Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Rasional
Pada abad ke-21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
memberikan perubahan pada setiap aspek kehidupan manusia, termasuk aspek
pendidikan dan pembelajaran. Karena perkembangan ini munculah upaya untuk
meningkatkan mutu pendidikan nasional dari setiap negara, termasuk Indomesia.
Dengan adanya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional mendefinisikan pendidikan sebagai “usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara”. Sedangkan, pembelajaran diartikan sebagai “proses interaksi peserta
didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Adanya
sistem pendidikan ini diharapkan mampu menghadapi perkembangan ilmu
pengetahuan dengan terwujudnya sumber daya manusia yang berkualitas. Pada
abad ini pula, guru tidak lagi menjadi satu-satunya sumber belajar dan pada
akhirnya guru sebagai pengelola pembelajaran haruslah mengubah mindset dari
siswa dan apa yang harus diajarkan dan apa yang harus dikerjakan. Kini guru
lebih banyak berperan sebagai fasilitator atau pembimbing untuk siswa. Ini
berdasarkan tujuan pendidikan dari The International Bureau of Education
UNESCO yang berlaku di dunia.
Matematika yang termasuk dalam rumpun sains turut ikut terkena imbas
dari perubahan tersebut. Metode pembelajaran matematika yang selama ini
dikenal konvensional dalam penerapannya tidaklah membuat siswa tertarik untuk
mempelajari matematika. Sedangkan, matematika memiliki peranan yang sangat
penting dalam aspek kehidupan manusia. Karena begitu pentingnya, matematika
sendiri juga dapat mempengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Karena itu, para siswa pada tingkat dasar dan menengah dituntut untuk dapat
menguasai matematika. Penguasaan matematika ini mengharapkan agar siswa

1
mampu mengikuti atau bertahan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan,
termasuk matematika sendiri. Tetapi, realita yang terjadi di Indonesia adalah
sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam menguasai pelajaran
matematika. Hal ini mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa dalam pelajaran
matematika. Untuk itu diperlukan suatu interaksi edukatif dan proses belajar yang
dapat membantu sisiwa untuk lebih memahami konsep matematika yang diajarkan
oleh guru.
Interaksi edukatif dalam ruang kelas antara guru dengan siswa merupakan
suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam pembelajaran. Interaksi antara siswa
juga merupakan bagian dari interaksi edukatif. Interaksi ini memungkinkan
adanya proses pemerolehan pengetahuan, termasuk matematika. Itu dapat terjadi
dari siswa lain lewat pembelajaran berkelompok dan sebagainya. Belakangan ini
juga sedang gencar dikembangkan pembelajaran yang bertajuk kooperatif
learning dimana pembelajaran ini memungkinkan siswa mendapat pengetahuan
lewat siswa lainnya dan tentu dapat mengaktifkan proses pembelajaran. Selain itu,
guru juga dituntut untuk lebih jeli serta kreatif dalam proses belajar mengajar
sehingga terciptanya interaksi edukatif atau suasana belajar yang menyenangkan,
sehingga mampu mencapai tujuan kurikuler dan tujuan instruksional yang telah
ditetapkan.
Proses pembelajaran matematika akan lebih modern jika dalam proses
belajar matematika di kelas berhasil membelajarkan siswa, baik dalam berpikir
maupun dalam bersikap. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk melibatkan
siswa secara aktif dalam pembelajaran adalah dengan cara mencatat yang
mengkomodir cara kerja otak secara natural dimana siswa berlajar dengan
menggunakan kata kunci. Lebih lengkapnya, teknik mind mapping merupakan
teknik mencatat tingkat tinggi yang memanfaatkan keseluruhan otak, yaitu otak
kiri dan otak kanan. Kegiatan ini sebagai upaya yang dapat mengoptimalkan
fungsi otak kiri dan kanan siswa, yang kemudian dalam aplikasinya sangat
membantu untuk memahami masalah matematika dengan cepat karena telah
terpetakan. Terkait hal tadi, makalah ini menyajikan terkait model pembelajaran
kooperatif learning tipe Mind Mapping sebagai salah satu cara untuk pemberian
kesempatan belajar yang lebih luas dan suasana yang kondusif kepada siswa untuk

2
memperoleh, dan mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai, serta keterampilan-
keterampilan sosial yang bermanfaat bagi kehidupannya di dunia.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan rasional yang telah dipaparkan, adapun masalah yang


dapat dikaji dalam makalah ini yaitu sebagai berikut.

1. Apa kajian filosofis Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mind Mapping?


2. Apa kajian teoretik Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mind Mapping?
3. Bagaimana sintaks Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mind Mapping?
4. Bagaimana implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mind
Mapping dalam pembelajaran matematika?
5. Bagaimana situasi ideal yang diperlukan untuk menerapkan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Mind Mapping dalam pembelajaran
matematika?
6. Apa keunggulan dan kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Mind Mapping?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penulisan makalah ini yaitu
sebagai berikut.
1. Memahami kajian filosofis Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mind
Mapping.
2. Memahami kajian teoretik Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mind
Mapping.
3. Merumuskan dan memahami sintaks Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Mind Mapping.
4. Menyusun rencana pembelajaran dengan mengimplementasikan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Mind Mapping ke dalam pembelajaran
matematika.
5. Mengidentifikasi situasi ideal yang diperlukan untuk menerapkan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Mind Mapping ke dalam pembelajaran
matematika.

