Askep Sasmita
Askep Sasmita
SYSTEMIC LUPUSERYTHEMATOSUS (SLE)
D
I
S
U
S
U
N
OLEH
NAMA : SASMITA
NIM : 170204083
KELAS : PSIK 3.2
2. Patofisiologi
Penyakit SLE terjadi akibat terganggunya regulasi kekebalan yang menyebabkan
peningkatan autoimun yang berlebihan. Gangguan imunoregulasi ini ditimbulkan
oleh kombinasi antara faktor-faktor genetik, hormonal (sebagaimana terbukti oleh
awitan penyakit yang biasanya terjadi selama usia reproduktif) dan lingkungan
(cahaya matahari, luka bakar termal). Obat-obat tertentu seperti hidralazin,
prokainamid, isoniazid, klorpromazin dan beberapa preparat antikonvulsan di
samping makanan seperti kecambah alfalfa turut terlibat dalam penyakit SLE-
akibat senyawa kimia atau obat-obatan. Pada SLE, peningkatan produksi autoimun
diperkirakan terjadi akibat fungsi sel T-supresor yang abnormal sehingga timbul
penumpukan kompleks imun dan kerusakan jaringan. Inflamasi akan menstimulasi
antigen yang selanjutnya serangsang antibodi tambahan dan siklus tersebut
berulang kembali.
3. Farmakologi
Jenis obat dan dosis yang diberikan kepada satu penderita lupus tidak sama dengan
penderita lupus yang lain, dan dapat berganti dari waktu ke waktu tergantung dari
gejala yang dirasakan dan tingkat keparahannya.
Muntah.
Kehilangan nafsu makan.
Pembengkakan gusi.
Diare.
Kejang-kejang.
Mudah lebam atau berdarah.
Jerawat.
Sakit kepala.
Bertambahnya berat badan.
Pertumbuhan rambut secara berlebihan.
Selain obat-obatan yang diberikan, melindungi kulit dari sinar matahari sangat
penting bagi penderita lupus. Ruam pada kulit yang dialami penderita SLE dapat
bertambah parah jika terpapar sinar matahari. Langkah yang dapat dilakukan untuk
melindungi kulit dari sinar matahari adalah:
AIP merupakan versi yang lebih ekstrem dari diet Paleo biasa. Dalam diet ini,
makanan-makanan yang harus dihindari termasuk biji-bijian, legum, susu,
makanan olahan, gula olahan, telur, dan kacang-kacangan. Menurut sebuah studi,
diet AIP pada orang dengan IBD dapat mengurangi penanda peradangan di usus.
Peradangan adalah ciri khas penyakit Crohn dan kolitis ulseratif, dua kondisi yang
membentuk IBD.
Diet ini hampir mirip dengan diet Mediterania, yang menurut para ahli kesehatan
dapat menurunkan risiko penyakit kronis sekaligus mengurangi gejala pada
beberapa penyakit autoimun. Jika Anda memiliki artritis reumatoid dan ingin
melakukan diet anti peradangan, makanan seperti ikan, minyak zaitun, sayur-
sayuran, buah-buahan, legum, kacang-kacangan, dan biji-bijian dapat menjadi
pilihan.
Bukti medis menunjukkan bahwa diet nabati dapat menguntungkan bagi orang
dengan penyakit autoimun. Tak jauh berbeda dengan AIP dan diet anti peradangan,
diet nabati juga berfokus pada buah-buahan serta sayur-sayuran.
Hal yang perlu diperhatikan: jika Anda memiliki penyakit autoimun, sebaiknya
konsumsi sayur-sayuran yang dimasak terlebih dahulu. Molekul yang terlalu besar
dapat memprovokasi sistem imun, tetapi ketika makanan tersebut dimasak,
molekul dapat terpecah sehingga aman.
