Controlling
Controlling
Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian (P3) merupakan fungsi yang terakhir dari proses
manajemen puskesmas. Ketiga fungsi ini mempunyai kaitan erat dengan fungsi-fungsi
manajemen lainnya, terutama dengan fungsi perencanaan. Fungsi P3 puskesmas dilakukan guna
menjamin bahwa semua kegiatan dan program serta fungsi puskesmas yang sedang berjalan
sesuai dengan rencana yang telah ditentukan. Fungsi P3 puskesmas bertujuan untuk: (1)
mencegah penyimpangan (protektif), (2) meluruskan penyimpangan (kuratif), dan (3)
membimbing pegawai puskesmas agar tidak menyimpang (preventif). Jika terjadi kesenjangan
atau penyimpangan harus segera diatasi. Setiap penyimpangan harus dapat dideteksi sedini
mungkin, dicegah, dikendalikan, atau dikurangi. Melalui pelaksanna fungsi P3 puskesmas, hasil
pelaksanaan kegiatan dan program puskesmas yang telah dicapai dibandingkan dengan standar
kinerja program puskesmas yang tertuang dalam tujuan, target, standar mutu pelayanan,
standard operating procedure puskesmas. Masalah yang banyak terjadi dalam organisasi
pelayanan sector publik termasuk puskesmas adalah masih lemahnya fungsi P3, sehingga terjadi
penyimpangan atau kesenjangan antara yang direncanakan dengan yang dilaksanakan.
Pengawasan, pengendalian, dan penilaian mempunyai makna dan esensi yang sama yaitu proses
pemantauan, penilaian, dan pelaporan keberhasilan suatu kegiatan dan program dalam rangka
pencapaian tujuan orgaanisasi, adanya penetapan standar, tolak ukur, dan kriteria, adanya
pengukuran hasil kegiatan dan program, adanya pembandingan hasil kinerja pegawai dan
organisasi dengan standar, dan adanya pengambilan tindakan korektif bila diperlukan.
Metode P3 puskesmas adalah teknik atau cara melakukan P3 terhadap objek P3 puskesmas yang
telah ditetpkan.
Untuk dapat melakukan P3 puskesmas dengan baik ada 3 hal yang perlu diperhatikan, yaitu
sebagai berikut:
1. Objek P3 puskesmas
Objek P3 puskesmas adalah hal-hal yang harus diawasi, dikendalikan, dan dievaluasi. P3
puskesmas sebaiknya mencakup seluruh sistem manajemen puskesmas yang terdiri atas 7
(tujuh) komponene yaitu: input (masukan sumber daya manajemen puskesmas) yang
meliputi 7M + 1I, process ( proses transformasi manajemen dan proses pelayanan
kesehtan puskesmas), output (hasil antara), outcome (hasil akhir), impact (manfaat dan
dampak / efek), feedback (umpan balik), dan lingkungan puskesmas. Paling tidak
terdapat sepuluh jenis objek yang perlu dijadikan sasaran P3 Puskesmas, yaitu sebagai
berikut:
a. Hasil cakupan kegiatan dan program puskesmas baik upaya kesehatan wajib, upaya
kesehtan pengembangan, maupun upaya kesehatan inovatif, dilakuakn dengan
membandingkan pencapaian hasil kegiatan dengan target yang telah ditetpkan dalam
RO puskesmas.
b. Pelaksanaan manajemen puskesmas, meliputi perencanaan (P1) yakni penyusunan
rencana strategic dan rencana operasional puskesmas penggerakan pelaksanaan (P@)
yakni pelaksanaan lokakarya mini puskesmas baik bulanana maupu triwulanan, dan
pelaksanaan P3 puskesmas yakni stratifikasu puskesmas atau penilaian kinerja
puskesmas.
c. Mutu pelyanan puskesmas, dilakukan dnegan membandingkan pencapaian kinerja
puskesmas denagn standar mutu pelayanan dan standard operating procedure (SOP)
puskesmas.
d. Manajemen obat dan alat kesehatan (pengelolahan obat dan alat kesehatan di gudang
dan pealyanan obat alat kesehatan di puskesmas). Permintaan dan penerimaan obat
alat kesehatan, pemeriksaan obat alat kesehatan yang diragukan kualitasnya, lokasi
dan kelengkapan penyimpanan obat alat kesehatan digudang, sarana gudang oabat
alat kesehatan puskesmas, fasilitas penyimpanan, proses distribusi, kegiatan dan
proses pelayanan obat dan alat kesehatan, cara penyerahan dan pemberian informasi,
membuat indikator peresepan.
e. Manajemen keuangan yaitu pengolahan, pemasukan, dan penggunaan keuangan
kegiatan rutin dan program puskesmas serta keuangan program jamkesmas.
