Disusun oleh :
Risky rakadana
Mara’tus sakinah
Elok ari . W .
Maulana inamul . H .
Falla zuhdi
Widha cipta . N A . ( 0911313036 )
70% dari 40 spesies primata yang ada di Indonesia dalam status terancam
punah. Pembalakan liar, penangkapan ilegal, konversi lahan hutan,serta perubahan
alam jadi penyebabnya. Total spesies primata di dunia sekitar 200 jenis, 25%-nya
atau 40 spesies berada di Indonesia. Sayangnya, menurut Kurator Mamalia Taman
Margasatwa Ragunan Dedi Ruswandi, hampir semua spesies primata di Indonesia
berstatus terancam punah. Dari 40 spesies yang tercatat, belasan di antaranya
merupakan spesies endemik. Seperti Owa Jawa (Hylobates moloch) yang ditemukan
hidup di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Lalu, Bekantan Kalimantan juga berstatus
spesies endemik hanya ditemukan di Pulau Kalimantan, 7 spesies endemik hidup di
Sulawesi, 3 spesies hidup di Kepulauan Mentawai. “Hingga saat ini belum ada sensus
yang dilakukan secara serius untuk mengetahui berapa jumlah populasi primata
sebenarnya yang ada di Indonesia.Yang jelas, 70% di antaranya sudah berstatus
terancam punah dan jika tidak segera dikonservasi mereka akan benar-benar punah.
Kepunahan itu dipercepat dengan terputusnya habitat sehingga mengakibatkan
keanekaragaman menurun. Selain itu, berbagai kegiatan perburuan liar mendapatkan
bayi primata untuk dijadikan suvenir, kepemilikan ilegal, serta perdagangan primata
mempercepat proses kepunahan. Memang langkah untuk mengonservasi hewan yang
terbagi dalam dua kelompok besar yakni Prosimian (primata primitif) dan
Anthropeida (primata dunia baru) ini masih menemui banyak kendala.
Pengelompokan ini berdasarkan daerah penyebaran dan penemuannya. Menurut
Dedi, tidak hanya sensus spesies secara menyeluruh yang belum dilakukan di
Indonesia, namun kepentingan konservasi masih dikalahkan kepentingan industri
ekonomi. Akibatnya, konservasi lahan hutan menjadi perkebunan kelapa sawit atau
tanaman lain semakin mengancam habitat ini. Sebagai contoh, di Kalimantan yang
dilakukan konservasi lahan hutan secara besar-besaran menjadi kebun sawit. Hutan
yang sebelumnya menjadi lokasi hidup orangutan Kalimantan tak pelak telah
berubah. Jika sudah begini bukan saja, primata menjadi tersingkir namun hewan yang
konon menurut teori Darwin merupakan moyang manusia itu pun dianggap sebagai
musuh manusia. Sebab, orangutan sering turun ke perkebunan dan merusak lahan
kelapa sawit sehingga dia dianggap sebagai hama. Jika sudah begini keadaannya,
tidak jarang orangutan tak berdosa itu akhirnya harus dibunuh secara kejam oleh
ambisi manusia agar lahan sawitnya tidak terganggu. “Karena tempat habitatnya
sudah dikonversi,akhirnya seolah terjadi perebutan lahan. Orangutan dan manusia
sama-sama berebut lahan mencari makan.Seharusnya, untuk lahan-lahan tertentu
yang didiami spesies hewan terutama yang bersifat endemik itu memang tidak boleh
dikonversi.Bahkan,masyarakat setempat saja masih memiliki kearifan budaya lokal
dalam memanfaatkan hutan. Tercatat spesies primata yang telah dikonservasi ke
Taman Margasatwa Ragunan total sebanyak 28 jenis spesies jumlah populasi 367
ekor.Sebanyak 22 jenis spesies di antaranya ditempatkan di Pusat Primata Schmutzer,
dengan total populasi sebanyak 125 ekor. Seperti, lemur hitam (3 ekor), malu-malu
(6), tarsius (1), yaki (7), dige (7), boti (7),monyet ekor panjang (12),lutung perak
