1 SM
1 SM
1 : 196 – 206 (Januari 2020) pISSN 0852 – 2626 eISSN 2615 – 8698
196
Zootec Vol. 40 No. 1 : 196 – 206 (Januari 2020) pISSN 0852 – 2626 eISSN 2615 – 8698
tepung prebiotik dari umbi uwi ungu 0,1%, 0,2%, 0,3%, 0,4%, 0,5% , aquadest,
(Dioscorea alata) sebanyak 1% alkohol, spritus, Bakteri Steptococcus
menghasilkan yoghurt sinbiotik yang thermopilus, Bakteri Lactobacillus
terbaik (Yelnetty et al., 2019). bulgaricus, Bakteri Lactobacillus
Berdasarkan hal tersebut diatas, rhamnosus, dan bahan – bahan untuk
maka telah dilakukan penelitian pembuatan pengujian sensoris yang digunakan adalah
yoghurt sinbiotik menggunakan pati air mineral, dan ketimun.
termodifikasi dari umbi uwi ungu Alat
(Dioscora alata) dan Lactobacillus Peralatan yang digunakan dalam
rhamnosus sebagai sumber probiotik guna penelitian ini adalah erlenmeyer, tabung
mengetahui kualitas sensoris yoghurt reaksi, gelas ukur, gelas piala, autoclave,
sinbiotik yang dihasilkan dengan pengujian oven listrik, inkubator, waterbath, spatula,
cita rasa, warna, aroma, tekstur dan panci, pisau, pengaduk, kompor, wadah
kekentalan yang dihasilkan. (cup), lemari pendingin, saringan, parutan,
pensil, penghapus, kertas, dan tusuk gigi.
MATERI DAN METODE
PENELITIAN Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan
Waktu dan Tempat Penelitian Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6
Penelitian ini telah dilaksanakan perlakuan dan panelis adalah sebagi
pada Tanggal 14 Desember 2018 sampai ulangan. Pengukuran data organoleptik
Tanggal 01 Maret 2019 di Laboratorium dengan menggunakan uji hedonik
Teknologi Hasil Ternak Fakultas menggunakan 44 panelis tidak terlatih
Peternakan, Universitas Sam Ratulangi (Steel and Torrie, 1991). Konsentrasi pati
Manado. termodifikasi dari umbi uwi ungu
(Dioscorea alata) yang ditambahkan (P)
Materi Penelitian adalah sebagai berikut :
Bahan P0 : Tanpa pati termodifikasi
Bahan yang digunakan dalam P1 : Pemberian pati termodifikasi 0,1% +
penelitian ini adalah 4,800 mL susu UHT, Starter yoghurt (St,Lb,Lr)
skim milk 8%, sukrosa 6%, pati P2 : Pemberian pati termodifikasi 0,2% +
termodifikasi dari umbi uwi ungu starter yoghurt (St,Lb,Lr)
(Dioscorea alata) dengan konsentrasi 0%,
198
Zootec Vol. 40 No. 1 : 196 – 206 (Januari 2020) pISSN 0852 – 2626 eISSN 2615 – 8698
P3 : Pemberian pati termodifikasi 0,3% + dihaluskan diayak 100 mesh. Setelah itu
starter yoghurt (St,Lb,Lr) pati termodifikasi dikemas dengan
P4 : Pemberian pati termodifikasi 0,4% + menggunakan plastik dan ditutup rapat
starter yoghurt (St,Lb,Lr) (Sajilata, et al, 2006).
P5 : Pemberian pati termodifikasi 0,5% + Pembuatan Starter Yoghurt Sinbiotik
starter yoghurt (St,Lb,Lr) Proses pembuataan starter bakteri
asam laktat yang digunakan yakni skim
Prosedur Penelitian milk 8%, ditambahkan sukrosa 1%,
Pembuatan Pati aquades 250 ml dimasukkan dalam
Pertama-tama umbi uwi ungu elemeyer, dihomegenisasi selama 3 menit,
(Dioscorea alata) dikupas, dicuci bersih, kemudian disterilkan pada suhu 115℃
direndam dalam air selama 1 hari, selama 15 menit, lalu dinginkan sampai
kemudian diparut, lalu diperas dengan kain temperatur 45℃ pada suhu ruang.
peras dan diamkan selama 20 menit, Selanjutnya inokulasi masing-masing
diambil fitratnya (endapanya), kemudian dengan bakteri asam laktat yang digunakan
dipanaskan selama 15 menit pada suhu 3% (Streptococcus Thermophillus,
70℃, setelah itu dikeringkan dioven pada Lactobacillus burgaricus dan Lactobacillus
suhu 56℃ selama 24 jam, lalu diblender rhamnosus). Inkubasi dilakukan pada suhu
dan jadilah pati. 36℃ selama 16 jam (Yelnetty et al, 2019).
