
Setiap orang mempunyai hak, kesempatan dan perlakuan yang sama.
2. Tanggung Jawab
Setiap orang mempunyai bertanggungjawab atas kewajiban dan peran
masing-masing.
3. Kerjasama
Diharuskan ada kerjasama yang solid antar para pihak
4. Kejujuran
Terhadap diri sendiri dan kelompok sasaran dalam hal pikiran, perasaan,
keprihatinan dan prioritas mencapai tujuan.
5. Kesamaan Derajat
Setiap orang harus diberikan kesempatan yang adil tanpa pernah
melihat status.

Sikap yang Harus Dimiliki Seorang Fasilitator:


1. Empati : Meletakan diri fasilitator dalam diri masyarakat
2. Pandangan Positif: Mengharagi kemanusiaan dan keunikan setiap
individu dan menghormati potensi dalam dirinya.
3. Percaya pada Potensi Kelompok: Yakin akan potensi kelompok untuk
menemukan solusi dan keputusan yang baik atas masalah mereka
sendiri
4. Memiliki minat terhadap orang, situasi dan kehidupannya

40
Keterampilan Fasilitator
Dengan itu, tiga keterampilan yang harus dikuasai oleh seorang fasilitator :
• Teknik bertanya
Cara atau teknik tersebut yaitu teknik bertanya dengan 5W + 1H : What
(apa), Who (siapa), When (kapan), Where (dimana), Why (mengapa)
dan How (bagaimana).
Teknik ini ditempuh dengan cara mengajukan pertanyaan-
pertanyaankepada masyarakat atau kelompok sasaran yang difasilitasi,
dengan tujuan agar masyarakat atau kelompok sasaran tersebut
akan dengan sendirinya untuk mau dan mampu : (a) menceritakan/
menguraikan, (b) menjelaskan/menganalisis, (c) menarik kesimpulan,
tentang hal, topik, permasalahan, gagasan atau lainnya yang sedang
dibicarakan/didiskusikan di dalam suatu program atau kegiatan
pemberdayaan.

• Teknik mendengarkan
Berikut ini adalah 11 macam teknik mendengarkan yang sebaiknya
dikuasai fasilitator.
1) Membahasakan Kembali (menanggapi jawaban yang berbelit dan
membingungkan untuk menennagkan peserta bahwa apa yang
disampaikan difahami yang lain).
2) Menarik keluar gagasan yang belum dikatakan karena masyarakat
megalami kesulitan untuk mengatakannya.
3) Memantulkan, menyadarkan bahwa fasilitator tidak memihak dan
memahami jawabannya. Cocok untuk memfasilitaso curah pendapat.
4) Mengumpulkan gagasan, teknik untuk mendapatkan gagasan
secara cepat dan bukan untuk mendiskusikannya.
5) Mengurutkan, teknik untuk mengurutkan antrian bicara.
6) Mengembalikan ke jalurnya, bila dskusi melebar.
7) Menguatkan, menjak orang untuk terlibat dalam diskusi tanpa
merasa tertekan.
8) Menyeimbangkan, menunjukan bahwa dalam diskusi orang boleh
mengatakan apapaun tanpa rasa takut untuk pendapatnya tidak
diterima.
9) Membuka ruang untuk peserta yang tidak aktif/tidak terlibat.

41
10) Diam sejenak, berhenti berbicara beberapa detik.
11) Menemukan kesamaa beberapa pemikiran dasar.

• Teknik mendampingi

Bentuk Kegiatan
Keterangan
Pendampingan
dengan tokoh masyarakat, tokoh
pemuda, pemimpin adat dan orang-
Bersilaturahmi
orang yang memilik pengaruh di
masyarakat
Menumbuhkan rasa saling
hindarkan rasa saling curiga
percaya
Ditujukkan agar dapat mengamati,
mendalami serta dapat menangkap
Belajar bersama dalam suasana
nuansa dan kepakaan dalam kehidupan
kehidupan nyata
rumah tangga dan kehidupan
masyarakat/kampung
Caranya bergaul/bersilaturahmi
dengan masyarakat, ngobrol dan
Membangun simpati, empati
berdiskusi dengan masyarakat tentang
dan kerjasama
penghidupan, keinginan/cita-cita/
harapan
Menciptakan dan menjaga
hubungan (rapport) yang baik Bergaul di masyarakat
dengan masyarakat
Mengamati kondisi masyarakat
Bersosialisasi dengan
masyarakat/menyesuaikan diri
dengan kondisi yang ada di
masyarakat
seperti pengajian, pernikahan, khitanan,
Menghadiri pertemuan-
kedukaan, event-event tertentu dan
pertemuan kampung
lainnya
Belajar bersama masyarakat seperti membentuk aturan main/
membangun kelembagaan kesepakatan bersama

42
Bentuk Kegiatan
Keterangan
Pendampingan
seperti sejarah kampung,
Menggali informasi tentang
perkembangan sumberdaya alam dan
masyarakat
penghidupan masyarakat
Menggali persoalan-persoalan
terutama dalam pengelolaan
dan pemanfaatan sumberdaya
alam, hutan dan penghidupan
masyarakat
Membangun kerjasama dengan
berbagai elemen dalam
masyarakat maupun dengan
pihak-pihak luar masyarakat
Ditujukkan untuk mengembangkan
kerjasama, menciptakan ketertiban,
silaturahmi, membantu menyelesaikan
Membangun kelembagaan
persoalan secara bersama, wahan
mengawasi dan mengendalikan
berbagai kegiatan

Teknik Fasilitasi
Teknik-teknik fasilitasi yaitu :
1. Diskusi umum (Diskusi di dalam ruangan)
Diskusi umum biasanya digunakan sebagai bagian yang tak terpisahkan
dari penerapan berbagai metode lainnya, seperti: penjelasan (ceramah),
curah pendapat, diskusi kelompok, dan lain-lain.
2. Curah pendapat (Brainstorming)
Curah pendapat (Brainstroming) adalah suatu bentuk diskusi dalam
rangka menghimpun gagasan, pendapat, informasi, pengetahuan atau
pengalaman dari semua orang yang hadir dalam suatu diskusi atau
pertemuan.
3. Diskusi kelompok
Diskusi kelompok adalah pembahasan suatu topik dengan cara tukar
pikiran antara dua orang atau lebih, dalam kelompok-kelompok kecil,
yang direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu.

43
4. Praktek lapangan
Metode praktik lapangan bertujuan untuk melatih dan meningkatkan
kemampuan kelompok sasaran atau masyarakat dalam suatu
kelompok untuk mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang
diperolehnya.

TEKNIK ADVOKASI
Pengertian Advokasi
Advokasi secara umum dapat didefinisikan sebagai serangkaian gerakan
sistemik, terorganisir, yang dilakukan dengan sadar, untuk mendorong
perubahan sosial dalam kerangka system yang ada.
Dasar filosofi advokasi adalah bahwa selalu ada saat dimana orang yang tidak
mengerti hukum harus diberikan bantuan, hak-hak golongan masyarakat
tertentu perlu diwujudkan dan demi terciptanya keadaan yang seharusnya.
Prinsip advokasi adalah nilai-nilai keadilan, kebenaran, accountability,
transparansi, dan nilai-nilai luhur lainnya.

Langkah-langkah dalam Melakukan Advokasi Peraturan Desa


1. Pemetaan Pelaku Advokasi
Pelaku advokasi adalah siapa saja yang peduli terhadap upaya
pembangunan dan pemberdayaan masyarakat Desa, dan memandang
perlu adanya mitra untuk mendukung upaya tersebut. Pelaku advokasi
dapat berasal dari kalangan pemerintah seperti Badan Pemberdayaan
Masyarakat Desa dan Bappeda, para tenaga ahli bidang pemberdayaan
masyarakat desa dan para pendamping Desa, swasta, perguruan tinggi,
organisasi profesi, LSM, dan tokoh berpengaruh.
Pelaku advokasi memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
1. Memiliki jumlah anggota aktif yang memadai.
2. Mampu menjangkau ke banyak kelompok massa.
3. Mampu membangun aliansi dengan kelompok lain yang kuat.
4. Memiliki kelompok inti yang terdiri dari orang-orang yang berpengaruh
dan dikenal luas.
5. Memiliki kredibilitas.
6. Mempunyai legitimasi.

