Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT sehingga tugas Asuhan Kebidanan (ASKEB) IV


mengenai distosia dengan kelainan uterus dapat saya selesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun dan disajikan dari beberapa sumber agar pembaca dapat memperluas
ilmu pengetahuan tentang penyulit pada persalinan yang disebabkan karena kelainan uterus.
Penulis menyadari bahwa makalah ini begitu jauh dari kesempurnaan. Dengan ini penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk
kesempurnaan makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen
yang menyajikan materi ”Distosia dengan kelainan uterus”.

Akhir kata penulis dengan segala kerendahan hati, mempersembahkan makalah ini
dengan harapan dapat bermanfaat bagi kita semua dan bagi penulis sendiri,semoga
Tuhan YME senantiasa melimpahkan Rahmat-Nya kepada kita semua, Amin.
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Persalinan normal  suatu keadaan fisiologis, normal dapat berlangsung sendiri tanpa
intervensi penolong. Kelancaran persalinan tergantung 3 faktor ”P” utama yaitu
kekuatan ibu (power), keadaan jalan lahir (passage) dan keadaan janin (passanger).
Faktor lainnya adalah psikologi ibu (respon ibu ), penolong saat bersalin, dan posisi
ibu saat persalinan. Dengan adanya keseimbangan atau kesesuaian antara faktor-faktor
“P” tersebut, persalinan normal diharapkan dapat berlangsung. Bila ada gangguan
pada satu atau lebih faktor “P” ini, dapat terjadi kesulitan atau gangguan pada
jalannya persalinan. Kelambatan atau kesulitan persalinan ini disebut distosia. Salah
satu penyebab dari distosia karena adalah kelainan jalan lahir lunak seperti vulva,
vagina, serviks dan uterus. Distosia berpengaruh buruk bagi ibu maupun janin.
Pengenalan dini dan penanganan tepat akan menentukan prognosis ibu dan janin.

2. Tujuan
a. Tujuan Umum

Mahasiswa dapat mengetahui secara umum tentang  persalinan patologis


khususnya pada persalinan dengan dsytocia dengan kelainan uterus dan tahu cara
menanganinya jika menemukan kasus pada pasien dengan dsytocia kelainan uterus.

b. Tujuan Khusus
1) Mengetahui penyebab distosia pada persalinan karena kelainan jalan lahir lunak.
2) Mengetahui apa saja kelainan jalan lahir lunak yang menyebabkan distosia pada
persalinan.
3) Mengetahui apa saja peran bidan dalam menangani distosia karena kelainan
jalan lahir.
4) Untuk Memenuhi salah satu tugas mata kuliah Askeb IV mengenai distocia
dengan kelainan uterus.
3. Manfaat Penulisan

a. Bagi mahasiswa :

1.    Meningkatkan pengetahuan dan teori serta praktek

2.    Mahasiswi bisa lebih kompeten dalam memberi asuhan kebidanan

3.    Mendeteksi dini kemungkinan adanya penyulit / masalah dalam persalinan

b. Bagi umum :

1.    Mengurangi angka kematian maternal dan neonatal

2.    Meningkatkan kesadaran diri terhadap ibu agar memeriksakan dirinya secara


rutin pada waktu kehamilan agar dapat mengetahui adanya komplikasi pada ibu dan
janinnya.

4. Ruang Lingkup
Walaupun penyulit persalinan disebabkan oleh banyak factor, namun penulis
hanya akan membahas penyulit persalinan yang disebabkan oleh kelainan uterus, yang
terdiri dar dua macam yaitu kelainan bawaan dan kelainan letak uterus yang dalam hal
ini dapat menyebabkan hambatan pada persalinan.
BAB II

TINJAUAN TEORI

Distosia Karena Kelainan Uterus

A. Definisi Distosia

Distosia adalah kelambatan atau kesulitan persalinan. Dapat disebabkan kelainan


tenaga (his), kelainan letak dan bentuk janin, serta kelainan jalan lahir.

Uterus mempunyai peranan vital dalam proses reproduksi. Kelianan uterus, baik yang
bawaan maupun yang diperoleh, dapat mengganggu lancarnya kehamilan dan persalinan.

