Anda di halaman 1dari 39

JURNAL

OLEH :

NAMA : ROSTIKA ISMAIL

NIM : 312190010

KELAS :O

STIE YAPMAN MAJENE


TAHUN AJARAN 2020/2021
E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 4, No. 9, 2015: 2590- 2617 ISSN : 2302-8912

PENGARUH RISIKO KREDIT, LIKUIDITAS, KECUKUPAN MODAL, DAN


EFISIENSI OPERASIONAL TERHADAP PROFITABILITAS PADA PT BPD
BALI
1
Dwi Agung Prasetyo
2
Ni Putu Ayu Darmayanti
1
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana (Unud), Bali-Indonesia
e-mail: agunk_whibley@yahoo.com / telp: +62 82 144 478 902
2
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana (Unud), Bali-Indonesia

ABSTRAK
Profitabilitas merupakan kemampuan bank untuk memperoleh laba selama periode tertentu. Tingkat
profitabilitas yang fluktuatif pada suatu bank akan berdampak terhadap kepercayaan masyarakat dan
perkembangan usaha bank itu sendiri. Profitabilitas di dalam perbankan dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain risiko kredit, likuiditas, kecukupan modal, dan efisiensi operasional. Demi
menghadapi persaingan di dunia perbankan dan untuk menjaga kepercayaan serta tuntutan masyarakat
di era global, setiap bank hendaknya menjaga tingkat kesehatannya terutama profitabilitas. Penelitian
ini dilakukan pada PT Bank Pembangunan Daerah Bali periode 2009-2013. Penelitian ini
menggunakan laporan keuangan pada PT Bank Pembangunan Daerah Bali, dengan pengamatan yang
dilakukan setiap bulan selama periode 2009-2013 sehingga mendapatkan 60 pengamatan. Teknik
analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Berdasarkan hasil analisis
ditemukan bahwa risiko kredit berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas, likuiditas
berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas, kecukupan modal berpengaruh negatif tidak
signifikan terhadap profitabilitas, dan efisiensi operasional berpengaruh negatif signifikan terhadap
profitabilitas.

Kata kunci: profitabilitas, risiko kredit, likuditas, kecukupan modal, efisiensi operasional

ABSTRACT
Profitability is the ability of banks to earn profit during a certain period. Fluctuating levels of
profitability in a bank will have an impact on public’s trust and business development of the bank
itself. Profitability in the banking sector influenced by several factors, among others, credit risk,
liquidity, capital adequacy, and operational efficiency. In order to face competition in the banking
sector and to maintain public’s trust and demand in the global era, every bank should maintain the
level of health, especially profitability. This research was conducted at PT Bank Pembangunan
Daerah Bali 2009-2013 period. This study used the financial statements of PT Bank Pembangunan
Daerah Bali, with observations made each month during the period 2009-2013 which obtained 60
observations. Data analysis technique used is multiple linear regression analysis. Based on the
analysis found that the credit risk have a significant negative effect on profitability, liquidity have a
significant positive effect on profitability, capital adequacy have a negative and not significant effect
on profitability, and operational efficiency have a significant negative effect on profitability.

Keywords: profitability, credit risk, liquidity, capital adequacy, operational efficiency

2590
E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 4, No. 4, 2015: 2590-2617

PENDAHULUAN

Lembaga keuangan merupakan aset yang sangat penting dalam pembangunan

perekonomian suatu negara. Di Indonesia sendiri, perkembangan perekonomian tidak

bisa dilepaskan dari besarnya peranan lembaga keuangan. Secara umum lembaga

keuangan adalah setiap perusahaan yang bergerak dibidang keuangan dimana

kegiatanya baik hanya menghimpun dana, atau hanya menyalurkan dana atau kedua-

duanya menghimpun dan menyalurkan dana (Kasmir, 2012:12). Lembaga keuangan

dibedakan menjadi dua yaitu lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non-

bank (Triandaru & Totok, 2009:5). Sektor perbankan merupakan bagian penting dari

infrastruktur untuk kinerja kebijakan ekonomi makro dan moneter yang kuat di

tingkat nasional (Javaid et al., 2011). Dinamisnya aktivitas perekonomian masyarakat

menuntut setiap lembaga keuangan mampu memberikan kepercayaan bagi

masyarakat dalam fungsi utama bank yaitu sebagai lembaga intermediasi keuangan

(financial intermediary). Efisien dan optimalnya penghimpunan dan penyaluran dana

yang dilakukan oleh bank akan sejalan dengan tujuan utama perbankan yaitu

mencapai tingkat profitabilitas yang optimal (Miadalyni, 2013).

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba

selama periode tertentu (Munawir, 2010:33). Profitabilitas di dalam dunia perbankan

sangat penting baik untuk pemilik, penyimpan, pemerintah dan masyarakat (Audhya,

2014). Oleh karena itu bank perlu menjaga profitabilitas agar tetap stabil atau bahkan

meningkat. Return on Asset (ROA) digunakan sebagai proksi dalam mengukur

profitabilitas suatu bank. Return on Asset digunakan karena merupakan rasio

2591
Dwi Agung Prasetyo, Pengaruh Risiko Kredit...

profitabilitas yang penting bagi bank dan digunakan untuk mengukur efektivitas bank

dalam menghasilkan laba dengan memanfaatkan total aktiva-aktiva yang dimilikinya

(Agustiningrum, 2013), selain iu Return on Asset merupakan proksi dari profitabilitas

yang paling penting di dalam perbankan dibanding proksi profitabilitas lainnya.

Tingginya tingkat Return on Asset menunjukkan tingkat return yang diterima oleh

bank juga tinggi. Perekonomian yang memiliki sektor perbankan dengan tingkat

profitabilitas yang tinggi akan lebih mampu berkontribusi pada stabilitas sistem

keuangan (Alper & Anbar, 2011).

Salah satu kegiatan utama bank untuk meningkatkan profitabilitas adalah

pemberian kredit. Selain menjadi sumber pendapatan bank, aktivitas pemberian kredit

rentan terhadap risiko yang dapat menjadi salah satu penyebab utama bank

menghadapi masalah dan berujung dengan kebangkrutan. Masalah dalam aktivitas

pemberian kredit yang umum terjadi adalah ketidakmampuan nasabah untuk

melakukan kewajibannya kepada pemberi kredit. Surat Edaran Bank Indonesia

No.13/24/DPNP/2011 menyatakan bahwa risiko kredit adalah risiko akibat kegagalan

debitur dan/atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada Bank. Risiko kredit

merupakan risiko yang wajar terjadi mengingat salah satu usaha inti bank itu sendiri

adalah pemberian kredit. Sebelum memberikan kredit, bank harus mengumpulkan

informasi memadai tentang pelanggan potensial untuk dapat meminimalisir risiko

kredit yang akan dihadapi di kemudian hari. Informasi ini biasanya dikumpulkan

selama dokumentasi kredit (Kithinji, 2010). Untuk mengukur tingkat risiko kredit di

dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Non Performing Loan (NPL) sebagai

2592
E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 4, No. 4, 2015: 2590-2617

proksi. Non Performing Loan dapat mengukur kemampuan bank dalam

meminimalkan kredit bermasalah yang dihadapi (Puspitasari, 2009). Bank

memberikan pinjaman kepada nasabah, namun ketika nasabah gagal memenuhi

kewajibannya maka masalah kredit macet akan meningkat (Kargi, 2014). Tingginya

tingkat rasio Non Performing Loan memiliki arti kualitas kredit suatu bank buruk dan

menyebabkan kredit bermasalah semakin banyak, sehingga kerugian yang timbul

akibat kredit bermasalah semakin besar (Fifit, 2013). Manajemen bank harus

mengetahui bagaimana kebijakan kredit dapat mempengaruhi kegiatan operasional

bank, sehingga akan berdampak pula terhadap tingkat profitabilitas yang dicapai oleh

bank itu sendiri (Nawaz & Munir, 2012).

Pengelolaan likuiditas merupakan masalah yang cukup kompleks dalam

kegiatan operasional bank, hal tersebut dikarenakan dana yang dikelola oleh bank

sebagian besar adalah dana dari masyarakat yang bersifat jangka pendek dan dapat

ditarik sewaktu-waktu (Puspitasari, 2009). Kemampuan bank dalam mengelola

likuiditasnya akan berdampak terhadap kepercayaan masyarakat kepada bank itu

sendiri sehingga akan membantu kelangsungan operasional maupun keberadaan bank

tersebut. Manajemen likuiditas sangat penting bagi setiap organisasi untuk memenuhi

kewajiban (utang) jangka pendek di dalam kegiatan operasionalnya (Saleem &

Rehman, 2011). Pengelolaan likuiditas yang baik oleh bank juga sangat penting

terutama jika terjadi krisis ekonomi global (Vodova, 2011), Secara teknis likuiditas

dapat diartikan kemampuan terus menerus perusahaan untuk memenuhi kewajiban

jangka pendek (Uremadu et al., 2012). Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio

2593
Dwi Agung Prasetyo, Pengaruh Risiko Kredit...

likuiditas yang umum dipergunakan di dalam perbankan (Sudirman, 2013:185). Loan

to Deposit Ratio merupakan komposisi perbandingan antara jumlah kredit yang

disalurkan dengan jumlah dana yang digunakan, modal sendiri dan juga dana

masyarakat yang dihimpun (Kasmir, 2011:225). Tinggi rendahnya tingkat Loan to

Deposit Ratio dapat mempengaruhi profitabilitas pada suatu bank. Berdasarkan

Peraturan Bank Indonesia No. 15/7/PBI/2013 Batas aman Loan to Deposit Ratio pada

bank berkisar antara 78-10 persen. Tingkat Loan to Deposit Ratio yang tinggi

menunjukkan lembaga keuangan tersebut dalam kondisi illikuid atau perusahaan tidak

mampu memenuhi kewajibannya, sebaliknya tingkat rasio yang rendah menunjukkan

bank dalam kondisi likuid atau perusahaan mampu memenuhi kewajiban tersebut

(Kasmir, 2011:130). Bank yang berada dalam kondisi illikuid akan mengalami

kesulitan untuk mendapatkan kembali kepercayaan masyarakat dan menyulitkan

kegiatan operasional utama bank itu sendiri dalam penyaluran kredit sehingga

berdampak terhadap tinggi rendahnya profitabilitas.

Selain risiko kredit dan likuiditas, bank juga harus memperhatikan tingkat

kecukupan modal. Tingkat kecukupan modal yang memadai dapat melindungi sebuah

bank ketika mengalami kerugian dari aktivitas operasional yang tidak terduga

(Anjani, 2014). Setiap bank secara umum diwajibkan untuk mempertahankan dana

modal yang memadai untuk menghadapi kemungkinan terjadinya suatu hal buruk di

masa depan (Buyuksalvarci & Abdioglu, 2011). Capital Adequacy Ratio (CAR)

merupakan proksi untuk mengukur pemenuhan kewajiban permodalan suatu bank.

Berdasarkan peraturan Bank Indonesia No.15/12/PBI/2013, permodalan minimum

2594
E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 4, No. 4, 2015: 2590-2617

yang harus dimiliki oleh suatu bank adalah 8%. Selain sebagai sumber utama

pembiayaan terhadap kegiatan operasional, permodalan juga berfungsi sebagai

sebuah fondasi bagi bank itu sendiri terhadap kemungkinan terjadinya kerugian.

Penilaian tingkat kesehatan perbankan salah satunya dilakukan melalui

penilaian terhadap komponen rasio BOPO. Rasio BOPO dipergunakan sebagai proksi

untuk mengukur tingkat efisiensi operasional dari suatu bank. Biaya operasional yang

tinggi dibandingkan pendapatan operasional yang diperoleh oleh bank akan

mempengaruhi kinerja keuangan bank tersebut. Menurut Dendawijaya (2009:119)

BOPO adalah perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional.

Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam

melakukan kegiatan operasinya. Jika tingkat BOPO yang dihasilkan semakin rendah

maka kinerja manajemen dari bank tersebut berarti semakin baik. Hal tersebut

menunjukkan bahwa bank lebih efisien dalam menggunakan sumber daya yang ada

untuk kegiatan operasionalnya.

Perseroan Terbatas (PT) Bank Pembangunan Daerah (BPD) Bali merupakan

salah satu lembaga keuangan yang memainkan peranan penting dalam pertumbuhan

perekonomian di Bali. Pada tahun 2004 aktivitas PT Bank Pembangunan Daerah Bali

ditingkatkan dari Bank Umum menjadi Bank Umum Devisa berdasarkan persetujuan

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Nomor 6/32/KEP.DGS/2004 tanggal 11

November 2004. Visi dan misi utama dari PT Bank Pembangunan Daerah Bali secara

umum yaitu turut berperan dalam pembangunan, yakni mensukseskan program

pemerintah serta untuk menumbuhkan perekonomian. Selain itu, PT Bank

2595
Dwi Agung Prasetyo, Pengaruh Risiko Kredit...

Pembangunan Daerah Bali juga turut mendukung dan aktif dalam kegiatan sosial dan

pelestarian budaya, untuk menunjang sektor pariwisata, menciptakan dan

mengembangkan usaha dengan peningkatan pelayanan, fasilitas, jaringan, jasa dan

produk perbankan sesuai dengan permintaan pasar (www.bpdbali.co.id). Dalam

kegiatan operasionalnya, kegiatan utama dari PT Bank Pembangunan Daerah Bali

adalah melakukan penghimpunan dana dari masyarakat (funding) dan menyalurkan

kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit (lending), serta memberikan jasa-

jasa dalam lalu lintas pembayaran lainnya. Sebagai salah satu bank yang mempunyai

visi untuk menjadi bank yang sehat, tangguh, dan terpercaya dalam persaingan global,

maka PT Bank Pembangunan Daerah Bali perlu memperhatikan kinerjanya, salah

satu faktor penilaiannya adalah profitabilitas.