3
6. Mengidentifikasi keunggulan dan kelemahan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Mind Mapping.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Landasan Filosofis dari Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mind


Mapping

Kemampuan setiap orang untuk mengorganisasikan informasi


berbeda-beda, ada yang teratur secara ilmiah tetapi ada juga yang tidak.
Namun, kebanyakan orang tidak dapat mengorganisasikan informasi yang
diperolehnya dengan baik. (DePorter, 2009:152) mengemukakan bahwa
kemampuan mengorganisasi tergantung pada usia dan gaya belajar. Seorang
guru harus memberikan alat organisasi yang baik dan efektif. Salah satu alat
organisasi yang dapat diberikan, yaitu mencatat. Teknik mencatat yang baik
dan efektif adalah teknik mind mapping.
Metode pembelajaran merupakan langkah operasional dari strategi
pembelajaran yang dipilih untuk mencapai tujuan pembelajaran. Saat ini
berkembang lebih banyak metode pembelajaran termasuk metode mind
mapping yang dalam proses metode tersebut akan menghasilkan sebuah mind
map.
Metode mind mapping pertama kali dikembangkan oleh Tony Buzan.
Model mind mapping merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang
digunakan melatih kemampuan menyajikan isi (content) materi dengan
pemetaan pikiran (mind mapping). Mind mapping merupakan cara mencatat
yang mengakomodir cara kerja otak secara natural. Berbeda dengan catatan
konvensional yang ditulis dalam bentuk daftar panjang ke bawah. Mind
mapping akan mengajak pikiran untuk membayangkan suatu subjek sebagai
satu kesatuan yang saling berhubungan (Edward, 2009:63).
Mind map dikembangkan oleh Tony Buzan sebagai cara untuk
mendorong peserta didik mencatat hanya dengan menggunakan kata kunci
dan gambar. Teknik mind mapping merupakan teknik mencatat tingkat tinggi
yang memanfaatkan keseluruhan otak, yaitu otak kiri dan otak kanan.
Kegiatan ini sebagai upaya yang dapat mengoptimalkan fungsi otak kiri dan
kanan, yang kemudian dalam aplikasinya sangat membantu untuk memahami

5
masalah dengan cepat karena telah terpetakan. Belahan otak kiri berfungsi
menerapkan fungsi-fungsi logis, yaitu bentuk-bentuk belajar yang langkah-
langkahnya mengikuti urutan-urutan tertentu. Oleh karena itu, otak menerima
informasi secara berurutan. Sedangkan otak kanan cenderung lebih
memproses informasi dalam bentuk gambar-gambar, simbol-simbol, dan
warna. Teknik mencatat yang baik harus membantu mengingat informasi
yang didapat, yaitu materi pelajaran, meningkatkan pemahaman terhadap
materi, membantu mengorganisasi materi, dan memberi wawasan baru.
Mind map adalah suatu teknis grafis yang memungkinkan kita untuk
mengeksplorasi seluruh kemampuan otak kita untuk keperluan berpikir dan
belajar. Pembuatan mind map didasarkan pada cara kerja alamiah otak dan
mampu menyalakan percikan-percikan kreatifitas dalam otak karena
melibatkan kedua belah otak kita (Windura, 2010).
Penggunaan metode mind map dapat mengatasi permasalahan-
permasalahan yang pada dasarnya adalah bersumber dari tidak adanya
penggunaan kedua belah otak secara sinergis dan efek yang sering dirasakan
oleh siswa biasanya merasa bosan pada saat mengikuti proses pembelajaran
dan mencoba menemukan kegiatan lain untuk mengalihkan perhatiannya
yang tentunya tidak berhubungan dengan materi yang sedang dipelajari.
Mind map merupakan peta rute yang memudahkan ingatan dan
memungkinkan untuk menyusun fakta dan pikiran, dengan demikian cara
kerja alami otak dilibatkan sejak awal. Ini berarti mengingat informasi akan
lebih mudah dan lebih bisa diandalkan daripada menggunakan teknik
mencatat tradisional. Suasana menyenangkan yang diperoleh siswa ketika
berada di ruang kelas pada saat proses belajar akan mempengaruhi
penciptaan peta pikiran. Dengan demikian, guru diharapkan dapat
menciptakan suasana yang dapat mendukung kondisi belajar siswa terutama
dalam proses pembuatan mind mapping. Metode ini membuka pikiran
manusia agar mampu mengembangkan pendekatan berpikir yang lebih kreatif
dan inovatif. Dalam mind map, yang biasa dilakukan adalah dengan membuat
pemetaan satu pokok bahasan tiap orang memiliki kebebasan untuk membuat
peta pikirannya sendiri. Yang terpenting pembelajar memahami secara

6
keseluruhan materi pokok dan penjabarannya. Sehingga dapat memunculkan
keunikan-keunikan secara bebas mengalir dan menyenangkan.

2.2 Kajian Teoritik dari Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mind


Mapping

Adapun teori yang melandasi model pembelajaran kooperatif tipe


mind mapping adalah sebagai berikut:

1. Teori Belajar Ausubel

Menurut Ausubel, belajar dapat diklasifikasikan kedalam dua demensi:

a. Demensi-1, tentang cara penyajian informasi atau materi kepada siswa.


Demensi ini meliputi belajar penerimaan yang menyajikan informasi
itu dalam bentuk final dan belajar penemuan yang mengharuskan siswa
untuk menemukan sendiri sebagian atau seluruh materi yang diajarkan.
b. Demensi-2, tentang cara siswa mengkaitkan materi yang diberikan
dengan struktur kognitif yang telah dimilikinya. Jika siswa dapat
menghubungkan atau mengkaitkan informasi itu pada pengetahuan
yang telah dimilikinya maka dikatakan terjadi belajar bermakna. Tetapi
jika siswa menghafalkan informasi baru tanpa menghubungkan pada
konsep yang telah ada dalam struktur kognitifnya maka dikatakan
terjadi belajar hafalan.

