Anda di halaman 1dari 55

LAPORAN PRAKTIKUM

EKONOMI MAKRO
ACARA III KOMPONEN DAN PERHITUNGAN KOMPONEN
PENDAPATAN NASIONAL

Disusun Oleh :
Kelompok 38
Deah Ayu Mega Agustiani H0419011
Devina Rahmawati H0419012
Elisa Tri Rahmawati H0419017
Elshafia Alya Desia N H0419018

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpiahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum
Ekonomi Makro yang merupakan tugas untuk melengkapi nilai akademik mata
kuliah Ekonomi Makro di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta. Penyusunan laporan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.
Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Samanhudi, S.P., M.Si., IPM, ASEAN Eng. Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
3. Tim Dosen pengampu Mata Kuliah Ekonomi Makro yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan.
4. Tim Co-Assisten yang telah memberikan bimbingan dalam praktikum dan
penyusunan Laporan Praktikum Ekonomi Makro.
5. Rekan-rekan Program Studi Agribisnis serta semua pihak yang telah
membantu dalam hal penyusunan Laporan Ekonomi Makro ini.
Penyusunan laporan ini tentu masih jauh dari kesempurnaan. Penulis
menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan Laporan Praktikum
Ekonomi Makro ini. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari para pembaca. Akhirnya penulis berharap agar laporan
ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Surakarta, Mei 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i


KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... iv
I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................................... 2
C. Tujuan Praktikum Ekonomi Makro ....................................................... 2
D. Manfaat Praktikum Ekonomi Makro ..................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 4
III. METODOLOGI......................................................................................... 8
A. Metode Penentuan Lokasi ..................................................................... 8
B. Jenis dan Sumber Data .......................................................................... 8
C. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 8
D. Metode Analisis Data ............................................................................ 8
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 10
A. Komponen dan Perhitungan Pendapatan Nasional di Provinsi Riau ..... 10
B. Nilai Konsumsi Rumah Tangga Provinsi Riau...................................... 11
C. Nilai Investasi di Provinsi Riau ............................................................. 13
D. Pembelian Pemerintah ........................................................................... 14
E. Ekspor Neto ........................................................................................... 15
F. Perhitungan Pendapatan Provinsi Riau.................................................. 16
V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 18
A. Kesimpulan ............................................................................................ 18
B. Saran ...................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku
Provinsi Riau (miliar rupiah) Tahun 2015-201........................... 11
Tabel 4.2 Konsumsi Atas Dasar Harga Berlaku menurut Pengeluaran,
Provinsi Riau Tahun 2015 – 2019 (Miliar Rupiah) .................... 13
Tabel 4.3 Investasi pembentukan Modal Tetap Bruto Provinsi Riau
Tahun 2015-2019 ........................................................................ 14
Tabel 4.4 Pengeluaran Pemerintah PDRB ADHB Pengeluaran Tahunan
Tahun 2015-2019 (miliar rupiah) ............................................... 15
Tabel 4.5 Nilai Ekspor dan Impor Luar Negeri serta Ekspor Neto Atas
Dasar Harga Berlaku menurut Pengeluaran, Provinsi Riau
Tahun 2016-2020 (miliar rupiah) ............................................... 16

iv
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Riau merupakan penggabungan dari kerajaan Melayu yang pernah
Berjaya di wilayah ini, yaitu Kerajaan Indragiri, Kerajaan Siak Sri Indrapura,
Kerajaan Pelalawan, Kerajaan Riau-Lingga, dan beberapa kerajaan kecil
lainnya, seperti Tambusai, Rantau Binuang Sakti, Rambah, Kampar, dan
Kandis. Pembangunan Provinsi Riau telah disusun melalui Undang-Undang
Darurat No. 19 tahun 1957 yang kemudian disahkan sebagai Undang-Undang
No. 61 tahun 1958. Provinsi Raiu secara geografis, geoekonomi, dan
geopolitik terletak pada jalur yang sangat strategis baik terkait wilayah jalur
perdagangan regional maupun internasional di kawasan ASEAN melalui
kerja sama IMT-GT dan IMS-GT. Wilayah Provinsi Riau mulai dari
01°05’00” Lintang Selatan sampai 02°25’00” Lintang Utara dan 100°00’00”
hingga 105°05’00” Bujur Timur. Berdasarkan data konsolidasi semester II
tahun 2018 Ditjen Dukcapil Kemendagri RI, jumlah penduduk Provinsi Riau
sebanyak 6.074.647 jiwa. Rata-rata kepadatan penduduk di Provinsi Riau
69.80 org/km2 dengan laju pertumbuhan penduduk sekitar 0,75%.
Pendapatan nasional merupakan seluruh pendapatan yang diterima oleh
seluruh anggota masyarakat atau seluruh rumah tangga keluarga (RTK) dalam
suatu negara dalam kurun waktu tertentu, biasanya dalam waktu satu tahun.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah nilai tambah barang
dan jasa yang dihasilkan dari seluruh kegiatan perekonomian di suatu daerah.
Perhitungan PDRB dapat menggunakan dua harga yaitu PDRB harga berlaku
dan PDRB harga konstan. PDRB harga berlaku merupakan nilai suatu barang
dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada tahun tersebut.
PDRB harga konstan adalah nilai suatu barang dan jasa yang dihitung
menggunakan harga pada tahun tertentu yang dijadikan sebagai tahun acuan
atau tahun dasar.
Data perhitungan pendapatan nasional dapat digunakan untuk
membandingkan perekonomian suatu negara dengan negara lain atau antar

1
2

suatu daerah/provinsi dengan daerah atau provinsi lain. Perbandingan ini


berguna untuk menilai seberapa jauh suatu daerah tertinggal atau seberapa
maju dibandingkan dengan negara, daerah/provinsi yang lebih maju atau
lebih terbelakang. Pendapatan nasional merupakan faktor penting bagi suatu
negara, maka kami membahas komponen dan perhitungan pendapatan
nasional pada acara tiga praktikum ekonomi makro ini.
B. Perumusan Masalah
Permasalahan dalam praktikum ekonomi makro pada acara 3 yaitu
komponen dan perhitungan pendapatan nasional adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana tingkat konsumsi rumah tangga di Provinsi Riau?
2. Bagaimana tingkat investasi di Provinsi Riau?
3. Bagaimana tingkat pembelanjaan pemerintah di Provinsi Riau?
4. Bagaimana neto ekspor di Provinsi Riau?
5. Bagaimana perbandingan PDRB berdasarkan ADHB pada data BPS dan
pada perhitungan?
C. Tujuan Praktikum Ekonomi Makro
Tujuan dilaksanakannya praktikum ekonomi makro pada acara 3 yaitu
komponen dan perhitungan pendapatan nasional ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui tingkat konsumsi rumah tangga di Provinsi Riau.
2. Mengetahui tingkat investasi di Provinsi Riau.
3. Mengetahui tingkat pembelanjaan pemerintah di Provinsi Riau
4. Mengetahui neto ekspor di Provinsi Riau.
5. Mengetahui perbandingan PDRB berdasarkan ADHB pada data BPS dan
pada perhitungan.
3

D. Manfaat Praktikum Ekonomi Makro


Adapun manfaat dalam Laporan Praktikum Ekonomi Makro yaitu
sebagai berikut :
1. Bagi mahasiswa, untuk menambah wawasan tentang penerapan teori
ekonomi makro serta sebagai persyaratan dalam menempuh mata kuliah
Ekonomi Makro di semester IV.
2. Bagi Fakultas Pertanian UNS, hasil praktikum dapat mendukung
kelengkapan dalam penerapan kurikulum pendidikan pertanian.
3. Bagi pemerintah, hasil praktikum ini diharapkan dapat menjadi
sumbangan pemikiran dari mahasiswa mengenai identifikasi, rumusan
masalah dan akar masalah, analisis dinamika determinan utama ekonomi
makro dalam perekonomian berkelanjutan.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Konsumsi rumah tangga merupakan komponen yang sangat penting dalam