Puskesmas mempunyai buku administrasi keuangan/buku kas berisi uang masuk dan
uang keluar berdasarkan kegiatan dan sumber anggran setiap bulan, laporan
pertanggung jawaban keuangan program jamkesmas tahunan. Pimpinan puskesmas
seyogyanya melakukan pemeriksaan keuangan secara berkala.
f. Manajemen ketenagaan, puskesmas membuat Daftar Urutan Kepangkatan (DUK),
struktur organisasi serta uraian tugas dan tanggung jawab setiap petugas, rencana
kerja bulanan dan tahunan untuk setiap petugas sesuai tugas, wewnang, dan tanggung
jawab, melakukan pembinaan kepada petugas dengancara penilaian DP3, pemberian
penghargaan, kesejahteraan, dan pemberian sanksi, mempunyai data keadaan,
kebutuhan ketenagaan termasuk bidan desa, mempunyai daftar pejabat fungsional
puskesmas.
g. Program pengamatan dan pemcegahan penyakit. Puskesmas membuat Pemantauan
Wilayah Setempat (PWS) per desa serta hasil analisis dan rencana tindak lanjutnya
disampaikan dalam lokakrya mini puskesmas baik bulakan maupun triwulanan dan
rapat koordinasi tingkat kecamatan, kewaspadaan dini KLB penyakit potensial wabah
dengan membuat grafik mengguan serta analisis dan rencana tindak lanjutnya,
menjalankan Sistem Kewaspadaaan Dini (SKD) faktor resiko dengan memilih
penyakit potensial KLB di wilayah kerja puskesmas.
h. Program JPKM atau Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Mempunyai
dokumentasi program Jamkesmas, meliputi, pengorganisasian, data kepesertaan dan
dostribusi kartu peserta, data keuangan, rencana dan laporan bulanan, pelayanan
kesehatan di puskesmas dan rujukan, pembinaan dan pengawasan oleh dinas
kesehatan kabupaten/kota.
i. Program penggerakan dan pemberdayaan masyarakat bidang kesehtan tingkat
kecamatan dan desa/kelurahan seperti program desa siaga.
j. Objek yang bersifat strategis. Misalnya pengawasan tentang penggunaan jarum suntik
untuk mencegah penyakit menular melalui suntikan (Hepatitis C, HIV/AIDS, dan
sebagainya), jenis, jumlah, dan kualitas vaksin yang tersedia, dan sebagainya.
1. Kinerja pegawai dan organisasi baik kuantitas maupun kualitas layanan kesehatan.
2. Ketenagaan yakni kegiatan pegawai sesuai dengan perencanaan dan instruksi.
3. Sumber daya manajemen lainnya mencakup kuantitas dan kualitas.
4. Keuangan yakni biaya, penghasilan, dan likuiditas.
5. Waktu yakni kesesuaian dengan perencanaan.
PROSES PENGAWASAN, PENGENDALIAN, DAN PENILAIAN PUSKESMAS (P3)
Proses P3 Puskesmas terdiri paling sedikitnya 5 (lima) tahapan. Tahapan – tahapan tersebut
meliputi, sebagai berikut:
Menurut Buku Pedoman Penilaian Kinerja Puskesmas (2006), tujuan dan manfaat
1). Mendapat gambaran tingkat pencapaian hasil cakupan dan mutu kegiatan
2). Mengetahui tingkat kinerja puskesmas pada akhir tahun berdasarkan urutan
3). Mendapatkan informasi analisa kinerja puskesmas dan baan masukan dalam
b). Puskesmas dapat melakukan identifikasi dan analisa masalah, mencari penyebab
urgensi suatu kegiatan untuk dilaksanakan segera pada tahun yang akan datang
berdasarkan prioritasnya.
Jika kelima prinsip tersebut dapat dibuktikan kebradaannya di suatu puskesmas maka dapat
dikatan bahwa puskesmas tersebut telah menerapkan prinsip-prinsip jaminan mutu dama
manajemennya.
Dari beberapa pakar mutu yang memperhatikan berbagai sudut pandang, dapat dirangkum
ada 9 (Sembilan) dimensu mutu, yaitu sebagai berikut:
1. Manfaat, pelayanan keshatan yang diberikan menunjukkan manfaat dan hasil yang
diinginkan.
2. Ketepatan, pelayanan kesehatan yang diberikan relevan dengan kebutuhan pasien dan
sesuai dengan stnadar keprofesian.
3. Ketersediaan, pelayanan kesehatan yang dibutuhkan tersedia.
4. Keterjangkauan, pelayanan kesehatan yang berikan dapat dicapai dan mampu di biayai
pasien.
5. Kenyamanan, pelayanan kesehatan dalam suasan yang nyaman.
6. Hubungan interpersonal, pelayanan kesehatan yang diberikan memperlihatakan
komunikasi, rasa hormat, perhatian, dan empati yang baik.
7. Waktu, pelayanan kesehatan yang diberikan memperlihatkan waktu tunggu pasien dan
tepat waktu sesuai perjanjian.
8. Kesinambungan, pelayanan kesehatan yang diberikan dilaksanakan secara
berkesinambungan, pasien yang memerlukan tindak lanjut perawatan perlu
ditindaklanjuti, ibi hamil yang sudah mendapatkan pemeriksaan pertama (K1) perlu
ditindaklanjuti untuk pemeriksaan selanjutnya.
9. Legitimasi dan akuntabilitas, pelayanan kesehatan yang diberikan dapat
dipertanggungjawabkan, baik dari aspek medik maupun aspek hukum.
Standar pelayanan minimal adalah suatu standar dengan batas-batas tertentu untuk mengukur
kinerja penyelenggaraan kewenangan wajib daerah yang berkaitan dengan pelayanan dasar
mesyarakat yang mencakup jenis pelayanan, indikator, dan nilai (benchmark).
Indikator standar pelayanan minimal seharusnya menjadi acuan dalam perencanaan daerah,
penganggaran daerah, pemekaran/penggabungan lembaga perangkat daerah, pengawasan
laporan, dokumen LPJ kepala daerah dan nilai kapasitas daerah.