Kedua demensi ini merupakan suatu kontinum. Novak (Dahar, 1988: 136)
memperlihatkan gambar sebagai berikut:

Belajar bermakna Menjelaskan Pengajaran audio- Penelitian Ilmiah


hubungan antara tutorial
konsep-konsep
Penyajian melalui Kegiatan di Sebagian Besar
ceramah atau laboratorium penelitian rutin
buku pelajaran sekolah atau produksi
intelektual
Belajar hafalan Daftar perkalian Menerapkan Pemecahan
rumus-rumus dengan coba-coba

7
untuk
memecahkan
masalah
Belajar Belajar penemuan Belajar penemuan
penerimaan terbimbing mandiri

Sepanjang kontinum mendaftar terdapat dari kiri ke kanan berkurangnya


belajar penerimaan dan bertambahnya belajar penemuan, sedangkan sepanjang
kontinum vertical terdapat dari bawah ke atas berkurangnya belajar hafalan
dan bertambahnya belajar bermakna.
Dari tabel diatas dapat dikatakan bahwa belajar penerimaan yang
bermakna dapat dilakukan dengan cara menjelaskan hubungan antara konsep-
konsep, sedangkan belajar penemuan yang masih berupa hafalan apabila
belajar dilakukan dengan pemecahan masalah secara coba-coba. Belajar
penemuan yang bermakna hanyalah terjadi pada penelitian ilmiah.
Sehubungan dengan kedua demensi diatas, Ausubel (Hudoyo, 1988: 62)
mengklasifikasikan empat kemungkinan type belajar, yaitu belajar dengan
penemuan bermakna, belajar dengan ceramah yang bermakna, belajar
penemuan yang tidak bermakna, dan belajar ceramah yang tidak bermakna.
Inti dari belajar Ausubel ini adalah belajar penerimaan yang bermakna.
Dikatakan Ausubel (Hudoyo, 1988:62) bahwa belajar dikatakan bermakna bila
informasi yang akan dipelajari peserta didik disusun sesuai dengan struktur
kognitif yang dimilikinya. Dengan belajar bermakna ini peserta didik menjadi
kuat ingatannya dan transfer belajar mudah dicapai.

Menurut Ausubel (Dahar, 1988: 142) bahwa prasyarat belajar


bermakna adalah sebagai berikut:

a. Materi yang akan dipelajari harus bermakna secara potensial.


Kebermaknaan materi tergantung pada dua factor berikut:
i. Materi harus memiliki kebermaknaan logis, yaitu merupakan
materi yang nonarbitrar dan substantive. Materi yang nonarbitrar
adalah materi yang konsisten dengan yang telah diketahui,
sedangkan materi yang substantive adalah materi yang dapat
dinyatakan dalam berbagai cara tanpa mengubah artinya.

8
ii. Gagasan-gagasan yang relevan harus terdapat dalam struktur
kognitif siswa. Dalam hal ini harus diperhatikan pengalaman anak-
anak, tingkat perkembangan intelektual mereka, intelegensi dan
usia.
b. Siswa yang akan belajar harus bertujuan untuk melaksanakan belajar
bermakna. Dengan demikian siswa mempunyai kesiapan dan niat
untuk belajar bermakna. Jadi tujuan siswa merupakan faktor utama
dalam belajar bermakna. Sebagaimana disimpulkan oleh Rosser
(Dahar, 1988: 143) bahwa belajar bermakna dapat terjadi bila
memenuhi tiga komponen yaitu materi pelajaran harus bermakna
secara logis, siswa harus bertujuan untuk memesukkan materi itu
kedalam struktur kognitifnya dan dalam struktur kognitif siswa harus
terdapat unsur-unsur yang cocok untuk mengkaitkan atau
menghubungkan materi baru secara nonarbitrar dan substantif. Jika
salah satu komponen tidak ada,maka materi itu akan dipelajari secara
hafalan.

Beberapa prinsip dalam teori belajar Ausubel:

a. Advance Organizer
Advance organizer mengarahkan para siswa ke materi yang akan
dipelajari dan mengingatkan siswa pada materi sebelumnya yang dapat
digunakan dalam membantu menanamkan pengetahuan baru. Advance
Organizer dapat dianggap merupakan suatu pertolongan mental dan
disajikan sebelum materi baru (Dahar, 1988: 144).
b. Diferensiasi Progresif
Selama belajar bermakna berlangsung perlu terjadi pengembangan
konsep dari umum ke khusus. Dengan strategi ini guru mengajarkan
konsep mulai dari konsep yang paling inklusif, kemudian kurang
inklusif dan selanjutnya hal-hal yang khusus seperti contoh-contoh
setiap konsep. Sehubungan dengan ini dikatakan (Sulaiman, 1988:203)
bahwa diferensiasi progresif adalah cara mengembangkan pokok
bahasan melalui penguraian bahan secara heirarkis sehingga setiap
bagian dapat dipelajari secara terpisah dari satu kesatuan yang besar.

9
c. Belajar Superordinat
Belajar superordinat dapat terjadi apabila konsep-konsep yang telah
dipelajari sebelumnya dikenal sebagai unsur-unsur dari suatu konsep
yang lebih luas. Dinyatakan (Dahar, 1988:148) bahwa belajar
superorninat tidak dapat terjadi disekolah, sebab sebagian besar guru-
guru dan buku-buku teks mulai dengan konsep-konsep yang lebih
inklusif.
d. Penyesuaian Integratif (Rekonsiliasi Integratif)
Menurut Ausubel (Dahar, 1988: 148), selain urutan menurut
diferensiasi progresif yang harus diperhatikan dalam mengajar, juga
harus diperlihatkan bagaimana konsep-konsep baru dihubungkan
dengan konsep-konsep yang superordinat. Guru harus memperlihatkan
secara eksplisit bagaimana arti-arti baru dibandingkan dan
dipertentangkan dengan artiarti sebelumnya yang lebih sempit dan
bagaimana konsep-konsep yang tingkatannya lebih tinggi mengambil
arti baru. Untuk mencapai penyesuaian integratif, materi pelajaran
hendaknya disusun sedemikian rupa hingga dapat digerakkan hierarki-
heirarki konseptual ke atas dan ke bawah selama informasi disajikan.
Guru dapat mulai dengan konsepkonsep yang paling umum, tetapi
perlu diperlihatkan keterkaitan konsep-konsep subordinat dan
kemudian bergerak kembali melalui contoh-contoh ke arti-arti baru
bagi konsep-konsep yang tingkatannya lebih tinggi.