Tabel 1 Return on Asset Bank Pembangunan Daerah Bali 2009-2013

Tahun ROA (%)


2009 4,26
2010 3,98
2011 3,54
2012 4,28
2013 3,97
Sumber: Laporan keuangan tahunan PT BPD Bali tahun 2009-2013

Pada Tabel 1 dapat dilihat fenomena Return on Asset yang terjadi pada PT Bank

Pembangunan Daerah Bali dari tahun 2009-2013, terjadi fluktuasi selama lima tahun

periode tersebut dimana dari tahun 2009-2011 Return on Asset terus menerus

mengalami penurunan. Return on Asset terendah terletak pada tahun 2011 yaitu

3,54% dan Return on Asset tertinggi dicapai pada tahun 2012 yaitu sebesar 4,28%.

Dari data tersebut, di setiap pergantian tahun Return on Asset hanya satu kali

2596
E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 4, No. 4, 2015: 2590-2617

mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2012. Hal ini menunjukkan bahwa PT Bank

Pembangunan Daerah Bali mengalami kesulitan untuk menjaga stabilitas

pertumbuhan Return on Asset setiap tahunnya. Fenomena ini yang mendorong

peneliti untuk mengangkat PT Bank pembangunan Daerah Bali sebagai lokasi

penelitian, peneliti terdorong untuk mengetahui apakah ada pengaruh risiko kredit,

likuiditas, kecukupan modal, dan efisiensi operasional terhadap fenomena

profitabilitas yang terjadi pada PT Bank Pembangunan Daerah Bali dari periode

2009-2013 dimana di dalam penelitian ini diproksikan dengan Return on Asset.

Berdasarkan penelitian sebelumnya terhadap masing-masing variabel,

penelitian mengenai pengaruh variabel risiko kredit terhadap profitabilitas yang

dilakukan oleh Fahrizal (2014) dan Kolapo et al., (2012) mendapatkan hasil bahwa

risiko kredit berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas, sedangkan

Oktaviantari (2013) memperoleh hasil berbeda dimana risiko kredit berpengaruh

positif tidak signifikan terhadap profitabilitas. Jha & Hui (2012) juga memperoleh

hasil penelitian yaitu bahwa risiko kredit berpengaruh positif terhadap profitabilitas.

Untuk variabel likuiditas terhadap profitabilitas yang dilakukan oleh Miadalyni

(2013) mendapatkan hasil likuiditas berpengaruh positif dan signifikan terhadap

profitabilitas. Temuan tersebut berbeda dengan penelitian Audhya (2014) dimana

diperoleh hasil yaitu likuiditas berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas.

Untuk variabel kecukupan modal terhadap profitabilitas yang dilakukan oleh Ongore

dan Kusa (2013) memperoleh hasil kecukupan modal berpengaruh positif signifikan

terhadap profitabilitas. Gul et al., (2011) mendapatkan hasil penelitian bahwa

2597
Dwi Agung Prasetyo, Pengaruh Risiko Kredit...

kecukupan modal berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Hasil yang berbeda

terhadap pengaruh kecukupan modal terhadap profitabilitas ditemukan dari penelitian

Olalekan (2013) yaitu bahwa kecukupan modal tidak berpengaruh signifikan terhadap

profitabilitas. Untuk pengaruh variabel efisiensi operasional terhadap profitabilitas

diperoleh hasil berbeda-beda. Sastrosuwito dan Suzuki (2012) memperoleh hasil

bahwa efisiensi operasional berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas.

Hasil berbeda diperoleh oleh Porawouw (2014) yaitu bahwa efisiensi operasional

berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas.

Berdasarkan hal tersebut adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu; 1)

Apakah risiko kredit berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas pada PT Bank

Pembangunan Daerah Bali? 2) Apakah likuiditas berpengaruh signifikan terhadap

profitabilitas pada PT Bank Pembangunan Daerah Bali? 3) Apakah kecukupan modal

berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas pada PT Bank Pembangunan Daerah

Bali? 4) Apakah efisiensi operasional berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas

pada PT Bank Pembangunan Daerah Bali? Dari rumusan masalah yang telah

diuraikan maka dapat diperoleh tujuan yaitu; 1) Mengetahui signikansi pengaruh

risiko kredit terhadap profitabilitas pada PT Bank Pembangunan Daerah Bali. 2)

Mengetahui signifikansi pengaruh likuiditas terhadap profitabilitas pada PT Bank

Pembangunan Daerah Bali. 3) Mengetahui signifikansi pengaruh kecukupan modal

terhadap profitabilitas pada PT Bank Pembangunan Daerah Bali. 4) Mengetahui

signifikansi pengaruh efisiensi operasional terhadap profitabilitas pada PT Bank

Pembangunan Daerah Bali.

2598
E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 4, No. 4, 2015: 2590-2617

Penelitian ini memberikan manfaat secara teoritis maupun praktis dimana

secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi dalam memperkaya

dan memperkuat bukti empiris manajemen keuangan perbankan, tentang risiko kredit,

likuiditas, kecukupan modal, dan efisiensi operasional terhadap profitabilitas.

Penelitian ini diharapkan secara praktis mampu menjadi bahan pertimbangan bagi

BPD Bali dalam pengambilan keputusan dan kebijakan yang berhubungan dengan

upaya untuk meningkatkan profitabilitas. Perusahaan yang tingkat profitabilitasnya

cenderung mengalami peningkatan dapat meningkatkan daya saing perusahaan. Jika

tingkat profitabilitas perusahaan tersebut tinggi maka perusahaan memiliki peluang

besar dalam pengembangan usahanya dengan nilai investasi yang lebih baik dari

sebelumnya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Return on Asset (ROA)

sebagai proksi untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan laba.

Peneliti menggunakan Return on Asset, karena Return on Asset merupakan rasio

profitabilitas yang penting bagi bank yang digunakan untuk mengukur efektivitas

perusahaan dalam menghasilkan laba dengan memanfaatkan total aktiva – aktiva

yang dimilikinya (Agustiningrum, 2013), selain itu Return on Asset merupakan proksi

dari profitabilitas yang lebih penting dibanding proksi lainnya. Tingkat Return on

Asset yang tinggi pada bank menunjukkan tingkat return yang diterima oleh bank

juga tinggi. Semakin besar hasil perhitungan Return on Asset menunjukkan

profitabilitas bank semakin baik karena setiap aktiva yang dimiliki dapat

menghasilkan return, sebaliknya nilai Return on Asset yang negatif mencerminkan

profitabilitas yang negatif atau rugi.

2599
Dwi Agung Prasetyo, Pengaruh Risiko Kredit...

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba

selama periode tertentu (Munawir, 2010:33), sedangkan menurut Wiagustini

(2010:76) profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk mendapatkan

laba atau ukuran dalam mengukur efektivitas pengelolaan manajemen perusahaan.

Pengukuran besarnya laba menjadi begitu penting untuk mengetahui apakah

perusahaan telah menjalankan usahanya secara efisien (Nusantara, 2009).

Kegiatan operasional utama bank yaitu pemberian kredit merupakan sumber

utama pendapatan bank dalam meningkatkan profitabilitasnya. Kegiatan pemberian

kredit yang dilakukan oleh bank tidak lepas dari risiko kredit yang juga harus

dihadapi. Surat Edaran Bank Indonesia No.13/24/DPNP/2011 menyatakan bahwa

risiko kredit adalah risiko akibat kegagalan debitur dan/atau pihak lain dalam

memenuhi kewajiban kepada Bank. Risiko kredit yang biasa dihadapi adalah

ketidakmampuan nasabah untuk melakukan pelunasan kewajibannya kepada bank.

Peneliti menggunakan Non Performing Loan (NPL) sebagai proksi untuk mengukur

tingkat risiko kredit yang dihadapi oleh PT Bank Pembangunan Daerah Bali. Non

Performing Loan merupakan rasio keuangan yang secara umum dipergunakan

sebagai pengukuran risiko kredit (Agustiningrum, 2013). Non Performing Loan yang

tinggi mengindikasikan bahwa pengelolaan kredit pada bank tidak optimal yang

mengakibatkan risiko kredit yang dialami oleh bank tersebut akan menjadi tinggi

(Oktaviantari, 2013). Dari penjelasan tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi

tingkat Non Performing Loan suatu bank memiliki arti bahwa kualitas kredit dari

bank tersebut buruk dan menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin banyak

2600
E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 4, No. 4, 2015: 2590-2617

sehingga kerugian yang ditimbulkan terhadap profitabilitas akibat kredit yang

bermasalah semakin besar. Peraturan Bank Indonesia menetapkan batas maksimum

Non Performing Loan yaitu 5% agar tidak mempengaruhi tingkat kesehatan bank

tersebut. Oleh sebab itu, maka bank dituntut untuk senantiasa menjaga agar tingkat

Non Performing Loan tidak melebihi dari batas maksimal yang disyaratkan Bank

Indonesia yaitu 5%. Semakin tinggi tingkat Non Performing Loan pada PT Bank

Pembangunan Daerah Bali menandakan bahwa risiko akan terjadinya kredit macet

yang dihadapi juga tinggi sehingga mengurangi profitabilitas yang akan dicapai oleh

PT Bank Pembangunan Daerah Bali. Sebaliknya, jika tingkat Non Performing Loan

pada PT Bank Pembangunan Daerah Bali rendah, menandakan bahwa kualitas kredit

dari PT Bank Pembangunan Daerah Bali tersebut berada dalam kondisi baik,

sehingga profitabilitas yang akan dicapai juga tinggi.

Likuiditas menurut Fred Weston dalam Kasmir (2012:129) adalah rasio yang

menggambarkan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban (utang) jangka

pendek. Kemampuan bank dalam mengelola likuiditasnya akan berdampak terhadap

kepercayaan masyarakat kepada bank itu sendiri sehingga akan membantu

kelangsungan operasional maupun keberadaan bank tersebut. Manajemen likuiditas

sangat penting bagi setiap organisasi untuk memenuhi kewajiban (utang) jangka

pendek di dalam kegiatan operasionalnya (Saleem & Rehman, 2011). Peneliti

menggunakan Loan to Deposit Ratio (LDR) untuk mengukur likuiditas. Menurut

Peraturan Bank Indonesia No.15/7/PBI/2013, Loan to Deposit Ratio merupakan rasio

kredit yang diberikan kepada pihak ketiga dalam Rupiah dan valuta asing, tidak

2601
Dwi Agung Prasetyo, Pengaruh Risiko Kredit...

termasuk kredit kepada Bank lain, terhadap dana pihak ketiga yang mencakup giro,

tabungan, dan deposito dalam Rupiah dan valuta asing, tidak termasuk dana antar

Bank. Semakin tinggi tingkat Loan to Deposit Ratio pada suatu bank menandakan

bahwa jumlah kredit yang disalurkan lebih maksimal. Jika bank mampu menyalurkan

kredit secara maksimal namun tetap menjaga agar tingkat Loan to Deposit ratio tetap

berada pada batas aman yaitu 78-100 persen maka profitabilitas yang dicapai akan

lebih maksimal.

Tingkat kecukupan modal yang memadai dapat melindungi sebuah bank

mengalami kerugian dari aktivitas operasional yang tidak terduga (Anjani, 2014).

Kecukupan modal merupakan rasio yang bertujuan untuk memastikan bahwa bank

dapat menyerap kerugian yang timbul dari aktivitas yang dilakukannya (Sianturi,

2012). Berdasarkan Surat Edaran dari Bank Indonesia No. 13/24/PBI/2011, dalam

melakukan perhitungan permodalan, bank wajib mengacu pada ketentuan Bank

Indonesia yang mengatur mengenai Kewajiban Penyediaan Modal Minimum bagi

bank umum. Tingkat kecukupan modal yang tinggi akan lebih baik dalam mengelola

risiko operasional yang dihadapi di dalam proses pengembangan usahanya

dibandingkan dengan bank yang tingkat kecukupan modalnya rendah. Capital

Adequacy Ratio (CAR) digunakan peneliti sebagai proksi untuk mengukur tingkat

kecukupan modal pada PT Bank Pembangunan Daerah Bali. Capital Adequacy Ratio

digunakan untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang

aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko (Puspitasari, 2009). Berdasarkan

peraturan Bank Indonesia No.15/12/PBI/2013, permodalan minimum yang harus

2602
E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 4, No. 4, 2015: 2590-2617

dimiliki oleh suatu bank adalah 8%. Selain sebagai sumber utama pembiayaan

terhadap kegiatan operasional, permodalan juga berfungsi sebagai sebuah fondasi

bagi bank itu sendiri terhadap kemungkinan terjadinya kerugian, dan diharapkan

dapat mampu menjaga kepercayaan masyarakat dalam melaksanakan fungsi dasar

bank sebagai financial intermediary. Semakin tinggi tingkat Capital Adequacy Ratio

maka semakin tinggi kesempatan bank dalam menghasilkan laba. Dengan modal yang

tinggi, bank akan lebih leluasa dalam menempatkan dananya ke dalam aktivitas

investasi yang menguntungkan sehingga mampu meningkatkan profitabilitas.

Untuk menghadapi persaingan dan tuntutan konsumen, pengelolaan secara

efisien merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi bank untuk menjaga

kelangsungan operasionalnya dalam jangka waktu lama. Menurut Purba (2011)

efisiensi adalah “melakukan sesuatu secara tepat”, efisiensi didefinisikan sebagai

hubungan input dan output yang dihasilkan dengan sumber daya yang dipakai untuk

melakukan aktivitas operasional. Secara sederhana efisiensi operasional adalah

kemampuan perusahaan dalam mengelola input menjadi output dengan efisien.