(12),lutung Jawa (10), surili (2). Kemudian, simpai (3), bekantan (1), siamang (4),
siamang kerdil (2),wau-wau coklat gelap (4),wau-wau hitam alis putih (3),wau-wau
coklat terang (4),owa Jawa (10), kelawat (2), orangutan Kalimantan (14),simpanse
(5),dan gorila dataran rendah (4). Dari jumlah itu, 59 ekor berjenis kelamin jantan dan
61 betina. Sedang 5 ekor lainnya belum diketahui. Meskipun jumlah populasi primata
yang telah dikonservasi di Taman Margasatwa Ragunan sudah berjumlah
ratusan.Namun kenyataannya, jumlah spesiesnya baru sekitar 28 dari total 40 spesies
di Indonesia. Kekhawatirannya,12 spesies yang pernah dilaporkan tersebut sudah
telanjur punah sebelum sempat dikonservasi. Kenyataannya,hingga saat ini di Asia
hanya dua negara yang dipercaya untuk mengonservasi gorila hanyalah Indonesia dan
Jepang. Perawatan spesies primata jenis kera besar ini memang cenderung lebih
ketat.Sebab,habitatnya di alam hewan yang berasal dari Afrika itu memang sudah
terbatas. Memang Indonesia baru dipercaya mengelola salah jenis spesies gorila,yakni
gorila dataran rendah (gorilla gorilla gorilla). Selain itu, karena asal muasal gorila
memang berasal dari daerah tropis, sehingga suhu dan iklim Indonesia memang
cocok untuk gorila. “Memang agak sulit dan ketat kriteria untuk mengelola dan
merawat gorila. Sebab, banyak hal yang harus dipenuhi. Di Indonesia sendiri, ada
lima sampel tanah yang harus diambil dan diteliti apakah kondisi tanahnya cocok dan
tidak mengandung virus yang bisa menyebabkan sakit tenggorokan gorila,”katanya.
Ternyata memang tidak mudah untuk konservasi spesies hewan. Seperti halnya badak
Jawa yang tidak bisa hidup kecuali hanya di habitat aslinya. Bisa jadi jenis spesies
primata di Indonesia yang endemik juga tidak bisa dikonservasi di luar wilayah
habitatnya. Untuk itu,konservasi sebelum terjadi kepunahan memang sudah mutlak
untuk dilakukan. Memang berdasarkan ciri tubuh, primata yang berasal dari kata
Primus (bahasa latin) yang berarti yang pertama atau hewan tingkat tinggi dari
kelompok mamalia dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar. Yakni primata
primitif (Prosimian) di antaranya tarsius dan kukang. Kemudian kelompok monyet
yang di dalamnya termasuk monyet dan monyet daun. Untuk kelompok monyet ada
monyet ekor panjang dan boti.Sedang untuk kelompok monyet daun ada lutung,
surili,dan bekantan. Kelompok besar ketiga yakni jenis kera (Ape), baik kera besar
dan Owa.Kelompok kera besar di antaranya gorilla, simpanse,bonobo,dan orangutan.
Sedang untuk kelompok Owa ada Siamang, Owa Jawa, dan Kelawat. Menurut
Dedi,manusia juga termasuk golongan primata. Secara keseluruhan jenis primata
sudah mengalami spesialisasi untuk hidup di pepohonan.
BAB II
PEMBAHASAN
Klasifikasi
Kingdom Animalia
Phylum Chordata
Subphylum Vertebrata
Class Mammalia
Subclass Theria
Infraclass Eutheria
Order Primates
Family Hominidae
Genus Pongo
Species Pongo pygmaeus
Orang utan termasuk dalam primata. Orang utan saat ini merupakan binatang
langka, karena manusia terus-menerus merusak habitat mereka dan seringkali pula
menjual bayi-bayi mereka untuk dijadikan hewan peliharaan. Diperkirakan populasi
orang utan di seluruh dunia baru-baru ini hanya berjumlah 100.000 ekor. Saat ini
telah dikembangkan suaka margasatwa untuk melestarikan populasi mereka di
Indonesia dan Malaysia.