Gluten adalah nama untuk protein dalam gandum, rye, dan barley, dan dinilai
merusak usus kecil. Gluten dapat memancing respons imun secara negatif karena
molekulnya besar. Salah satu cara untuk mengatasi kondisi autoimun adalah
menghindari gluten yang ditemukan tidak hanya di roti, tetapi juga pasta, sup, saus,
dan berbagai produk lainnya.
Sejumlah penelitian menilai bahwa diet bebas gluten dapat berdampak baik pada
orang dengan autoimun. Satu studi kecil baru-baru ini juga menemukan manfaat
diet bebas gluten pada wanita dengan masalah tiroid autoimun.
Diet autoimun yang terbaik mungkin akan berbeda untuk setiap pasien. Jika ingin
mendapatkan manfaat yang signifikan dari pola makan yang dijalani, periksakan
kondisi tubuh Anda lebih dahulu ke dokter. Anda juga dapat berdiskusi dengan
dokter mengenai diet yang cocok.
Pemeriksaan penunjang :
SLE merupakan suatu penyakit autoimun pada jaringan ikat yang
menujukan berbagai manifestasi,paling sering berupa artitis. Dapat juga timbul
manifestasi dikulit, ginjal dan neorologis. Penyakit ini ditandai dengan adanya
periode aktivitas (ruam) dan remisi. SLE ditegakan atas dasar gambaran klinis
disertai dengan penanda serologis, khususnya beberapa autoantibodi yang
paling sering digunakan adalah antinukelar antibody ( ANA, terapi antibody ini
juga dapat ditemukan pada wanita yang tidak menderita SLE. Antibody yang
kurang spesifik adalah antibouble standed DNA antibody (anti DNA),
pengukuran bermanfaat untuk menilai ruam pada lupus. Anti-Ro, anti-La dan
antibody antifosfolipidpenting untuk diukur karena meningkatkan resiko pada
kehamilan. Penatalaksanaan SLE harus dilaksanakan secara multidisiplin.
Priode aktifitas penyakit dapat sulit untuk didiagnosa. Keterlibatan ginjal
sering kali disalah artikan dengan pre-eklamsia, tetapi temuan adanya
peningkatan antibody anti DNA serta penurunan tingkat komplemen membantu
mengarahkan pada ruam.
Antibody fosfolipid dapat timbul tanpa SLE tetapi menandakan resiko
keguguran. Temuan pemeriksaan laboratorium :
1. Tes flulorensi untuk menentukan antinuclear antibody (ANA), positif
dengan titer
tinggi pada 98% penderita SLE.
2. Pemeriksaan DMA double standed tinggi,spesifik untuk menentukan SLE
3. Bila titel antibobel strandar tinggi, spesifik untuk diagnose SLE
4. Tes sifilis bias positif palsu pada pemeriksaan SLE.
5. Pemeriksaan zat antifosfolipid antigen (seperti antikardolipin antibody)
berhubungan dengan menentukan adanya thrombosis pada pembuluh arteri,
vena atau pada abortus spontan, bayi meninggal dalam kandungan dan
trombositopeni.
Pemeriksaan laboratorium ini diperiksa pada penderita SLE atau lupus
meliputi darah lengkap, laju sedimentasi darah, antibodyantinuklir (ANA),
anti-AND, SLE, CRP, analyses urin, komplemen 3 dan 4 pada pemeriksaan
diagnosis yang dilakukan adalah biopsy.
Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal Pemeriksaan Hasil Nilai Interpretasi
Normal
01-01- Hb 17,3 gr% 13-16 gr%
2019 WBC 15.000/mm 5.000-
10.000/mm
Kasus
Seorang prempuan bernama Ny.S usia 35 tahun datang ke UGD dengan keluhan
merasa tidak nyaman dengan kulit memerah pada daerah pipi dan leher, awalnya
kecil namun setelah satu minggu ukuran tersebut bertambah lebar, demam, nyeri
dan terasa kaku seluruh persendian terutama pagi hari dan kurang nafsu makan.