Peneliti menggunakan BOPO sebagai proksi untuk mengukur tingkat efisiensi

operasional PT Bank Pembangunan Daerah Bali. Rasio ini digunakan untuk

mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan

operasinya. Rasio BOPO merupakan rasio perbandingan antara biaya operasional

dengan pendapatan operasional, dimana jika tingkat BOPO yang dihasilkan semakin

rendah maka kinerja manajemen dari bank tersebut berarti semakin baik. Hal tersebut

2603
Dwi Agung Prasetyo, Pengaruh Risiko Kredit...

menunjukkan bahwa bank lebih efisien dalam menggunakan sumber daya yang ada

untuk kegiatan operasionalnya sehingga profitabilitas akan semakin meningkat.

Berdasarkan studi empiris yang telah diuraikan, maka dapat diperoleh hipotesis

sebagai berikut:

H1: Risiko kredit berpengaruh negatif terhadap profitabilitas.

H2: likuiditas berpengaruh positif terhadap profitabilitas.

H3: kecukupan modal berpengaruh positif terhadap profitabilitas.

H4: efisiensi operasional berpengaruh negatif terhadap profitabilitas.

Metode Penelitian

Penelitan dilakukan di PT Bank Pembangunan Daerah Bali. Obyek dari

penelitian ini adalah tingkat profitabilitas yang dihubungkan dengan menggunakan

risiko kredit, likuiditas, kecukupan modal, dan efisiensi operasional yang terdapat

pada PT Bank Pembangunan Daerah Bali periode 2009-2013. Sumber data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari laporan

keuangan LPD di wilayah Kecamatan Kuta pada periode 2010-2012. Jenis data yang

digunakan adalah data kuantitatif dan kualitatif, sedangkan sumber data dalam

penelitian ini adalah data sekunder. Penelitian ini menggunakan variabel profitabilitas

sebagai variabel terikat, dan menggunakan variabel bebas yaitu risiko kredit,

likuiditas, kecukupan modal, dan efisiensi operasional.

Penelitian menggunakan metode penentuan sampel dengan non probability

sampling yaitu sampling jenuh. Sampel yang digunakan di dalam penelitian ini adalah

laporan keuangan bulanan dari PT Bank Pembangunan Daerah Bali periode


2604
E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 4, No. 4, 2015: 2590-2617

2009-2013 yaitu sebanyak 60. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode observasi nonparticipant. Teknik analisis yang

digunakan mengunakan regresi linier berganda yang diolah dengan bantuan SPSS.

Adapun persamaan dari regresi linier berganda yaitu sebagai berikut:


Y = β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + Ui …….……………….. (1)

Keterangan:
Y = Profitabilitas (ROA)
X1 = Risiko kredit (NPL)
X2 = Likuiditas (LDR)
X3 = Kecukupan modal (CAR)
X4 = Efisiensi operasional (BOPO)
β1 = koefisien regresi dari X1
β2 = koefisien regresi dari X2
β3 = koefisien regresi dari X3
β4 = koefisien regresi dari X4
Ui = faktor gangguan stokastik pada observasi

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Uji Asumsi Klasik

Hasil pengujian uji normalitas dilihat bahwa nilai Kolmogorov Sminarnov (K-

S) sebesar 0,653, sedangkan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,788. Hasil tersebut

mengindikasikan bahwa model persamaan regresi tersebut berdistribusi normal

karena nilai Asymp. Sig. (2-tailed) 0,788 lebih besar dari nilai alpha 0,05.

Berdasarkan uji autokorelasi terlihat nilai DW 1,836, dibandingkan dengan nilai tabel

signifikansi 5%, jumlah sampel 60 (n) dan jumlah variabel independen 4 (K=4) maka

diperoleh nilai du 1,727. Nilai DW 1,836 lebih besar dari batas atas (du) yakni 1,727

dan kurang dari (4-du) 4-1,727 = 2,273 dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat

2605
Dwi Agung Prasetyo, Pengaruh Risiko Kredit...

autokorelasi. Uji multikolinieritas menunjukkan tidak adanya gejala multikolenieritas

dengan nilai tolerance setiap variabel lebih besar dari 10% dan nilai VIF lebih kecil

dari 10. Uji heteroskedastisitas menunjukan nilai Sig. dari variabel risiko kredit,

likuiditas, kecukupan modal, dan efisiensi operasional sebesar 0,118, 0,940, 0,538

dan 0,083 lebih besar dari 0,05 yang berarti tidak terdapat pengaruh antara variabel

bebas terhadap absolute residual. Dengan demikian, model yang dibuat tidak

mengandung gejala heteroskedastisitas.

Tabel 2. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda

Std. Error of the


Model R R Square Adjusted R Square Estimate
a
1 .569 .324 .275 .91151
a. Predictors: (Constant), Efisiensi Operasional, Likuiditas,
Kecukupan Modal, Risiko Kredit

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) .840 2.514 .334 .740
Risiko Kredit -8.061 1.707 -.955 -4.723 .000
Likuiditas .107 .033 .631 3.212 .002
Kecukupan Modal -.019 .023 -.147 -.855 .396
Efisiensi Operasional -.171 .075 -.400 -2.278 .027

Sumber: hasil pengolahan data

Persamaan yang dapat diambil berdasarkan Tabel 2 yang merupakan hasil

analisis regresi linier berganda yaitu:

Y = – 0,955X1 + 0,631X2 – 0,147X3 – 0,400X4


Keterangan:
Y = Profitabilitas
X1 = Risiko kredit
X2 = Likuiditas
X3 = Kecukupan modal
X4 = Efisiensi operasional
2606
E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 4, No. 4, 2015: 2590-2617

Persamaan regresi linier berganda tersebut menunjukkan arah masing-masing

variabel bebas terhadap variabel terikatnya, dimana koefisien regresi variabel bebas

yang bertanda negatif berarti mempunyai pengaruh yang berlawanan terhadap ROA

sebagai proksi profitabilitas. Persamaan regresi tersebut dapat diuraikan sebagai

berikut.

β1 = -0,955 artinya bahwa setiap risiko kredit meningkat sebesar 1%, maka

profitabilitas akan mengalami penurunan sebesar 8,061% dengan asumsi variabel

lainnya konstan.

β2 = 0,631 artinya bahwa setiap likuiditas meningkat 1%, maka Profitabilitas akan

mengalami peningkatan sebesar 0,107% dengan asumsi variabel lainnya konstan.

β3 = -0,147 artinya bahwa setiap kecukupan modal meningkat sebesar 1%, maka

profitabilitas akan mengalami penurunan sebesar 0,019% dengan asumsi variabel

lainnya konstan.

β4 = -0,400 artinya bahwa setiap efisiensi operasional meningkat sebesar 1%, maka

profitabilitas akan mengalami penurunan sebesar 0,171% dengan asumsi variabel

lainnya konstan.

Berdasarkan tabel 2 nilai dari Adjusted R Square adalah 0,275 atau 27,5%

artinya besarnya kemampuan variasi risiko kredit, likuiditas, kecukupan modal, dan

efisiensi operasional dapat menjelaskan variabel profitabilitas 27,5% sedangkan

sisanya 72,5% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak dijelaskan penelitian ini.
2607
Dwi Agung Prasetyo, Pengaruh Risiko Kredit...

Pengujian Hipotesis

Uji Parsial

Pengaruh risiko kredit (X1) terhadap profitabilitas (Y) pada PT Bank

Pembangunan Daerah Bali periode 2009-2013

Hasil penelitian ini menunjukkan nilai signifikansi risiko kredit sebesar 0,000

< 0,05, maka Ho ditolak, yang berarti ada pengaruh signifikan antara risiko kredit

terhadap profitabilitas pada PT Bank Pembangunan Daerah Bali periode 2009-2013.

Nilai beta -0,955 menunjukkan arah yang negatif dimana menunjukkan bahwa risiko

kredit berpengaruh negatif terhadap profitabilitas. Nilai tersebut menunjukkan jika

risiko kredit yang dihadapi meningkat, maka profitabilitas yang dicapai oleh PT Bank

Pembangunan Daerah Bali akan menurun, dan sebaliknya. Hasil penelitian ini sesuai

dengan pernyataan yang menyatakan peningkatan risiko kredit berpengaruh terhadap

profitabilitas, karena semakin tinggi tingkat NPL sebagai proksi dari risiko kredit

menandakan semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit

bermasalah semakin besar (Fifit, 2013). Tingkat NPL yang tinggi membuat bank

harus menanggung kerugian dalam kegiatan operasionalnya sehingga berpengaruh

terhadap penurunan profitabilitas. Risiko kredit merupakan risiko yang wajar terjadi

mengingat salah satu usaha inti bank itu sendiri adalah pemberian kredit, sehingga

manajemen bank harus bisa mengoptimalkan pemberian kredit untuk mengurangi

tingkat NPL yang dihadapi. Bank Indonesia menetapkan batas maksimum NPL yaitu

5% agar tidak mempengaruhi tingkat kesehatan bank, oleh karena itu setiap bank

diharapkan mampu menjaga tingkat NPL agar tidak melebihi batas maksimal yang
2608
E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 4, No. 4, 2015: 2590-2617

disyaratkan yaitu 5%. Dengan demikian hipotesis pertama yang menyatakan bahwa

risiko kredit berpengaruh negatif dan signifikan terhadap profitabilitas dapat diterima.

Hasil temuan ini didukung oleh hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

Wulandari (2014), Kolapo et al., (2012), dan Maheswari (2014) yang juga

mendapatkan hasil bahwa risiko kredit berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

profitabilitas.

Pengaruh likuiditas (X2) terhadap profitabilitas (Y) pada PT Bank

Pembangunan Daerah Bali periode 2009-2013

Hasil penelitian ini menunjukkan nilai signifikan likuiditas sebesar 0,002 <

0,05, maka Ho ditolak, yang berarti ada pengaruh signifikan antara likuiditas terhadap

profitabilitas pada PT Bank Pembangunan Daerah Bali periode 2009-2013. Nilai beta

0,631 menunjukkan arah yang positif dimana menunjukkan bahwa likuiditas

berpengaruh positif terhadap profitabilitas. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori

yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat LDR menunnjukkan lembaga

keuangan tersebut berada dalam kondisi illikuid, sedangkan tingkat rasio yang rendah

menunjukkan bank dalam kondisi likuid (Kasmir, 2011:130), keadaan illikuid terjadi

apabila bank tidak menyalurkan kredit secara efisien sehingga melebihi ketentuan

batas aman LDR yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu 78-100 persen, hal

tersebut mengakibatkan bank kesulitan untuk memenuhi kewajiban jangka

pendeknya. Pengaruh positif antara likuiditas terhadap profitabilitas tidak lepas dari

kemampuan bank dalam mengelola likuiditasnya dan dapat dilihat dari data LDR

bank yang rata-rata masih berada pada ketetapan Bank Indonesia yaitu 78-100 persen

2609
Dwi Agung Prasetyo, Pengaruh Risiko Kredit...

Hal tersebut menunjukkan bahwa bank dianggap mampu menyalurkan kredit secara

optimal dan efisien dimana ketika jumlah kredit yang disalurkan meningkat, maka

pendapatan dari kredit tersebut akan naik dan sekaligus meningkatkan kemampuan

bank dalam menghasilkan laba. Hasil ini mendukung hipotesis kedua yang

menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh positif dan signifikan terhadap

profitabilitas pada PT Bank Pembangunan Daerah Bali periode 2009-2013. Hasil

penelitian ini didukung oleh hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

Miadalyni (2013) Agustiningrum (2013), dan Fahrizal (2014) yang mendapatkan

hasil likuiditas berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas.

Pengaruh kecukupan modal (X3) terhadap profitabilitas (Y) pada PT Bank

Pembangunan Daerah Bali periode 2009-2013

Hasil penelitian ini menunjukkan nilai signifikan kecukupan modal sebesar

0,396 > 0,05, maka Ho diterima, yang berarti tidak ada pengaruh signifikan antara

kecukupan modal terhadap profitabilitas pada PT Bank Pembangunan Daerah Bali

periode 2009-2013. Nilai beta -0,147 menunjukkan arah yang negatif dimana

menunjukkan bahwa kecukupan modal berpengaruh negatif terhadap profitabilitas.

Nilai tersebut menunjukkan jika nilai kecukupan modal meningkat, maka

profitabilitas yang dicapai oleh PT Bank Pembangunan Daerah Bali akan menurun,

begitu juga sebaliknya. Hasil penelitian ini tidak mendukung hipotesis ketiga yaitu

kecukupan modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas PT Bank

Pembangunan Daerah Bali periode 2009-2013. Arah yang negatif antara kecukupan

modal terhadap profitabilitas dimungkinkan terjadi jika tingkat pertumbuhan CAR

2610
E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 4, No. 4, 2015: 2590-2617

yang tidak konsisten pada PT Bank Pembangunan Daerah Bali ditutupi dengan

pengelolaan kegiatan operasional perusahaan dengan baik sehingga bank mampu

menghasilkan output tinggi yang mampu meningkatkan profitabilitas. Hasil penelitian

ini didukung oleh hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Miadalyni (2013)

dimana mengatakan bahwa kecukupan modal berpengaruh negatif dan tidak

signifikan terhadap profitabilitas.