Uterus terletak ditengah rongga panggul dan dalam anteflexio. Letak yang demikian
dipertahankan oleh:

1. Tonus otot rahim

2. Ligament-ligament rahim:
 Lig.rotundum
 Lig.cardinale
 Lig. Sacro uterinum
 Lig.vesico uterinum
 Lig.infundibulo pelvicum

3. Otot-otot dasar panggul: terutama m.levator ani.

Secara embriologis uterus , vagina, servik dibentuk dari kedua duktus muller yang
dalam pertumbuhan mudigah mengalami proses penyatuan. Kelainan bawaan dapat
terjadi akibat gangguan dalam penyatuan, dalam berkembangnya kedua saluran muller
dan dalam kanalisasi.

B. Jenis Distosia Dengan Kelainan Uterus

1. Kelainan Uterus Bawaan

Uterus didelfis atau uterus dupleks separatus terjadi apabila kedua saluran muller
berkembang sendiri- sendiri tanpa penyatuan sedikitpun, sehingga terdapat 2 korpus
uteri, 2 serviks dan 2 vagina.
a. Uterus subseptus

Terdiri atas 1 korpus uteri dengna septum tidak lengkap, 1 serviks dan 1 vagina ;
kavum uteri kanan dan kiri terpisah secra tidak lengkap. Pada uterus bikornis unikollis
pemisahan korpus uteri sebelah kanan dan sebelah kiri lebih jelas lagi; serviks uteri
tetap menjadi satu.

b. Uterus  arkuatus

Hanya mempunyai cekungan di fundus uteri. Kelainan ini paling ringan sifatnya
dan paling sering dijumpai.

c. Uterus bikornis

Unilateral rudimentarus terdiri atas 1 uterus dan disampingnya terdapat tanduk


lain yang sangat terbelakang perkembangnnya.

d. Uterus unikornis

Terdiri atas 1 uterus dan 1 serviks yang berkembang dari 1 saluran Muller, kanan
atau kiri. Saluran lain yang tidak berkembang sama sekali. Sering kelainan ini disertai
pula oleh tidak berkembangnya saluran kencing secara unilateral. Jalannya partus
pada kelainan bawaan uterus umumnya kurang lancar, karena his kurang baik.
Mungkin fungsi uterus kurang baik karena miometrium tidak normal akibat
perkembangan uterus yang tidak wajar. Kala pembukaan berlangsung lama dengan
segala akibat yang kurang baik bagi ibu dan anak. Kelainan letak terutama letak
lintang pada uterus arkuatus dan uterus subseptus, menyebabkan resiko bagi ibu dan
anak lebih tinggi. Biasanya indikasi seksio sesaria baru timbul apabila partus sudah
berlangsung, kecuali apabila kelainan bawaan uterus yang dianggap tidak
memungkinkan partus pervaginam dengan cukup aman diketahui sebelumnya,
misalnya dengan histerogram

 
Diagnosis

Untuk membuat diagnosis kadang- kadang mudah  juga sukar. Anamnesis


abortus habitualis dan beberapa partus prematurus bersama- sama dengan histerogram
membantu ke arah diagnosis yang tepat. Sayang sekali banyak diagnosis baru dapat
dibuat pada waktu partus, saat plasenta dikeluarkan secara manual atau ketika seksio
sesarea. Diagnosis yang pasti hanya mungkin dengan histerografi atau dengan USG.

Penanganan

Apabila kehamilan mencapai 36 minggu atau lebih dan persalinannya


berlangsung lancar, maka partus spontan dapat diharapkan. Jikalau ada indikasi, maka
partus diakhiri dalam kala II.Bidan melakukan kolaborasi dan rujukan dalam
menangani hal ini. Apabila partus tidak maju setelah ibu diberikan uterotonika,
sebaiknya dilakukan seksio sesarea.