Pada pemeriksaan fisik diperolah ruam pada pipi dengan batas tegas, peradangan
pada siku, lesi pada daerah leher, malaise. Pasien mengatakan terdapat sariawan
pada mukosa mulut. Pasien ketika bertemu dengan orang lain selalu menunduk
dan menutupi wajahnya dengan masker. Tekanan darah 110/80mmHg, RR
20x/mnt, Nadi 90x/mnt Suhu 38,5 ºC, Hb 11 gr/dl, WBC 15.000/mm
A. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny. S
Umur : 35 thn
Jenis kelamin : Prempuan
Alamat : Jl.TB.Simatupang No.71
Status : Menikah
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Tanggal masuk RS : 01-01-2019
Tanggal pengkajian : 02-01-2019
DX Medis : SLE
C. PENGKAJIAN
1. Keluhan utama :
Pasien menggeluh nyeri pada sendi serta kekakuan kaki dan tangan,
saat beraktivitas pasien merasa mudah lelah, pasien merasa demam.
Pipi dan leher memerah serta nyeri pada bagian yang memerah
2. Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang ke UGD dengan keluhan merasa tidak nyaman dengan
kulit memerah pada daerah pipi dan leher, awalnya lebarnya kecil
namun setelah satu minggu lebarnya bertambah besar, demam, nyeri
dan terasa kaku seluruh persendian utamanya pada pagi hari dan
berkurang nafsu makan karena sariawan.
3. Riwayat Penyakit dahulu :
Tidak ada
4. Riwayat penyakit keluarga :
Tidak ada
5. Riwayat pekerjaan/ kebiasaan :
Pasien seorang ibu rumah tangga
6. Riwayat Alergi :
Tidak ada
7. Pengkajian Sistem Tubuh :
a. Sistem Pernapasan
RR 20x/mnt
Napas dalam terlihat seperti menahan nyeri
b. Sistem Kardiovaskuler
TD 110/80 mmHg
Inflamasi pada arteriole terminalis yang menimbulkan lesi
papuler,eritematous dan purpur di ujung jari kaki, tangan,
siku serta permukaan ekstensor lengan bawah atau sisi
lateral tangan dan berlanjut nekrosis.
c. Sistem Persyarafan
Gangguan psikologis
d. Sistem Perkemihan
Tidak ada
e. Sistem Pencernaann
Ulkus oral dapat mengenai mukosa pipi atau palatum durum
f. Sistem Muskuloskeletal
Pembengkakan sendi, nyeri tekan dan rasa nyeri ketika
bergerak, rasa kaku pada pagi hari
Lesi akut pada kulit yang terdiri atas ruam berbentuk kupu-
kupu yang melintang pangkal hidung serta pipi
g. Sistim Endokrin
Tidak ada
h. Sistim sensori persepsi
Tidak ada
i. Sistim integument
SH: 38,5C, demam (+)
j. Sistim imun dan hematologi
Tes fluorensi untuk menetukan antinuelear antibody (ANA),
positif dengan titer tinggi pada 98% penderita SLE
Pemeriksaan DMA double stranded lebih spesifik untuk
menentukan SLE
Bila titer antidobel stranded tinggi, spesifik untuk diagnose
SLE
Tes sifilis bisa positif palsu pada pemeriksaan SLE
Pemeriksaan zat antifosfolipid (seperti antikardiolipin
antibody) berhubungan untuk menentukan adanya
thrombosis pada pembuluh arteri atau pembuluh vena atau
pada abortus spontan, bayi meninggal dalam kandungan dan
trombositopeni
HB 11gr/dl
WBC 15.000/mm
k. Sistim Reproduksi
Tidak ada masalah disistem reproduksi
8. Pengkajian Fungsional
1. Oksigenasi
RR:20x/mnt
2. Cairan dan Elektrolit
terpasang infus RL 20tpm
3. Nutrisi