2. Teori Belajar Kognitif

Teori perkembangan kognitif Piaget menjelaskan bagaimana anak


beradaptasi dengan dan menginterpretasikan objek dan kejadian-kejadian
sekitarnya. Bagaimana anak mempelajari ciri-ciri dan fungsi dari objek-
objek seperti mainan, perabot, dan makanan serta objek-objek sosial
seperti diri, orangtua dan teman. Bagaimana cara anak mengelompokan
objek-objek untuk mengetahui persamaan-persamaan dan perbedaan-
perbedaannya, untuk memahami penyebab terjadinya perubahan dalam

10
objek-objek dan perisiwa-peristiwa dan untuk membentuk perkiraan
tentang objek dan peristiwa tersebut.
Piaget memandang bahwa anak memainkan peran aktif dalam
menyusun pengetahuannya mengenai realitas. Anak tidak pasif menerima
informasi. Walaupun proses berfikir dalam konsepsi anak mengenai
realitas telah dimodifikasi oleh pengalaman dengan dunia sekitarnya,
namun anak juga berperan aktif dalam menginterpretasikan informasi yang
ia peroleh melalui pengalaman, serta dalam mengadaptasikannya pada
pengetahuan dan konsepsi mengenai dunia yang telah ia punya.
Piaget percaya bahwa pemikiran anak-anak berkembang menurut
tahap-tahap atau periode-periode yang terus bertambah kompleks.
Menurut teori tahapan Piaget, setiap individu akan melewati serangkaian
perubahan kualitatif yang bersifat invarian, selalu tetap, tidak melompat
atau mundur. Perubahan kualitatif ini terjadi karena tekanan biologis untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan serta adanya pengorganisasian
struktur berfikir. Sebagai seorang yang memperoleh pendidikan dasar
dalam bidang eksakta, yaitu biologis, maka pendekatan dan uraian dari
teorinya terpengaruh aspek biologi.
Teori Piaget merupakan akar revolusi kognitif saat ini yang
menekankan pada proses mental. Piaget mengambil perspektif organismik,
yang memandang perkembangan kognitif sebagai produk usaha anak
untuk memahami dan bertindak dalam dunia mereka. Menurut Piaget,
bahwa perkembangan kognitif dimulai dengan kemampuan bawaan untuk
beradaptasi dengan lingkungan. Dengan kemampuan bawaan yang bersifat
biologis itu, Piaget mengamati bayi-bayi mewarisi reflek-reflek seperti
reflek menghisap. Reflek ini sangat penting dalam bulan-bulan pertama
kehidupan mereka, namun semakin berkurang signifikansinya pada
perkembangan selanjutnya.
Pertumbuhan atau perkembangan kognitif terjadi melalui tiga
proses yang saling berhubungan, yaitu:
a. Organisasi

11
Organisasi merupakan istilah yang digunakan Piaget untuk
mengintegrasikan pengetahuan kedalam system-sistem. Dengan kata
lain, organisasi adalah system pengetahuan atau cara berfikir yang
disertai dengan pencitraan realitas yang semakin akurat.
b. Adaptasi
Adaptasi merupakan cara anak untuk memperlakukan informasi baru
dengan mempertimbangkan apa yang telah mereka ketahui. Adaptasi
ini dilakukan dengan dua langkah, yaitu:
i. Asimilasi
Asimilasi merupakan istilah yang digunakan Piaget untuk merujuk
pada peleburan informasi baru kedalam struktur kognitif yang
sudah ada. Seorang individu dikatakan melakukan proses adaptasi
melalui asimilasi, jika individu tersebut menggabungkan informasi
baru yag dia terima kedalam pengetahuan mereka yang telah ada.
ii. Akomodasi
Akumodasi merupakan merupakan istilah yang digunakan Piaget
untuk merujuk pada perubahan yang terjadi pada sebuah struktur
kognitif dalam rangka menampung informasi baru. Jadi, dikatakan
akomodasi jika individu menyesuaikan diri dengan informasi baru.
Melalui akomodasi ini, struktur kognitif yang sudah ada dalam diri
seseorang mengalami perubahan sesuai dengan
rangsanganrangsangan dari objeknya.
c. Ekuilibrasi
Ekuilibrasi merupakan istilah yang merujuk pada kecenderungan untuk
mencari keseimbangan pada elemen-elemen kognisi. Ekuilibrasi
diartikan sebagai kemampuan yang mengatur dalam diri individu agar
ia mampu mempertahankan keseimbangan dan menyesuaikan diri
terhadap lingkungannya. Agar terjadi ekuilibrasi antara diri dengan
lingkungan, maka peristiwa asimilasi dan akomodasi harus terjadi
secara terpadu, bersama-sama dan komplementer.