Prognosis

Seperti telah disebut di atas prognosis baik pada kelainan bawaan uterus yang
ringan. Partus prematurus terjadi 2- 3 kali lebih sering, disertai angka kematian
perinatal antara 15- 30 %. Frekuensi abortus sangat tinggi.
2. Kelainan Letak Uterus

Pada hamil tua, uterus membengkok dengan sumbunya kekanan disebut


latero- flexi dekstra. Hal ini tidak menimbulkan gejala, kecuali agak mendesak dan
kadang-kadang menekan pada ulu hati.

a. Perut Gantung (Abdomen Pendulum)

Perut gantung dijumpai pada multipara atau grande multipara karena


melemahnya dinding rahim. Makin tua kehamilan, uterus makin bertambah
kedepan sehingga funduss uteri lebih rendah dari simfisis. Akibatnya terjadi
kesalahan letak janin, kepala janin tidak masuk keruang panggul. Proses
persalinan akan terganggu, baik pada kala I maupun pada kala II. Namun, bila
kepala telah memasuki PAP serta his baik dan kuat, persalinan dapat berlangsung
secara biasa, sekurang-kurangnya dapat dibantu dengan ekstraksi vakum atau
forsipal.

Selama kehamilan, wanita ini dianjurkan memakai gurita- korset atau ikat
perut yang agak ketat dan kencang, yang menyokong perut dari bawah.

b. Hyperanteflexio
1) Jika sumbu rahim membuat sudut sumbu vagina yang membuka kedepan
maka dikatakan uterus dalam anteversi.
2) Jika terdapat sudut antara sumbu corpus uteri dan serviks yang membuka
kedepan disebut anteflexio.

Letak yang normal adalah anteversio flexio tapi sering disebut


anteflexio.Hyperanteplexio sering terdapat pada hypoplasia uteri.

c. Retroflexio Uteri

Jika uterus menekur kebelakang disebut retroflexio uteri. Retroplexio uteri


dibagi menjadi:

1) Retroflexio Mobilis

Etiologi:

o Kongenital

o Yang bersifat sementara: misalnya kandung kemih penuh.

o Acquisita

- Karena astheni: tonus dari uterus dan ligament-ligamentnya kurang.

- Multiparitas: uterus dan ligment-ligamentnya lemah, terutamadalam


puerperium sering terjadi retroflexio uteri karena ligament rotundum
direnggang waktu kehamilan dan saat nifas masih panjang.
Gejala-gejala:

- Sering tidak menimbulkan gejala.

- Dapat menimbulkan sakit pinggang, tenesmi ad anum, atau menorrhagi.

Diagnosa:

- Inspekulo dapat dilihat bahwa porsio mendekati dinding depan vagina.

- Pada toucher teraba porsio sebelah depan, corpus uteri teraba


dibelakang melalui fornix posterior.

Terapi

Tidak perlu: hanya pada infertilitas atau abortus habitualis perlu


dipertimbangkan koreksi.

Retroplexio mobilis=retroflexio uteri gravidi

Jika terjadi kehamilan pada uterus dalam retroflexio, biasanya terjadi koreksi
secara spontan. Hanya jika terapat perlekatan-perlekatan atau jika
promontorium menonjol maka uterus gravidus tetap dalam retroflexio dan
dengan membesarnya uterus akhirnya dapat terjadi retroflexio gravidi
incarserata ( setelah minggu ke14).

Gejala:

- Retencio urine atau ischuria paradoxa; keadaan ini dapat menimbulkan


cystitis, pyelonephritis dan uremia, sehingga dapat terjadi ruptur kandung
kemih.

- Rasa nyeri, tenesmi, dan obtipasi karena tekanan oleh rahim yang membesar.

- Dapat menimbulkan abortus.

Terapi:

- Kandung kemih dikosongkan

- Reposisi manual atau operatif.

2) Retroflexio Uteri Fixata

Etiologi

Peradangan pada pelvis minor seperti perimetritis dan salpingitis tapi juga
endometriosis dapat menyebabkan retroflexio uteri fixata.
Gejala

Terutama timbul karena perlekatan.

Diagnosa

- Uterus tidak dapat direposisi.

- Antepositio

- Retropositio

- Sinistropositio

- Dextropositio

- Elevatio uteri

d. Prolapsus Uteri (Descensus Uteri)

Etiologi

- Dasar panggul yang lemah karena kerusakan dasar panggul saat partus (ruptur
perinei atau regangan) atau karena usia lanjut.

- Retinaculum uteri lemah (astheni, atau kelainan kongenital).