44
7. Memiliki informasi yang cukup dan memadai.
8. Mampu merumuskan issu.
9. Memiliki kemampuan dan kewenangan yang diakui dan dihormati.
10. Memiliki keteguhan moral.

2. Pemetaan Sasaran Advokasi


Sasaran advokasi peraturan Desa adalah berbagai pihak yang diharapkan
dapat memberikan dukungan terhadap upaya pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat desa, khususnya para pengambil keputusan
dan penentu kebijakan di pemerintah, lembaga perwakilan rakyat, mitra
di kalangan pengusaha/swasta, badan penyandang dana, media masa,
organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan. Semuanya bukan hanya
berpotensi mendukung, tetapi juga bisa menentang atau berlawanan/
merugikan upaya pembangunan dan pemberdayaan masyarakat Desa.

3. Merancang Strategi Advokasi

a. Aspek-aspek Strategi Advokasi


1. Menentukan target yang jelas. Maksudnya kita harus
menentukanperaturan desa apa yang akan disusun atau yang
akan diubah.
2. Menentukan prioritas. Hal ini pentingmengingat tidak semua
peraturan bisa diubah atau disusun dalam waktu yang cepat.
3. Realistis. Artinya bahwa kita tidak mungkin dapat mengubah
seluruh peraturan. Oleh karena itu kita harus menentukan
pada sisi-sisi yang mana peraturan itu harus dirubah. Misalnya
pada substansinya, pada pelaksanaanya atau hanya pada
pengawasannya saja.
4. Batas waktu yang jelas. Alokasi waktu yang jelas akan menuntun
kita dalam melakukan tahap-tahap kegiatan advokasi, kapan
dimulai dan kapan akan selesai.
5. Dukungan logistik. Dukungan sumber daya manusia dan dana
sangat dibutuhkan dalam melakukan kegiatan advokasi.
6. Analisis ancaman dan peluang.

45
b. Kendala-kendala Dalam Melakukan Advokasi
1. Konflik nilai antara etika dan estetika.
2. Konflik antara etika dan ekonomi.
3. Kondisi masyarakat sipil yang tidak terintegrasi secara baik.
4. Kondisi demokrasi dalam kehidupan ketatatanegaraan kita yang
belum mapan.

c. Bentuk-bentuk Kegiatan dalam rangka Strategi Advokasi


Bentuk-bentuk kegiatan yang merupakan bagian dari strategi
advokasi diantaranya: lobi, negoisasi, mediasi, tawar menawar,
kolaborasi dan sebagainya.
Selain itu, proses-proses sosialisasi, diseminasi dan mobilisasi, atau
segala suatu kegiatan yang ditujukan untuk membentuk pendapat
umum dan pengertian yang lebih luas melalui kampanye, siaran
pers, unjuk rasa, boikot, pengorganisasian basis, pendidikan politik,
diskusi publik, seminar, pelatihan dan sebagainya, dapat juga
dilakukan sebagai bentuk dari pelaksanaan strategi advokasi.

MEDIASI
Pengertian Mediasi adalah
mediasi adalah cara penyelesaian sengketa diluar pengadilan, melalui
perundingan yang melibatkan pihak keriga yang bersikap netral (non-
intervensi) dan tidak berpihak (impartial) kepada pihak-pihak yang
bersengketa, serta diterima kehadirannya oleh pihak-pihak yang bersengketa,
serta diterima kehadirannya oleh pihak-pihak yang bersengketa.
Pihak ketiga tersebut disebut ”mediator” atau ”penengah” yang tugasnya
hanya membantu pihak-pihak yang bersengketa dalam menyelesaikan
masalahnya dan tidak mempunyai kewenangan untuk mengambil keputusan.

46
Mediasi vs Pemutusan Perkara

Mediasi sifatnya tidak formal Sedangkan pemutusan perkara,


sukarela, melihat kedepan, koperatif baik melalui pengadilan maupun
dan berdasarkan kepentingan. arbitrase, bersifat formal,
Seseorang mediator membantu memaksa, melihat kebelakang,
pihak-pihak yang bersedia berciri pertentangan dan berdasar
merangkai suatu kesepakatan yang hak-hak. Artinya, bila para pihak
memandang kedepan, memenuhi me-litigasi suatu sengketa,
kebutuhan-kebutuhannya dan proses pemutusan perkara diatur
memenuhi standar kejujuran ketentuan-ketentuan yang ketat
mereka sendiri. Seperti halnya para dan suatu konklusi pihak ketiga
hakim dan arbiter, mediator harus menyangkut kejadian-kejadian
tidak berpihak dan netral, serta yang lampau dan hak serta
mereka tidak mencampuri untuk kewajiban legal masing-masing
memutuskan dan menetapkan pihak akan menentukan hasilnya.
suatu keluaran subtantif, para
pihak sendiri memutuskan apakah
mereka akan setuju atau tidak.

Tujuan dari pada seorang mediator tidak hanya sekedar membantu para
pihak untuk menyelesaian sengketa mereka, tetapi lebih dari itu, dengan
mengidentifikasi kepentingan-kepentingan para pihak, dengan berorientasi
pada masa yang akan datang, seorang mediator dapat saling bertukar
pikiran yang dapat diterima oleh kedua belah pihak yang pada akhirnya
membuat mereka merasa bahwa mereka telah menemukan standard
keadilan personal.

47
11. KELEMBAGAAN DI DESA

Lembaga-Lembaga Desa
Kelembagaan Desa/Desa Adat, yaitu lembaga Pemerintahan Desa/Desa Adat
yang terdiri atas Pemerintah Desa/Desa Adat dan Badan Permusyawaratan
Desa/Desa Adat, Lembaga Kemasyarakatan Desa, dan lembaga adat.

Kepala Desa
Kepala Desa/Desa Adat atau yang disebut dengan nama lain merupakan
kepala Pemerintahan Desa/Desa Adat yang memimpin penyelenggaraan
Pemerintahan Desa.
Kepala Desa/Desa mempunyai peran penting dalam kedudukannya sebagai
kepanjangan tangan negara yang dekat dengan masyarakat dan sebagai
pemimpin masyarakat.
Prinsip pengaturan tentang Kepala Desa/Desa Adat adalah:
a) sebutan Kepala Desa/Desa Adat disesuaikan dengan sebutan lokal;
b) Kepala Desa/Desa Adat berkedudukan sebagai kepala Pemerintah
Desa/Desa Adat dan sebagai pemimpin masyarakat;
c) Kepala Desa dipilih secara demokratis dan langsung oleh masyarakat
setempat, kecuali bagi Desa Adat dapat menggunakan mekanisme
lokal; dan pencalonan Kepala Desa dalam pemilihan langsung tidak
menggunakan basis partai politik sehingga Kepala Desa dilarang
menjadi pengurus partai politik.
d) Mengingat kedudukan, kewenangan, dan Keuangan Desa yang semakin
kuat, penyelenggaraan Pemerintahan Desa diharapkan lebih akuntabel
yang didukung dengan sistem pengawasan dan keseimbangan antara
Pemerintah Desa dan lembaga Desa.

Badan Permusyawaratan Desa


Lembaga Desa, khususnya Badan Permusyawaratan Desa yang dalam
kedudukannya mempunyai fungsi penting dalam menyiapkan kebijakan
Pemerintahan Desa bersama Kepala Desa, harus mempunyai visi dan misi
yang sama dengan Kepala Desa sehingga Badan Permusyawaratan Desa
tidak dapat menjatuhkan Kepala Desa yang dipilih secara demokratis oleh
masyarakat Desa.