Pengaruh efisiensi operasional (X4) terhadap profitabilitas (Y) pada PT Bank

Pembangunan Daerah Bali periode 2009-2013

Hasil penelitian ini menunjukkan nilai signifikan efisiensi operasional sebesar

0,27 < 0,05, maka Ho ditolak, yang berarti ada pengaruh signifikan antara efisiensi

operasional terhadap profitabilitas pada PT Bank Pembangunan Daerah Bali periode

2009-2013. Nilai beta -0,400 menunjukkan arah yang negatif dimana menunjukkan

bahwa efisiensi operasional berpengaruh negatif terhadap profitabilitas. Nilai tersebut

menunjukkan jika nilai efisiensi operasional meningkat, maka profitabilitas yang

dicapai oleh PT Bank Pembangunan Daerah Bali akan menurun, begitu juga

sebaliknya. Hasil penelitian ini mendukung hipotesis keempat yang menyatakan

bahwa efisiensi operasional berpengaruh negatif dan signifikan terhadap profitabilitas

PT Bank Pembangunan Daerah Bali periode 2009-2013. Hasil penelitian ini sejalan

dengan teori yang ada, dimana menyatakan bahwa jika tingkat BOPO yang dihasilkan

semakin rendah maka kinerja manajemen dari bank tersebut berarti semakin baik

(Dendawijaya, 2009:119). Tingkat BOPO yang rendah menunjukkan bahwa bank

lebih efisien dalam menggunakan sumber daya yang ada untuk kegiatan

2611
Dwi Agung Prasetyo, Pengaruh Risiko Kredit...

operasionalnya. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang ada, dimana

menyatakan bahwa jika tingkat BOPO yang dihasilkan semakin rendah maka kinerja

manajemen dari bank tersebut berarti semakin baik (Dendawijaya, 2009:119).

Tingkat BOPO yang rendah menunjukkan bahwa bank lebih efisien dalam

menggunakan sumber daya yang ada untuk kegiatan operasionalnya. Hasil penelitian

ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan Oktaviantari (2013), Sianturi

(2012), Sastrosuwito dan Suzuki (2014) yang juga mendapatkan hasil serupa yaitu

BOPO berpengaruh negatif terhadap ROA.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka

diperoleh simpulan sebagai berikut; 1) Risiko kredit secara parsial berpengaruh

negatif dan signifikan terhadap profitabilitas pada PT Bank Pembangunan Daerah

Bali periode 2009-2013 dengan nilai signifikansi risiko kredit sebesar 0,000 < 0,05,

dan nilai beta -0,955. 2) Likuiditas secara parsial berpengaruh positif dan signifikan

terhadap profitabilitas pada PT Bank Pembangunan Daerah Bali periode 2009-2013

dengan nilai signifikansi likuiditas sebesar 0,002 < 0,05, dan nilai beta 0,631. 3)

Kecukupan modal secara parsial berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap

profitabilitas pada PT Bank Pembangunan Daerah Bali periode 2009-2013 dengan

nilai signifikansi kecukupan modal sebesar 0,396 > 0,05, dan nilai beta -0,147. 4)

Efisiensi operasional secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

2612
E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 4, No. 4, 2015: 2590-2617

profitabilitas pada PT Bank Pembangunan Daerah Bali periode 2009-2013 dengan

nilai signifikansi efisiensi operasional sebesar 0,027 < 0,05, dan nilai beta -0,400

Adapun saran yang bisa diberikan bagi pihak PT Bank Pembangunan Daerah

Bali dimana disarankan agar memperhatikan risiko kredit (NPL), likuiditas (LDR),

kecukupan modal (CAR), dan efisiensi operasional (BOPO) yang muncul dalam PT

Bank Pembangunan Daerah Bali. Kemampuan PT Bank Pembangunan Daerah Bali

dalam mengelola risiko kredit yang dihadapi diharapkan agar dapat dipertahankan

atau lebih ditingkatkan. Dari faktor likuiditas, disarankan kepada PT Bank

Pembangunan Daerah Bali untuk lebih memaksimalkan lagi penyaluran kreditnya

namun tetap menjaga agar tingkat LDR tetap berada dalam batas aman Bank

Indonesia. PT Bank Pembangunan Daerah Bali diharapkan memperhatikan jumlah

modal yang ada karena modal tersebut mencerminkan bagaimana kemampuan bank

dalam menghadapi risiko-risiko jika terjadi aktivitas tidak terduga yang dapat

menimbulkan kerugian di masa mendatang. Permodalan yang kuat juga akan dapat

membantu untuk melancarkan aktivitas operasional bank, jika pertumbuhan bank

meningkat dan aktivitas operasional lancar maka profitabilitas juga akan meningkat.

Efisiensi operasional bank juga disarankan agar ditingkatkan lagi dengan cara

mengelola biaya operasional agar pengeluaran dari PT Bank Pembangunan Daerah

Bali lebih rendah daripada pendapatan operasionalnya.

Dan bagi peneliti selanjutnya juga disarankan untuk dapat menambahkan

variabel-variabel lain yang tidak dicantumkan didalam penelitian ini, seperti variabel

Net Interest Margin (NIM), kualitas aktiva produktif, dan Loan to Asset Ratio serta
2613
Dwi Agung Prasetyo, Pengaruh Risiko Kredit...

diharapkan mampu menambah referensi terhadap variabel-variabel yang diteliti.

Peneliti selanjutnya juga diharapkan untuk menambah rentang waktu penelitian agar

dapat memperluas penelitian dan menghasilkan analisis yang lebih baik.

REFERENSI

Agustiningrum, Riski. 2013. Analisis Pengaruh CAR, NPL, dan LDR Terhadap
Profitabilitas Pada Perusahaan Perbankan. E-Jurnal Program Studi Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, 2(8), h: 885-902.

Alper, Deger., and Anbar, Adem. 2011. Bank Specific and Macroeconomic
Determinants of Commercial Bank Profitability: Empirical Evidence from
Turkey. Business and Economics Research Journal, 2(2), pp: 139-152.

Anjani, Dewa Ayu. 2014. Pengaruh Non Performing Loan (NPL), Likuiditas, dan
Rentabilitas Terhadap Rasio Kecukupan Modal. E-Jurnal Program Studi
Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, 3(4), h: 1140-
1155.

Audhya, Rahayu Kartika Dewi Putu. 2014. Pengaruh Perputaran Kas, LDR, dan CAR
Terhadap Profitabilitas Pada LPD Desa Bondalem. E-Jurnal Program Studi
Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, 3(1), h: 169-
182.

Buyuksalvarci, Ahmet., and Abdioglu, Hasan. 2011. Determinants of Capital


Adequacy Ratio in Turkish Banks: A Panel Data Analysis. African Journal of
Business Management, 5(27), pp: 11199-11209.

Dendawijaya, Lukman. 2009. Manajemen Perbankan. Edisi Revisi. Bogor: Ghalia


Indonesia.

Fahrizal. 2014. Pengaruh Risiko Usaha Terhadap Profitabilitas Pada Lembaga


Perkreditan Desa di Kecamatan Kuta Kabupaten Badung Periode 2010-2012.
E-Jurnal Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Udayana, 3(10), h: 3067-3077.

Fifit Syaiful, Putri. 2013. Pengaruh Risiko Kredit Dan Tingkat Kecukupan Modal
Terhadap Tingkat Profitabilitas Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia. Skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Padang.
2614
E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 4, No. 4, 2015: 2590-2617

Gul, Sehrish., Irshad, Faiza., and Zaman, Khalid. 2011. Factors Affecting Bank
Profitability in Pakistan. The Romanian Economic Journal, 39, pp: 61-67.

Javaid, Saira., Anwar, Jamil., Zaman, Khalid., and Gafoor, Abdul. 2012. Determinants
od Bank Profitability in Pakistan: Internal Factor Analysis. Mediterranean
Journal of Social Sciences, 2(1), pp: 59-78.

Jha, Suvita., and Hui, Xiaofeng. 2012. A Comparison of Financial Performance of


Commercial Banks: A Case Study of Nepal. African Journal of Business
Management, 6(25), pp: 7601-7611.

Kargi, Hamisu Suleiman. 2014. Credit Risk and the Performance of Nigerian Banks.
Acme Journal of Accounting, Economics and Finance, 1(1), pp: 7-14.

Kasmir. 2011. Manajemen Perbankan. Edisi Revisi. Jakarta: Rajawali Pers.

----------. 2012. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi Revisi. Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada.

Kithinji, Angela M. 2010. Credit Risk Management and Profitability of Commercial


Banks in Kenya, School of Business, University of Nairobi.
http://aibumaorg.uonbi.ac.ke/archive/proceedings2011/aibuma2011_submissio
n_69_1_.pdf. Diunduh tanggal 16, bulan Januari, tahun 2015.

Kolapo, T. Funso., Ayeni, R. Kolade., and Oke, M. Ojo. 2012. Credit Risk and
Commercial Banks’ Performance in Nigeria: A Panel Model Approach.
Australian Journal of Business and Management Research, 2(2), pp: 31-38.

Maheswari, Kadek Indah. 2014. Pengaruh NPL terhadap ROA dengan Mediasi CAR
dan BOPO Pada Perbankan Indonesia. E-Jurnal Program Studi Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, 3(4), hal: 1119-1139.

Miadalyni, Putu Desi. 2013. Pengaruh Loan to Deposit Ratio, Loan to Asset Ratio,
Capital Adequacy Ratio dan Kualitas Aktiva Produktif Terhadap Profitabilitas
Pada PT Bank Pembangunan Daerah Bali Kantor Pusat Denpasar. E-Jurnal
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana,
2(12), hal: 1542-1558.

Munawir, S. 2010. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Keempat. Yogyakarta: Liberty.

Nawaz, Muhammad., and Munir, Sahid. 2012. Credit Risk and the Performance of
Nigerian Banks. Interdisciplinary Journal of Contemporary Research in
Business, 4(7), pp: 49-63.
2615
Dwi Agung Prasetyo, Pengaruh Risiko Kredit...

Nusantara, Ahmad Buyung. 2009. Analisis Pengaruh NPL, CAR, LDR, Dan BOPO
Terhadap Profitabilitas Bank (Perbandingan Bank Umum Go Publik Dan Bank
Umum Non Go Publik Di Indonesia Periode Tahun 2005-2007). Tesis Program
Studi Magister Manajemen Universitas Diponegoro Semarang.

Oktaviantari, Luh Putu Eka. 2013. Pengaruh Tingkat Risiko Perbankan Terhadap
Profitabilitas Pada BPR di Kabupaten Badung. E-Jurnal Program Studi
Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, 2(12), hal:
1617-1633.

Olalekan, Asikhia., and Adeyinka, Sokefun. 2013. Capital Adequacy and Banks’
Profitability: An Empirical Evidence from Nigeria. American International
Journal of Contemporary Research, 3(10), pp: 87-93.

Ongore, V. Okoth., and Kusa, G. Berhanu. 2013. Determinants of Financial


Performance of Commercial Banks in Kenya. International Journal of
Economics and Financial Issues, 3(1), pp: 237-252.

Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/7/PBI/2013.

Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/12/PBI/2013.

Porawouw, M. Anastasya. 2014. The Application of Camel Model on Banks Listed in


Indonesia Stock Exchange Period 2008-2010. International Business
Administration Journal University of Sam Ratulangi Manado, 2(1), pp: 124-
233.

Purba, Daris. 2011. Pengaruh Kecukupan Modal, Likuiditas, dan Efisiensi Operasional
Terhadap Profitabilitas Pada PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Skripsi
Konsentrasi Perbankan Syariah Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Hidayatullah, Jakarta

Puspitasari, Diana. 2009. Analisis Pengaruh CAR, NPL, PDN, NIM, BOPO, LDR, dan
Suku Bunga BI Terhadap ROA (Studi Pada Bank Devisa Di Indonesia Periode
2003-2007). Tesis Program Studi Magister Manajemen Program Pascasarjana
Universitas Diponegoro, Semarang.

Saleem, Qasim., and Rehman, Ramiz Ur. 2011. Impacts of Liquidity Ratios on
Profitability (Case of Oil and Gas Companies in Pakistan). Interdisciplinary
Journal of Research in Business, 1(7), pp: 95-98.

2616
E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 4, No. 4, 2015: 2590-2617

Sastrosuwito, Suminto., and Yasushi Suzuki. 2012. The Determinants of Post-Crisis


Indonesian Banking System Profitability. Economic and Finance Review, 1(1),
pp: 48-57.

Sianturi, Maria Regina Rosario. 2012. Pengaruh CAR, NPL, LDR, NIM, dan BOPO
Terhadap Profitabilitas Perbankan (Studi Kasus Pada Bank Umum Yang Listed
Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2011). Skripsi Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin, Makassar.

Sudirman, I Wayan. 2013. Manajemen Perbankan Menuju Bankir Kovensional yang


Profesional. Edisi Pertama. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/24/DPNP/2011.

Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/24/PBI/2011.

Triandaru, Sigit., dan Totok Budisantoso. 2009. Bank Dan Lembaga Keuangan Lain.
Edisi Dua. Jakarta: Salemba Empat.

Uremadu, S. Ofumbia., Egbide, Ben-Caleb., and Enyi, E. Patrick. 2012. Working


Capital Management, Liquidity and Corporate Profitability Among Quoted
Firms in Nigeria Evidence from the Productive Sector. International Journal of
Academic Research in Accounting, Finance and Management Sciences, 2(1),
pp: 80-97.

Vodova, Pavla. 2011. Liquidity of Czech Commercial Banks and its Determinants.
International Journal of Mathematical Models and Methods in Applied
Sciences, 5(6), pp: 1060-1067.

Wiagustini, Luh Putu. 2010. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Denpasar: Udayana


University Press.

Wulandari, Luh Putu Fiadevi. 2014. Pengaruh CAR, NPL, dan CR Pada Profitabilitas
BPR Se-Kabupaten Gianyar. E-Jurnal Program Studi Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, 3(1), hal: 99-116.

www.bpdbali.co.id.

2617
AGORA Vol. 5, No. 1, (2017)

ANALISIS FUNGSI MANAJEMEN OPERASIONAL PADA PT.