pembelajaan agregat. Konsumsi meliputi pengeluaran rumah tangga untuk
membeli kebutuhan-kebutuhan hidupnya seperti makanan, minuman, pakaian,
kendaraan, sewa rumah, hiburan, dan pendidikan. Konsumsi adalah suatu kegiatan
yang bertujuan untuk mengurangi nilai guna suatu barang atau jasa dalam rangka
memenuhi kebutuhan hidup. Setiap rumah tangga tidak bisa lepas dari konsumsi,
baik untuk memenuhi kebutuhuan secara primer ataupun kebutuhan sekunder.
Konsumsi akan selalu berhubungan dengan kehidupan rumah tangga dan
merupakan salah satu variabel utama dalam konsep ekonomi makro, apabila
rumah tangga melakukan aktivitas konsumsi maka akan memberikan input ke
pendapatan nasional (Hanum, 2017).
Kemampuan ekonomi daerah dalam kaitannya dengan daya saing daerah
adalah kapasitas ekonomi daerah harus memiliki daya tarik (attractiveness) bagi
pelaku ekonomi yang telah berada didalam dan akan masuk ke suatu daerah untuk
menciptakan multiplier effect bagi peningkatan daya saing daerah. Kemampuan
ekonomi daerah memicu daya saing daerah dalam beberapa tolak ukur. Hal
tersebut dilihat dari indikator pengeluaran konsumsi rumah tangga, indikator
pengeluaran rata-rata konsumsi rumah tangga per kapita dimaksudkan untuk
mengetahui tingkat konsumsi rumah tangga yang menjelaskan seberapa atraktif
tingkat pengeluaran rumah tangga. Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan salah
satu indikator yang berguna untuk mengukur tingkat kesejahteraan petani dengan
mengukur kemampuan tukar produk (komoditas) yang dihasilkan/dijual petani
dibandingkan dengan produk yang dibutuhkan petani (Damsar, 2016).
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi salah satunya yaitu
investasi (akumulasi modal) meliputi semua investasi baik investasi yang
dilakukan oleh pemerintah maupun pihak swasta. Investasi yang ditanamkan
dapat berbentuk tanah, peralatan, dan modal atau sumber daya manusia.
Investasi pada hakekatnya juga merupakan langkah awal dalam kegiatan
pembangunan ekonomi. Investasi akan terjadi jika ada bagian dari

4
5

pendapatan sekarang yang ditabung dan kemudian diinvestasikan untuk


memperbesar output pada masa yang akan datang. Kegiatan investasi
memungkinkan masyarakat untuk terus-menerus meningkatkan kegiatan
ekonomi yang dapat meningkatkan pendapatan nasional dan taraf
kemakmuran. Investasi baru memungkinkan terciptanya barang modal baru
sehingga akan menyerap faktor produksi seperti tenaga kerja. Kekurangan
modal yang disebabkan oleh rendahnya investasi terutama investasi langsung
dalam proses ekonomi di negara berkembang menyebabkan negara tersebut
tetap miskin (Sapparudin, 2016).
Aktivitas investasi merupakan salah satu faktor utama yang akan
mempengaruhi perkembangan ekonomi suatu negara atau wilayah. Investasi di
sini terdiri dari investasi fisik dan investasi finansial. Konteks PDB/PDRB dalam
aktivitas investasi fisik ini tercermin pada komponen Pembentukan Modal Tetap
Bruto (PMTB) dan Perubahan Inventori. PMTB erat kaitannya dengan keberadaan
aset tetap (fixed asset) yang dilibatkan dalam proses produksi. Secara garis besar
aset tetap dapat diklasifikasi menurut jenis barang modal seperti: bangunan dan
konstruksi lain, mesin dan perlengkapan, kendaraan, tumbuhan, ternak, dan
barang modal lainnya (Purwoko, 2017).
Pengeluaran pemerintah, baik pusat maupun daerah merupakan salah satu
faktor pendorong kenaikan pertumbuhan ekonomi. Kenaikan pembelanjaan
pemerintah menyebabkan defisit perdagangan, serta depresiasi nyata dari mata
uang domestik dan peningkatan konsumsi. Pengeluaran pemerintah digunakan
untuk membiayai fasilitas umum untuk pemerintah pusat atau daerah. Pengeluaran
pemerintah yang semakin bertambah diharapkan akan semakin meningkatkan
kegiatan perekonomian dan fasilitas umum baik di pemerintah pusat maupun
daerah (Miyamoto et al., 2019).
Kegiatan belanja daerah turut berperan dalam menghasilkan sumber
pendapatan daerah yang bersumber dari potensi-potensi yang memiliki daerah.
Belanja daerah memiliki hubungan yang sangat erat dengan kualitas pelayanan
publik pada suatu daerah. Belanja yang dilakukan pemerintah dapat berfungsi
sebagai suatu kebijakan ekonomi yang akan berdampak pada pertumbuhan
6

perekonomian di suatu daerah. Belanja pemerintah jika berada di atas ambang


batas maka berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Belanja
pemerintah dapat menyebabkan terjadinya stabilitas pada perekonomian. Belanja
moda merupakan belanja pemerintah yang mampu memberikan kontribusi
terhadap pertumbuhan pendapatan daerah. Belanja modal merupakan belanja
pemerintah yang mampu memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan
pendapatan daerah (Antari dan Sedana, 2018).
Ekspor yaitu menjual barang-barang ke luar negeri untuk ekspor
memperoleh devisa yang akan digunakan bagi penyelenggaraan
industri/pembangunan di negaranya, dengan asumsi ekspor yang terjadi haruslah
dengan diversifikasi ekspor sehingga bila terjadi kerugian dalam satu macam
barang akan dapat diimbangi oleh keunggulan dari komoditi lainnya. Kegiatan
ekspor adalah sistem perdagangan dengan cara mengeluarkan barang-barang dari
dalam negeri keluar negeri dengan memenuhi ketentuan yang berlaku. Ekspor
adalah barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri untuk dijual ke luar negeri
sedangkan impor adalah barang dan jasa yang diproduksi di luar negeri untuk
dijual di dalam negeri
(Ulfa dan Andriyani, 2019).
Pengaruh ekspor dan impor terhadap kurs secara parsial nampak dari hasil
analisis regresi ditarik kesimpulan bahwa ekspor berpengaruh negatif signifikan
terhadap kurs. Hasil dari analisis regresi impor berpengaruh positif siginifikan
terhadap kurs. Teori pendekatan tradisional yang disebut dengan model
pendekatan elastisitas terhadap pembentukan kurs (elasticity approach to
exchange rate determination) atau pendekatan perdagangan (trade approach)
bahwa kurs ditentukan dari adanya keseimbangan antara ekspor dan impor. Nilai
ekspor apabila lebih kecil daripada impor, maka kurs mata uang akan
terdepresiasi, dan kurs akan terapresiasi jika ekspor lebih besar daripada impor.
Turunnya harga barang domestik akan berakibat pada kenaikan ekspor dan
penurunan impor sehingga akan meningkatkan permintaan terhadap mata uang
domestik dan nilai tukarpun menguat. Kenaikan harga barang domestik akan
menurunkan jumlah ekspor dan impor akibatnya permintaan terhadap mata uang
7

negara lain naik dan melemahkan mata uang domestik (Fauziah, dan Khoerulloh,
2020).
III. METODOLOGI

A. Metode Penentuan Lokasi


Penentuan lokasi yang dijadikan sampel para parktikum ini
menggunakan metode purposive sampling. Secara bahasa purposive berarti
sengaja, metode purposive sampling berarti teknik pengambilan sempel
secara sengaja. Metode ini merupakan metode cara penentuan lokasi
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu sesuai tujuan penelitian.
Sampel provinsi tidak diambil secara acak oleh peneliti.
B. Jenis dan Sumber Data
Data yang dipakai dalam praktikum ekonomi makro acara 3 yang
membahas tentang komponen dan perhitungan pendapatan nasional yaitu
kuantitatif dan kualitatif dengan sumber data sekunder. Data kuantitatif
adalah data yang disajikan dalam bentuk angka. Data kualitatif adalah Data
yang dinyatakan dalam bentuk kata-kata. Data ini biasanya menjelaskan
karakteristik atau sifat. Data kualitatif terdiri dari data nominal dan ordinal.
Sumber data sekunder adalah data yang didapatkan dari Badan Pusat Statistik,
Bank Indonesia, Pemprov, dan lain-lain
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada praktikum acara ini yaitu dengan
pencatatan data dan studi ilmiah. Teknik pencatatan data merupakan teknik
observasi untuk mendapatkan deskripsi objek yang diteliti secara rinci dan
jelas, sedangkan studi ilmiah merupakan teknik observasi dengan pendalaman
objek yang dikaji menggunakan sumber-sumber data terkait.
D. Metode Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan tabulasi deskriptif baik
secara kualitatif maupun kuantitatif. Metode deskriptif merupakan suatu
metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil
penelitian. Analisis deskriptif ini bertujuan untuk memberikan deskripsi,
gambaran secara sistematis, factual, dan akurat mengenai fakta-fakta serta
hubungan antara fenomena yang diselidiki sebagaimana berdasarkan dari