48
Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah
lembaga yang melakukan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan
wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan
secara demokratis.

Lembaga Kemasyarakatan Desa


Lembaga kemasyarakatan desa merupakan lembaga sosial kemasyarakatan.
Maka dengan sendirinya prinsip yang mendasari lembaga kemasyarakatan
desa adalah prinsip-prinsip sosial, sukarela bukan komersial

Prinsip-prinsip :
• Kesukarelaan
prinsip atau asas yang menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan
masyarakat dalam mengikuti dan menjalani setiap kegiatan yang
diperuntukkan bagi lembaga kemasyarakatan ini
• Kemandirian
Prinsip kemandirian, dimana lembaga kemasyarakatan tidak tergantung
dan menggantungkan kepada pihak manapun
• Keragaman
Prinsip keragaman, yang melandasi praktik bahwa lembaga
kemasyarakatan harus siap menerima anggota secara terbuka bagi

49
siapa saja yang berminat menjadi anggota dengan tidak pandang status
masyarakat baik dari kalangan bawah, menengah maupun atas.

Proses Pembentukan Lembaga Kemasyarakatan Desa


Pembentukan lembaga kemasyarakatan adalah atas prakarsa pemerintah
desa dan masyarakat. Artinya, hak prakarsa pembentukan lembaga
kemasyarakatan desa bisa dari dua jalur, inisasi masyarakat, atau iniasiasi
pemerintah desa, atau prakarsa bersama antara pemerintah dan masyarakat
desa

Peran atau tugas lembaga kemasyarakatan desa.


Dalam pasal 94 ayat 3 UU Desa dan pasal 150 ayat PP 43. Dimana berangkat
dari pola hubungan antara lembaga kemasyarakatan dan pemerintahan
desa adalah kemitraan, konsultatif dan koordinatif, maka tugas yang bisa
dilakukan oleh lembaga kemasyarakatan desa meliputi:
• Melakukan pemberdayaan masyarakat Desa.
• Ikut serta dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan.
• Tidak hanya berhenti di situ, peran lembaga kemasyarakatan desa harus
dilanjutkan secara aktif dalam pelaksanaan pembangunan desa..
• Meningkatkan pelayanan masyarakat Desa.

Fungsi lembaga kemasyarakatan desa.


Dalam pasal 150 ayat 3 PP No. 43 disebutkan, bahwa lembaga
kemasyarakatan desa memiliki fungsi:
• Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat
• Menanamkan dan memupuk rasa persatuan dan kesatuan masyarakat
• Meningkatkan kualitas dan mempercepat pelayanan Pemerintah Desa
kepada masyarakat Desa
• Menyusun rencana, melaksanakan, mengendalikan, melestarikan, dan
mengembangkan hasil pembangunan secara partisipatif
• Menumbuhkan, mengembangkan, dan menggerakkan prakarsa,
partisipasi, swadaya, serta gotong royong masyarakat

50
Lembaga-lembaga kemasyarakatan desa.
a. PKK. merupakan lembaga kemasyarakatan desa yang menjadi mitra
kerja pemerintah dan organisasi kemasyarakatan desa lainnya dalam
pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan keluarga. Hal itu bisa
dilakukan misalnya dengan bentuk:
b. RT dan RW. Lembaga kemasyarakatan ini juga bisa berperan membantu
Pemerintah Desa dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan. RT/
RW dalam melaksanakan tugasnya bisa berfungsi :
c. Karang Taruna. Lembaga kemasyarakatan ini bisa berperan sebagai
wadah pengembangan generasi muda yang tumbuh dan berkembang
atas dasar kesadaran dan rasa tanggung jawab sosial dari, oleh dan
untuk masyarakat terutama generasi muda.
d. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa. Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat Desa atau Kelurahan (LPMD/LPMK)/Lembaga Ketahanan
Masyarakat Desa atau Kelurahan (LKMDILKMK) atau sebutan nama lain
mempunyai tugas menyusun rencana pembangunan secara partisipatif,
menggerakkan swadaya gotong royong masyarakat, melaksanakan
dan mengendalikan pembangunan.Lembaga kemasyarakatan ini bisa
berfungsi :

e. Lembaga Adat Desa


Lembaga Adat desa adalah Lembaga Kemasyarakatan desa baik
yang sengaja dibentuk maupun yang secara wajar telah tumbuh dan
berkembang di dalam sejarah masyarakat atau dalam suatu masyarakat
hukum adat tertentu dengan wilayah hukum dan hak atas harta
kekayaan di dalam hukum adat tersebut, serta berhak dan berwenang
untuk mengatur, mengurus dan menyelesaikan berbagai permasalahan
kehidupan yang berkaitan dengan dan mengacu pada adat istiadat dan
hukum adat yang berlaku.

Pembentukan lembaga adat.


Proses pembentukannya tidak berbeda dengan proses pembentukannya
lembaga kemasyarakatan desa, yang sama-sama dibentuk dengan
Peraturan desa..

Tugas-Tugas Lembaga Adat


Disamping tugas membantu Pemerintah Desa, lembaga adat Desa juga
berperan:

51
• Sebagai perantara dalam penyelesaian perselisihan yang menyangkut
adat istiadat dan kebiasaan masyarakat.
• Membudayakan, mengembangkan, dan melestarikan adat istiadat dan
kebiasaan-kebiasaan masyarakat dalam rangka memperkaya budaya
daerah sebagai bagian dari budaya nasional.
• Menciptakan hubungan yang demokratis dan harmonis serta obyektif
antara ketua adat , pemangku adat, pemuka adat dengan aparat
pemerintah pada semua tingkatan pemerintahan di Kabupaten daerah
adat tersebut.
• Membantu kelancaran roda pemerinyahan, pelaksanaan pembangunan
dan/atau harta kekayaan lembaga adat dengan tetap memperhatikan
kepentingan masyarakat hukum adat setempat.
• Membina stabilitas nasional yang sehat dan dinamis dan dapat
memberikan peluang yang luas kepada aparat pemerintah terutama
pemerintah desa/kelurahan dalam melaksanakan pembangunan yang
lebih berkualitas dan pembinaaan mayarakat yang adil dan demokratis.
• Menciptakan susana yang dapat menjamin terpeliharanya kebhinnekaan
masyarakat adat dalam rangka memperkokoh persatuan dan kesatuan
bangsa.
• Membina dan melestarikan budaya dan adat istiadat serta hubungan
antar tokoh adat dengan pemerintah desa dan lurah.
• Mengayomi adat istiadat
• Memberikan saran, usul, pendapat, ke berbagai perorangan, kelompok/
lembaga maupun pemerintah tentang masalah adat.

52
KERJASAMA TIM DI DESA
Pengertian Kerjasama

Kerja sama yaitu suatu bentuk usaha bersama antara beberapa orang atau
antar beberapa lembaga tertentu untuk mencapai suatu tujuan bersama.
Adanya kepentingan dan tujuan yang sama akan menjadi dasar lahirnya
kerja sama antara seseorang dan yang lainnya atau antara suatu kelompok
dan kelompok lainnya.
Kerjasama terbentuk karena adanya kesadaran dan saling menguntungkan
kedua belah pihak.
Manfaat Kerjasama:
• Mendorong timbulnya persaingan dalam mencapai tujuan serta adanya
peningkatan produktivitas.
• Memicu berbagai upaya individu agar dapat bekerja secara efektif,
produktif, dan efisiensi yang diartikan pencapaian kerja yang hemat,
tidak boros sehingga menimbulkan keadaan menguntungkan baik dari
segi waktu, biaya, maupun tenaga.
• Mendorong terciptanya sinergi sehingga menekan biaya operasional
dan menyebabkan persaingan meningkat.
• Tanggung jawab sesuai dengan kemampuan yang dimiliki masing-
masing.
• Menciptakan hubungan harmonis antara kedua belah pihak yang terlibat,
serta dapat meningkatkan rasa kesetiakawanan.