Ciri-Ciri
Tubuh yang gemuk dan besar, berleher besar,
lengan yang panjang dan kuat, kaki yang pendek dan
tertunduk, dan tidak mempunyai ekor, Orangutan
memiliki tinggi sekitar 1.25-1.5 meter. Tubuh orangutan
diselimuti rambut merah kecoklatan. Mereka
mempunyai kepala yang besar dengan posisi mulut yang
tinggi. Saat mencapai tingkat kematangan seksual,
orangutan jantan memiliki pelipis yang gemuk pada
kedua sisi, ubun-ubun yang besar, rambut menjadi
panjang dan tumbuh janggut disekitar wajah. Mereka
mempunyai indera yang sama seperti manusia, yaitu
pendengaran, penglihatan, penciuman, pengecap, dan
peraba. Berat orangutan jantan sekitar 50-90 kg, sedangkan orangutan betina beratnya
sekitar 30-50 kg. Telapak tangan mereka mempunyai 4 jari-jari panjang ditambah 1
ibu jari. Telapak kaki mereka juga memiliki susunan jari-jemari yang sangat mirip
dengan manusia. Orangutan masih termasuk dalam spesies kera besar seperti gorila
dan simpanse. Golongan kera besar masuk dalam klasifikasi mammalia, memiliki
ukuran otak yang besar, mata yang mengarah kedepan, dan tangan yang dapat
melakukan genggaman.
Orang utan dapat memegang benda dengan tangan atau kakinya. Orang utan
jantan terbesar memiliki rentangan lengan (panjang dari satu ujung tangan ke ujung
tangan yang lain apabila kedua tangan direntangkan) mencapai 2.3 m. Orang utan
jantan dapat membuat panggilan jarak jauh yang dapat didengar dalam radius 1 km.
Digunakan untuk menandai/mengawasi arealnya, memanggil sang betina, mencegah
orang utan jantan lainnya yang mengganggu. Mereka mempunyai kantung
tenggorokan yang besar yang membuat mereka mampu melakukannya. Setiap petang,
mereka membuat sarang di atas pohon
Orangutan dapat bergerak cepat dari pohon ke pohon dengan cara berayun pada
cabang-cabang pohon, atau yang biasa dipanggil brachiating. Mereka juga dapat
berjalan dengan kedua kakinya, namun jarang sekali ditemukan. Orang utan tidak
dapat berenang.
Orangutan dapat bergerak cepat dari pohon ke pohon dengan cara berayun pada
cabang-cabang pohon, atau yang biasa dipanggil brachiating. Mereka juga dapat
berjalan dengan kedua kakinya, namun jarang sekali ditemukan.
Makanan
Meskipun orangutan termasuk hewan
omnivora, sebagian besar dari mereka hanya
memakan tumbuhan. 90% dari makanannya
berupa buah-buahan. Makanannya antara lain
adalah kulit pohon, dedaunan, bunga,
beberapa jenis serangga, dan sekitar 300 jenis
buah-buahan. Selain itu mereka juga
memakan nektar,madu dan jamur. Mereka
juga gemar makan durian, walaupun
aromanya tajam. Orangutan tidak perlu meninggalkan pohon mereka jika ingin
minum. Mereka biasanya meminum air yang telah terkumpul di lubang-lubang di
antara cabang pohon.
Biasanya induk orangutan mengajarkan bagaimana cara mendapatkan makanan,
bagaimana cara mendapatkan makanan, dan berbagai jenis pohon pada musim yang
berbeda-beda. Melalui ini, dapat terlihat bahwa orangutan ternyata memiliki peta
lokasi hutan yang kompleks di otak mereka, sehingga mereka tidak menyia-nyiakan
tenaga pada saat mencari makanan. Dan anaknya juga dapat mengetahui beragam
jenis pohon dan tanaman, yang mana yang bisa dimakan dan bagaimana cara
memproses makanan yang terlindungi oleh cangkang dan duri yang tajam.