8
9

data-data yang diperoleh, sehingga dalam penyajiannya lebih informatif dan


mudah untuk dipahami.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Komponen dan Perhitungan Pendapatan Nasional di Provinsi Riau


Pendapatan nasional adalah suatu alat ukur untuk menentukan tingkat
perekonomian suatu negara. Perhitungan pendapatan nasioal bertujuan untuk
memperoleh gambaran tentang tingkat ekonomi yang sudah dicapai dalam
suatu negara Pendapatan nasonal dapat dihitung setelah diketahui nilai dari
unsur ekonomi negara lainnya, antara lain Gross Domestic Product atau
GDP. Perhitungan pendapatan nasional ada beberapa pendekatan yaitu
pendekatan produksi, pendekatan pendapatan, dan pendekatan pengeluaran.
Perhtiungan dari tingkat pendapatan nasional, kemudian dibagi jumlah
penduduk, maka akan ditemukan pendapatan perkapita (income per capita)
negara tersebut. Komponen pendapatan nasional antara lain konsumsi rumah
tangga (C), investasi (I), pembelanjaan pemerintah (G), dan ekspor netto
(NX). Pendapatan nasional dapat diformulasikan sebagai berikut:
Y = C + I + G + NX
Menurut Siregar (2017), investasi dalam negeri merupakan komponen
penting dalam pendapatan nasional selain konsumsi dan pembelanjaan
pemerintah. Selain komponen tersebut, terdapat komponen yang lain yaitu
Produk Domestik Bruto (PDB), Produk Domestik Bersih (NDP), GDP
nominal dan riil, serta Produk Nasional Bruto (GNP). Berikut merupakan
pembahasan terkait pendapatan nasional Provinsi Riau dengan menggunakan
data sekunder dari Badan Pusat Statistik (BPS).

10
11

Tabel 4.1 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku
Provinsi Riau (miliar rupiah) Tahun 2015-2019.
Kabupaten/ PDRB ADHB Kab/Kota Pada Provinsi Riau(Milyar Rupiah)
Kota 2019 2018 2017 2016 2015
Kuantan 32121.99 30644.72 29504.32 27521.70 25194.88
Singingi
Indragiri 41659.13 40386.22 38726.75 37033.14 34583.60
Hulu
Indragiri 62776.22 60203.15 60870.71 57291.70 51800.09
Hilir
Pelalawan 47908.81 46136.38 43840.64 41164.87 38176.45
Siak 82708.10 84668.19 79593.52 78941.93 77235.57
Kampar 77422.75 77186.85 71571.02 69676.25 66285.16
Rokan 33909.56 32303.59 30992.30 29145.61 26907.16
Hulu
Bengkalis 142450.72 149293.80 132978.17 132200.50 135504.92
Rokan 74714.48 78683.35 73997.26 73268.03 70692.97
Hilir
Kepulauan 18457.37 18184.68 16725.88 16044.10 15151.64
Meranti
Pekanbaru 119111.82 108848.58 101113.42 92129.33 83663.98
Dumai 36192.40 33092.97 30342.84 27962.26 25453.57
RIAU 765198.30 755435.02 704705.03 681699.03 652761.63
Sumber : BPS Provinsi Riau
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa produk domestik bruto atas
dasar harga berlaku dari tahun 2015 hingga tahun 2019 mengalami
peningkatan. Hal tersebut disebabkan karena peningkatan jumlah pada setiap
komponennya yaitu konsumsi (C), investasi (I), pembelanjaan pemerintah
(G), dan ekspor neto (NX). Peningkatan PDRB tersebut dapat menunjukkan
bahwa laju perekonomian dari masing-masing komponen pengeluaran dari
tahun ketahun bergerak ke arah positif atau mengalami peningkatan.
B. Nilai Konsumsi Rumah Tangga Provinsi Riau
Konsumsi (C) merupakan salah satu komponen dari PDRB yakni
konsumsi rumah tangga. Konsumsi yaitu barang dan jasa akhir yang
dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Barang dan jasa akhir yang
dimaksud adalah barang dan jasa yang sudah siap dikonsumsi oleh konsumen.
Barang konsumsi ini terdiri dari barang konsumsi sekali habis dan barang
12

konsumsi yang dapat dipergunakan lebih dari satu kali. Pengeluaran rumah
tangga dibedakan atas pengeluaran konsumsi makanan dan pengeluaran
konsumsi nonmakanan. Konsumsi nonmakanan di dalamnya terkait pakaian,
perumahan, kesehatan, pendidikan, komunikasi, transportasi, hotel, restoran,
dan lainnya. Berikut merupakan tabel pengeluaran konsumsi Provinsi Riau.
13

Tabel 4.2 Konsumsi Atas Dasar Harga Berlaku menurut Pengeluaran,


Provinsi Riau Tahun 2015 – 2019 (miliar rupiah)
Tahun Konsumsi Rumah Tangga
2015 222.173.096
2016 241.264.481
2017 259.002.304
2018 272.940.742
2019 288.396.602
Sumber : BPS Provinsi Riau
Berdasarkan pada tabel 4.2 diketahui bahwa data konsumsi Provinsi Riau
dari tahun 2015 hingga 2019 selalu mengalami peningkatan. Peningkatan
jumlah penduduk merupakan salah satu penyebab meningkatnya nilai
konsumsi karena semakin banyak penduduk maka akan semakin banyak
konsumsi yang dibutuhkan. Gaya hidup masyarakat juga mempengaruhi
peningkatan nilai konsumsi, misalnya masyarakat semakin mengikuti trend
fashion yang semakin maju maka peningkatan nilai konsumsipun akan
terjadi.
C. Nilai Investasi di Provinsi Riau
Investasi adalah penanaman aset atau dana yang dilakukan oleh sebuah
perusahaan atau perorangan untuk jangka waktu tertentu demi memperoleh
imbal balik yang lebih besar di masa depan. Investasi erat kaitannya dengan
PDB. Investasi berupa penanaman modal yang meningkat akan berdampak
positif pada proses produksi dalam bisnis yang semakin giat, kemudian juga
akan berimbas pada meningkatnya konsumsi rumah tangga. Investasi ini
memiliki korelasi positif terhadap pembangunan infrastruktur negara,
semakin banyak investasi atau penanaman modal yang dilakukan, maka akan
semakin banyak pula bisnis-bisnis baru yang bermunculan. PDB akan naik
yang mana akan mendukung upaya pembangunan dari pemerintah, sementara
pemerintah pun akan lebih giat membangun infrastruktur guna menyokong
dan menarik investor. Berikut merupakan data nilai investasi pembentukan
modal tetap bruto Provinsi Riau :
14

Tabel 4.3 Investasi pembentukan Modal Tetap Bruto Provinsi Riau Tahun
2015-2019 (Miliar Rupiah)
Tahun Nilai Investasi
2015 198.061.292
2016 221.468.183
2017 234.381.078
2018 247.426.340
2019 263.220.979
Sumber : BPS Provinsi Riau
Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa nilai investasi di Provinsi Riau
berbeda setiap tahunnya. Besarnya nilai investasi tergantung pada jenis dan
jumlah proyek yang dijalankan pada tahun tersebut serta besarnya penanaman
modal yang dilakukan oleh investor. Jenis Investasi dapat berupa bangunan
maupun dalam bentuk non-bangunan. Selama 5 tahun berturut-turut dari
tahun 2015-2019 diketahui nilai investasi terbesar yaitu pada tahun 2019
dengan nilai sebesar Rp236.220.98 miliar rupiah
D. Pembelian Pemerintah
Pembelian pemerintah atau belanja pemerintah adalah komponen ketiga
dari permintaan barang dan jasa. Pengeluaran konsumsi pemerintah
didefinisikan sebagai jumlah pengeluaran pemerintah yang meliputi,
pembelian barang dan jasa, pembayaran balas jasa pegawai, dan penyusutan
barang modal. Pembelian hanya satu jenis pengeluaran pemerintah. Jenis
pengeluaran lain adalah pembayaran transfer kepada rumah tangga, seperti
tunjangan kesehatan untuk orang-orang miskin. Pembayaran transfer tidak
termasuk dalam variabel G, karena tidak dilakukan dalam pertukaran dengan
sebagian output barang dan jasa perekonomian.
15