PUYUH PLASTIC

Valentina Christanti Santoso


Program Manajemen Bisnis, Program Studi Manajemen, Universitas Kristen Petra
Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya
E-mail: chen.grace79@yahoo.com

Abstrak²PT. Puyuh Plastic merupakan salah satu salah satu produk dari hasil pengolahan plastik daur ulang
perusahaan yang bergerak di bidang industri plastik.Tujuan yang tidak ramah lingkungan. Tali rafia ini banyak digunakan
penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pengelolaan oleh orang rumahan maupun orang pabrikan.
operasional dengan menjelaskan fungsi manajemen Perkembangan industri plastik merupakan sektor yang
operasional pada PT. Puyuh Plastic.Metode penelitian kurang strategis untuk mendukung pertumbuhan
yang digunakan adalah kualitatif dan purposive pembangunan ekonomi nasional dan memberikan kontribusi
sampling dengan melakukan wawancara kepada 3 yang penting bagi perekonomian nasional. Sampah plastik di
informan. Uji keabsahan data yang digunakan adalah Indonesia menduduki peringkat kedua penghasil sampah
triangulasi sumber. Hasil penelitian ini menunjukkan domestik, yaitu 5,4 juta ton per tahun (antaranewsonline,
bahwa perusahaan memiliki kapasitas yang tidak kelebihan 4/2/2014).
dan dapat memproduksi produk sesuai dengan permintaan Kualitas hasil produksi tali rafia sangat beragam
pembeli, lokasi yang strategis sehingga mudah dijangkau
tergantung pengolahan operasional perusahaan. Misalnya,
oleh pemasok dan tenaga kerja, tata letak yang
memperhatikan keamanan dan keselamatan karyawan,
UD Nirwana Plastik, yang merupakan salah satu produsen tali
kualitas produk yang baik dan sulit dicontoh kompetitor, rafia di Bogor, Jawa Barat, mampu menghasilkan 20 ton tali
serta metode produksi yang jelas. Selain itu, memiliki setiap bulan, karena harganya yang murah terutama pada tali
penjadwalan mengenai produksi yaitu Master Production rafia hitam yang mencapai 60% dari total penjualan
Schedule yang rinci, Detailed Short-Term Schedule (portalinvestasionline, 1/10/2016). Kualitas hasil produksi tali
dengan memiliki sistem manajemen pemeliharaan mesin, rafia dapat diperkuat oleh fakta yang terdapat pada CV.
dan Staff Schedule yang jelas sehingga perusahaan dapat Melindo Jaya yang berlokasi di Desa Sawahan Jaten,
melakukan aktivitas produksi dengan lancar. Pengawasan Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Industri tersebut
operasional di perusahaan ditunjukkan dengan memproduksi dua jenis tali rafia, yaitu tali rafia super dan tali
pengiriman barang yang terpenuhi, penyimpanan stok di rafia KW 3. Konsumen mengeluhkan hasil produksi tali rafia
gudang yang cukup, memiliki pemasok yang berpotensi, yang lebih dari 1 gr/m, sedangkan berat spesifik tali rafia
dan dapat mengontrol inventori dengan baik. Struktur yang ada di pasaran saat ini adalah 0,9 gr/m. Tingginya
organisasi, job description, visi dan misi, serta SOP permintaan dan adanya komplain pada CV. Melindo
yang tertulis dan jelas dibutuhkan oleh perusahaan. menjadikan perusahaan ini meningkatkan mutu produksi
Motivasi, keterlibatan lebih karyawan, dan penghargaan karena kepuasan konsumen belum terpenuhi. Kepuasan
juga perlu diperhatikan untuk karyawan. Fasilitas menjadi komponen penting di dalam industri tali rafia (DH
pendukung juga perlu ditambahkan agar suasana di Darmono, 2015).
perusahaan tidak membosankan. Kesulitan bahan baku yang didapat dalam pembuatan tali
rafia juga dapat menjadi hal yang perlu diperhatikan agar
Kata Kunci² Manajemen Operasional, Fungsi Manajemen tidak menghambat proses produksi karena biasanya barang
Operasional
yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan tali rafia
I. PENDAHULUAN adalah barang recycle maupun langsung dari sampah plastik
Hal ini diperkuat oleh fakta bahwa Putranto, pemilik CV.
Dian Selaras di Tangerang, Banten, mengatakan bahwa ia
Industri plastik merupakan salah satu industri yang sedang
kesulitan dalam mencari bahan baku limbah plastik. Selain
berkembang di Indonesia. Menurut Direktur Industri Kimia
itu, kesulitan berada pada kualitas limbah plastik yang ada di
Dasar Kementrian Perindustrian, Tony Tanduk, pada tahun
bawah kebutuhan standar. Namun, ia berusaha untuk
2013, total kebutuhan plastik Indonesia adalah 3,8 juta ton
memaksimalkan sampah plastik yang berada di bawah
dan tumbuh 10% setiap tahunnya (bisnis.tempoonline,
28/11/2013). Salah satu faktor pemicu meningkatnya kualitas standar tersebut (peluangusaha.kontanonline,
kebutuhan plastik disebabkan oleh semakin banyak sektor 3/10/2011).
industri lain yang membutuhkan produk plastik untuk Di dalam era industrialisasi yang terus berkembang,
pengemasan produk atau sebagai pelengkap kemasan. Tali penggunaan peralatan mesin semakin berhubungan erat
rafia merupakan dengan kualitas manajemen operasional perusahaan untuk
AGORA Vol. 5, No. 1, (2017)

membantu merencanakan, mengimplementasikan, dan menjadi permasalahan di dalam perusahaan, sehingga peneliti
menjalankan perencanaan sumber daya perusahaannya. tertarik untuk melakukan penelitian ini untuk menganalisis
Seperti yang diungkapkan oleh Heizer dan Render (2011), pengelolaan operasional di PT. Puyuh Plastic dengan fungsi
manajemen operasi adalah serangkaian aktivitas yang manajemen operasional, dikarenakan perusahaan kadangkala
menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengalami kerusakan pada mesin dan kesulitan mendapatkan
mengubah input menjadi output. afalan plastik dari pemasok karena merupakan barang
recycle. Selain itu, hal yang menarik adalah perusahaan
Untuk menciptakan manajemen operasional yang efektif
dan efisien, dapat diketahui melalui fungsi manajemen memiliki kualitas produk tali rafia yang bagus dan sulit ditiru
operasional sebagai berikut: oleh kompetitor.
Z Perencanaan Operasional (Operations Plan)
Perencanaan operasi dibagi menjadi lima kategori, yaitu II. METODE PENELITIAN
perencanaan kapasitas, lokasi, susunan tata ruang (layout), kualitas,
dan metode produksi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif,
T) Penjadwalan Operasional (Operations Schedule) karena dapat menunjukkan situasi dan kondisi nyata yang
Manajer mengembangkan daftar atau jadwal untuk terjadi mengenai pengelolaan operasional yang diterapkan di
mendapatkan dan menggunakan sumber daya produksi. dalam perusahaan, mendeskripsikan pengelolaan operasional
Penjadwalan menunjukkan produk apa yang akan diproduksi, dengan menggunakan hasil wawancara, dan menganalisis
kapan proses produksi dilakukan, dan sumber daya yang akan pengelolaan operasional dengan fungsi manajemen
digunakan. operasional di PT. Puyuh Plastic.
< Pengawasan Operasional (Operations Control) Subjek dalam penelitian ini adalah pengelolaan
Pengawasan operasional menyangkut manajemen material operasional di PT. Puyuh Plastic. Objek dalam penelitian ini
dan pengendalian mutu. Manajemen material terdiri dari lima adalah Direktur Utama, Supervisor bagian Produksi, dan
bidang, yaitu transportasi, pergudangan, inventori, pemilihan Karyawan bagian Produksi di PT. Puyuh Plastic. Sumber data
pemasok, dan pembelian bahan baku untuk produksi. primer dalam penelitian ini adalah hasil wawancara yang
PT. Puyuh Plastic adalah salah satu perusahaan yang diperoleh secara langsung dari pihak-pihak yang
bergerak di bidang industri plastik, yang berlokasi di Jl. diwawancarai. Pada penelitian ini, peneliti melakukan
Rungkut Industri II no. 41A, Surabaya, Jawa Timur. Alasan wawancara dengan memberikan beberapa pertanyaan
perusahaan memilih lokasi tersebut, karena letaknya berada di mengenai dimensi-dimensi fungsi manajemen operasional
kawasan industri sehingga mudah dijangkau oleh pemasok kepada informan-informan yang telah dipilih oleh peneliti
dan tenaga kerja. Perusahaan ini berdiri pada tahun 1979 untuk mengetahui pengelolaan operasional di PT. Puyuh
hingga sekarang, bermula dari memproduksi kantong plastik Plastic. Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah
yang kemudian beralih untuk memproduksi tali rafia. buku dan jurnal yang terkait dengan penelitian, serta
Penelitian ini telah disetujui oleh Mien Suseno selaku direktur dokumen-dokumen yang ada pada perusahaan. Dokumen
utama dari PT. Puyuh Plastic. perusahaan berupa data produksi tali rafia dan jadwal shift
Fenomena yang terjadi di PT. Puyuh Plastic saat ini adalah kerja pada karyawan.
mesin yang terkadang mengalami kerusakan dapat Metode penentuan informan yang digunakan dalam
menghambat operasional perusahaan sehingga menghasilkan penelitian ini adalah teknik purposive sampling. Teknik
output yang tidak sesuai dengan standar kualitas yang purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel
dimiliki perusahaan. Selain itu, perusahaan yang kadang kala sumber data dengan pertimbangan tertentu, misalnya orang
mengalami kesulitan dalam memperoleh bahan baku karena tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita
tidak mendapatkan afalan plastik yang cukup dari pemasok. harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa, sehingga akan
Lalu, fenomena lain adalah kualitas tali rafia yang diproduksi memudahkan peneliti untuk menjelajahi obyek atau situasi
PT. Puyuh Plastic bagus dan sulit ditiru oleh kompetitor. sosial yang diteliti (Sugiyono, 2011, pp.218-219). Peneliti
Pengelolaan operasional merupakan hal yang penting bagi menggunakan teknik ini dengan tujuan agar informan yang
kualitas produk, seperti hasil produksi tali rafia yang sesuai dipilih benar-benar sesuai karena paling tahu dan mengerti
dengan standar perusahaan dan quality control yang dimiliki tentang kebutuhan data-data yang dibutuhkan oleh peneliti.
perusahaan. Produk tali rafia dengan kualitas yang terbaik Dalam penyelesaian penelitian ini, maka peneliti terlebih
dan sedikitnya cacat pada produk tali rafia yang dihasilkan, dahulu memilih informan sebagai narasumber dalam
serta ketepatan waktu dalam memproduksi dapat memenuhi pemberian informasi yang dibutuhkan. Para informan yang
permintaan konsumen sehingga kepuasan konsumen akan dipilih oleh peneliti, yaitu: Mien Suseno selaku Direktur
meningkat. Perusahaan mengutamakan kualitas dalam Utama PT. Puyuh Plastic, Ayu Sabarwati selaku Supervisor
memproduksi tali rafia, yang lolos ke tangan pembeli bagian Produksi PT. Puyuh Plastic, dan Sriani selaku
haruslah yang sesuai dengan quality control perusahaan. Karyawan bagian Produksi PT. Puyuh Plastic.
Sesuai dengan visi dan misi yang dimiliki perusahaan, yaitu Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang
mendapatkan omzet sebanyak-banyaknya dengan terus digunakan adalah wawancara semi terstruktur, dimana dalam
mencari pesanan dan mempromosikan produk melalui pelaksanaannya lebih bebas dan memungkinkan untuk
website dan media sosial. menemukan permasalahan secara lebih terbuka dimana pihak-
Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa terdapat pihak yang diwawancarai dimintai pendapat dan ide
beberapa hal yang (Sugiyono, 2011, p.233).
AGORA Vol. 5, No. 1, (2017)