Mual (-), muntah (-)
4. Aman dan Nyaman
Kulit memerah pada daerah pipi dan leher
5. Eliminasi
BAK (-), BAB (-)
6. Aktivitas dan Istirahat
Kurang
7. Psikososial
Dapat mengalami ketidak percayaan diri akibat dari penyakitnya
8. Komunikasi
Terganggu karena sariawan pada mukosa mulut
9. Seksual
Tidak ada perubahan
10. Nilai dan Keyakinan
Tidak ada pantangan yang berhubungan dengan nilai dengan
keyakinan pasien
11. Belajar
Tidak ada kelainan
9. Pemeriksaan Penunjang
a. Hasil Laboratorium
Tangga Pemeriksaa Hasil Nilai Interpreta
l n Normal si
01-01- Hb 17,3 gr% 13-16 gr%
2019 WBC 15.000/m 5.000-
m 10.000/m
m
b. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Rontgen tidak ada kelainan
10. Progam Terapi
Terapi medis tgl 01-01-2019 :
Injeksi Stabixin 2x1gram
Injeksi medixon 2x 125 mg
Omeprazol 2x1 ampul
Vitamin C 2x1 ampul
D. ANALISA DATA
110/80mmHg, RR tubuh
20x/mnt, S ↓
SLE
38,5C, N 90x.mnt
↓
Kerusakan jaringan
Kamis/01-01- ↓
19/11.00 Nyeri kronis
Genetic, lingkungan,
hormone, obat
tertentu
↓
Produkasi autoimun
berlebih
Ds : Pasien ↓ Peningkatan
mengeluhkan Autoimun suhu tubuh
demam menyerang orang
Do : TD 110/80 tubuh
mmHg ↓
Genetic,
lingkungan,hormone,
obat tertentu
↓
Produksi autoimun
Ds : Nyeri pada berlebih
yang Autoimun
menyerang orang
mengalami Keletihan
tubuh
kemerahan,
↓
pasien
SLE
mengeluh mudah
↓
lelah
Menyerang darah
ketika
↓
beraktivitas. HB menurun
↓
Do : Pasien Suplai oksigen
terlihat menahan menurun
Kamis,01-01- nyeri ↓
2019/ 15.00 TD ATP menurun
110/80mmHg, RR ↓
20x/mnt, S Keletihan
38,5C, N 90x/mnt
Genetic, lingkungan,
hormone, obat
tertentu
↓
Produksi autoimun
berlebihan
Gangguan
↓
integritas
Kamis,01-01- Autoimun
2019 /15.00 menyerang organ kulit
tubuh
↓
SLE
↓
Ds : Nyeri pada Menyerang kulit
sendi dan bagian ↓
yangmengala Kerusakan integritas
mi kemerahan kulit
Do : TD Genetic, lingkungan,
Ds : Pasien
mengatakan malu
terhadap
kemerahan pada
pipi
dan leher
Do : Pasien
menunduk saat
masuk
UGD
TD
110/80mmHg,RR
20x/mnt, S
38,5c, N 90x/mnt
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri kronis berhubungan dengan agen pencedera
2. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan inflamasi
Nama : Ny. S
Ruang : Dahlia
Umur : 35 thn
Kelas : 1-1
No. Dokumen RM :
Tanggal : 01-01-2019
INTERVENSI
Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi ( NIC)
Keperawatan NOC
Nyeri kronis Setelah dilakukan tindakan Menejemen nyeri :
berhubungan dengan keperawatan selama 1x24 jam 1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif y
meliputi lokasi, karakteristik, onset atau du
agen pencedera nyeri kronis dapat berkurang
frekwensi, kualitas, intensitas dan faktor pencetu
dengan kriteria hasil : 2. Berikan informasi mengenai nyeri seperti penye
beberapa lama nyeri dan antisipasi dari ket
Kontrol nyeri
nyamanan nyeri.
a. Mengenal kapan nyeri 3. Dorong pasien untuk memonitor nyeri
terjadi menangani nyerinya dengan tepat
b. Menggambarkan faktor 4. Pastikan pemberian analgetik dan atau sta
Penyebab nonfarmakologi.