Tabel 4.4 Pengeluaran Pemerintah PDRB ADHB Pengeluaran Tahunan


Tahun 2015-2019 (miliar rupiah)
Tahun Pembelanjaan Pemerintah
2015 23.462.837
2016 25.547.537
2017 26.760.715
2018 27.733.834
2019 31.529.677
Data: BPS Provinsi Riau
Pengeluaran konsumsi pemerintah dari tahun 2015 sampai dengan 2019
selalu mengalami peningkatan. Tahun 2015 pembelian pemerintah tercatat Rp
23.462.837. Tahun 2016 pembelian pemerintah tercatat Rp 25.547.537.
Pembelian pemerintah tahun 2017 tercatat Rp 26.760.715. Tahun 2018
pembelian pemerintah tercatat Rp 27.733.834. Pembelian pemerintah tahun
2019 tercatat Rp 31.529.677. Penyerapan anggaran daerah untuk pembelian
pemerintah merupakan salah satu tolak ukur kinerja pemerintah dalam
menggerakan roda perekonomian dan menjadi salah satu evaluasi kinerja
pemerintah. Percepatan penyerapan anggaran terkait belanja pemerintah patut
menjadi perhatian serius pemerintah demi tercapainya pelayanan publik yang
baik.
E. Ekspor Neto
Ekspor neto adalah ekspor dikurangi impor. Setiap penjualan yang
dilakukan sebuah perusahaan dalam negeri kepada pembeli di negara lain
akan meningkatkan ekspor neto di negara setempat. Neto mengacu pada
kenyataan bahwa nilai impor dikurangi nilai ekspor. Pengurangan dilakukan
karena impor barang dan jasa dimasukkan pada komponen PDB (Produk
Domestik Bruto), seperti konsumsi, investasi, dan belanja pemerintah. Rumus
ekspor neto yaitu ekspor dikurangi impor (NX = EX – IM).
16

Tabel 4.5 Nilai Ekspor dan Impor Luar Negeri serta Ekspor Neto Atas Dasar
Harga Berlaku menurut Pengeluaran, Provinsi Riau Tahun
2016-2020 (miliar rupiah)
Tahun Nilai Ekspor Nilai Impor
2016 136.439.600 128.733.046
2017 220.932.765 122.552.704
2018 143.712.900 196.384.680
2019 140.068.485 205.048.710
2020 222.376.770 145.844.510

Sumber: BPS Provinsi Riau


Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat diketahui bahwa nilai ekspor luar
negeri dan nilai impor luar negeri tidak menunjukan nilai yang stabil. Nilai
ekspor pada tahun 2016-2017 mengalami kenaikan, tahun 2017-2019
mengalami penurunan, akan tetapi tahun 2020 nilai ekspor mengalami
kenaikan. Nilai impor luar negeri juga tidak stabil, tahun 2016 ke tahun 2017
mengalami penurunan, tahun 2017-2019 mengalami kenaikan, dan tahun
2020 nilai impor mengalami penurunan. Ekspor Neto (NX) tahun 2019 adalah
Rp 140.068.485 – Rp 205.048.710 = Rp-64.980.225.
F. Perhitungan Pendapatan Provinsi Riau
Berdasarkan komponen dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
tersebut, konsumsi (C), Investasi (I), Pembelian Pemerintah (G), ekspor neto
(NX), maka untuk PRDB Provinsi Kepulauan Riau tahun 2019 adalah
sebesar:
Y = C + I + G + NX
Y = 288.396.602 + 263.220.979 + 31.529.677 + (-64.980.225)
Y = 518.167.033
Berdasarkan data BPS Kepualauan Riau Pendapatan Domestik Regional
Bruto (PDRB) tahun 2019 sebesar Rp 765.198.300, sedangkan berdasarkan
rumus RP518.167.033. Perbedaan pendapatan antara data BPS dengan
hitungan rumus karena mungkin ada beberapa data yang tidak tercatat.
Konsumsi masyarakat kurang terperinci dan pembelian pemerintah juga
17

hanya ditulis bagian jumlah totalnya. Pencatatan investasi mungkin juga ada
beberapa yang kurang dicatat dalam tabel pembahasan.
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil dan
pembahasan mengenai komponen dan perhitungan komponen pendapatan
nasional adalah sebagai berikut:
1. Konsumsi (C) merupakan salah satu komponen dari PDRB yakni
konsumsi rumah tangga. Konsumsi Provinsi Riau dari tahun 2015 hingga
2019 selalu mengalami peningkatan. Peningkatan jumlah penduduk
merupakan salah satu penyebab meningkatnya nilai konsumsi karena
semakin banyak penduduk maka akan semakin banyak konsumsi yang
dibutuhkan.
2. Investasi adalah penanaman aset atau dana yang dilakukan oleh sebuah
perusahaan atau perorangan untuk jangka waktu tertentu demi
memperoleh imbal balik yang lebih besar di masa depan. Investasi
Provinsi Riau dari Tahun 2015-2019 berbeda setiap tahunnya. Besarnya
nilai investasi tergantung pada jenis dan jumlah proyek yang dijalankan
pada tahun tersebut serta besarnya penanaman modal yang dilakukan oleh
investor. Jenis Investasi dapat berupa bangunan maupun dalam bentuk
non-bangunan. Selama 5 tahun berturut-turut dari tahun 2015-2019
diketahui nilai investasi terbesar yaitu pada tahun 2019 dengan nilai
sebesar Rp236.220.98 miliar rupiah
3. Pembelian pemerintah atau belanja pemerintah adalah komponen ketiga
dari permintaan barang dan jasa. Pengeluaran konsumsi pemerintah
didefinisikan sebagai jumlah pengeluaran pemerintah yang meliputi,
pembelian barang dan jasa, pembayaran balas jasa pegawai, dan
penyusutan barang modal. Pengeluaran konsumsi pemerintah Provinsi
Riau dari tahun 2015 sampai dengan 2019 selalu mengalami peningkatan.
Tahun 2015 pembelian pemerintah tercatat Rp 23.462.837. Tahun 2016
pembelian pemerintah tercatat Rp 25.547.537. Pembelian pemerintah
tahun 2017 tercatat Rp 26.760.715. Tahun 2018 pembelian pemerintah

18
19

tercatat Rp 27.733.834. Pembelian pemerintah tahun 2019 tercatat Rp


31.529.677.
4. Ekspor neto adalah ekspor dikurangi impor. Provinsi Raiu memiliki nilai
ekspor luar negeri dan nilai impor luar negeri tidak menunjukan nilai
yang stabil. Nilai ekspor pada tahun 2016-2017 mengalami kenaikan,
tahun 2017-2019 mengalami penurunan, akan tetapi tahun 2020 nilai
ekspor mengalami kenaikan. Nilai impor luar negeri juga tidak stabil,
tahun 2016 ke tahun 2017 mengalami penurunan, tahun 2017-2019
mengalami kenaikan, dan tahun 2020 nilai impor mengalami penurunan.
Ekspor Neto (NX) tahun 2019 adalah Rp 140.068.485 – Rp 205.048.710
= Rp-64.980.225.
5. Berdasarkan data BPS Kepualauan Riau Pendapatan Domestik Regional
Bruto (PDRB) tahun 2019 sebesar Rp 765.198.300, sedangkan
berdasarkan rumus RP518.167.033. Perbedaan pendapatan antara data
BPS dengan hitungan rumus karena mungkin ada beberapa data yang
tidak tercatat.
B. Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan berdasarkan analisis yang telah
dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Pemerintahan setempat lebih teliti dalam pengambilan data dari
masyarakat dan perhitungannya lebih akurat sehingga bisa membuat
kebijakan yang sesuai dengan kondisi pendapatan masayarakat.
2. Penting untuk lebih memperkirakan secara tepat pendapatan suatu
daerah, agar dapat mencerminkan keadaan perekonomian yang
sebenarnya, sehingga dapat digunakan oleh para pembuat keputusan
dalam melaksanakan.
3. Kebijaksanaan pembangunan ekonomi baik secara nasional maupun pada
tingkat regional.
DAFTAR PUSTAKA

Damsar. 2016. Pengantar Sosiologi Ekonomi. Jakarta: Prenadamedia Group.