Dalam penelitian ini, menggunakan tiga tahapan dalam baku yang digunakan adalah plastik PVC shrink, afalan
menganalisis data, yaitu reduksi data, penyajian data, dan plastik, dan pewarna. Perwarna yang digunakan perusahaan
kesimpulan. Reduksi data berarti merangkum, memilih hal- adalah barang impor yang dibeli melalui distributor pewarna
hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, yang berada di daerah Surabaya. Selain itu, pewarna yang
dicari tema dan polanya. Dengan demikian, data yang telah dimiliki PT. Puyuh Plastic sudah dipatenkan sehingga tidak
direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dapat ditiru oleh kompetitor. Kualitas bahan baku yang
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data digunakan tentu memberikan pengaruh terhadap kualitas
selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan (Sugiyono, 2011, produk tali rafia.
p.246). Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian PT. Puyuh Plastic tidak memiliki Standard Operating
singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan Procedure (SOP) secara tertulis dan struktur organisasinya
sejenisnya. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan juga tidak tertulis. Job desc di perusahaan juga tidak tertulis.
data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang Hal ini tentu mempengaruhi pemahaman pihak-pihak di
bersifat naratif. Dengan menyajikan data, maka akan dalam perusahaan mengenai bagian apa yang mereka
memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, kerjakan dan bagaimana mengerjakannya. Namun, direktur
merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah utama dengan dibantu oleh supervisor tetap mengarahkan
dipahami tersebut (Sugiyono, 2014, p.246). Kesimpulan karyawan sebagaimana mestinya. Perusahaan melakukan
dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru briefing setiap bulan sekali untuk membimbing karyawan.
yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa Perusahaan menanamkan quality ownership kepada seluruh
deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih karyawan, sehingga mereka menyadari akan pentingnya
remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi kualitas pada suatu produk yang ditawarkan perusahaan. Jadi,
jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis semua orang di dalam perusahaan menyadari akan pentingnya
atau teori (Sugiyono, 2014, p.246). kualitas produk yang dihasilkan.
Metode pengujian data yang digunakan dalam penelitian Proses transformasi dari bahan baku hingga barang jadi
ini adalah triangulasi sumber. Menurut Sugiyono (2011, p. pada PT. Puyuh Plastic ini dapat dikatakan singkat,
274), triangulasi sumber berarti untuk mendapatkan data dari sederhana, dan efisien dalam arti tidak banyak menghabiskan
sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama. waktu. Mulai dari proses memasukkan bahan baku sampai
pada proses finishing, yaitu memproduksi tali rafia yang siap
III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN dikemas. Peralatan-peralatan yang digunakan perusahaan
Manajemen Operasional adalah proses yang digunakan dalam proses transformasi tersebut adalah, mesin cacah,
oleh suatu organisasi agar mendapatkan bahan dan ide untuk mixer, mesin pelet jasa/ATT, mesin tali, dan mesin
produk yang ditetapkan, proses mengubahnya menjadi suatu pengemasan. Sebagian besar dari mesin-mesin tersebut
produk, dan proses menyediakan produk akhir bagi adalah made in Taiwan.
pengguna. Manajemen operasional mengacu pada produk Dalam penggunaan mesin-mesin tersebut, perusahaan
utama perusahaan. tentu melakukan maintenance/perawatan pada mesin-mesin
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan, didapatkan yang digunakan. Perusahaan memiliki sistem manajemen
informasi yang sama mengenai PT. Puyuh Plastic dalam pemeliharaan, bersifat terencana dan tidak terencana. Untuk
melakukan proses produksi, yaitu afalan plastik yang berupa yang bersifat terencana, perusahaan merencanakan
lembaran dicacah dengan mesin cacah menjadi bagian-bagian pemeliharaan untuk mencegah kerusakan pada mesin dan
yang lebih kecil. Lalu, bagian-bagian kecil tersebut diberi untuk memperbaiki bagian-bagian yang rusak pada mesin.
warna dengan mixer. Setelah diberi warna, bagian-bagian Untuk pencegahan, perusahaan melakukan inspeksi,
kecil tersebut dimasukkan ke dalam mesin pelet jasa/ATT penyetelan, dan pelumasan pada mesin. Perusahaan juga
untuk dijadikan bijih plastik. Bijih plastik tersebut diproses menambahkan suku cadang untuk memperbaiki kerusakan-
lebih lanjut menjadi produk tali rafua yang siap dikemas. Dari kerusakan kecil yang ada pada mesin. Untuk perbaikan,
bijih plastik tersebut, diseleksi mana yang baik dan tepat perusahaan melakukan pembongkaran pada mesin untuk
digunakan untuk memproduksi tali agar kualitas tali rafia mengecek apakah bagian-bagian di dalam mesin ada yang
yang telah diproduksi sesuai dengan standar yang dimiliki rusak, yang disebut dengan breakdown maintenance. Lalu,
perusahaan dan dapat memuaskan konsumen. Bijih plastik reparasi karena kerusakan dilakukan apabila ditemui bagian-
tersebut yang telah lolos seleksi dimasukkan ke dalam mesin bagian di dalam mesin yang memang rusak. Hal ini dilakukan
tali agar menjadi tali rafia. Setelah menjadi tali rafia, perusahaan setiap hari dengan mengecek kondisi mesin.
dimasukkan ke dalam mesin pengemasan untuk dikemas. PT. Puyuh Plastic juga melakukan sistem manajemen
Jumlah karyawan yang melakukan proses produksi adalah 50 pemeliharaan mesin secara tidak terencana, yang berarti
orang. Rata-rata waktu yang digunakan untuk memproduksi 1 ketika dalam keadaan darurat/emergency, perusahaan segera
roll tali rafia adalah sekitar 45 menit sampai 1 jam. Tali rafia menangani mesin yang tiba-tiba mengalami kerusakan
yang diproduksi ada yang berwarna merah, hijau, biru, dan dengan mengganti bagian yang rusak dengan suku cadang
merah. Untuk tali rafia hitam diproduksi sebanyak sekitar 2 yang tersedia. Lalu, apabila kerusakannya parah dan tidak
ton sebagai persediaan di gudang. Tali rafia yang diproduksi bisa ditoleransi, maka mesin yang rusak itu dibawa ke
dikemas ke dalam tiga ukuran, yaitu 1 kg, ½ kg, dan ¼ kg. bengkel untuk diperbaiki dan perusahaan menggunakan
Pembeli sering melakukan pemesanan terhadap tali rafia yang mesin lain, yaitu back-up dari mesin-mesin tersebut. Hal ini
berwarna dibandingkan tali rafia hitam. Proses produksi tali biasanya ditunjukkan dengan hasil produksi tali rafia yang
rafia menggunakan bahan baku yang berkualitas baik. Bahan tidak sesuai standar, misalnya warna tali rafia agak pudar dan
AGORA Vol. 5, No. 1, (2017)

tali rafia yang diproduksi lebih tebal atau kasar dari standar tidak memiliki manajer operasional, manajer keuangan, dan
yang dimiliki perusahaan. Proses produksi yang dilakukan manajer HRD tersendiri. Semua dipegang oleh direktur
PT. Puyuh Plastic adalah terus-menerus, sehingga mesin utama, dimana hal ini dapat menyebabkan kebingungan
berjalan terus dan kemungkinan mesin itu rusak sangatlah dalam pengambilan keputusan. Selain itu, perusahaan tidak
besar. memiliki visi dan misi yang jelas, yang terpenting bagi
Informan-informan mengungkapkan bahwa pelanggan perusahaan adalah mendapatkan omzet yang banyak sehingga
selalu ingin pesanannya cepat dikirim. Namun, apabila dapat menggaji karyawan sesuai dengan peraturan
perusahaan memproduksi permintaan pembeli yang melonjak pemerintah. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan hanya
dalam arti melebihi kapasitas output yang diproduksi sekedar berbisnis tanpa memikirkan tujuan jangka panjang.
perusahaan per harinya, maka perusahaan akan menanyakan
kepada pembeli mana pesanan mereka yang paling
urgent/dibutuhkan dan sisanya akan dikirim menyusul.
Perusahaan hanya mundur beberapa hari dalam mengirim Fungsi Manajemen Operasional
apabila pesanan yang didapat banyak, tetapi tidak sampai Melalui informasi dari para informan, proses perencanaan
terlambat sehingga permintaan pembeli tidak terpenuhi. operasional di PT. Puyuh Plastic, disesuaikan dengan
PT. Puyuh Plastic tidak memiliki manajer operasional banyaknya permintaan dan pesanan yang didapat dari
sendiri. Direktur utama yang juga mengambil peran dalam hal pembeli. Proses operasional yang dijalankan oleh PT. Puyuh
ini. Direktur utama juga menjabat sebagai manajer Plastic berjalan efisien. Perencanaan kapasitas yang ada pada
operasional. Direktur utama merencanakan, menjadwalkan, PT. Puyuh Plastic telah dilakukan dengan baik, dengan
dan mengontrol keseluruhan proses operasional perusahaan. melakukan produksi yang disesuaikan dengan kemampuan
Direktur utama memiliki supervisor yang mengarahkan mesin dan karyawan telah melakukan tugasnya dengan
karyawan dengan mengatur proses produksi tali rafia dan sebaik-baiknya agar tidak sampai gajinya dipotong (terkena
direktur utama juga membuat penjadwalan shift karyawan shock therapy). Proses perencanaan kapasitas (capacity
agar karyawan mengetahui kapan mereka memulai dan planning) ini juga disesuaikan dengan permintaan pembeli
mengakhiri proses produksi. Selain itu, dengan adanya dan kemampuan mesin untuk menghasilkan output yang
penjadwalan, karyawan mengetahui produk mana yang sesuai dengan permintaan pembeli. Kapasitas mesin yang
terlebih dahulu diproduksi dan mengetahui mereka dimiliki perusahaan dalam satu jam adalah 1 roll tali rafia
ditempatkan di mesin yang mana. Setiap hari Sabtu, yang beratnya 1 kg. Dalam sehari, perusahaan memproduksi
penjadwalan untuk karyawan diatur untuk minggu depannya. tali rafia sebanyak 5 sampai 6 ton. Perusahaan melakukan
Direktur utama pada PT. Puyuh Plastic juga melakukan produksi dari pagi hingga keesokan harinya, tidak berhenti,
pengawasan operasional dengan mengontrol hasil produksi terus nyambung sampai keesokan harinya, mulai dari Senin
tali rafia sebelum lolos ke tangan pembeli, apakah sesuai pk. 08.00- Sabtu pk 16.00.
dengan QC (quality control) yang dimiliki oleh perusahaan. Perencanaan kapasitas pada PT. Puyuh Plastic telah sesuai
Berdasarkan dari infornasi yang diberikan oleh informan- dengan kemampuan mesin yang ada dan jika ada permintaan
informan, hasil analisis mengenai pengelolaan operasional di pembeli dimana hal ini menyebabkan perusahaan harus
PT. Puyuh Plastic sudah melakukan fungsi manajemen memproduksi melebihi kapasitas normal, maka perusahaan
operasional dengan efektif dan efisien. Namun, kelemahan- biasanya memproduksi dengan melemburkan karyawan dan
kelemahan yang terdapat di dalam perusahaan adalah mengirim barang yang benar-benar dibutuhkan pembeli
kadangkala mesin yang mengalami kerusakan harus terlebih dahulu.
diperbaiki setidaknya sekitar setengah jam dan apabila Berdasarkan teori Ebert & Griffin (2006), perencanaan
melebihi setengah jam, maka karyawan dipindahkan ke mesin tentang lokasi (location planning) memberikan dampak pada
lain agar tidak menganggur. Akan tetapi, yang menjadi biaya produksi dan fleksibilitas, perencanaan lokasi menjadi
kelemahan adalah waktu yang sudah terjadwal diundur untuk sesuatu hal yang memberikan dampak bagi perusahaan.
memperbaiki mesin yang rusak dan mesin itu mengalami Lokasi yang strategis dan mudah dijangkau oleh pemasok
kerusakan diketahui dari kualitas output yang dihasilkan tidak dan pembeli diperlukan dalam mendirikan sebuah perusahaan
sesuai standar. Selain itu, bahan baku yang digunakan PT. agar tidak mengeluarkan dana yang banyak dan sulit
Puyuh Plastic merupakan barang recycle, sehingga tidak dijangkau. PT. Puyuh Plastic yang berlokasi di di Jl. Rungkut
dapat memesan sesuai jumlah yang ditargetkan oleh Industri II no. 41A, Surabaya, berada di kawasan industri
perusahaan. Namun, kelemahan-kelemahan yang dimiliki sehingga mudah dijangkau oleh industri lain dan pembeli.
perusahaan ini dapat diatasi oleh perusahaan. Perusahaan juga sudah memiliki pemasok yang banyak, baik
Kelemahan-kelemahan lain yang dimiliki perusahaan dari daerah Surabaya maupun dari daerah luar Surabaya.
adalah tidak memiliki SOP, struktur organisasi, dan job desc Pemasok tersebut dapat menjangkau perusahaan karena
secara tertulis. Hal ini menyebabkan perusahaan tidak lokasinya strategis sehingga mudah ditemukan. Perusahaan
memiliki dasar hukum atau acuan dengan jelas. Lalu, struktur mengirim pesanan pembeli dengan menggunakan truk
organisasi dan job desc yang tidak tertulis menyebabkan ataupun pembeli bisa mengambilnya langsung di perusahaan.
menurunnya pemahaman mengenai tugas-tugas yang Biasanya yang langsung mengambil secara langsung ke PT.
dikerjakan pihak-pihak di dalam perusahaan, Selain itu, Puyuh Plastic adalah yang berada di daerah kawasan
motivasi kerja pada perusahaan kurang, perusahaan hanya Surabaya.
menyuruh karyawan yang melakukan kesalahan untuk belajar Hasil analisis mengenai perencanaan lokasi menyatakan
dengan karyawan yang berkinerja baik. Selain itu, perusahaan bahwa lokasi dimana PT. Puyuh Plastic berada telah sesuai,
AGORA Vol. 5, No. 1, (2017)