12
3. Teori Belajar Jerome Bruner

Bruner mengatakan bahwa belajar terjadi lebih ditentukan oleh


cara seseorang mengaturpesan atau informasi dan bukan ditentukan oleh
umur. Asumsi teori ini adalah bahwa setiap orang telah memiliki
pengetahuan dan pengalaman yang telah tertata dalam bentuk struktur
kognitif yang telah dimilikinya. Proses belajar akan berjalan dengan baik
jika materi pelajaran atau informasi baru beradaptasi dengan struktur
kognitif yang dimilikinya. Proses belajar akan berjalan dengan baik jika
materi pelajaran atau informasi baru beradaptasi dengan struktur kognitif
yang telah dimiliki dan telah terbentuk didalam pikiran seseorang
berdasarkan pemahaman dan pengalaman-pengalaman sebelumnya.
Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada
hasil belajarnya. Para penganut aliran kognitif mengatakan bahwa belajar
tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon. Namun
lebih dari itu, belajar melibatkan proses berfikir yang sangat kompleks.
Model belajar kognitif merupakan suatu bentuk teori belajar yang sering
disebut sebagai model perceptual. Model belajar kognitif mengatakan
bahwa tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahaman
yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang nampak.
Teori kognitif juga menekankan bahwa bagian-bagian dari suatu
situasi saling berhubungan dengan seluruh konteks situasi atau materi
pelajaran menjadi komponen-komponen yang kecil-kecil dan
mempelajarinya secara terpisah-terpisah, akan kehilangan makna.
Bruner memandang motivasi sebagai kekuatan internal dalam
proses belajar. Belajar adalah tujuan langsung, proses mengalami,
menemukan pengetahuan. Pandangan lain Bruner yang patut
diketengahkan adalah dunia model. Ia mengkonstruksi dunia luar dalam
bentuk dunia model. Melalui model memungkinkan seseorang
meramalkan dan melakukan intrapolasi dan ekstrapolasi pengetahuan lebih
lanjut. Intrapolasi adalah mencari posisi melalui penerapan pengetahuan
baru, sedangkan ekstrapolasi mencari bentuk lain dari informasi yang
diberikan. Pengetahuan bukan semata-mata refleksi pesan dari luar tapi

13
juga sebuah ide (konstruksi model) yang dapat menjelaskan gejala dan
peristiwadunia luar. Menurut model adalah pengharapan (ekspektasi) yang
keberadaannyamerupakan refleksi kecenderungan dari pengalaman-
pengalaman yang telah terorganisisr. Bahasa, ceritera, teori, pesan,
diagram dan lain-lain adalah contoh dari dunia model yang dibawa
kedalam berbagai bentuk dan perbuatan manusia.
Dalam teori belajarnya Jerome S. Bruner berpendapat bahwa
kegiatan belajar akan berjalan baik dan kreatif jika siswa dapat
menemukan sendiri suatu aturan atau kesimpulan tertentu. Bruner
berpendapat bahwa dalam proses belajar dapat dibedakan menjadi 3 tahap,
yaitu:
a. Tahap informasi, bahwa dalam tiap pelajaran kita memperoleh
sejumlah informasi, ada yang menambah pengetahuan yang telah kita
miliki, ada yang memperhalus dan memperdalamnya, adapula
informasi itu yang bertentangan dengan apa yang telah kita ketahui
sebelumnya.
b. Tahap transformasi, kita menganalisa berbagai informasi yang kita
pelajari itu dan mengubah atau mentransformasikannya kedalam
bentuk-bentuk informasi yang lebih abstrak atau konseptual, agar dapat
digunakan untuk hal-hal yang lebih luas.
c. Tahap evaluasi, kita menilai hingga manakah pengetahuan yang kita
peroleh dan transformasikan itu dapat digunakan untuk memahami
gejalagejala lain atau memecahkan permasalahan yang kita hadapi.

Pandangan Bruner terhadap belajar tersebut disebut belajar kognitif


yang dipandangnya sebagai alat konsepsi instrumental conception).
Pertumbuhan kognitif atau dapat pula disebut pendewasaan intelektual
adalah bertambahnya respon-respon yang terkarakterisasikan dari hakekat
yang terkandung dalam stimulasi. Pertumbuhan tersebut tergantung
kepada kondisi internal dalam system penyimpanan inormasi atau frame
psikologisnya. Frame psikologis adalah “representation system” atau
internal model yang memberi arti dan organisasi yang teratur dalam
pengalaman individu.

14
Berpikir adalah menghubungkan suatu pemikiran kedalam struktur
yang memberi arti mengingat bukan hanya mengutip kembali informasi
yang telah dimilikinya tapi juga bahkan yang terpenting adalah
mengkonstruksi kembali imajinasi. Oleh karena itu, belajar yang terbaik
adalah berpikir, dan berpikir pada hakekatnya adalah proses kognitif,
proses mengkonseptualisasi dan kategorisasi manusia mempunyai
kemampuan dalam membedakan, memilih dan menemukan objek,
peristiwa, konsep, prinsip, generalisasi dan lain-lain.

Menurut Bruner belajar bermakna hanya dapat terjadi melalui


belajar penemuan pengetahuan yang diperoleh melalui belajar penemuan
bertahan lama dan mempunyai efek transfer yang lebih baik. Belajar
penemuan meningkatkan penalaran dan kemampuan berpikir secara bebas
dan melaih keterampilan-keterampilan kognitif untuk menemukan dan
memecahkan masalah. Belajar memecahkan masalah pada dasarnya adlaha
belajar menggunakan metode-metode ilmiah/berpikir secara sistematis,
logis, teratur dan teliti. Tujuannya ialah untuk memperoleh kemampuan
dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah serta rasinal, lugas
dan tuntas.

Dalam teorinya Bruner juga mengemukakan bentuk hadiah atau


pujian dan hukuman perlu dipikirkan cara penggunaannya dalam proses
belajar mengajar sebab ia mengakui bahwa suatu ketika hadiah ekstrinsik
bisa berubah menjadi dorongan bersifat intrinsic. Demikian juga pujian
dan guru dapat menjadi dorongan yang bersifat ekstrinsik, dan keberhaslan
memecahkan masalah menjadi dorongan yang bersifat intrinsic. Tujuan
pembelajaran adalah menjadikan siswa merasa puas.