Antari, S. G. P. N., dan Sedana, P. B. I. 2018. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah
dan Belanja Modal terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah. Jurnal
Manajemen Universitas Udayana. Vol 7(2): 1080 – 1110.
Hanum, N. 2017. Analisis Pengaruh Pendapatan Terhadap Perilaku Konsumsi
Mahasiswa Universitas Samudra di Kota Langsa. Jurnal Samudra
Ekonomika. Vol 1(2): 107-116.
Miyamoto, W., Nguyen, L., Sheremirov, V. 2019. The Effect of Government
Spending on Real Exchange Rates: Evidence from Military Spending
Panel Data. Journal of International Economic. Vol 116(3): 144-157.
Ulfa, R., dan Andriyani, D. 2019. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Ekspor Komiditi Non Migas Di Indonesia Tahun 1985-2017. Jurnal
Ekonomi Regional Unimal. Vol 2(3): 128-140.
Fauziah, S. F., dan Khoerulloh, A. 2020. Pengaruh Ekspor dan Impor Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi dengan Kurs Sebagai Variabel Intervening. Jurnal
UIN Sunan Gunung Jati. Vol 2(1): 15-24.
Sapparudin. 2016. Effect Invesment and The Rate of Invation to Economic
Growth in Indonesia. Jurnal Trikonomika. Vol 14(1): 1-94.
Syarif Zully Purwoko. 2017. Analisis Produk Domestik Regional Bruto Kota
Yogyakarta menurut Penggunaan 2012-2016. Yogyakarta: Sinar Baru
Offset.
Siregar, Selamat. 2017. Hubungan Investasi dengan PDRB Riil Kota Medan.
Jurnal Ekonomi. Vol 6(1): 1-8.
LAMPIRAN
BUKTI BUKU
BUKTI JURNAL NASIONAL
BUKTI JURNAL INTERNASIONAL
LAPORAN PRAKTIKUM
EKONOMI MAKRO
ACARA IV
TEORI TENAGA KERJA DAN INFLASI

Disusun Oleh :

Kelompok 38

Deah Ayu Mega Agustiani (H0419011)


Devina Rahmawati (H0419012)
Elisa Tri Rahmawati (H0419017)
Elshafia Alya Desia N (H0419018)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum
Ekonomi Makro yang merupakan tugas untuk melengkapi nilai akademik mata
kuliah Ekonomi Makro di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta. Penyusunan laporan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.
Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Samanhudi, S.P., M.Si., IPM, ASEAN Eng. Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
3. Tim Dosen pengampu mata kuliah Ekonomi Makro yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan.
4. Tim Co-Assiten yang telah memberikan bimbingan dalam praktikum dan
penyusunan laporan Praktikum Ekonomi Makro.
5. Rekan-rekan Program Studi Agribisnis serta semua pihak yang telah
membantu dalam hal penyusunan laporan Ekonomi Makro ini.
Penyusunan laporan ini tentu masih jauh dari kata sempurna. Penulis
menyadari masih banyak kekurangan dalam Penyusunan Laporan Praktikum
Ekonomi Makro ini. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari para pembaca. Akhirnya penulis berharap agar laporan
ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Surakarta, Mei 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................. ............. i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... .... iii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... .... iv
I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Perumusan Masalah ..................................................................................... 2
C. Tujuan .......................................................................................................... 2
D. Manfaat Praktikum ...................................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 3
III. METODOLOGI ........................................................................................... 5
A. Metode Penentuan Lokasi ........................................................................... 5
B. Jenis dan Sumber Data ................................................................................ 5
C. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 5
D. Metode Analisis Data .................................................................................. 6
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 7
A. Kondisi Umum Provinsi Riau...................................................................... 7
B. Kondisi Tenaga Kerja dan Tingkat Penganguran Provinsi Riau ................. 8
C. Inflasi ........................................................................................................... 11
D. Kurva Philips Provinsi Riau ........................................................................ 13
V. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 15
A. Kesimpulan .................................................................................................. 15
B. Saran ............................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Jumlah Angkatan Kerja Provinsi Riau Tahun 2017-2019 .................... 9
Tabel 4.2 Jumlah Pengangguran Terbuka Provinsi Riau Tahun 2014-2019 ........ 10
Tabel 4.3 Laju Inflasi Provinsi Riau Tahun 2015-2019 ........................................ 11
Tabel 4.4 Persen Inflasi dan Pengangguran Provinsi Riau tahun 2014-2019 ....... 14

iv
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indicator penting dalam
menilai kinerja suatu perekonomian. Ekonomi dikatakan mengalami
pertumbuhan apabila produksi barang dan jasa meningkat dari tahun ke tahun.
Faktor yang dapat menunjang pertumbuhan dan pengembangan suatu
perekonomian salah satunya Sumber Daya Manusia (SDM). SDM berkaitan
dengan tenaga kerja, tenaga kerja yang berkualitas dapat membantu
percepatan pembangunan ekonomi. Tujuan dari pembangunan ekonomi
adalah menciptakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, mengurangi nilai
kemiskinan, pengangguran, serta kesenjangan pendapat.
Tenaga kerja dan inflasi merupakan dua faktor yang menjadi
permasalahan dari suatu pembangunan ekonomi. Tenaga kerja menurut
UU No.13 tahun 2003 adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan
guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri
atau untuk masyarakat. Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga
secara umum dan terus-menerus, kenaikan harga dari satu atau dua barang
saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas pada barang
lainnya. Pertumbuhan inflasi dapat diukur menggunakn Indeks Harga
Konsumen (IHK), yaitu suatu indeks yang menghitung rata-rata perubahan
harga dalam suatu periode, dari suatu kumpulan barang dan jasa yang
dikonsumsi oleh penduduk atau rumah tangga dalam kurun waktu tertentu.
Inflasi dan tenaga kerja memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap
pembangunan dan pertumbuhan suatu perekonomian. Penting bagi kita untuk
mengetahui inflasi dan tenaga kerja yang mempengaruhi pembangunan
ekonomi. Oleh sebab itu untuk mengetahui dan memahami tentang inflasi dan
tenaga kerja dengan menganalisis tingkat laju inflasi dan tenaga kerja disalah
satu provinsi yang ada di Indonesia, yaitu Provinsi Riau.

1
2

B. Rumusan Masalah
Masalah yang dirumuskan dalam penulisan laporan ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana keadaaan umum dari Provinsi Riau?
2. Bagaimana kondisi tenaga kerja dan tingkat pengangguran di Provinsi
Riau?
3. Bagaimana inflasi yang ada di Provinsi Riau?
4. Bagaimana keadaan kurva Philips di Provinsi Riau?
C. Tujuan
Tujuan laporan ini ditulis sebagai berikut:
1. Mengetahui keadaan secara umum dari Provinsi Riau.
2. Mengetahui kondisi tenaga kerja dan tingkat pengangguran di Provinsi
Riau.
3. Mengetahui laju inflasi di Provinsi Riau.
4. Mengetahui keadaan kurva Philips di Provinsi Riau.
D. Manfaat Praktikum
Adapun manfaat praktikum ekonomi makro yaitu :
1. Bagi mahasiswa, untuk menambah wawasan tentang penerapan teori
ekonomi makro dan sebagai persyaratan dalam menempuh mata kuliah
Ekonomi Makro di Semester IV.
2. Bagi Fakultas Pertanian UNS, hasil praktikum dapat mendukung
kelengkapan dalam penerapan kurikulum pendidikan pertanian.
3. Bagi pemerintah, hasil praktikum ini diharapkan dapat menjadi
sumbangan pemikiran dari mahasiswa mengenai identifikasi, rumusan
masalah dan akar masalah, analisis dinamika determinan utama ekonomi
makro dalam perekonomian berkelanjutan.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Tenaga kerja merupakan salah satu indikator dalam pembangunan suatu