yaitu berada di kawasan industri SIER, sehingga mudah menyusut, tidak basah, panjangnya dari ujung ke ujung pasti
dijangkau, baik pemasok maupun pelanggan. sama. Jika dibandingkan dengan tali rafia lain, pembeli pasti
Berdasarkan teori Ebert & Griffin (2006), perusahaan akan memiliki 1000 meter tali plastik. Hal ini belum tentu
sebaiknya mengginakan beberapa susunan tata letak (layout), diterapkan oleh perusahaan lain. Lalu, menurut narasumber 1-
yang meliputi fasilitas produktif, non-produktif, maupun 3, hal lain yang membedakan tali rafia PT. Puyuh Plastic
fasilitas pendukung. Hal ini bertujuan agar dapat memberikan dengan tali rafia perusahaan lain adalah karena
keselamatan dan kenyamanan kepada seluruh stakeholder di pengemasannya menggunakan PVC shrink, bukan sekedar
perusahaan maupun orang luar yang datang ke perusahaan. dimasukkan plastik lalu diikat. Jadi, terlihat lebih rapi dan
Layout planning yang ada di PT. Puyuh Plastic ditata oleh logonya juga dibuat besar dan di dalam logo itu, terdapat
direktur utama dengan dibantu oleh pemimpin puncak warna-warna yang mencerminkan warna yang hanya dimiliki
perusahaan, yaitu ayah dari direktur utama. Menurut semua PT. Puyuh Plastic.
informan, penyusunan tata letak pada perusahaan sudah Narasumber 3 (Karyawan Bagian Produksi) juga
diperhitungkan kenyamanan dan keselamatannya. Jadi, dari mengatakan bahwa setiap satu roll tali rafia yang sudah
ruang kerja yang ada perusahaan, sudah memiliki AC, selesai diproduksi diambil sepanjang 1 meter lalu ditimbang
komputer, dan meja disertai dengan suasana yang tenang. karena beratnya tali sepanjang 1 meter itu tidak boleh lebih
Selain itu pada ruang kerja produksi, jarak antar mesin sudah dari 0,5 gram agar hasilnya tidak terlalu tebal. Dalam hal
diperhitungkan sehingga keamanan dan keselamatan warna, jika warna yang dihasilkan hasilnya jauh dari standar
karyawan sudah terjamin dan hal ini tidak menghalangi yang dimiliki, maka tali rafia tersebut tidak dipakai. Hal itu
aktivitas operasional lainnya. Selain itu, tempat pengambilan dilakukan untuk mencegah barang yang tidak sesuai standar
bahan baku berada di gudang di belakang ruang produksi dan agar tidak sampai lolos ke tangan pembeli. Jadi, hal ini
di ruang kerja produksi juga terdapat forklift sehingga membuktikan bahwa PT. Puyuh Plastic memiliki quality
memudahkan karyawan dalam pengambilan barang Fasilitas control yang baik, sehingga tidak mengecewakan pembeli
pendukung seperti kamar kecil juga sudah dibagi agar tidak dan hal ini yang menyebabkan PT. Puyuh Plastic memiliki
mengulur waktu, seperti kamar kecil untuk kantor reputasi yang baik di mata masyarakat, sehingga walaupun
administrasi sendiri, kamar kecil untuk supervisor juga ada lokasi perusahaan tidak dekat dengan pasar, tetapi karena
sendiri, dan juga kamar kecil untuk karyawan ada sendiri. yang diutamakan perusahaan ini adalah kualitas, sehingga
Dalam hal ini, terbukti bahwa dalam pengambilan bahan baku selalu sesuai dengan permintaan pembeli, maka banyak orang
dan aktivitas produksi dapat berjalan lancar karena sudah yang mengenal PT. Puyuh Plastic.
tertata dengan efisien sehingga tidak mengulur waktu yang Berdasarkan teori Ebert & Griffin (2006), bahwa dalam
dapat menghambat aktivitas produksi. perancangan sistem operasional, dibutuhkan manajer yang
Tempat parkir yang ada di PT. Puyuh Plastic juga luas dan dapat mengidentifikasi setiap tahapan produksi dan metode
karena PT. Puyuh Plastic berada di area perindustrian, maka khusus untuk melakukan itu.
transportasi tidak mengalami kesulitan. Hal ini menunjukkan PT. Puyuh Plastic tidak memiliki manajer operasional
bahwa area parkir sudah efektif karena memberikan kepuasan tersendiri. Semua tanggung jawab operasional dipegang oleh
bagi setiap orang termasuk stakeholder PT. Puyuh Plastic. direktur utama yang memahami seluruh tahapan produksi
Namun, pada PT. Puyuh Plastic tidak terdapat fasilitas yang dengan dibantu oleh supervisor untuk mengarahkan para
membuat suasana perusahaan menjadi berbeda. Misalnya, karyawan dalam membantu proses produksi. Para karyawan
terdapat kantin atau kafe. Walaupun hal ini termasuk support diarahkan agar dapat memproduksi dengan hasil kualitas
facilities, tetapi apabila perusahaan menerapkan hal ini, maka yang baik. Banyak dari karyawan yang bisa mengerjakan
hal ini menjadi suatu kelebihan bagi perusahaan itu karena lebih dari satu tugas di dalam melakukan proses produksi
dengan hal ini, maka stakeholder perusahaan tidak akan pada perusahaan. Perencanaan metode produksi (production
merasa bosan dan tentunya hal ini juga dapat membangkitkan methods planning) yang dilakukan perusahaan adalah metode
semangat kerja para stakeholder. ban berjalan karena setiap pekerja membuat produk secara
Berdasarkan teori Ebert & Griffin (2006), bahwa lengkap, mulai dari bahan baku sampai produk akhir. Jadi,
perencanaan kualitas (quality planning) harus dipastikan setiap bagian produk yang telah selesai, ditempatkan pada
bahwa produk tersebut sesuai dengan standar kualitas ban berjalan dan dipindahkan ke tempat kerja berikutnya.
perusahaan. Melalui informasi yang diberikan oleh informan, Pekerjaan diselesaikan di ruang produksi yang sama. Yang
Kualitas yang dimiliki PT. Puyuh Plastic sudah bagus, sesuai perlu diperhatikan dalam hal ini adalah agar tidak sampai
dengan keinginan pembeli, memiliki sesuatu berupa value terjadi penumpukan pada satu bagian agar tidak sampai
yang tidak dimiliki perusahaan lain sehingga sulit dicontoh terjadi kemacetan pada proses produksi. penumpukan pada
oleh kompetitor. Selain itu, tali rafia dijual dengan harga satu bagian agar tidak sampai terjadi kemacetan pada proses
terjangkau sesuai dengan kualitas yang diberikan. Menurut produksi. Selain itu, produk yang diproduksi dihasilkan
narasumber yang diwawancarai oleh peneliti, yaitu secara kontinyu karena aktivitas produksi terus dilakukan
narasumber 1-3, mengatakan bahwa kualitas itu nomor satu. setiap hari, kecuali hari Minggu, bukan secara musiman.
Jadi, tali rafia yang dijual oleh PT. Puyuh Plastic lebih lemas, Selain itu, tidak terdapat jeda di dalam proses produksi. Jadi,
kuat, dan memiliki warna yang cerah, menarik, dan selalu hasil cacahan dari mesin cacah diproses terus sampai menjadi
konsisten. Hal itu disebabkan karena pewarna yang dipakai tali rafia. Jeda hanya terdapat ketika karyawan beristirahat,
oleh perusahaan merupakan barang impor. Lalu, beratnya tetapi hal ini tetap menunjukkan bahwa perusahaan
sudah pasti, misalnya jika satu roll tali rafia dinilai seberat 1 menerapkan kontinyu karena tetap melibatkan conveyor
kg, maka beratnya pasti 1 kg. Selain itu, tali rafianya tidak dalam proses produksi.
AGORA Vol. 5, No. 1, (2017)

Berdasarkan teori Ebert & Griffin (2006), bahwa manajer bahwa yang dilakukan perusahaan sudah efektif dan efisien
mengembangkan daftar atau jadwal dalam mendapatkan dan karena memproduksi sesuai dengan permintaan dan memiliki
menggunakan sumber daya produksi. Penjadwalan stok yang cukup sehingga tidak mengulur waktu ketika ada
menunjukkan produk apa yang akan diproduksi, kapan proses pembeli yang menginginkan stok tertentu. Di perusahaan, ada
produksi dilakukan, dan sumber daya yang digunakan. Dalam 5 mesin pelet jasa/ATT sehingga total bijih plastik yang bisa
menjadwalkan pekerja, manajer harus bisa diproduksi dalam sehari sekitar 20 ton. Bijih plastik ini bisa
mempertimbangkan efisiensi. disimpan di gudang untuk diproduksi menjadi tali pada
Penjadwalan akan produk mana yang terlebih dahulu keesokan harinya. Untuk bahan baku, perusahaan memiliki
diproduksi, kapan proses produksi, dan sumber daya yang stok yang cukup di gudang, karena walaupun perusahaan
digunakan oleh PT. Puyuh Plastic dilakukan dengan mengaku kadangkala kesulitan mendapatkan bahan baku
mengumpulkan semua karyawan pada hari Sabtu untuk karena bahan baku yang dipakai merupakan barang recycle,
menjadwalkan bagi kegiatan produksi minggu depannya. Hal tetapi perusahaan selalu mengambil barang yang ditawarkan
ini dilakukan agar setiap karyawan mengetahui mereka oleh pemasok-pemasok yang dipercaya asalkan sesuai dengan
ditempatkan di mesin yang mana dan apabila ada karyawan standar perusahaan dan harganya terjangkau walaupun tidak
memiliki keperluan tertentu, maka karyawan harus melapor sedang membutuhkan. Hal ini dilakukan agar bahan baku
kepada perusahaan seminggu sebelumnya agar aktivitas yang ada di gudang selalu tersedia untuk proses produksi.
produksi tidak terhambat. Apabila pada hari H dimana Dalam hal pembelian, dapat dibuktikan dengan hasil
karyawan seharusnya bekerja, tetapi mendadak ada keperluan analisis berikut. Narasumber 1-2, yaitu pemilik dan
penting, maka perusahaan akan menunjuk karyawan lain supervisor PT. Puyuh Plastic, menyatakan bahwa ketika
untuk menggantikan karyawan yang tidak masuk. Apabila perusahaan menerima barang terutama jika barang-barang
perusahaan tidak mendapatkan pengganti dalam hal ini, maka tersebut berasal dari pemasok-pemasok yang baru,
mesin terpaksa dimatikan (tidak produksi). Akan tetapi perusahaan melakukan perjanjian di depan bahwa jika barang
perusahaan jarang sekali mengalami hal ini. Hasil analisis yang akan diterima tidak bisa dipakai oleh perusahaan, maka
menunjukkan bahwa penjadwalan, baik dari Master barang akan dikembalikan ke pemasok yang bersangkutan
Production Schedule, Detailed Short-Term Schedule, dan (diretur). Jadi, otomatis barang yang diterima harus sesuai
Staff Schedule sudah dapat berjlan dengan baik dan lancar. yang diharapkan dan dibutuhkan oleh perusahaan. Perusahaan
Berdasarkan teori dari Ebert dan Griffin (2006), tidak membatasi adanya pengiriman bahan baku dari
Operations Control menyangkut manajemen material dan pemasok, tetapi apabila ada bahan baku tertentu yang masih
pengendalian mutu. Manajemen material terdiri dari lima banyak stoknya, misalnya plastik yang sudah terlalu banyak
bidang, yaitu transportasi, pergudangan, pembelian, stoknya, maka perusahaan akan memberi tahu pemasok agar
pemilihan pemasok, dan kontrol inventori. PT. Puyuh Plastic tidak mengirim bahan baku tersebut. Yang terpenting dalam
mengirim sumber daya atau barang jadi ke produsen dan hal pembelian ini adalah barang yang diterima perusahaan
pembeli menggunakan truk. Truk yang dimiliki oleh memiliki standar yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan
perusahaan ada tiga. Seperti yang dikatakan oleh narasumber dengan harga yang sesuai dengan kualitas yang ditawarkan.
1 dan 2, yaitu pemilik dan supervisor bagian produksi PT. Barang-barang yang telah diterima akan di screening untuk
Puyuh Plastic, bahwa perusahaan mengirim barang dalam melihat apakah barang itu kondisinya bagus dan dapat
sehari paling banyak dua ton, karena truknya tidak muat. Jadi, dipakai. Jika ada barang yang ditemukan tidak sesuai, maka
jika ada permintaan pembeli yang melebihi dua ton, maka barang itu akan di-packing dan dikembalikan. Barang tersebut
biasanya perusahaan menanyakan kepada pembeli mana saja dicentang untuk mengetahui siapa yang mengirim dan kapan
pesanan mereka yang paling urgent/dibutuhkan sehingga barang itu dikirim ke perusahaan. Jadi, hal ini menunjukkan
perusahaan dapat mengutamakan pengiriman untuk barang- bahwa perusahaan melakukan penyeleksian barang yang akan
barang yang urgent. Seperti yang dikatakan oleh narasumber dipakai untuk memproduksi barang dengan efektif agar
3 (Karyawan Bagian Produksi), hal utama yang diperhatikan output yang dihasilkan bagus karena bahan baku yang dipakai
perusahaan dalam hal ini adalah memastikan semua mesin sudah teruji kualitasnya, seperti yang dikatakan oleh
dapat berjalan sehingga dapat terus melakukan aktivitas narasumber 1 (Pemilik PT. Puyuh Plastic).
produksi. Dalam hal ini, perusahaan sudah efektif dalam Dalam hal pemilihan pemasok, pemasok-pemasok yang
menanggapi permintaan pembeli yang berubah. dipercaya oleh PT. Puyuh Plastic berasal dari daerah
Dalam hal pergudangan, apabila ada kelebihan barang jadi Surabaya maupun luar kota, dari berbagai macam kota,
yang belum laku terjual, maka otomatis disimpan ke dalam seperti Kudus, Malang, dan masih banyak lagi. Jumlah bahan
gudang, tetapi perusahaan mengaku bahwa jarang sekali baku yang dikirim oleh pemasok jumlahnya bersifat random
perusahaan mengalami hal itu, seperti yang telah dikatakan dan tidak membatasi. Karena bahan baku yang dikirim
oleh narasumber 1 (Pemilik PT. Puyuh Plastic). Lalu, merupakan bahan baku recycle, maka tidak bisa dipastikan
menurut narasumber 3, yaitu karyawan bagian produksi PT. bahwa perusahaan membutuhkan berapa jumlah bahan baku
Puyuh Plastic, mengatakan bahwa perusahaan mempunyai kemudian meminta atau memesan kepada pemasok-pemasok
stok yang cukup di gudang agar jika pembeli menginginkan tersebut agar mengirim sesuai jumlah yang dibutuhkan oleh
barang tersebut, perusahaan sudah siap. Misalnya untuk tali perusahaan. Perusahaan hanya menerima bahan baku yang
rafia hitam yang permintaannya lebih sedikit daripada tali dikirim pemasok, berapa pun jumlahnya. Oleh karena itu,
berwarna, maka tali rafia hitam diproduksi sebanyak 2 ton setiap kali ada tawaran bahan baku dari pemasok, maka
untuk persipan di gudang. Hal ini menunjukkan perusahaan mau membelinya asalkan bahan baku tersebut
AGORA Vol. 5, No. 1, (2017)