2.3 Sintak dari Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mind Mapping

Tahapan Deskripsi
Overview Tinjauan menyeluruh terhadap suatu topik pada saat proses
pembelajaran baru dimulai. Hal ini bertujuan untuk memberi
gambaran umum kepada siswa tentang topik yang akan
dipelajari. Khusus untuk pertemuan pertama pada setiap awal

15
pertemuan. Overview dapat diisi dengan kegiatan untuk
membuat master mind map yang merupakan rangkuman dari
seluruh topik yang akan diajarkan selama satu pertemuan
yang biasanya sudah ada dalam silabus. Dengan demikian,
sejak awal siswa sudah mengetahui topik apa saja yang akan
dipelajarinya sehingga membuka peluang bagi siswa yang
aktif untuk mempelajarinya lebih dahulu di rumah atau di
perpustakaan.
Preview Tinjauan awal merupakan lanjutan dari overview, sehingga
gambaran umum yang diberikan setingkat lebih detail
daripada overview dan dapat berupa penjabaran lebih lanjut
dari silabus. Dengan demikian, siswa diharapkan telah
memiliki pengetahuan awal yang cukup mengenai sub-topik
dari bahan sebelum pembahasan yang lebih detail dimulai.
Khusus untuk bahan yang sangat sederhana, langkah preview
dapat dilewati sehingga langsung masuk ke langkah inview.
Inview Tinjauan mendalam yang merupakan inti dari suatu proses
pembelajaran, di mana suatu topik akan dibahas secara detail,
terperinci dan mendalam. Selama inview ini, siswa diharapkan
dapat mencatat informasi, konsep atau rumus penting beserta
grafik, daftar atau diagram untuk membantu siswa dalam
memahami dan menguasai bahan yang diajarkan.
Review Tinjauan ulang dilakukan menjelang berakhirnya jam
pelajaran dan berupa ringkasan dari bahan yang telah
diajarkan serta ditekankan pada informasi, konsep atau rumus
penting yang harus diingat atau dikuasai oleh siswa. Hal ini
akan dapat membantu siswa untuk fokus dalam mempelajari-
ulang seluruh bahan yang diajarkan di sekolah pada saat di
rumah. Review dapat juga dilakukan saat pelajaran akan
dimulai pada pertemuan berikutnya untuk membantu siswa
mengingatkan kembali bahan yang telah diajarkan pada
pertemuan sebelumnya.

16
2.3. Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mind Mapping
dalam Matematika

Salah satu topik yang dapat digunakan dalam penerapan model


pembelajaran mind mapping adalah refleksi. Berikut merupakan tahapan-
tahapan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe mind mapping dalam
pembelajaran matematika dengan topik refleksi.

Kegiatan Pembelajaran
Tahapan
Guru Siswa

Overvie  Guru memberikan salam dan  Siswa mengucapkan salam


w mengajak siswa untuk berdoa dan ikut berdoa secara
 Guru memeriksa kehadiran bersama-sama.
siswa sebagai sikap disipilin  Siswa mengangkat tangan
 Guru menjelaskan tujuan ketika dipanggil namanya.
kompetensi yang harus  Siswa memperhatikan guru
dicapai oleh peserta didik dan diharapkan antusias
serta menjelaskan topik apa dengan informasi yang
yang akan dibahas. dijelaskan.

Preview  Guru memberikan motivasi  Siswa diharapkan antusias


kepada siswa, dimana guru dengan informasi yang
akan memberitahukan dijelaskan mengenai
manfaat dari mempelajari manfaat dari materi
topik refleksi dalam maupun penggunaan alat
kehidupan sehari-hari. peraga yang akan
 Guru mengingatkan kembali dipelajari.
materi bangun datar dan  Siswa mengingat kembali
sistem koordinat yang telah materi bangun datar dan
dipelajari sebelumnya sistem koordinat sebagai
sebagai materi prasyarat materi prasyarat dan jika
ada yang belum paham
bisa bertanya kembali pada

17
guru.

Inview  Guru membahas secara  Siswa memperhatikan apa


mendalam mengenai topik yang diinformasikan oleh
Refleksi bangun datar secara guru.
menyeluruh. Pembahasannya  Siswa mulai mengamati
berupa sifat-sifat Refleksi, benda yang dicermati.
yaitu :  Siswa akan berkumpul
a. Pencerminan terhadap sesuai dengan kelompok
sumbu X untuk berdiskusi.
P ( x , y ) M x P' ( x ,− y )  Dalam waktu yang sudah

ditentukan, siswa akan
b. Pencerminan terhadap
mendiskusikan
sumbu Y
permasalahan-
P ( x , y ) M y P' (−x , y )
→ permasalahan yang ada di
c. Pencerminan terhadap LKS. Kemudian siswa
garis y=x menalar hubungan cermin
P ( x , y ) M y= x P '( y , x) dan bangun di cermin

(titik).
d. Pencerminan terhadap
garis y=−x
P ( x , y ) M y=−x P '(− y ,−x)

e. Pencerminan terhadap
garis x=a
P ( x , y ) M x=a P ' (2 a−x , y )

f. Pencerminan terhadap
garis y=b
P ( x , y ) M y=b P( x ,2 b− y)

 Guru membawakan alat


peraga berupa cermin sebagai
media pengamatan siswa
dalam mendukung proses

18
pembelajaran.
 Guru meminta siswa untuk
membentuk kelompok yang
terdiri dari 3-4orang.
 Guru membagikan LKS
kepada setiap kelompok
untuk mengamati persoalan-
persoalan yang disajikan
dalam LKS dengan bantuan
alat peraga. Seperti pada
permasalahan :
Sebuah trapesium ABCD
dengan koordinat A(1, 3),
B(5, 3), C(2, 5), D(4, 5)
direfleksikan terhadap sumbu
X.
 Gambarlah trapesium
ABCD pada koordinat
kartesius!
 Tentukanlah hasil
pencerminan trapesium
ABCD terhadap sumbu
X!
 Gambarlah trapesium
A’B’C’D’ yang
merupakan hasil
pencerminan trapesium
ABCD terhadap sumbu
X!
 Guru memantau aktivitas
siswa dan mengarahkan
siswa yang belum mengerti

19
mengenai Refleksi.