53
• Menghasilkan praktek yang sehat serta meningkatkan motivasi anggota.
• Mendorong partisipasi dalam menjaga dan melestarikan kondisi dan
situasi di lingkungannya tempat kerjanya.

Kerjasama Desa Dalam Perspektif UU Nomor 6 Tahun 2016


Pada pasal 91, ditegaskan bahwa desa dapat melakukan kerjasama
desa. Kerjasama desa dapat dilakukan dalam dua model, yaitu Pertama,
kerjasama antar desa dan Kedua, kerjasama dengan pihak ketiga. Kedua
model kerjasama ini memiliki tujuan yang sama, yakni mempercepat
pembangunan, pelayanan, dan pemberdayaan masyarakat desa.
Pasal 92 ayat (1) menyebutkan kerjasama antar desa yang dilakukan
oleh desa ini meliputi: a.  pengembangan usaha bersama yang dimiliki
oleh desa untuk mencapai nilai ekonomi yang berdaya saing; b. Kegiatan
kemasyarakatan, pelayanan, pembangunan, dan pemberdayaan masyarakat
antar desa; dan c. Bidang kemananan dan ketertiban. Secara hukum, dalam
pada ayat (2) disebutkan kerjasama antar desa dituangkan dalam peraturan
bersama kepala desa melalui kesepakatan musyawarah antar desa

Musyawarah antar desa yang bersepakat untuk melakukan kerjasama desa,


membahas hal-hal yang berkaitan dengan:
1. Pembentukan lembaga antar-Desa;
2. pelaksanaan program Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang dapat
dilaksanakan melalui skema kerja sama antar-Desa;

54
3. perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan program pembangunan
antar-Desa;
4. pengalokasian anggaran untuk Pembangunan Desa, antar-Desa, dan
Kawasan Perdesaan;
5. masukan terhadap program Pemerintah Daerah tempat Desa tersebut
berada; dan kegiatan lainnya yang dapat diselenggarakan melalui kerja
sama antar-Desa.
Dalam melaksanakan kerjasama desa ini, desa membentuk lembaga/badan
kerjasama antar desa yang pembentukannya diatur melalui Peraturan
Bersama Kepala Desa. Untuk pelayanan usaha antar desa, dapat dibentuk
BUM Desa yang kepemilikannya dimiliki oleh 2 desa atau lebih yang
melakukan kerjasama desa

Perlunya membangun jaringan sosial dan kerjasama dalam


melakukan pembangunan desa dan pemberdayaan desa, antara lain :
1. Untuk mewujudkan desa yang mandiri dalam memenuhi kebutuhan
dasarnya, seperti : pangan, energi, pendidikan dan kesehatan.
2. Pengembangan potensi jaringan sosial di wilayah pedesaan ditekankan
pada aspek keberlanjutan, yakni :
• Keberlanjutan ekologi, dimana pemanfaatan sumber daya alam
dilakukan dengan tidak merusak lingkungan dan senangtiasa
memperhatikan daya dukung ekologinya.
• Keberlanjutan sosial ekonomi yang mengacu pada kesejahteraan
masyarakat pedesaan.
• Keberlanjutan komunitas masyarakat pedesaan yang mengacu
pada terjaminnya peran masyarakat dalam pembangunan,
danjaminan akses komunitas pada sumber daya alam, dan
• keberlanjutan institusi yakni yang mencakup institusi politik, institusi
sosial-ekonomi dan institusi pengelola sumber daya. (Arif Satria;
2011).
3. pengembangan kerjasama dengan pihak ketiga hendaknya tidak
membuat desa mengalami ketergantungan baru. Dalam hal ini, tiga
aktor yang bisa terlibat dalam proses kerjasama, yakni: masyarakat
Desa, Pengusaha atau swasta dan pemerintah

55
4. Pendamping desa harus mampu mengidentifikasi dan menjahit
seluruh kekuatan ekonomi dan politik di wilayah pedesaan untuk terlibat
dalam proses pembangunan dan pemberdayaan.
Membentuk jaringan sosial dan mengembangkan kerjasama mempunyai
arah, sebagai berikut :
• Untuk mewujudkan desa yang mandiri dalam memenuhi kebutuhan
dasar, seperti pangan, energi, kesehatan, pendidikan, air bersih, dsb.
• Untuk membangun dan menumbuhkan semangat
• kolektivitas, kegotongroyongan dan trust building dari kelompok-
kelompok sosial di masyarakat desa.
• Desa mempunyai perencanaan pembangunan desa dan strategi
pemberdayaan masyarakat desa yang mencakup : potensi,
rencana strategis, perencanaan ruang, perencanaan pengelolaan
dan pemanfaatan dan strategi aksi yang menjadi dasar dalam
mengembangkan kerjasama antar desa maupun dengan pihak ketiga.
• Agar desa mempunyai badan kerjasama antar desa yang dihasilkan
melalui musyawarah desa.
• Agar berkembang aktivitas ekonomi berbasis pedesaan yang mampu
bersaing dalam pasar lokal, regional dan global serta dapat diandalkan
dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara berkelanjutan

56
Faktor-Faktor yang mendorong dan Menghambat dalam Kerjasama.

1) Faktor Pendukung
a) Sikap empati dari masing-masing pihak
b) Sikap toleransi
c) Sikap terbuka akan perbedaan dan kritik
d) Adanya desakan dari pihak lain untuk terjadinya asimilasi
e) Adanya kesamaan unsur budaya.

2) Faktor Penghambat
a) Sikap tertutup dan antipati
b) Perbedaan unsur-unsur kebudayaan
c) Kehidupan yang terisolasi dari kelompok lain
d) Kurangnya pengetahuan yang dimiliki
e) Sikap hidup egoisme dan individualistik

Membangun Jejaring
Identifikasi Pihak-pihak Potensial sebagai jejaring kerja
hal-hal yang harus diperhatikan agar dalam membentuk jaringan sosial
dan mengembangkan kerjasama mempunyai arah, sebagai berikut :
1. Untuk mewujudkan desa yang mandiri dalam memenuhi kebutuhan
dasar, seperti pangan, energi, kesehatan, pendidikan, air bersih, dsb.
2. Untuk membangun dan menumbuhkan semangat kolektivitas,
kegotongroyongan dan trust building dari kelompok-kelompok sosial di
masyarakat desa.
3. Desa mempunyai perencanaan pembangunan desa dan strategi
pemberdayaan masyarakat desa yang mencakup : potensi,
rencana strategis, perencanaan ruang, perencanaan pengelolaan
dan pemanfaatan dan strategi aksi yang menjadi dasar dalam
mengembangkan kerjasama antar desa maupun dengan pihak ketiga.
4. Agar desa mempunyai badan kerjasama antar desa yang dihasilkan
melalui musyawarah desa.

57
5. Agar berkembang aktivitas ekonomi berbasis pedesaan yang mampu
bersaing dalam pasar lokal, regional dan global serta dapat diandalkan
dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara berkelanjutan

Prinsip-prinsip dalam membangun jaringan dan kerjasama, yaitu


sebagai berikut:
1. Pendamping/ Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa harus meyakini,
mengakui dan menghargai bahwa setiap individu/lembaga memiliki
potensi yang merupakan modal dasar dalam merealisasikan visi
pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat desa.
2. Modal dasar tersebut perlu dikembangkan dan ditingkatkan
mutunya, serta dipadukan lewat proses dialog dan musyawarah dalam
wadah jaringan.
3. Musyawarah dan dialog adalah roh dari pendampingan desa.
4. Pendamping desa meyakini potensi jaringan sosial yang peduli terhadap
masalah pedesaan, memiliki fungsi penting dan strategis, sehingga
selalu menjadi pusat perhatian pendamping desa.
5. Pendamping/Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa harus senangtiasa
menciptakan peluang dengan mengembangkan sistem dan

58
mekanisme, agar potensi jaringan sosial yang terbentuk senangtiasa
terlibat dalam proses pembangunan desa dan pemberdayaan
masyarakat desa.