perekonomian. Tenaga kerja yaitu setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan
guna menghasilkan barang dan jasa, baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri
maupun kebutuhan masyarakat. pekerja atau buruh merupakan bagian tenaga
kerja yaitu tenaga kerja yang bekerja dalam hubungan kerja. Daya saing dalam
ketenagaan kerja sangat melekat dalam pembangunan ekonomi. Lapangan
pekerjaan yang tidak bisa menampung semua tenga kerja menyebabkan daya
saing yang tinggi. Daya saing ini menuntut SDM untuk memiliki kualitas yang
tinggi. SDm yang belum memiliki latar pendidikan dan keahlian yang cukup dapat
menyebabkan pengangguran (Fransicus, 2014).
Produktivitas secara sederhana dapat diartikan dengan peningkatan
kuantitas dan kualitas. Produktivitas tenaga kerja dapat dipengaruhi beberapa
faktor seperti umur, tingkat pendidikan formal, pengalaman bekerja, upah, dan
curahan tenaga kerja. Tingkat produktivitas tenaga kerja yang cenderung rendah
mengakibatkan menurunnya jumlah produksi. Terdapat beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi produktivitas tenaga kerja antara lain tingkat pendidikan,
usia, pengalaman kerja, dan jenis kelamin. Produktivitas tenaga kerja merupakan
barometer seberapa jauh pekerja dipergunakan dengan efektif dalam suatu proses
produksi untuk mencapai output yang diharapkan. Secara umum yang menjadi
permasalahan utama dari rendahnya hasil produksi adalah rendahnya
produktivitas tenaga kerja yang disebabkan oleh kurangnya kualitas sumber daya
manusia. Peranan sumber daya manusia sangat penting dalam pencapaian tujuan
perusahaan karena sumber daya manusia merupakan ujung tombak dalam suatu
perusahaan (Ukkas, 2017).
Inflasi merupakan salah satu variabel makro ekonomi, dimana tingkat
inflasi terjadi pada suatu negara menunjukkan perkembangan perekonomian suatu
negara. Inflasi adalah kenaikan harga barang yang disebabkan karena
terganggunya keseimbangan antara kurs uang dengan arus barang. Jika inflasi
tinggi maka harga barang dan jasa dalam negeri akan mengalami kenaikkan, yang
menyebabkan kegiatan perekonomian menjadi terhambat. Oleh sebab itu, jumlah

3
4

uang beredar harus sesuai dengan kebutuhan, sehingga kestabilan nilai tukar dapat
dijaga dan laju inflasi dapat ditekan (Luwihadi dan Arka, 2017).
Pendekatan kurva Phillips untuk meramalkan inflasi mengasumsikan
bahwa perekonomian ditutup dan karenanya bergantung pada sisi permintaan atau
faktor siklus domestik seperti kesenjangan output atau pengangguran sebagai satu-
satunya penentu inflasi. Namun, telah terjadi perdebatan tentang konsep 'Inflasi
global' menyatakan bahwa inflasi menjadi lebih responsif terhadap kekuatan
eksternal dan lebih sedikit tanggap terhadap kondisi ekonomi domestik. Dalam
perekonomian di mana inflasi sebagian besar didorong oleh faktor eksternal,
berbasis kurva Phillips konvensional model prediksi cenderung menghasilkan
prakiraan inflasi yang kurang akurat. Oleh karena itu, penting untuk memahami
luasnya faktor-faktor eksternal dalam pemodelan dan peramalan inflasi
(Adelakun dan Ngalawa, 2020).
III. METODOLOGI

A. Metode Penentuan Lokasi


Metode penentuan atau penetapan sampel pada praktikum ini dengan
menggunakan metode purposive sampling. Purposive sampling merupakan
suatu teknik pengambilan sampel secara sengaja. Alasan menggunakan
metode purposive sampling adalah karena tidak semua sampel memiliki
kriteria yang sesuai dengan fenomena yang diteliti. Peneliti menentukan
sendiri sampel yang diambil karena pertimbangan tertentu dan pertimbangan
yang diambil berdasarkan tujuan penelitian. Berdasarkan pembagian yang
telah dibuat oleh Co-ass praktikum, kelompok 38 mendapatkan Provinsi Riau
untuk acara ini. Analisis lebih lanjut akan dilakukan terhadap Provinsi Riau
berkaiatan dengan komponen pendapatannya.
B. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Data sekunder adalah
data penelitian yang diperoleh melalui media perantara atau secara tidak
langsung yang berupa buku, catatan, bukti yang telah ada, atau arsip baik yang
dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan secara umum. Sedangkan
sumber data yang digunakan yaitu data internal. Data internal adalah data
yang menggambarkan situasi dan kondisi pada suatu organisasi secara
internal. Data yang digunakan diperoleh dari berbagai sumber, seperti: data
Bank Indonesia, BPS, Kementrian Keuangan, Laporan-Laporan Instansi
Pemerintah, Pemprov, dan data-data dari sumber yang relevan lainnya.
C. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan melalui teknik pencatatan data dan studi
pustaka. Teknik pencatatan data diperoleh dari suatu instansi terkait dan
melakukan studi ilmiah terhadap data apa saja yang akan digunakan. Teknik
studi pustaka adalah metode pengumpulan data yang tidak ditujukan langsung
kepada subjek penelitian. Studi pustaka adalah jenis pengumpulan data yang
meneliti berbagai macam pustaka yang berguna untuk bahan analisis. Data-
data atau pustaka yang telah diperoleh dari sumber-sumber yang terpercaya
kemudian dianalisis sesuai dengan tujuan praktikum yang telah ditentukan.

5
6

D. Metode Analisis Data


Metode analisis data yang digunakan dalam penulisan laporan ini adalah
metode simulasi perhitungan pendapatan tingkat provinsi dengan kasus-kasus
tertentu. Metode lain yang digunakan adalah metode deskriptif. Tujuan dari
metode deskriptif adalah membuat deskripsi atau gambaran secara sistematis,
faktual, dan akurat mengenai data-data serta hubungan antar fenomena yang
diselidiki, sehingga dalam penyajiannya lebih informatif dan mudah dipahami.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Keadaan umum Provinsi Riau


Perbaikan ekonomi Riau terus berlanjut seiring membaiknya permintaan
global dan domestik. Pada triwulan IV 2020, pertumbuhan ekonomi Riau
tercatat terkontraksi sebesar -1,47% (yoy), mengalami perbaikan dibandingkan
triwulan III 2020 yang terkontraksi sebesar -1,67% (yoy). Dari sisi
penggunaan, membaiknya pertumbuhan ekonomi Riau pada triwulan IV 2020
terutama bersumber dari ekspor luar negeri dan konsumsi pemerintah dan
konsumsi rumah tangga. Perbaikan ketiga faktor tersebut sejalan dengan
pemulihan ekonomi mitra dagang utama, percepatan realisasi anggaran
pemerintah, serta meningkatnya aktivitas masyarakat saa perayaan Natal dan
Tahun Baru. Dari sisi lapangan usaha, membaiknya permintaan ekspor dan
domestik berdampak pada perbaikan kinerja di berbagai lapangan usaha (LU).
Kinerja LU Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan terus tumbuh positif terutama
bersumber dari subsektor Perkebunan seiring meningkatnya permintaan ekspor.
Kinerja LU Informasi dan Komunikasi serta LU Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial juga tumbuh positif sejalan dengan masih tingginya permintaan akan
komunikasi data dan layanan kesehatan terkait dampak pandemi COVID-19.
Pada triwulan IV 2020, realisasi APBD Provinsi Riau secara umum
tercatat lebih rendah dibandingkan realisasi pada triwulan IV 2019. Realisasi
belanja Provinsi Riau pada triwulan IV 2020 mencapai sebesar Rp8,18 triliun
atau 92,75% dari pagu anggaran, terkontraksi hingga 5,89% (yoy)
dibandingkan triwulan IV 2019 yang sebesar Rp8,69 triliun atau 91,53% dari
pagu anggaran. Sedangkan pada sisi pendapatan, hingga triwulan IV 2020
realisasi pendapatan Provinsi Riau tercatat sebesar Rp8,62 triliun atau 98,68%
dari pagu anggaran, mengalami kontraksi hingga 0,94% (yoy) dibandingkan
triwulan IV 2019 yang tercatat sebesar Rp8,70 triliun atau 92,33% dari pagu
anggaran. Realisasi anggaran pada triwulan IV 2020 terkendala oleh refocusing
kegiatan dan realokasi APBD sehingga realisasi belanja baru efektif pada bulan