Review  Guru meminta perwakilan tiap  Salah satu siswa


kelompok (dipilih secara acak) mewakilkan kelompoknya
untuk mempresentasikan hasil untuk mempresentasikan
diskusinya. hasil diskusinya.
 Guru bersama-sama dengan  Siswa menarik kesimpulan
siswa untuk mendiskusikan mengenai materi refleksi.
informasi yang didapat siswa
dan menarik kesimpulannya.
 Guru mengarahkan dan
memberikan kesempatan
kepada siswa untuk
menegaskan konsep-konsep
(merangkum pembelajaran)
yang telah diperoleh baik dari
diskusi kelompok maupun
tanya jawab secara
menyeluruh, yaitu :
Refleksi atau pencerminan
adalah transformasi yang
memindahkan titik menurut
sifat-sifat cermin.
 Gambar trapesium ABCD
pada koordinat kartesius

 Hasil pencerminan trapesium

20
ABCD terhadap sumbu X

 A ( 1,3 ) M x A ' ( 1 ,−3 )


 B (5,3 ) M x B ' ( 5 ,−3 )


 C ( 4,5 ) M x C ' ( 4 ,−5 )


 D ( 2,5 ) M x D ' (2 ,−5 )


 Gambar trapesium
A’B’C’D’ yang
merupakan hasil
pencerminantrapesium
ABCD terhadap sumbu X

Dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe


mind mapping, metode yang cocok digunakan adalah metode diskusi karena
model ini juga menuntun adanya interaksi antarsiswa yaitu pada saat
berkelompok. Untuk pendekatan yang cocok digunakan guru saat menerapkan
model ini yaitu menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa (student-
centred approaches), yaiut dimana siswa yang berperan aktif dalam proses
pembelajaran sedangkan guru hanya menjadi fasilitator jika pada proses
pembelajaran siswa mengalami suatu kesulitan.

 RPP dengan model pembelajaran kooperative tipe mind mapping terlampir.

21
2.4. Situasi Ideal untuk Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mind
Mapping dalam Matematika

Model pembelajaran kooperatif tipe mind mapping ini merupakan


model pembelajaran yang menuntut siswa untuk berperan aktif selama
proses pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif tipe mind mapping
sangat cocok diterapkan untuk semua jenjang pendidikan baik pada jenjang
pendidikan dasar maupun jenjang pendidikan menengah dan untuk semua
mata pelajaran. Model pembelajaran kooperatif tipe mind mapping dapat
meningkatkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran karena metode
ini mempersyaratkan keaktifan siswa dalam mengkontruksi pengetahuannya
sendiri, sehingga keterlibatan siswa secara aktif mutlak diperlukan untuk
mengkontruksi pemahaman mereka baik secara personal maupun sosial.

Dalam pembelajaran matematika yang notabennya banyak siswa


yang menganggap bahwa matematika itu sulit, penuh dengan rumu-rumus
dan angka-angka, sehingga sebelum kegitan pembelajaran dimulai siswa
sudah menyerah dan merasa tidak akan mampu menguasai materi pelajaran
yang akan disampaikan. Hal ini mengakibatkan siswa menjadi tidak
berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini siswa akan
di bentuk kelompok oleh guru, karena model ini sangat ideal untuk
meningkatkan diskusi antar siswa dalam meningkatkan keaktifan siswa.

Dilihat dari sikap peserta didik yang masih individual dalam belajar,
model pembelajaran kooperatif tipe mind mapping memberikan kesempatan
peserta didik untuk belajar sendiri dan belajar bekerja sama dengan orang
lain. Oleh karena itu, model pembelajaran kooperatif tipe mind mapping
tepat diterapkan pada peserta didik yang memiliki sikap individual sehingga
sikap individual peserta didik dapat diminimalisir dengan cara berinteraksi
dan berkerja sama untuk saling berbagi informasi serta saling membantu
dalam belajar sehingga memperoleh hasil belajar yang optimal.

Model pembelajaran kooperatif tipe mind mapping sangat relevan


untuk di terapkan pada Kurikulum 2013, karena peranan guru yang semula
sebagai pusat informasi kini harus bertransformasi sebagai moderator dan

22
fasilitator. Sehingga, dalam proses pembelajaran siswa akan lebih aktif
dalam berdiskusi serta di akhir pembelajaran siswa akan mempresentasikan
hasil diskusinya ke depan kelas dan menarik kesimpulannya bersama-sama
dengan guru.

2.5. Keunggulan dan Kelemahan dari Model Pembelajaran Kooperatif Tipe


Mind Mapping
A. Keunggulan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mind Mapping

Adapun keunggulan dari model pembelajaran ini antara lain:

1. Model ini terbilang cukup cepat dimengerti dan cepat juga dalam
menyelesaikan persoalan.
2. Mind mapping terbukti dapat digunakan untuk mengorganisasikan
ide-ide yang muncul dikepala.
3. Proses menggambar diagram bisa memunculkan ide-ide yang lain.
4. Diagram yang sudah terbentuk bisa menjadi panduan untuk
menulis.
5. Cara mudah menggali informasi dari dalam dan dari luar otak.
6. Dapat digunakan sebagai jembatan diskusi, artinya kita dapat
mengembangkan mind mapping yang telah kita buat dengan mind
mapping anggota kelompok lain untuk didiskusikan.
7. Cara baru untuk belajar dan berlatih dengan cepat dan efisien.
8. Cara membuat catatan agar tidak membosankan.
9. Cara terbaik untuk mendapatkan ide baru dan melatih kemampuan
merencana.

B. Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mind Mapping

Adapun kelemahan dari model pembelajaran ini antara lain (Kurniasih,


2015:54):

1. Hanya siswa yang aktif yang terlibat.


2. Tidak sepenuhnya murid yang belajar.
3. Jumlah detail informasi tidak dapat dimasukkan.

23
24
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Model mind mapping merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang


digunakan untuk melatih kemampuan menyajikan isi (content) materi dengan
pemetaan pikiran (mind mapping). Mind mapping merupakan cara mencatat
yang mengakomodir cara kerja otak secara natural. Teknik ini akan mengajak
pikiran siswa untuk membayangkan suatu subjek sebagai satu kesatuan yang
saling berhubungan sebagai upaya untuk mengoptimalkan fungsi otak kiri dan
kanan, yang kemudian dalam aplikasinya sangat membantu untuk memahami
masalah dengan cepat karena telah terpetakan.
Ada beberapa teori yang melandasi model pembelajaran mind
mapping: teori belajar Ausube; teori kognitif Piaget; dan teori belajar Jerome
Bruner. Ketiga teori ini sama-sama menekankan pada: cara penyajian
informasi atau materi kepada siswa; dan cara siswa mengkaitkan materi yang
diberikan dengan struktur kognitif yang telah dimilikinya.
Sintak dari model pembelajaran kooperatif tipe mind mapping:
overview; preview; inview; dan review. Overview: tinjauan menyeluruh
terhadap suatu topik pada saat proses pembelajaran baru dimulai. Preview:
tinjauan awal merupakan gambaran umum yang lebih detail berupa penjabaran
lebih lanjut dari silabus. Inview: tinjauan mendalam yang merupakan inti dari
suatu proses pembelajaran, di mana suatu topik akan dibahas secara detail
dimana siswa dapat mencatat informasi. Review: tinjauan ulang dilakukan
menjelang berakhirnya jam pelajaran dan berupa ringkasan dari bahan yang
telah diajarkan serta ditekankan pada informasi, konsep atau rumus penting
yang harus diingat atau dikuasai oleh siswa.
Pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe mind
mapping, metode yang cocok digunakan adalah metode diskusi. Untuk
pendekatan yang cocok digunakan guru saat menerapkan model ini yaitu
menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa (student-centred
approaches), yaiut dimana siswa yang berperan aktif dalam proses

25
pembelajaran sedangkan guru hanya menjadi fasilitator jika pada proses
pembelajaran siswa mengalami suatu kesulitan.
Adapun faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan metode mind
mapping adalah sebagai berikut:

a. Sebagai sebuah metode pembelajaran yang mempersyaratkan keaktifan


siswa dalam mengkronstruksi pengetahuannya sendiri maka keterlibatan
siswa secara aktif mutlak diperlukan untuk mengkronstruksi pemahaman
mereka baik secara personal maupun sosial.
b. Perubahan peran guru yang semula sebagai pusat informasi dan harus
bertransformasi sebagai moderator dan fasilisator memerlukan adaptasi
sehingga guru mampu menjalankan tugas moderasi dan mempersiapkan
fasilitas pendukung proses pembelajaran.

Keunggulan dari model pembelajaran kooperatif tipe mind mapping ini


antara lain: model ini terbilang cukup cepat dimengerti dan cepat juga dalam
menyelesaikan persoalan; mind mapping terbukti dapat digunakan untuk
mengorganisasikan ide-ide yang muncul dikepala; proses menggambar
diagram bisa memunculkan ide-ide yang lai; diagram yang sudah terbentuk
bisa menjadi panduan untuk menulis; dan cara terbaik untuk mendapatkan ide
baru dan melatih kemampuan merencana. Kelemahan dari model
pembelajaran kooperatif tipe mind mapping ini antara lain: hanya siswa yang
aktif yang terlibat; tidak sepenuhnya murid yang belajar; dan jumlah detail
informasi tidak dapat dimasukkan.

3.2 Saran
Adapaun saran yang dapat disampaikan adalah agar guru
mempertimbangkan penggunaan model pembelajaran yang diunakandalam
pembelajaran matematika, khususnya untuk model pembelajaran kooperatif
tipe mind mapping. Dengan penerapan model kooperatif tipe mind mapping
pada saat pembelajaran siswa mampu dengan mudah membentuk peta konsep
dari materi yang dipelajari asalkan terdapat hal-hal yang sebelumnya sudah
diketahui siswa. Dan, siswa tidak terlalu banyak menghafal hal-hal baru pada
materi yang dibelajarkan.

26
DAFTAR PUSTAKA

Dahar, Retnowilis, 1988. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

DePorter, B dan Hernacki, M. 2009. Quantum Learning. Bandung: Kaifa.

Edward, C. 2009. Mind Mapping untuk Anak Sehat dan Cerdas. Yogyakarta:
Sakti.

Hudoyo, Herman, 1990. Strategi Mengajar Belajar Matematika. Malang: Penerbit


IKIP Malang.

Kurniasih, Imas dan Berlin Sani. 2015. Ragam Pengembangan Model


Pembelajaran. Jakarta: Kata Pena.

Larasati, Yovita Galih. 2016. Penerapan Metode Mind Mapping pada


Pembelajaran Matematika Subbab Refleksi Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1
Pakem Tahun Ajaran 2015/2016. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Mufarricha, 2009, Konsep Pembelajaran Menurut Jerome S Bruner, [online],


(http://digilib.uinsby.ac.id/8078/5/Bab2.pdf, diakses tanggal 20 Februari
2018).

Murni, I Dewa Ayu Made. 2014. Pengaruh Metode Pembelajaran Mind Mapping
Terhadap Hasil Belajar IPS Ditinjau dari Motivasi Berprestasi pada
Siswa Kelas VI SD Segugus III Kecamatan Kuta Tahun Pelajaran 2014 –
2015. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

Sulaiman, Dadang, 1988. Teknologi/ Metodologi Pengajaran. Jakarta: P2LPTK.

Windura, S. 2008. Mind Mapping Langkah Demi Langkah. Jakarta: Gramedia.

27
28
29

Anda mungkin juga menyukai