Mengembangkan Kerjasama dengan pihak yang dimaksud


Langkah-langkah dalam membangun dan mengembangkan jaringan sosial,
antara lain:
1. Membantu aparat pemerintahan desa dalam mengidentifikasi
kelompok-kelompok sosial dan potensi perannya masing-masing dalam
proses pembangunan dan pemberdayaan desa.
2. Melakukan pendekatan ke kelompok-kelompok sosial di pedesaan dengan
membangun dialog yang baik.

3. Mengajak dan melibatkan kelompok-kelompok sosial dalam pertemuan


yang diinisiasi oleh desa. Pertemuan ini menjadi ruang bagi setiap
kelompok sosial untuk berbagi pengalaman dan pemikiran terkait
dengan pembangunan dan pemberdayaan desa dalam suatu dialog yang
bebas. Bahkan jika diperlukan suatu musyawarah memungkinkan
menumbuhkan satu jaringan kerja.
4. Menyusun rencana kerja dan program bersama yang didasarkan atas
kemampuan dan potensi masing-masing kelompok sosial.

59
yang bebas. Bahkan jika diperlukan suatu musyawarah
memungkinkan menumbuhkan satu jaringan kerja.
4. Menyusun rencana kerja dan program bersama yang didasarkan atas
kemampuan dan potensi masing-masing kelompok sosial.
12. BENTUK-BENTUK PERATURAN DI DESA
13. BENTUK-BENTUK PERATURAN DI DESA
Hierarki atau tata urutan produk hukum dari tertinggi ke yang terrendah
Hierarki atau tata urutan produk hukum dari tertinggi ke yang terrendah
menurutmenurut
UU No. UU12 Tahun
No. 122011 Tentang
Tahun 2011 Pembentukan Peraturan
Tentang Pembentukan Perundang-
Peraturan
undangan pasal (7) sebagai berikut:
Perundang-undangan pasal (7) sebagai berikut:

UUD
1945

TAP MPR

Undang-
Undang/Perppu

Peraturan Pemerintah (PP)

Peraturan Presiden

Peraturan Daerah Provinsi

Peraturan Daerah Kabupaten/Kota

Meski Peraturan Desa tidak diakui sebagai bagian dari hirarki peraturan
perundangan, namun tetap diakui keberadaannya. Pasal 8 ayat 60 (2) UU
No. 12 Tahun 2011 dapat diambil pengertian bahwa Peraturan Desa diakui
keberadaannya sebagai produk hukum dan memiliki kekuatan hukum
sepanjang diperintahkan (didelegasikan) oleh Peraturan Perundang-
undangan di atasnya atau dibentuk berdasarkan kewenangan subjek pelaku
pembuatnya, dalam hal ini Desa

1. Jenis-Jenis Produk Hukum Desa

a. Peraturan Desa (Perdes);


Peraturan Desa adalah merupakan peraturan perundang-undangan
yang ditetapkan oleh Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati
bersama BPD. Peraturan Desa berisi materi pelaksanaan
kewenangan Desa dan penjabaran lebih lanjut dari peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi. Peraturan Desa bersifat
umum sehinga mengatur segala hal yang menjadi kewenangan
desa dan juga mengikat semua orang yang berada dalam lingkup
desa. Perdes harus mengindahkan batasan ataupun larangan yang
ditentukan oleh peraturan yang lebih tinggi derajatnya berdasarkan
hirarki peraturan.

60
Peraturan Desa merupakan kerangka hukum dan kebijakan dalam
penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan
Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa dan pemberdayaan
masyarakat Desa. Penyelenggaraan Pemerintahan Desa adalah
berjalan proses penyelenggaraan Pemerintahan Desa yang
partisipatif, akuntabel, transparansi dan berkeadilan.

b. Peraturan Kepala Desa;


Peraturan Kepala desa adalah peraturan perundang-undangan yang
ditetapkan oleh Kepala Desa yang bersifat mengatur dalam rangka
melaksanakan Peraturan Desa dan peraturan perundang-undangan
yang lebih tinggi. Peraturan Kepala Desa berisi materi pelaksanaan
Peraturan Desa, Peraturan Bersama Kepala Desa, dan tindak lanjut
dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

c. Peraturan Bersama Kepala Desa;


Peraturan Bersama Kepala Desa merupakan peraturan yang
ditetapkan oleh Kepala Desa dari dua desa atau lebih yang
melakukan kerja sama antar desa dan bersifat mengatur. Peraturan
Bersama Kepala Desa merupaka perpaduan kepentingan Desa
masing-masing dalam kerja sama antar Desa, contoth pembentukan
Badan Usaha Milik Desa (BUMD). Peraturan bersama Kepala Desa
berisi materi kerja sama Desa. Peraturan Bersama Kepala Desa
disebarluaskan dan diberlakukan kepada masyarakat desa masing-
masing.
Peraturan yang dikeluarkan oleh Kepala Desa yang mempunyai
fungsi sebagai peraturan pelaksana dari Perdes ataupun pelaksanan
dari peraturan yang lebih tinggi. Peraturan Kepala Desa hanya dapat
mengatur hal-hal yang diperintahkan secara konkret dalam Perdes.
Karena itu, tidak boleh mengatur hal yag tidak diperintahkan ataupun
dilarang oleh Perdes. Ini merupakan salah satu bentuk pembatasan
terhadap kekuasaan yang dimiliki oleh kepala Desa. Sedangkan pada
posisinya sebagai pelaksana peraturan yang lebih tinggi, Perdes
memuat materi yang mengatur kewenangannya atau materi yang
diperintahkan atau didelegasikan dari peraturan yang lebih tinggi.
Peraturan Kepala Desa tetap saja dapat mengatur materi yang tidak
ditentukan dalam Perdes, namun materi itu harus tetap diperintahkan
oleh peraturan yang lebih tinggi. Dengan demikian Peraturan Kepala
Desa merupakan salah satu peraturan yang “lebih bebas” dalam

61
menentukan substansi yang akan diaturnya, namun tetap harus
mempunyai dasar hokum dalam pengaturan materi tersebut.

Mekanisme Penyusunan Produk Hukum Desa

“9. Rancangan Peraturan Desa wajib dikonsultasikan kepada masyarakat Desa”.


“10. Masyarakat Desa berhak memberikan masukan terhadap Rancangan
Peraturan Desa.”
(UU No 6 Th 2014 BAB VII PERATURAN DESA Pasal 69, ayat 9 dan 10 )

Persiapan dan Pembahasan Peraturan Desa:


1. Rancangan Peraturan Desa diprakarsai oleh Pemerintah Desa dan
dapat berasal dari usul inisiatif Badan Permusyawaratan Desa/BPD.
2. Masyarakat berhak memberikan masukan baik secara tertulis maupun
lisan terhadap Rancangan Peraturan Desa.
3. Rancangan Peraturan Desa dibahas secara bersama oleh Pemerintah
Desa dan Badan Permusyawaratan Desa/BPD.
4. Rancangan Peraturan Desa yang berasal dari Pemerintah Desa,
dapat ditarik kembali sebelum dibahas bersama BPD, bila dinilai masih
memerlukan penyempurnaan atau perbaikan.
5. Khusus mengenai Rencangan Peraturan Desa tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa (APB-Desa), harus memperhatikan
ketentuan sebagai berikut:
6. Rancangan Peraturan Desa tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Desa (APB-Desa) yang telah disetujui bersama oleh Kepala Desa
dan BPD, sebelum ditetapkan oleh Kepala Desa paling lama 3 (tiga) hari
disampaikan oleh Kepala Desa kepada Bupati/Walikota untuk dievaluasi.
7. Hasil evaluasi rancangan Peraturan Desa disampaikan oleh Bupati/
Walikota kepada Kepala Desa paling lama 20 (dua puluh) hari sejak
Rancangan Peraturan Desa tersebut diterima.
8. Apabila Bupati/Walikota belum memberikan hasil evaluasi Rancangan
Peraturan Desa tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa,
Kepala Desa dapat menetapkan Rancangan Peraturan Desa tentang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APB-Desa) menjadi Peraturan
Desa.