Cara Hidup
Tidak seperti gorila dan simpanse,
orangutan tidak hidup dalam sekawanan
yang besar. Mereka merupakan hewan
yang semi-soliter. Orangutan jantan
biasanya ditemukan sendirian dan
orangutan betina biasanya ditemani oleh
beberapa anaknya. Walaupun oranutan
sering memanjat dan membangun tempat tidur dipohon, mereka pada intinya
merupakan hewan terrestrial(menghabiskan hidup ditanah).
Reproduksi
Orangutan betina biasanya melahirkan pada usia 7-10 tahun dengan lama
kandungan berkisar antara 8,5 hingga 9 bulan; hampir sama dengan manusia. Jumlah
bayi yang dilahirkan seorang betina biasanya hanya satu. Bayi orangutan dapat hidup
mandiri pada usia 6-7 tahun. Kebergantungan orangutan pada induknya merupakan
yang terlama dari semua hewan, karena ada banyak hal yang harus dipelajari untuk
bisa bertahan hidup, mereka biasanya dipelihara hingga berusia 6 tahun. Orangutan
berkembangbiak lebih lama dibandingkan hewan primata lainnya, orangutan betina
hanya melahirkan seekor anak setiap 7-8 tahun sekali. Umur orangutan di alam liar
sekitar 45 tahun, dan sepanjang gidupnya orangutan betina hanya memiliki 3
keturunan seumur hidupnya. Dimana itu berarti reproduksi orangutan sangat lambat.
Populasi
Orangutan saat ini hanya terdapat di Sumatra dan Kalimantan, di wilayah Asia
Tenggara. Karena tempat tinggalnya merupakan hutan yang lebat, maka sulit untuk
memperkirakan jumlah populasi yang tepat. Di Borneo, populasi orangutan
diperkirakan sekitar 55.000 individu. Di Sumatra, jumlahnya diperkirakan sekitar
7.500 individu.
Ancaman
Ancaman terbesar yang tengah dialami oleh orangutan adalah habitat yang
semakin sempit karena kawasan hutan hujan yang menjadi tempat tinggalnya
dijadikan sebagai lahan kelapa sawit, pertambangan dan pepohonan ditebang untuk
diambil kayunya. Orangutan telah kehilangan 80% wilayah habitatnya dalam waktu
kurang dari 20 tahun. Tak jarang mereka juga dilukai dan bahkan dibunuh oleh para
petani dan pemilik lahan karena dianggap sebagai hama. Jika seekor orangutan betina
ditemukan dengan anaknya, maka induknya akan dibunuh dan anaknya kemudian
dijual dalam perdagangan hewan ilegal. Pusat rehabilitasi didirikan untuk merawat
oranutan yang sakit, terluka dan yang telah kehilangan induknya. Mereka dirawat
dengan tujuan untuk dikembalikan ke habitat aslinya.
Penyakit
Orangutan memiliki penyakit zoonosis seperti
primata hominid lainnya. Penyakit zoonosis yang
mungkin saling menularkan dengan manusia antara
lain TBC, polio pneumonia dan cacar. Penyakit lain
yang ada di alam adalah hepatitis A , B, C, D, E ,
kolera, leptospirosis, dan malaria. Pencegahan yang
dapat dilakukan antara lain mengurangi kontak dengan
manusia, sanitasi yang baik pada orangutan dalam
penangkaran, dan kebersihan yang cukup.
BAB III
PENUTUP
Makanan
90% dari makanannya berupa buah-buahan
kulit pohon, dedaunan, bunga, beberapa jenis serangga
Penyakit
Zoonosis : TBC, polio pneumonia dan cacar
Alami : hepatitis A, B, C, D, E , kolera, leptospirosis, dan malaria
DAFTAR PUSTAKA