Pembuatan Pati Termodifikasi Pembuatan Yoghurt Sinbiotik
Proses modifikasi pati alami dari Proses pembuatan yoghurt sinbiotik
umbi uwi ungu (Dioscorea alata) menggunakan bahan 800 mL susu UHT,
disuspensikan dengan cara menambahkan tambahkan skim milk 8% ,sukrosa 6%, dan
air dengan perbandingan pati dan air yaitu pati termodifikasi sebanyak (0%, 0,1%,
1 : 3. Kemudian suspensi tersebut 0,2%, 0,3%, 0,4%, 0,5%) dihomogenisasi
dipanaskan dalam autoclave pada suhu 3 menit, kemudian dipasteurisasi pada suhu
110℃ dan 121℃ selama 30 menit. Setelah 80℃ selama 15 menit, lakukan
dipanaskan suspensi pati didinginkan pada pendinginan sampai temperatur 40℃ pada
suhu ruang selama 20 menit dan dilanjutkan suhu ruang, selanjutnya diinokulasi dengan
dengan penyimpanan pada suhu 4℃ selama starter yang telah disiapkan terlebih dahulu
24 jam. Lalu dikeringkan pada suhu 60℃ sebanyak 3% dengan perbandingan antara
selama 24 jam dan setelah itu dihaluskan bakteri S. thermopillus dan L. Bulgaricus,
menggunakan blender, pati yang telah dan L. rhamnosus. Inkubasi dalam
199
Zootec Vol. 40 No. 1 : 196 – 206 (Januari 2020) pISSN 0852 – 2626 eISSN 2615 – 8698
200
Zootec Vol. 40 No. 1 : 196 – 206 (Januari 2020) pISSN 0852 – 2626 eISSN 2615 – 8698
Tabel 1. Rataan Pengaruh Perlakuan Terhadap Sifat Sensoris Yoghurt Sinbiotik Umbi Uwi
Ungu (Dioscorea alata)
Perlakuan Pati Termodifikasi Umbi Uwi Ungu (Diocorea alata)
Variabel P0 P1 P2 P3 P4 P5
0% 0,1% 0,2% 0,3% 0,4% 0,5%
Warna 4,86c 4,91c 6,02a 5,75ab 5,16bc 4,86c
b b b b a
Aroma 4,14 4,16 3,98 4,20 5,86 6,07a
Tekstur 5,86a 4,96b 5,07b 5,09b 6,16a 5,80a
b a a b a
Kekentalan 4,00 5,91 6,07 4,59 5,48 4,32b
Cita rasa 5,00b 4,77b 4,93b 5,14b 6,02a 5,89a
Keterangan : Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata
(P<0,01).
dengan nilai 4.86 dan P0 dengan nilai 4.86,
Warna Yoghurt Sinbiotik Umbi Uwi tetapi tidak berbeda sangat nyata dengan
Ungu (Dioscorea alata) perlakuan P3 dengan nilai 5,75.