62
9. Evaluasi Rancangan Peraturan Desa tentang Anggaran Pendapatan
dan Belanja Desa dapat didelegasikan kepada Camat.

Pengesahan dan Penetapan Rancangan Peraturan Desa:


1. Rancangan Peraturan Desa yang telah disetujui bersama oleh Kepala
Desa dan BPD disampaikan oleh Pimpinan BPD kepada Kepala Desa
untuk ditetapkan menjadi Peraturan Desa. Catatan: Kecuali rancangan
Peraturan Desa tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APB-
Desa), harus memperhatikan ketentuan pada penjelasan angka 5 kolom
di atas.
2. Penyampaian Rancangan Peraturan Desa dilakukan dalam jangka
waktu paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal persetujuan
bersama.
3. Rancangan Peraturan Desa wajib ditetapkan oleh Kepala Desa dengan
membubuhkan tanda tangan dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga
puluh) hari sejak Kepala Desa menerima Rancangan Peraturan Desa
tersebut dari Pimpinan BPD.
4. Peraturan Desa wajib mencantumkan batas waktu penetapan
pelaksanaan.
5. Peraturan Desa sejak ditetapkan, dinyatakan mulai berlaku dan
mempunyai kekuatan hukum yang mengikat, kecuali ditentukan lain di
dalam Peraturan Desa tersebut.
6. Peraturan Desa tidak boleh berlaku surut (atau tidak mengenal asas
retroaktif).

Penyampaian dan Penyebarluasan Peraturan Desa


1. Peraturan Desa disampaikan oleh Kepala Desa kepada Bupati/Walikota
melalui Camat sebagai bahan pembinaan dan pengawasan paling
lambat 7 (tujuh) hari setelah ditetapkan.
2. Peraturan Desa dan peraturan pelaksanaannya wajib disebarluaskan
kepada masyarakat oleh Pemerintah Desa.
3. Penyebarluasan Peraturan Desa diumumkan di dalam Lembaran Desa
dan Berita Desa oleh Sekretaris Desa.

63
13. MUSYAWARAH DESA

Pengertian Musyawarah Desa


Musyawarah Desa merupakan forum tertinggi di Desa yang berfungsi untuk
mengambil keputusan atas hal-hal yang bersifat strategis. Dalam Undang-
Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa mendefinisikan musyawarah Desa
atau yang disebut dengan nama lain adalah musyawarah antara BPD,
Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh Badan
Permusyawaratan Desa untuk menyepakati hal yang bersifat strategis.

Tujuan Muswarah Desa


Musyawarah desa dilaksanakan untuk membuka kebekuan atau kesulitan
dalam pengambilan keputusan dan memberikan kesempatan kepada
masyarakat untuk melihat sebuah persoalan pembangunan dari berbagai
sudut pandang.

Prinsip-Prinsip Muswarah Desa


1) Partisipatif
Partisipasi berarti keikutsertaan masyarakat Desa dalam setiap kegiatan
dan pengambilan keputusan strategis Desa.

64
2) Demokratis
Setiap warga masyarakat berhak untuk terlibat dalam proses pengambilan
keputusan Musyawarah Desa..
3) Transparan
Prinsip transparan berarti tidak ada yang disembunyikan dari masyarakat
Desa, kemudahan dalam mengakses informasi, memberikan informasi
secara benar, baik dalam hal materi permusyawaratan.
4) Akuntabel
Dalam setiap tahapan kegiatan Musyawarah Desa yang dilaksanakan
harus dikelola secara benar dan dapat dipertanggung jawabkan kepada
masyarakat.

Hak dan Kewajiban Masyarakat


• Hak masyarakat dalam penyelenggaraan Musyawarah Desa diantaranya
mendapatkan informasi secara lengkap dan benar tentang hal-hal bersifat
strategis, pengawasan dan perlakuan yang sama dalam menyampaikan
aspirasi.
• Kewajiban masyarakat mendorong swadaya gotong-royong dalam
penyusunan kebijakan publik melalui Musyawarah Desa. Mendorong
terciptanya situasi yang aman, nyaman, dan tenteram selama proses
berlangsungnya Musyawarah Desa. Melaksanakan komitmen hasil dari
musyawarah. Secara ringkas dapat digambarkan pada bagan berikut:

Karakteristik Musyawarah Desa


1. Musyawarah Desa sebagai wadah demokrasi asosiatif.Artinya
seluruh elemen desa merupakan asosiasi yang berdasar pada asas
kebersamaan, kekeluargaan dan gotongroyong..
2. Musyawarah Desa sebagai wadah demokrasi inklusif atau demokrasi
untuk semua.
3. Musyawarah Desa sebagai wadah demokrasi deliberatif.Artinya
Musyawarah Desa menjadi tempat untuk tukar informasi, komunikasi,
diskusi atau musyawarah untuk mufakat mencari kebaikan bersama.
4. Musyawarah Desa mempunyai fungsi demokrasi protektif. Artinya
Musyawarah Desa dapat menyeimbangkan kedudukan desa dari
intervensi negara, modal atau pihak lain yang merugikan desa dan
masyarakat.

65
a. Manfaat Muswarah Desa
1) Melatih untuk menyuarakan pendapat (ide)
2) Masalah dapat segera terpecahkan
3) Keputusan yang diambil memiliki nilai keadilan
4) Hasil keputusan yang diambil dapat menguntungkan semua pihak
5) Dapat menyatukan pendapat yang berbeda
6) Adanya kebersamaan
7) Dapat mengambil kesimpulan yang benar
8) Mencari kebenaran dan menjaga diri dari kekeliruan
9) Menghindari celaan
10) Menciptakan stabilitas emosi

b. Tata Tertib Musyawarah Desa

1) Pimpinan Musyawarah
Pimpinan Musyawarah Desa menjaga agar permusyawaratan Desa
berjalan sesuai dengan ketentuan dalam peraturan tentang Tata
Tertib Musyawarah Desa.

66
2) Pendamping Desa
Pimpinan Musyawarah Desa dapat meminta pendamping Desa
yang berasal dari satuan kerja prangkat daerah kabupaten/kota,
pendamping profesional dan/atau pihak ketiga untuk membantu
memfasilitasi jalannya Musyawarah Desa.
Pendamping Desa tidak memiliki hak untuk berbicara yang bersifat
memutuskan sebuah kebijakan publik terkait hal strategis yang
sedang dimusyawarahkan.Pendamping Desa melakukan tugas
sebagai berikut:

(1) Memberikan informasi yang benar dan lengkap tentang pokok


pembicaraan;
(2) Mengklarifikasi arah pembicaraan dalam musyawarah desa
yang sudah menyimpang dari pokok pembicaraan;
(3) Membantu mencarikan jalan keluar; dan
(4) Mencegah terjadinya konflik dan pertentangan antarpeserta
yang dapat berakibat pada tindakan melawan hukum.

3) Undangan, Peninjau dan Wartawan


Undangan Musyawarah Desa terdiri dari:

(1) Mereka yang bukan warga Desa yang hadir dalam Musyawarah
Desa atas undangan Ketua Badan Permusyawaratan Desa; dan
(2) Anggota masyarakat Desa yang hadir dalam Musyawarah Desa
atas undangan tidak resmi tetapi tidak mendaftar diri kepada
panitia.

4) Pengaturan Pembicaraan
Pembicara dalam mengajukan aspirasinya tidak boleh menyimpang
dari pokok pembicaraan tentang hal yang bersifat strategis..