c. Menggunakan tindakan
pencegahan atau
pengurangan nyeri tanpa
anlagesik
d. Menggunakan analgesic
yang direkomendasikan
Fever treatment :
Peningkatan suhu
tubuh berhubungan 1. Monitoring suhu sesering mungkin
Setelah dilakukan tindakan selama 2. Monitoring warna dan suhu kulit
dengan inflamasi 1x 24 jam suhu tubuh normal
dengan NOC : Thermoregulation 3. Monitoring WBC,Hb dan Hct
Kriteria hasil : 4. Monitoring intake output
a. Suhu tubuh dalam batas 5. Beri kompres pada lipatan paha dan axila
normal 6. Kolaborasi pemberian
Antipireutik
b. Nadi dan RR dalam rentang Cairan intravena
normal
c. Tidak ada perubahan warna Temperature regulation :
kulit dan tidak ada pusing, 1. M
pasien merasa nyaman oring suhu berkala
2. T
atkan intake cairan dan nutrisi
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
LEMBAR EVALUASI
Hari/Tgl/Jam Diagnosa Keperawatan Evalu
Kamis/01-01-19/ Nyeri kronis berhubungan dengan S : Pasien mengatakan nyeri sendi dan ke
08.00 agen pencedera O : Skala nyeri berkurang dari 8 menjadi 3
Pasien tampak riles ditandai dengan he
Pasien dapatmelakukan teknik relaksas
A : Lanjut intervensi 3 dan 4
P : Masalah teratasi sebagian
S : Pasien mengatakan masih sedikit pusing
B. PENGKAJIAN
Dari hasil studi kasus ini untuk tahap pengkajian tidak ditemukan adanya
kesenjangan antara teori dan kasus nyata. Manifestasi klinis pada teori pasien
muncul demam, pembentukan ruam, atritis, pericarditis. Bila dikaitkan dengan
kondisi Ny. S saat pengkajian pada tanggal 01-01-2019 manifestasi klinis yang
ditemukan pasien merasa tidak nyaman dengan kulit memerah pada daerah pipi
dan leher, awalnya kecil namun setelah satu minggu ukuran tersebut bertambah
lebar, demam, nyeri dan terasa kaku seluruh persendian terutama pagi hari.
Sehingga pengkajian pada diagnosis nyeri kronis berhubungan dengan pencedera,
berdasarkan teori mampu diterapkan pada praktek nyata dan dinilai efektif dalam
hasil yang diperoleh.
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut teori terdapat 5 diagnosa keperawatan pada pasien SLE, sedangkan
dari hasil pengumpulan data yang dilakukan kepada Ny.S tanggal 01-01-2019
ditemukan 2 diagonasa keperawatan yaitu Nyeri kronis berhubungan dengan agen
pencedera dan Peningkatan Suhu tubuh berhubungan dengan inflamasi.
D. INTERVENSI
Dari hasil intervensi yang dilakukan tidak terdapat kesenjangan antara teori
yang dilakukan. Karena intervensi yang diberikan kepada Ny.S disesuaikan
dengan teori Nanda,NIC,NOC.
E. IMPLEMENTASI
Dari hasil yang diperoleh dari implementasi yang dilakukan tidak terdapat
kesenjangan antara teori yang dilakukan. Karena implementasi yang diberikan
kepada Ny.S disesuaikan dengan teori Nanda,NIC,NOC.
F. EVALUASI
Dari tindakan evaluasi yang dilakukan ditemukan adanya kesenjangan anatara
teori dan praktek nyata, kareana evaluasi merupakan hasil akhir dari asuhan
keperawatan dengan mengidentifikasi sejauh mana tujuan rencana keperawatan
tercapai atau tidak selama pasien dirawat. Pada saat evaluasi yang dilakukan
adalah mengevaluasi selama tindakan asuhan keperawatan berlangsung atau
selama pasien dirawat.