Rataan nilai warna pada yoghurt Selanjutnya penambahan pati termodifikasi
sinbiotik terhadap sifat sensoris yoghurt dari umbi uwi unggu (Dioscorea alata)
sinbiotik menggunakan pati termodifikasi dengan perlakuan P4 dengan nilai 5,16
dari umbi uwi (Dioscorea alata) berbeda sangat nyata (P<0.01) dengan
berkisar antara 4,05 - 6,07 dari perlakuan perlakuan P2 dengan nilai 6,02 P3 dengan
P0 – perlakuan P5. nilai 5,75 P1 dengan nilai 4,91 P5 dengan
Hasil analisis sidik ragam nilai 4,86 dan P0 dengan nilai 4,86. Hal
menunjukkan bahwa perlakuan yang sama juga terjadi pada perlakuan P1
penambahan pati termodifikasi dari umbi dengan nilai 4,91 berbeda sangat nyata
uwi ungu (Dioscorea alata) P0 0%, P1 (P<0.01) dengan perlakuan P2 dengan nilai
0,1%, P2 0,2%, P3 0,3%, P4 0,4% dan P5 6,02 P3 dengan nilai 5,75 dan P4 dengan
0,5% memberikan pengaruh berbeda nilai 5,16 tetapi tidak berbeda sangat nyata
sangat nyata (P<0.01) terhadap warna dengan perlakuan P5 dengan nilai 4,86 dan
yoghurt sinbiotik yang dihasilkan. P0 dengan nilai 4,86. Hal ini menunjukkan
Berdasarkan hasil uji lanjut menunjukkan bahwa perlakuan warna pada yoghurt
bahwa warna pada yoghurt sinbiotik memberikan pengaruh yang berbeda sangat
dengan penambahan pati termodifikasi dari nyat karena panelis lebih menyukai warna
umbi uwi ungu (Dioscorea alata) pada yoghurt sinbiotik dengan perlakuan pada
perlakuan P2 dengan nilai 6,02 berbeda penambahan pati termodifikasi dari umbi
sagat nyata (P<0.01) dengan perlakuan P4 uwi ungu ( Dioscorea alata) di P2 dengan
dengan nilai 5,16 P1 dengan nilai 4,91 P5
201
Zootec Vol. 40 No. 1 : 196 – 206 (Januari 2020) pISSN 0852 – 2626 eISSN 2615 – 8698
nilai 6,02 yang termasuk dalam kategori yoghurt sinbiotik yang dihasilkan.
menarik. Berdasarkan hasil uji lanjut BNJ
Warna pada yoghurt yang menunjukkan bahwa aroma pada yoghurt
dihasilkan hampir semua sama yaitu putih sinbiotik dengan penambahan pati
kecoklatan. Salah satu permasalahan utama termodifikasi dari umbi uwi ungu
pada tepung uwi adalah perubahan dan (Dioscorea alata) pada perlakuan P5
pencoklatan produk. Hal ini terkait dengan dengan nilai 6,07 berbeda sangat nyata
reaksi browning enzimatis akibat adanya (P<0.01) dengan perlakuan P3 dengan nilai
senyawa fenolik larut air khususnya o- 4,20 P1 dengan nilai 4,16 P0 dengan nilai
hydroxy or trihydroxy phenolics oleh 4,14 dan P2 dengan nilai 4,05 tetapi tidak
phenol oxidase pada uwi (Onimawo dan berbeda sangat nyata dengan perlakuan P4
Akubor, 2012; Martin dan Rubeste, 1976). dengan nilai 5,86. Hal ini menunjukkan
Amilopektin pada pati umbi uwi adalah bahwa perlakuan aroma pada yoghurt
82%. Amilopektin menimbulkan gel yang memberikan pengaruh yang berbeda sangat
transparan, sehingga memberikan efek nyata karena panelis lebih menyukai aroma
terang pada pati (Suryono, Harijono dan yoghurt sinbiotik dengan perlakuan pada
Yunianta, 2013). penambahan pati termodifikasi dari umbi
uwi ungu ( Dioscorea alata) karena nilai
Aroma Yoghurt Sibiotik Umbi Uwi
pada perlakuan P5 dengan nilai 6,07
Ungu (Dioscorea alata)
menunjukkan kategori suka terhadap
Rataan nilai aroma pada yoghurt
yoghurt sinbiotik.
terhadap sifat sensoris yoghurt sinbiotik
Perbedaan aroma pada yoghurt
menggunakan pati termodifikasi dari umbi
dengan penambahan pati termodifikasi dari
uwi ungu (Dioscorea alata) berkisar antara
umbi uwi ungu (Dioscorea alata) berubah
4,05 - 6,07 dari perlakuan P0 – perlakuan
karena terjadinya pencampuran antara umbi
P5.