5) Pelanggaran Tata Tertib Musyawarah


Pimpinan Musyawarah Desa menjaga agar ketentuan tata tertib
musyawarah tetap dipatuhi oleh undangan, peninjau dan wartawan..

6) Menutup dan Menunda Musyawarah


Pimpinan Musyawarah Desa dapat menutup atau menunda acara
musyawarah apabila terjadi peristiwa yang tidak diduga dan dapat

67
mengganggu kelancaran musyawarah. Lamanya penundaan acara
musyawarah tidak boleh lebih dari 24 (dua puluh empat) jam.

7) Risalah, Catatan dan Laporan Singkat


Sekretaris Musyawarah Desa menyusun risalah untuk dibagikan
kepada peserta dan pihak yang bersangkutan setelah acara
Musyawarah Desa selesai.

8) Penutupan Acara Musyawarah Desa


Penutupan dilakukan oleh pimpinan sidang dengan terlebih dahulu
dilakukan penyampaian catatan sementara dan laporan singkat hasil
Musyawarah Desa. Sekretaris Musyawarah Desa menyampaikan
catatan sementara dan laporan singkat hasil Musyawarah Desa.
Apabila seluruh peserta atau sebagian besar peserta yang hadir
dalam Musyawarah Desa menyepakati catatan sementara dan
laporan singkat, catatan sementara diubah menjadi catatan tetap
dan laporan singkat ditetapkan sebagai hasil Musyawarah Desa.
Catatan tetap dan laporan singkat ditandatangani oleh pimpinan
Musyawarah Desa, sekretaris Musyawarah Desa, Kepala Desa, dan
salah seorang wakil peserta Musyawarah Desa.

c. Mekanisme Pengambilan Keputusan Musyawarah Desa


a. Keputusan Berdasarkan Mufakat
b. Keputusan Berdasarkan Suara Terbanyak
c. Pemungutan Suara
d. Berita Acara Penetapan Keputusan
e. Tindak Lanjut Keputusan Musyawarah Desa
f. Penyelesaian Perselisihan .

68
14. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA

Hakekat Pemberdayaan Masyarakat Desa


Pemberdayaan Masyarakat merupakan proses mengajak masyarkat
agar mengetahui dan mengenal potensi yang dimiliki dikembangkan dan
menemukenali permasalahan yang ada, supaya diatasi secara mandiri oleh
masyarakat itu sendiri.
Tujuan Pemberdayaan Masyarakat:
1. Pengembangan masyarakat;.
Apa yang dikembangkan dari masyarakat, yaitu potensi atau
kemampuannya, dan sikap hidupnya
2. Mengubah perilaku masyarakat;.
Sikap hidup yang perlu diubah tentunya sikap hidup yang merugikan
atau menghambat peningkatan kesejahteraan hidup.
3. Pengorganisasian masyarakat;.
pengorganisasian masyarakat, kuncinya adalah menempatkan
masyarakat sebagai pelakunya

Prinsip-prinsip Pemberdayaan Masyarakat Desa


a. Penyadaran
b. Pelatihan
c. Pengorganisasian
d. Pengembangan Kekuatan
e. Membangun Dinamika

Bentuk-Bentuk Partisipasi Masyarakat


Pada umumnya pemberdayaan masyarakat Desa dilakukan dengan:
a. Mendorong partisipasi masyarakat dalam perencanaan danpembangunan
Desa yang dilaksanakan secara swakelola oleh Desa.
b. Mengembangkan program dan kegiatan pembangunan Desa secara
berkelanjutandengan mendayagunakan sumberdaya manusia dan
sumberdaya alam yang ada di Desa.

69
c. Menyusun perencanaan pembangunan Desa sesuai prioritas, potensi,
dan nilai kearifan lokal.
d. Menyusun perencanaan dan penganggaran berpihak kepada
kepentingan warga miskin, warga disabilitas, perempuan, anak, dan
kelompok marginal.
e. Mengembangkan system transparansi dan akuntabilitas dalam
penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan pembangunan Desa.
f. Mendayagunakan lembaga kemasyarakatan Desa dan lembaga adat.

Partisipasi masyarakat dalam pembangunan dapat diimplementasikan


dalam beberapa bentuk.
1. Berperan aktif dalam program pembangunan desa bidang infrastruktur
pembangunan desa; dan pemetaan/inventarisasi tentang kegiatan
pembangunan infrastruktur desa;
2. Berperan aktif dalam program pembangunan desa bidang sarana
pelayanan dasar, yang meliputi bidang sarana prasarana kesehatan,
pendidikan dan lingkungan’;
3. Berperan aktif dalam program pembangunan desa bidang sarana dan
prasarana ekonomi, serta Investasi desa untuk membangun dan menata
sarana dan prasarana fisik kelembagaan ekonomi desa sesuai potensi
dan prospek ekonomi desa;

Matriks 2.KPMD dan Pengorganisasian


Pembangunan Desa

Bidang Subtansi Tugas Daftar Kegiatan


Infrastruktur pemanfaatan dan Tambatan Perahu, Jalan Pemukiman,
Pembangunan pemeliharaan Jalan Desa Antarpermukiman Ke
Wilayah Pertanian Pembangkit Listrik
Tenaga Mikrohidro , Lingkungan
Permukiman Masyarakat Desa
Sarana dan Pembangunan, Air Bersih Berskala Desa Sanitasi
Prasarana pemanfaatan dan Lingkungan Pelayanan Kesehatan
Kesehatan pemeliharaan Desa Dalam Bentuk Pos Pelayanan
Terpadu Atau Bentuk Lainnya

70
Bidang Subtansi Tugas Daftar Kegiatan
Sarana dan Pembangunan, Taman Bacaan Masyarakat
Prasarana pemanfaatan dan Pendidikan Anak Usia Dini Balai
Pendidikan dan pemeliharaan Pelatihan/Kegiatan Belajar
Kebudayaan Masyarakat Pengembangan Dan
Pembinaan Sanggar Seni
Sarana Dan Pengembangan Pasar Desa, Pembentukan Dan
Prasarana usaha ekonomi Pengembangan BUM Desa,
Ekonomi produktif serta Penguatan Permodalan BUM Desa,
pembangunan, Pembibitan Tanaman Pangan,
pemanfaatan dan Penggilingan Padi Lumbung Desa,
pemeliharaan Pembukaan Lahan Pertanian,
Pengelolaan Usaha Hutan, Desa
Kolam Ikan Dan Pembenihan Ikan,
Kapal Penangkap Ikan, Gudang
Pendingin (Cold Storage), Tempat
Pelelangan Ikan, Tambak Garam,
Kandang Ternak Instalasi Biogas,
Mesin Pakan Ternak Sarana Dan
Prasarana Ekonomi Lainnya Sesuai
Kondisi Desa
Lingkungan Pelestarian Penghijauan Pembuatan, Terasering,
Hidup Pemeliharaan Hutan Bakau,
Perlindungan Mata Air, Pembersihan
Daerah Aliran Sungai, Perlindungan
Terumbu Karang

71
15. PARTISIPASI DALAM TAHAPAN
PEMBANGUNAN DESA

Persiapan
Musdes Musryawarah
Perencanaan
Perencanaan Pembangunan Desa

Musdus Sosialisasi
• Sosialisasi &
pembentukan
Pokja /tim
Perencanaan • Pengelompok Rancangan
Desa an Masalah Akhir RPJMDesa
• Skoring • Perdes
Penggalian masalah •Rumusan issu • Pembahasan RPJMDesa
potensi aset • Perumusan issu prioritas berdasar dan • Laporan
desa dan strategis
potensi aset dan penetapan Bupati
• Penguatan assessment berbasis
pengelompok masalahak dasar Raperdes melalui
Kapasitas permasalahan
kan •Visi & Misi RPJMDesame Camat
Pokja/tim dasar Penyusunan •Arah Pemb njadi Perdes
Perencanaan masyarakat Sejarah & •Arah Kebijakan dan ditanda
Desa (integrasi dari
• Penyusunan Road
legenda Desa tangani
data sekunder Keuangan Desa
Map (schedulle
• masalah Kepala Desa
dan primer • Visi – Misi Desa •Tahapan & dan BPD
penys RPJMDesa prioritas
• Prioritas
• Identifikasi Kebijakan
Kebutuhan Data Desa
Sekunder Desa • Program &
• Sosialisasi Jadwal Kegiatan
ke masing- Indikatif
masing Dusun

Teknik-Teknik dalam rangka mengumpulkan data/informasi pendukung


untuk membuat dokumen RPJM Desa dengan menggunakan pendekatan
PRA..