sesuai dengan standar perusahaan dan memiliki harga (Pemilik PT. Puyuh Plastic), perusahaan tidak pernah
terjangkau. Kadangkala perusahaan tidak mendapatkan menggunakan orang-orang yang ahli dalam hal kualitas untuk
kiriman bahan baku sama sekali ataupun bisa juga dalam sehari memecahkan masalah kualitas. Perusahaan menggunakan
mendapat kiriman lima sampai sepuluh kali pengiriman dari tenaga kerja sendiri, karena semua berdasarkan dari ilmu dan
pemasok. Biasanya pemasok tertentu yang berada di luar kota pengalaman, seperti supervisor yang lama dan berpengalaman
yang mengirim bahan baku sekali dalam kuantitas banyak karena lebih mengerti dalam hal kualitas. Lalu, karyawan juga
pemasok itu menyewa truk. Jadi, truk itu harus digunakan untuk melaksanakan apa yang diperintahkan oleh supervisor dan
mengangkut pesanan dalam kuantitas yang besar/ sampai penuh hasilnya harus baik, sehingga tidak sampai ada produk yang
agar pemasok tersebut tidak mengalami kerugian. dikembalikan kepada karyawan untuk diperbaiki. Supervisor
juga mengajarkan bahwa kualitas dari suatu produk itu
Untuk kontrol inventori, PT. Puyuh Plastic setiap harinya penting bagi kelangsungan perusahaan. Jadi, supervisor lebih
melakukan pengecekan terhadap bahan baku yang akan tanggap dalam menanggapi persoalan-persoalan yang terjadi,
dipakai untuk proses produksi, apakah cukup untuk seperti dalam hal mesin dan kualitas output yang dihasilkan
memproduksi 5 sampai 6 ton tali rafia per hari. Jika perusahaan. Dalam hal ini, supervisor pasti melapor kepada
persediaan sudah berkurang walaupun masih cukup, biasanya pemilik perusahaan. Selain itu, tentunya pemilik perusahaan
perusahaan melakukan pemesanan bahan baku kepada juga mengambil keputusan yang tepat dan terkait dengan
pemasok meskipun nantinya jumlah bahan baku yang aktivitas operasional perusahaan agar aktivitas operasional
diperoleh tidak sesuai jumlah yang diinginkan perusahaan. tetap bertahan demi kelangsungan perusahaan. Jadi, semua
Akan tetapi, setiap kali ada tawaran bahan baku dari orang di dalam perusahaan memiliki kemauan untuk
pemasok, perusahaan selalu membelinya agar persediaan menciptakan produk tali rafia yang berkualitas.
bahan baku di gudang tetap tercukupi. Hal ini berlaku untuk Perusahaan menanamkan quality ownership kepada
bahan baku yang bersifat recycle, yaitu afalan plastik. karyawan-karyawannya dengan cara apabila karyawan
Namun, untuk bahan baku seperti PVC shrink dan pewarna, menghasilkan output yang tidak bisa lolos dari QC (quality
perusahaan bisa memesan langsung dari pemasok. Untuk control) yang dimiliki oleh perusahaan, maka gaji karyawan
pewarna, karena menggunakan barang impor, maka tersebut dipotong sebagai sanksi (shock therapy) dan
perusahaan langsung memesan dari distributor yang ada di pelajaran bagi karyawan. Selain itu, sebulan sekali PT.
daerah Surabaya. Perusahaan juga melakukan pengecekan Puyuh Plastic mengadakan briefing untuk karyawan untuk
terhadap barang jadi yang siap dipasarkan ke tangan menyadarkan karyawan bahwa jika kualitas output yang
konsumen untuk memastikan bahwa tidak sampai ada barang dihasilkan tidak sesuai dengan standar perusahaan, maka
yang tidak terkirim dan hal ini dilakukan perusahaan agar otomatis penjualan akan menurun dan hal ini berdampak pada
pembeli puas dengan layanan yang ditawarkan oleh karyawan juga. Dalam hal ini, perusahaan sudah melakukannya
perusahaan. Untuk barang setengah jadi, apabila bijih plastik dengan efektif sehingga karyawan menyadari pentingnya
yang diproduksi masih tersisa, maka barang setengah jadi kualitas. Perusahaan memiki standar bahwa tali yang diproduksi
tersebut disimpan di dalam gudang untuk keesokan harinya. harus lemas, lentur, kuat, memiliki warna yang konsisten, dan
Dalam memproduksi bijih plastik, perusahaan memproduksi beratnya sama. Selain itu, panjangnya tali rafia tidak boleh
lebih banyak dari tali rafia, karena memiliki mesin pelet melebihi 0,5 gram per meter agar hasilnya tidak terlalu tebal.
jasa/ATT sebanyak 5 mesin, dan dalam memproduksi tali Dengan standar ini, maka jika ada produk yang tidak sesuai,
rafia per hari, perusahaan memproduksi 5 sampai 6 ton. Jadi, perusahaan pasti akan memperbaiki dan mengontrol metode
sisa dari bijih plastik yang belum diproduksi disimpan di produksi mulai dari mesin, bahan baku, sampai sumber daya
dalam gudang untuk diproduksi pada hari-hari berikutnya. manusia perusahaan agar perusahaan selalu menghasilkan
Hal ini dilakukan oleh perusahaan agar waktu yang produk yang konsisten sesuai standar. Pembeli ketika akan
digunakan lebih efisien. membeli tali rafia yang diproduksi oleh PT. Puyuh Plastic sudah
Pengendalian mutu yang dimaksud adalah pengendalian mengenal betul mengenai kualitas yang diberikan serta harga
mutu produk atau yang biasa membahas tentang QC (Quality yang sesuai dengan kualitasnya. Perusahaan memberikan
Control). Menurut penelitian yang dilakukan oleh peneliti, kualitas yang terbaik. Harga tali rafia seberat 1 kg adalah Rp
peralatan-peralatan yang dipakai oleh PT. Puyuh Plastic 27.000,00. Namun, tentunya harga tersebut disesuaikan dengan
untuk membuat tali rafia adalah mesin cacah, mixer, pelet harga dollar dari tahun ke tahun. Dalam hal ini, perusahaan
jasa/ATT, mesin tali, dan mesin pengemasan. Mesin-mesin melakukan produksi secara efektif karena memiliki standar yang
dipilih sesuai dengan fungsi. Bagi perusahaan, kualitas bukan jelas. Dalam hal operations control, perusahaan sudah
ditentukan oleh mesin yang digunakan, yang terpenting menerapkannya dengan baik dan efektif.
adalah bagaimana perusahaan menggunakan mesin-mesin
tersebut serta bahan baku yang seperti apa yang dipakai oleh
perusahaan, apakah bahan baku yang berkualitas baik atau IV. KESIMPULAN DAN SARAN
tidak. Dalam hal bahan baku, perusahaan menggunakan Kesimpulan
bahan baku yang berkualitas baik, seperti plastik PVC shrink 1. Di dalam PT. Puyuh Plastic, dapat diidentifikasikan
untuk pengemasan agar produk terlihat lebih rapi dan juga bahwa fungsi manajemen operasional sudah dijalankan
pewarna impor. Sebagian dari mesin-mesin yang digunakan dengan baik, mulai dari perencanaan operasional,
tersebut adalah made in Taiwan. Dalam hal ini, perusahaan penjadwalan operasional, sampai pengawasan
sudah menerapkan secara efektif. Menurut narasumber 1 operasional. Jadi, untuk perencanaan operasional,
AGORA Vol. 5, No. 1, (2017)

kapasitas bahan baku pada PT. Puyuh Plastic tidak 1. Perusahaan seharusnya merekrut orang untuk
sampai kelebihan dan perusahaan dapat mengatur dijadikan beberapa manajer bagian, seperti manajer
kapasitas mesin, tenaga kerja, dan produksi dengan keuangan, manajer pemasaran, manajer HRD, dan
benar. Selain itu, lokasi perusahaan sudah strategis dan manajer produksi agar tidak memberatkan direktur
lokasinya bisa dijangkau oleh industri lain, pemasok, utama dalam pengambilan keputusan.
maupun tenaga kerja. Lalu, tata letak pada perusahaan 2. Perusahaan seharusnya memiliki job description
sudah memperhatikan kenyamanan dan keselamatan secara tertulis untuk mencegah kebingungan pada
bagistakeholderperusahaan.Kualitasproduk semua pihak di dalam perusahaan dalam memahami
perusahaan memiliki keunikan dan value yang tidak apa yang mereka kerjakan.
dapat dicontoh kompetitor dan memuaskan pembeli. 3. Menyediakan fasilitas yang mendukung layaknya
Lalu, metode produksi pada perusahaan sudah efisien kantin, kafe, atau hal lain karena suasana di tempat
karena memiliki standar yang jelas. kerja merupakan salah satu hal yang sangat diperlukan
2. Untuk penjadwalan operasional, Master Production dalam peningkatan kinerja semua orang di dalam
Schedule yang dimiliki perusahaan sudah jelas, yaitu perusahaan.
perusahaan dapat menentukan produk mana yang akan 4. Karyawan secara tidak langsung juga perlu
lebih dahulu diproduksi dan kapan perusahaan akan diperhatikan di dalam melakukan kewajibannya,
memproduksi produk itu. Lalu, untuk Detailed Short- seperti memberikan penghargaan sederhana bagi
Term Schedule, perusahaan dapat memiliki aktivitas mereka yang berhasil memberikan kinerja yang baik
rutin sehari-hari yang tepat untuk dilakukan. Selain itu, dan berhasil dalam menghasilkan mutu produk dengan
dalam hal Staff Schedule, karyawan di dalam perusahaan kualitas yang sesuai dengan yang diharapkan
dapat mengerti pembagian shift kerja mereka dengan perusahaan.
baik. 5. Keterlibatan karyawan terutama dalam hal produksi
3. Dalam hal pengawasan operasional, perusahaan juga perlu untuk lebih ditingkatkan sehingga tidak
memiliki pengendalian mutu yang baik, yaitu memiliki hanya menjalankan perintah dari supervisor saja,
QC (quality control) yang baik. Selain itu, dalam hal melainkan perusahaan seharusnya menumbuhkan
manajemen material, perusahaan memiliki transportasi semangat mereka untuk terus belajar lebih mengenai
yang memadai untuk mengirim barang kepada produsen aktivitas operasional perusahaan Jadi, jika ada
maupun konsumen dan perusahaan dapat memenuhi karyawan yang ingin memberikan saran sebagai solusi
permintaan pembeli sehingga pembeli selalu mendapati yang menghambat aktivitas operasional perusahaan,
barang yang mereka pesan pasti terkirim dengan jangka maka hal itu dapat menjadi pertimbangan bagi
waktu yang sewajarnya. Lalu, perusahaan juga dapat supervisor maupun perusahaan.
menyimpan stok bahan baku yang cukup di gudang dan 6. Perusahaan perlu memberikan motivasi, seperti pujian
stok barang jadi pun tidak sampai kelebihan yang dan kata-kata semangat kepada karyawan yang sedang
diproduksi. Selain itu, perusahaan membeli bahan baku bekerja dan karyawan yang memberikan kinerja yang
yang berkualitas denga harga yang sesuai agar baik. Hal ini bertujuan agar karyawan dapat
menghasilkan mutu produk yang terbaik. Perusahaan menumbuhkan self confidence di dalam diri mereka,
juga memiliki banyak pemasok terpercaya dari daerah sehinggatingkatkesalahankaryawandalam
Surabaya maupun luar kota. Dalam hal kontrol melakukan produksi dapat menurun dan dapat
inventori, perusahaan juga melakukan pengecekan menghasilkan mutu produk yang baik dan konsisten,
bahan baku, barang setengah jadi, dan barang jadi serta sesuai dengan standar perusahaan.
sehingga tidak sampai kekurangan bahan baku untuk
produksi dan dalam hal pengiriman barang, juga tidak DAFTAR PUSTAKA
ada barang yang belum diproduksi sehingga permintaan Anggara, Caesar. (2016). Peluang Usaha Tali Rafia. Retrieved
pembeli tidak terpenuhi. September 21, 2016 from
4. Perusahaan tidak memiliki struktur organisasi, job https://www.portalinvestasi.com/peluang-usaha-tali-
description, maupun SOP secara tertulis sehingga tidak rafia/
memiliki standar/aturan maupun dasar hukum yang Darmono, DH. (2015). Rekayasa Kualitas Produksi Tali Rafia
jelas. Dengan Pendekatan Metode Taguchi. Retrieved
5. Perusahaan tidak memiliki visi dan misi yang jelas, September 21, 2016 from http://e-
sehingga terkesan hanya perusahaan hanya sekedar journal.uajy.ac.id/8515/2/TI107616.pdf
menjalankan bisnis tanpa ingin mengembangkan Ebert, Ronald J. dan Ricky W. Griffin. (2006). Business
usahanya agar menjadi perusahaan yang besar. Essentials (5th ed). New Jersey: Pearson Prentice Hall
Heizer, J. dan Render, B. (2011). Operations Management.
Saran Edisi Kesembilan Buku Dua. Jakarta: Salemba Empat
Walaupun secara keseluruhan, fungsi manajemen S Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif,
operasional dan kontrol kualitas manajemen operasional dan R&D. Bandung: Alfabeta
pada PT. Puyuh Plastic sudah diterapkan dengan baik. S Syafputri, Ella. (2014). Produksi Sampah Plastik Indonesia 5,4
Namun, ada beberapa hal yang perlu menjadi pertimbangan Juta Ton Per Tahun. Retrieved September 19, 2016
bagi perusahaan, seperti: from
AGORA Vol. 5, No. 1, (2017)

http://www.antaranews.com/berita/417287/produksi- Retrieved September 17, 2016 from


sampah-plastik-indonesia-54-juta-ton-per-tahun https://bisnis.tempo.co/read/news/2013/11/28/0925332
Tempo. (2013). Impor Plastik Indonesia Capai US$ 8,5 Miliar. 01/impor-plastik-indonesia-capai-us-8-5-miliar

Anda mungkin juga menyukai