uwi dengan bahan-bahan lain. Yoghurt
Hasil analisis sidik ragam
memiliki karakteristik aroma yang khas
menunjukkan bahwa perlakuan
seperti aroma asam. Aroma ini timbul
penambahan pati termodifikasi dari umbi
karena selama proses fermentasi terjadi
uwi ungu (Dioscorea alata) P0 0%, P1
perubahan laktosa susu menjadi asam laktat
0,1%, P2 0,2%, P3 0,3%, P4 0,4% dan P5
oleh bakteri asam laktat. Asam laktat inilah
0,5% memberikan pengaruh yang berbeda
yang menyebabkan yoghurt memiliki
sangat nyata (P<0.01) terhadap aroma
aroma khas asam. Aroma produk yoghurt
202
Zootec Vol. 40 No. 1 : 196 – 206 (Januari 2020) pISSN 0852 – 2626 eISSN 2615 – 8698
yang lain, pati lebih sering digunakan (Discorea alata) pada perlakuan P2 dengan
sebagai pengental karena prosesnya lebih nilai 6,07 tidak berbeda sangat nyata
mudah dan harganya juga lebih terjangkau. dibandingkan dengan perlakuan P1 dengan
Menurut Jenie (2003), penggunaan kultur nilai 5,91 dan P4 dengan nilai 5,45 tetapi
starter campuran dapat mereduksi lama berbeda sangat nyata dengan perlakuan P0
fermentasi, sehingga menghasilkan sifat dengan nilai 4,66 perlakuan P3 dengan nilai
sensoris dan tekstur yang lebih baik. Kultur 4,59 dan perlakuan P5 dengan nilai 4,32.
starter yang diberikan disetiap perlakuan Hal ini menunjukkan bahwa panelis lebih
semua sama yaitu 3%. menyukai kekentalan yoghurt sinbiotik
Yoghurt sinbiotik yang diberi dengan perlakuan pada penambahan pati
penambahan pati termodifikasi dari umbi termodifikasi dari umbi uwi ungu
uwi ungu (Dioscorea alata) teksturnya (Dioscorea alata) di P2 dengan nilai 6,07
lembut dikarena pada umbi uwi ungu yang termasuk dalam kategori kental.
Menurut Goncalves et al. (2005)
Kekentalan Yoghurt Sinbiotik Umbi
Uwi Ungu (Dioscorea alata) yang menyatakan bahwa semakin
banyaknya konsentrasi pengental kapasitas
Rataan nilai kekentalan pada
pengikatan air juga akan semakin
yoghurt sinbiotik terhadap sifat sensoris
meningkat. Kekentalan pada yoghurt
yoghurt sinbiotik menggunakan pati
dipengaruhi oleh penggumpalan yang
termodifikasi dari umbi uwi ungu
terjadi. Fermentasi oleh bakteri
(Dioscorea alata) berkisar antara 4,32 –
Streptococcus thermophilus dan
6,07 dari perlakuan P0 – perlakuan.
Lactobacillus bulgaricus yang
Hasil analisis sidik ragam
menghasilkan konsistensi yoghurt yang
menunjukkan bahwa perlakuan
menyerupai puding. Tingkat kekentalan
penambahan pati termodifikasi dari umbi
yoghurt dapat dipengaruhi oleh beberapa
uwi ungu (Dioscorea alata) P0 0%, P1
faktor, seperti bahan utama penyusun
0,1%, P2 0,2%, P3 0,3%, P4 0,4% dan P5
yoghurt (jenis susu) dan lama
0,5% memberikan pengaruh yang berbeda
penyimpanan. Disamping itu penambahan
sangat nyata (P<0.01) terhadap kekentalan
serat juga dapat mempengaruhi nilai
yoghurt sinbiotik yang dihasilkan.
kekentalan dan konsistensi produk yang
Berdasarkan hasil uji lanjut BNJ
dihasilkan.
menunjukkan bahwa kekentalan pada
yoghurt sinbiotik dengan penambahan pati
termodifikasi dari umbi uwi ungu
204
Zootec Vol. 40 No. 1 : 196 – 206 (Januari 2020) pISSN 0852 – 2626 eISSN 2615 – 8698
Cita Rasa Yoghurt Sinbiotik Umbi Umbi perlakuan P4 dengan nilai 6,02 dan P5
Uwi Ungu (Dioscorea alata)
dengan nilai 5,89. Hal ini menunjukkan
Rataan nilai cita rasa pada yoghurt bahwa panelis lebih menyukai cita rasa
sinbiotik terhadap sifat sensoris yoghurt yoghurt sinbiotik dengan perlakuan pada
sinbiotik menggunakan pati termodifikasi penambahan pati termodifikasi dari umbi
dari umbi uwi ungu (Dioscorea alata) uwi ungu ( Dioscorea alata) di P4 dengan
berkisar antara 4,77 – 6,02 dari perlakuan nilai 6,02 yang termasuk dalam kategori
P0 – perlakuan P5. suka.