7
8

Juni 2020, serta lambatnya belanja penanganan COVID-19 oleh masing-


masing OPD karena terkendala detail regulasi.
Kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Riau pada tahun 2020 (periode
Agustus 2020) tercatat mengalami penurunan yang ditandai dengan
meningkatnya persentase Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya. Pembatasan aktivitas sosial sebagai
upaya pencegahan penyebaran COVID-19 menghambat kegiatan ekonomi
sehingga menurunkan penyerapan tenaga kerja. Meningkatnya angka
pengangguran berdampak terhadap kondisi kesejahteraan di Provinsi Riau.
Persentase jumlah penduduk miskin terhadap jumlah penduduk di Riau
mengalami peningkatan pada tahun 2020 (periode September). Kondisi
tersebut juga tercermin pada peningkatan indeks kedalaman kemiskinan dan
indeks keparahan kemiskinan yang menunjukkan semakin tingginya
kesenjangan di Provinsi Riau. Namun demikian, kondisi kesejahteraan di
pedesaan mengalami perbaikan didorong oleh meningkatnya permintaan
Secara keseluruhan tahun 2021, ekonomi Riau diperkirakan tumbuh
positif, meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini didorong oleh
membaiknya permintaan seiring pemulihan ekonomi global dan juga nasional.
Kinerja ekspor diperkirakan terus membaik sehingga menjadi pendorong
membaiknya daya beli masyarakat. Membaiknya permintaan juga mendorong
pulihnya kinerja investasi terutama untuk penambahan kapasitas produksi. Dari
sisi lapangan usaha, kinerja seluruh LU yang sebelumnya terdampak pandemi
COVID-19 diperkirakan membaik. Meskipun demikian, kondisi perekonomian
Riau juga masih dibayangi beberapa risiko (downside risk), di antaranya
diperkirakan berasal dari: (i) kepastian berakhirnya pandemi COVID-19 baik
secara global maupun nasional; (ii) keberhasilan implementasi vaksin COVID-
19; (iii) phasing out minyak sawit dalam biodiesel di Uni Eropa yang lebih
cepat dan pengenaan bea masuk anti subsidi.
B. Kondisi Tenaga Kerja dan Tingkat Pengangguran Provinsi Riau
Undang-Undang No 13 Tahun 2003 yang mengatur tentang perlindungan
tenaga kerja, mendefinisikan tenaga kerja sebagai setiap orang yang mampu
9

melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk


memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Tenaga kerja
merupakan salah satu faktor produksi yang penting bagi negara, tanpa adanya
tenaga kerja, faktor produksi alam dan faktor produksi modal tidak dapat
digunakan secara optimal.
Tenaga kerja dibagi atas dua kelompok, yakni kelompok angkatan kerja
dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja merupakan kelompok penduduk
dalam usia kerja yang bekerja atau sedang mencari pekerjaan. Sedangkan
bukan angkatan kerja merupakan penduduk dalam usia kerja yang tidak
bekerja, tidak mempunyai pekerjaan dan sedang mencari kerja, kelompok ini
disebut juga sebagai pengangguran. Berikut merupakan data jumlah angkatan
kerja di Provinsi Riau tahun 2017 hingga tahun 2019.
Tabel 4.1 Jumlah Angkatan Kerja Provinsi Riau Tahun 2017-2019

Kabupaten/Kota Angkatan Kerja


2019 2018 2017
Kuantan Singingi 152017 147906 146273
Indragiri Hulu 206355 208558 202357
Indragiri Hilir 344371 330363 321169
Pelalawan 230421 219362 204710
Siak 215390 214410 208425
Kampar 367149 372775 348846
Rokan Hulu 319666 293214 279517
Bengkalis 256741 259127 246268
Rokan Hilir 294943 295682 273944
Kepulauan Meranti 90781 91058 85121
Pekanbaru 558065 539831 513271
Dumai 150323 136112 135684
RIAU 3186222 3108398 2965585
Sumber : BPS Provinsi Riau
Berdasarkan tabel dapat diketahui setiap tahun jumlah angkatan kerja di
Provinsi Riau mengalami peningkatan. Tahun 2017 angkatan kerja di Riau
sebesar 2.965.585 jiwa, tahun 2018 sebesaar 3.108.398 jiwa dan tahun 2019
10

sebesar 3.286.222 jiwa. peningkatan jumlah angkatan kerja tidak luput karena
faktor pertumbuhan penduduk yang tinggi. Apabila semakin banyak angkatan
kerja namun tidak diimbangi dengan penciptaan kesempatan kerja baru
sehingga permasalahan penduduk akan menambah jumlah pengangguran.
banyaknya jumlah penduduk dengan lapangan pekerjaan yang terbatas
membuat masalah pengangguran menjadi masalah yang sulit untuk diatasi oleh
pemerintah.
Pengangguran telah menjadi masalah yang umum dan kompleks di dalam
suatu daerah, karena pengangguran bukan hanya terjadi pada masyarakat yang
memiliki latar belakang pendidikan yang rendah, namun juga menyerang
masyarakat yang memiliki latar pendidikan yang tinggi dan berasal dari
berbagai kalangan umur. Berikut merupakan data jumlah pengangguran di
Provinsi Riau.
Tabel 4.2 Jumlah Pengangguran Terbuka Provinsi Riau Tahun 2014-2019

Tahun Jumlah Pengangguran


2015 176.762
2016 222.006
2017 184.564
2018 192.801
2019 190.143

Sumber : BPS Provinsi Riau


Tabel 4.2 menunjukkan bahwa tingkat penggangguran di Provinsi Riau
tahun 2015-2019 mengalami fluktuasi. Semakin berkurang jumlah
pengangguran menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang semakin baik. Dapat
dilihat bahwa tingkat penggangguran tahun 2016 ke 2017 dan tahun 2018 ke
2019 mengalami penurunan jumlah penggangguran, hal ini menandakan bahwa
program atau kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan tenaga
kerja di Riau telah berhasil.
11

C. Inflasi

Inflasi merupakan suatu proses meningkatnya harga-harga secara


umum dan terus-menerus (continue) berkaitan dengan mekanisme pasar yang
dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang
meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau
bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran
distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses
menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu
peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang
dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi.
Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan
dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus
dan saling pengaruh-memengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk
mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai
penyebab meningkatnya harga. Menurut Septiatin et al. (2016), menyatakan
bahwa dalam perspektif ekonomi, inflasi merupakan fenomena moneter
dalam suatu negara dimana naik turunnya inflasi cenderung mengakibatkan
terjadinya gejolak ekonomi. Inflasi yang tinggi pada sebuah negara
mengartikan bahwa ekonomi sebuah negara tersebut buruk. Kebijakan
ekonomi terutama kebijakan moneter suatu negara akan berusaha agar inflasi
tetap berada pada taraf inflasi merayap. Inflasi dapat menimbulkan efek yang
baik dalam perekonomian. Keuntungan perusahaan meningkat dan akan
menggalakkan investasi, sehingga kesempatan kerja dan pendapatan
meningkat dan mendorong kepada pertumbuhan ekonomi.
Tabel 4.3 Laju Inflasi Provinsi Riau Tahun 2015-2019
12