72
Perenc
Kab/Kota

RPJMDes

6 tahun
RKPDes

Jun-Sept

Laporan & Siklus


Pertangjwbn Perencanaan
APBDes
RKPDes & Pembangunan
APBDes Desa
Okt-Des
Juli & Jan

Pelaksanaan
Pengawasan

Jan-Des

APBDes – P

73
73
Gambar Desa

a) Sejarah Desa
Dengan teknik ini masyarakat diajak melihat dan menyimak kembali
sejarah desanya misalnya berkait dengan asal usul terbentuknya
desa, keadaan atau peristiwa penting bagi desa termasuk refleksi atas
program-program pembangunan yang pernah masuk dan mempengaruhi
kehidupan desa.
b) Gambar Desa untuk Pemetaan Potensi Alam dan Sosial
Masyarakat atau peserta lokakarya desa melalui Sketsa desa diajak
mengenal secara lebih mendalam terhadap desa baik secara fisik
maupun non fisik dengan cara membuat sketsa atau gambar desa.

74
c) Kalender Musim
Teknik ini membekali masyarakat dengan kemampuan membuat
kalender kegiatan dalam rentang waktu setahun (januari s/d Desember)
yang bersifat musiman.

75
d) Diagram Kelembagaan
Teknik ini jamak dikenal dengan sebutan diagram venn. Teknik ini
digunakan untuk menggambarkan jenis-jenis organisasi (formal maupun
informal) yang berperan dalam berbagai kegiatan/program di desa dan
kemudian diguanakn untuk mendiskusikan permasalahan dan potensi
dari setiap lembaga agar meningkatkan perannya dalam upaya-upaya
pembangunan desa.

e) Pohon Masalah untuk Analisis Penyebab Kemiskinan


Metode atau teknik ini mengajak masyarakat menganalisis masalah-
masalah sosial kemasayarakatan yang mengganggu kesejahteraan
masyarakat dengan mencari akar masalah (penyebab) dan dampak
(akibat) yang ditimbulkannya .

f) Musyawarah Desa.
Hasil musdes sangat mungkin mencerminkan gambaran kebutuhan,
permasalahan serta agenda prioritas pembangunan yang diusulkan
masyarakat, mengingat pada umumnya karakter geografis, demografis
maupun sosilogis antardusun berbeda. Dusun yang kondisi kehidupan
masyarakatnya banyak yang putus sekolah tentu memiliki permasalahan
dan harapan yang berbeda dengan dusun yang banyak penduduknya
bersekolah secara berkelanjutan. Dusun yang terletak di pegunungan
pasti memiliki kebutuhan infrastruktur yang berbeda dengan dusun yang
berada di dataran rendah.

76
Hak dan Kewajiban Masyarakat dalam Musdes

77
16. TAHAP PELAKSANAAN
PEMBANGUNAN DESA

Dalam tahap ini Kepala Desa mengoordinasikan tahapan pelaksanaan


kegiatan yang sekurang-kurangnya meliputi:
1. Rapat kerja dengan pelaksana kegiatan;
Dalam rapat kerja tersebut membahas antara lain:
a. perkembangan pelaksanaan kegiatan;
b. pengaduan masyarakat;
c. masalah, kendala dan hambatan;
d. target kegiatan pada tahapan selanjutnya; dan
e. perubahan kegiatan.
Kepala Desa dapat menambahkan agenda pembahasan rapat kegiatan
sesuai dengan kondisi perkembangan pelaksanaan kegiatan yang ada
di Desa.
2. Pemeriksaan pelaksanaan kegiatan infrastruktur Desa;
a. tahap pertama: penilaian dan pemeriksaan terhadap 40% (empat
puluh per seratus) dari keseluruhan target kegiatan;
b. tahap kedua: penilaian dan pemeriksaan terhadap 80% (delapan
puluh per seratus) dari keseluruhan target kegiatan; dan
c. tahap ketiga: penilaian dan pemeriksaan terhadap 100% (seratus
per seratus) dari keseluruhan target kegiatan.
3. Perubahan pelaksanaan kegiatan;
Pemerintah daerah kabupaten/kota menetapkan peraturan tentang
kejadian khusus yang berdampak pada perubahan pelaksanaan kegiatan
pembangunan di desa dalam pembangunan desa dalam hal terjadi:
a. kenaikan harga yang tidak wajar;
b. kelangkaan bahan material; dan/atau
c. terjadi peristiwa khusus seperti bencana alam, kebakaran, banjir
dan/atau kerusuhan sosial.

78
Kepala Desa mengoordinasikan perubahankegiatan ketentuan sebagai
berikut:
a. penambahan nilai pagu dana kegiatan yang ditetapkan dalam APB
Desa dilakukan melalui:
1. swadaya masyarakat,
2. bantuan pihak ketiga, dan/atau
3. bantuan keuangan dari pemerintah, pemerintah provinsi, dan/
atau pemerintah kabupaten/kota.
b. tidak mengganti jenis kegiatan yang ditetapkan dalam APB Desa;
dan
c. tidak melanjutkan kegiatan sampai perubahan pelaksanaan kegiatan
disetujuioleh kepala Desa.
4. Pengelolaan pengaduan dan penyelesaianmasalah;
Kepala Desa mengoordinasikan penanganan pengaduan masyarakat
dan penyelesaian masalah dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan
Desa.Koordinasi penanganan pengaduan masyarakat dan penyelesaian
masalah meliputi kegiatan:
a. penyediaan kotak pengaduan masyarakat;
b. pencermatan masalah yang termuat dalam pengaduan masyarakat;
c. penetapan status masalah; dan
d. penyelesaian masalah dan penetapan status penyelesaian masalah.
5. Penyusunan laporan hasil pelaksanaan kegiatan;
Pelaksana kegiatan menyampaikan laporan perkembangan pelaksanaan
kegiatan kepada kepala Desa. Dalam laporan dilampiri dokumentasi hasil
pelaksanaan kegiatan pembangunan Desa yang sekurang-kurangnya
meliputi:
a. realisasi biaya beserta lampiran bukti-bukti pembayaran;
b. foto kegiatan infrastruktur Desa kondisi 0%, 40%, 80% dan 100%
yang diambil dari sudut pengambilan yang sama;
c. foto yang memperlihatkan orang sedang bekerja dan/atau melakukan
kegiatan secara beramai-ramai;
d. foto yang memperlihatkan peran serta masyarakat dalam kegiatan
pembangunan Desa;

79
e. foto yang memperlihatkan pembayaran upah secara langsung
kepada tenaga kerja kegiatan pembangunan Desa; dan
f. gambar purna laksana untuk pembangunan infrastruktur Desa.
6. Musyawarah pelaksanaan kegiatan Desa dalam rangka
pertanggungjawaban hasil pelaksanaan kegiatan; dan pelestarian dan
pemanfaatan hasil kegiatan, yang dilaksanakan setiap semester (Juni
dan Desember)
Masyarakat desa berpartisipasi menanggapi laporan pelaksanaan
pembangunan desa yang disampaikan dalam musyawarah desa.

Pengawasan Pembangunan Desa


Pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui pengawasan dan pemantauan
penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan pembangunan Desa yang
dilakukan secara partisipatif oleh masyarakat Desa.

80

Anda mungkin juga menyukai