Hasil analisis sidik ragam Menurut Abraham et al. (1993)
menunjukkan bahwa perlakuan menyatakan bahwa selama proses
penambahan pati termodifikasi dari umbi fermentasi yoghurt terjadi perombakan
uwi ungu (Dioscorea alata) 0%, 0,1%, senyawa nutrisi terutama protein dan lemak
0,2%, 0,3%, 0,4%, 0,5% memberikan oleh adanya aktivitas Lactobacillus
pengaruh yang berbeda sangat nyata Bulgaricus dan Strepthococcus
(P<0.01) terhadap cita rasa pada yoghurt Thermophillus dalam starter yoghurt. Hal
sinbiotik yang dihasilkan. Berdasarkan ini akan berpengaruh terhadap sifat fisik,
hasil uji lanjut BNJ menunjukkan bahwa kimiawi dan organoleptik yoghurt
cita rasa pada yoghurt sinbiotik dengan sinbiotik. Menurut Chandan & Shahani
penambahan pati termodifikasi dari umbi (1993 dalam Yusmarini & Efendi, 2004),
uwi ungu (Discorea alata) pada perlakuan hasil metabolisme karbohidrat (gula)
P4 dengan nilai 6,02 berbeda sangat nyata berupa asam - asam organik seperti asam
dibandingkan dengan perlakuan P0 dengan laktat akan mempengaruhi cita rasa dan ikut
nilai 5,00 P1 dengan nilai 4,77 P2 dengan menentukan kualitas yoghurt.
nilai 4,93 dan P3 dengan nilai 5,14 tetapi
tidak berbeda sangat nyata dengan
KESIMPULAN
perlakuan P5 dengan nilai 5,89. Hal yang
sama juga terjadi pada perlakuan P3 dengan
Perlakuan dengan pemberian pati
nilai 5,14 berbeda sangat nyata dengan
termodifikasi dari umbi uwi ungu
perlakuan P0 dengan nilai 5,00 P1 dengan
(Dioscorea alata) sebanyak 0,4%
niali 4,77 dan P2 dengan nilai 4,93 tetapi
memberikan nilai yang baik terhadap
tidak berbeda sangat nyata dengan
kualitas sensoris kususnya pada cita rasa
205
Zootec Vol. 40 No. 1 : 196 – 206 (Januari 2020) pISSN 0852 – 2626 eISSN 2615 – 8698
dan tekstur rasa dan tekstur yoghurt Onimawo, I. dan P. Akubor. 2012. Food
Chemistry (Integrated Approach
sinbiotik.
with Biochemical Background)
2nd. Nigeria: Joytal Printing Press.
DAFTAR PUSTAKA Salijata, M. G., R. S. Singhal, dan P. R.
Kulkarni. 2006. Resistant starch-a
Abraham, A.G., G.L. De Antoni and M.C. review. Comprehensive Reviews in
ANON.1993. Proteolitic activity of Food Science and Food Safety 5:
Lactobacillus bulgaricus grown in 1−17.
milk. Journal. Dairy Sci.76:1498–
1505. Steel, R. G. D. Dan J. H. Torrie. 1991.
Prinsip dan Prosedur Statistik Suatu
Abubakar, Budi. A dan A. Harsono. 1998. Pendekatan Biometrik. Edisi kedua.
Pengaruh Suhu dan Macam Suhu PT. Gramedia Pustaka Utama,
Terhadap Mutu Yoghurt Selama Jakarta. (Diterjemahkan oleh B.
Penyimpanan. Prosiding. Seminar Sumantri).
Nasional Peternakan dan Veteriner.
Bogor. Hal: 755-760. Suryono, M., Harijono, Yunianta. 2013.
Pemanfatan Ikan Tuna (Yellowfin
Anindita. 2002. Pembuatan yakult kacang tuna), UBI JALAR (Ipomoea
hijau. kajian tingkat pengenceran batatas) dan Sagu (Metroxylon sago
dan konsentrasi sukrosa. Skripsi. sp) dalam Pembuatan Kamaboko.
FTP. Universitas Brawijaya. Journal Teknologi Pertanian 14 (1):
Malang. 9-20.
Chandan., R. C. dan K. M.Shahani. 1993. Winarti, S., Harmayani, E. dan Nurismanto,
Yoghurt. In: Dairy Science and R. (2011). “Karakteristik dan profil
Technology Handbook. 2. Product inulin beberapa jenis uwi
Manufacturing. Y. H. Hui, Ed. (Dioscorea app.)”. Journal
VCH, Pub. Inc. USA. AGRITECH 31:4,378-383