Sumber: Badan Pusat Stastistika


Berdasarkan data tabel diatas menunjukkan Tahun 2015, gabungan 3
kota di Provinsi Riau sebesar 2,65 persen. Dari 3 kota IHK di Provinsi Riau,
semua kota mengalami inflasi, yakni Pekanbaru sebesar 1,24 persen, Dumai
sebesar 0,39 persen, dan Tembilahan sebesar 0,77 persen. Laju inflasi di
Provinsi di 3 kota mengalami kenaikan selama periode 2015-2017 yaitu
sebesar 4,20 persen dimana meningkat sebesar 1.55 persen. Sedangkan, pada
tahun 2018-2019 provinsi Riau mengalami laju inflasi yang menurun. Pada
Desember 2018, Riau mengalami inflasi 0,23 persen dengan Indeks Harga
Konsumen (IHK) sebesar 136,69. Di mana tiga kota IHK di Riau, semua kota
mengalami inflasi, yakni Pekanbaru 0,18 persen, Dumai 0,22 persen,
sedangkan Tembilahan inflasi 0,70 persen. Inflasi Riau Desember 2018 terjadi
karena adanya kenaikan harga pada lima kelompok pengeluaran, tetapi hal itu
masih termasuk stabil. Hingga tahun 2019 laju inflasi kepulauan Riau menjadi
2,36 persen, dengan kota Tembilan 2,40 persen, Tembilan 2,40 persen, dan
Pekanbaru 2,56, dan Dumai 1,28 persen.
Berdasarkan data yang diambil dari laporan perkonomian provinsi pada
Maret 2021, inflasi Provinsi Riau pada triwulan IV 2020 tercatat lebih tinggi
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Meningkatnya tekanan inflasi
tersebut bersumber dari kenaikan harga komoditas dari makanan, minuman,
dan tembakau; kesehatan; serta rekreasi, olahraga, dan budaya. Adapun
komoditas utama penyebab meningkatnya tekanan inflasi Riau pada triwulan
IV 2020 antara lain: cabai merah, telur ayam ras, cabai rawit, obat batuk, obat
gosok, vitamin, dan sepeda anak. Sementara itu, komoditas utama penahan
inflasi ialah penurunan harga bawang merah, ikan serai, kentang, nangka muda,
mobil dan pelumas/oli mesin. Secara spasial, inflasi Riau tertinggi terjadi di
Tembilahan, diikuti Dumai dan Pekanbaru. Secara keseluruhan tahun 2020,
Provinsi Riau tercatat mengalami inflasi sebesar 2,42% (yoy), relatif stabil
dibandingkan tahun 2019 yang mencatat inflasi sebesar 2,36% (yoy). Realisasi
inflasi tersebut berada dalam kisaran target inflasi sebesar 3,0±1%. Selain
didukung oleh kondisi kemarau basah sepanjang tahun 2020, hal ini juga
13

didorong oleh koordinasi yang makin baik dalam TPID dalam menjaga
pasokan dan stabilitas harga baik di tingkat konsumen maupun produsen.
Inflasi yang cenderung meningkat mendekati akhir tahun sejalan dengan tren
peningkatan harga CPO, yang menjadi salah satu motor penggerak utama daya
beli masyarakat Riau, disamping faktor musiman kenaikan harga volatile food.
D. Kurva Philips Provinsi Riau
Pada tahun 1958, ekonom A.W. Phillips menerbitkan sebuah artikel
berjudul “The Relationship between Unemployment and the Rate of Change of
Money Wages in United Kingdom 1861-1957”. Pada artikel tersebut Phillips
memperlihatkan korelasi negatif antara tingkat pengangguran dan inflasi.
Phillips memperlihatkan bahwa tahun-tahun dengan tingkat pengangguran
yang rendah cenderung disertai oleh tingkat inflasi yang tinggi dan sebaliknya
tahun-tahun dengan tingkat pengangguran yang tinggi cenderung disertai
dengan inflasi yang rendah. A.W. Phillips menggambarkan bagaimana sebaran
hubungan antara inflasi dengan tingkat pengangguran didasarkan pada asumsi
bahwa inflasi merupakan cerminan dari adanya kenaikan permintaan agregat.
Dengan naiknya permintaan agregat, maka sesuai dengan teori permintaan
yaitu jika permintaan naik maka harga akan naik. Tingginya harga (inflasi)
maka untuk memenuhi permintaan tersebut produsen meningkatkan kapasitas
produksinya dengan menambah tenaga kerja (tenaga kerja merupakan satu-
satunya input yang dapat meningkatkan output). Akibat dari peningkatan
permintaan tenaga kerja maka dengan naiknya harga-harga (inflasi) akan
mengurangi pengangguran.
Tingkat inflasi dapat memiliki hubungan positif atau negatif terhadap
besarnya jumlah pengangguran yang terjadi. Di dalam kurva Phillips
dinyatakan bahwa inflasi yang rendah seringkali terjadi dengan pengangguran
yang tinggi, sebaliknya pengangguran yang rendah bisa dicapai tetapi dengan
inflasi yang lebih tinggi. Hal ini dapat terlihat dari tabel di bawah ini:
14

Tabel 4.4 Persen Inflasi dan Pengangguran Provinsi Riau tahun 2014-2019

Tahun Inflasi Pengangguran


2015 2.65 7.83
2016 4.04 7.43
2017 4.20 6.22
2018 2.45 6.20
2019 2.36 5.97

Sumber : BPS Riau


Berdasarkan tabel 4.4 tingkat inflasi berangsur naik pada tahun 2015
hingga 2017, sedangkan jumlah pengangguran pada tahun 2015 hingga 2017
mengalami penurunan. Sedangkan pada tahun 2017 hingga tahun 2019 tingkat
inflasi penurunan yang tajam dan diikuti dengan menurunnya jumlah
pengangguran yang tidak signifikan. Berdasarkan data tersebut dapat
disimpulkan bahwa hubungan antara inflasi dan pengangguran di Provinsi Riau
berhubungan negatif dan tidak signifikan. Hal ini disebabkan karena semakin
tinggi tingkat inflasi maka tingkat pengangguran akan menuurun, begitu juga
sebaliknya.
V. KESIMPULAN
A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil dan


pembahasan mengenai acara 4, teori tenaga kerja dan inflasi adalah sebagai
berikut :
1. Pada triwulan IV 2020, pertumbuhan ekonomi Riau tercatat terkontraksi
sebesar -1,47% (yoy), mengalami perbaikan dibandingkan triwulan III 2020
yang terkontraksi sebesar -1,67% (yoy).
2. Kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Riau pada periode Agustus 2020
tercatat mengalami penurunan yang ditandai dengan meningkatnya
persentase Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dibandingkan periode
yang sama pada tahun sebelumnya dan terjadi peningkatan indeks
kedalaman kemiskinan dan indeks keparahan kemiskinan.
3. Jumlah angkatan kerja di Provinsi Riau mengalami peningkatan
dikarenakan faktor pertumbuhan penduduk yang tinggi.
4. Tingkat pengangguran di Provinsi Riau pada tahun 2015-2019 mengalami
kenaikan dan penurunan yang berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi
semakin baik. Penurunan jumlah pengangguran menandakan program atau
kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan tenaga kerja di Riau
berhasil.
5. Inflasi Provinsi Riau pada triwulan IV 2020 tercatat lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya dikarenakan kenaikan harga komoditas
dari makanan, minuman, tembakau, kesehatan, rekreasi, olahraga, dan
budaya. Inflasi yang cenderung meningkat mendekati akhir tahun sejalan
dengan tren peningkatan harga CPO yang menjadi salah satu motor
penggerak utama daya beli masyarakat Riau di samping faktor musiman
kenaikan harga.
6. Berdasarkan kurva Philips, hubungan antara inflasi dan pengangguran di
Provinsi Riau berhubungan negatif dan tidak signifikan yang disebabkan
semakin tinggi tingkat inflasi maka tingkat pengangguran akan menurun,
begitu juga sebaliknya.

15
16

B. Saran

Adapaun saran yang dapat disampaikan berdasarkan analisis yang telah


dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Jumlah lapangan pekerjaan di Riau sebaiknya ditambah untuk mengurangi
tingkat pengangguran dan mengatasi jumlah angkatan kerja yang mengalami
peningkatan.
2. Pemerintah sebaiknya terus mengembangkan program dan kebijakannya
dalam mengatasi tenaga kerja di Riau sehingga tingkat pengangguran dapat
terus menurun.
3. Pemerintah Riau sebaiknya turut mengontrol harga barang di pasar dan
mengawasi pedagang-pedagang yang mempermainkan harga barang di
pasar terutama pada saat akhir tahun dan perayaan hari-hari besar.
17
DAFTAR PUSTAKA

Adelakun, O.J., Ngalawa, H. 2020. The role of oil prices in Philips curve
modelling and forecasting of inflation. Journal of Economic and Financial
Sciences, Vol 13(1): 1-11.
Fransicus. 2014. Mengakhiri Era Tenaga Kerja Murah. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Luwihadi, Ni Luh G. A dan Arka, S. 2017. Determinan Jumlah Uang Beredar dan
Tingkat Inflasi di Indonesia Periode 1984-2014. Jurnal Ekonomi. Vol 6 (4):
533 – 563.
Septiatin, Azis, Mawardi, Mohammad AKR. 2016. Pengaruh Inflasi dan Tingkat
Pengangguran Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia. Jurnal
Economic. Vol. 2(1): 50-65.
Ukkas, I. 2017. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja
Industri Kecil Kota Palopo. Jurnal Pendidikan Manajemen Islam. Vol 2(2):
187 – 198.
LAMPIRAN
1. Buku
2. Jurnal Nasional
3. Jurnal Internasional

Anda mungkin juga menyukai