- Tekanan abdominal yang meninggi karena ascites, tumor, batuk yang kronis atu
mengejan (obstipatio, atua srictur dari tractus urinarius).

Turunnya uterus dari tempat biasa disebut desensus uteri atau prolap
uteri. Terbagi dalam 3 tingkat:

1. Tingkat 1 bila servik belum keluar dari vulva

2. Tingakt 2 bila servik sudah keluar vulva tapi corpus belum

3. Tingkat 3 bila korpus uteri sudah berada di luar vulva

Kehamilan dapat terjadi pada prolap tingkat 1 dan 2.

v Jika dasar panggul rusak tapi retinaculum uteri kuat maka uterus tetap pada
tempat tapi dinding vagina menonjol:

Jika diafragma urogenitalis rusak terjadi cystocele, pada ruptur perini terjadi
reftocele. Karena dinding vagina menarik porsio terjadi elongatio colli, akhirnya
lig. Cardinale juga lemah karena diregang.
v Jika retinaculum lemah (terutama ligament cardinale) maka terjadi discencus
uteri, mula-mula tanpa prolapsus vagina. Pada pemeriksaan, dasar panggul cukup
kuat.

Gejala

Prolap dapat terjadi secara akut dalam hal ini dapat timbul gejala nyeri yang
sangat, muntah dan collaps. Prolaps yang akut jarang terjadi.

Prolaps yang berangsur-angsur menimbulkan gejala:

- Perasaan berat diperut bagian bawah

- Nyeri dipinggang

- Incontinensia urin karena pada cystocele dinding belakang uretra tertarik


sehingga faal spingter kurang sempurna.

- Sukar defekasi pada rectocele

- Coitus terganggu

- Flour albus karena bendungan vena dan kolpitis.

- Menorrhagi karena bendungan

- Infertilitas karena servicitis

- Decubitus

Diagnosa

Pada prolaps yang ringan sebaiknya pasien disuruh mengejan jika perlu
mengejan sambil berdiri. Karena sering disebabkan kerusakan dasar panggul,
vulva dan vagina lebar hingga dapat dengan mudah dimasuki 3 atau 4 jari.

Bentuk-bentuk

- Introitus mengaga(relaxed vaginal outlet); mudah dimasuki 4 jari

- Cystocele: dinding depan vagina, dalam tonjolan ini terdapat dinding belakang
kandung kemih. Dapat menimbulkan incontinensia urin.

- Rectocele: dinding belakang vagina menonjol beserta dinding depan ampula


recti. Menimbulkan kesukaran pada defekasi.

- Prolaps vagina (tanpa atau dengan descencus uteri).

- Prolaps uteri: portio nampak dalam introitus.


- Prolaps uteri totalis (procidentia): uterus tergantung diluar tubuh, terbungkus
oleh vagina yang terputar balik. Pada bentuk ini selaput lendir vagina menebal
dan sering terjadi decubitus ulcus,

Propilaksis

- Kandung kemih hendaknya kosng pada waktu partus terutama pada waktu kala
pengeluaran.

- Robekan perineum harus dijahit lege artis

- Kala pengeluaran hendaknya jangan terlalu lama supaya dasar panggul tidak
terlalu terenggang.

Jika perlu pergunakan episiotomi dan pergunakanlah indikasi waktu.

Terapi

Faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan terapi prolaps ialah :

- Keadaan umum

- Usia

- Masih bersuami atau tidak

- Tingkat prolaps

Terapi prolaps dapat terbagi :

a. Operatif

Terapi operatif terutama dilakukan jika penderita tidak akan melahirkan anak lagi.

1. Histerektomi vaginal :histerektomi vaginal sebagai terapi prolaps kita pilih jika


terdapat metrorrhagi,patologi portio atau tumor dari aturus.

2. Manchester –Foothergill.

Dasarnya ialah memperpendak lig. Cardimale.

Disamping itu, dasar panggul diperkuat (perineoplastik) dan karena sering ada
elongatio colli dilakukan amputasi dari portio.

Cystocelle dan rectocolle dapat diperbiki dengan kolporrhaphia anterior atau


posterior.
3. Transposisi operasi dari watkins (inerposisi operasi dari wetheim Schauta).

Prinsipnya adalah menjahit dinding depan uterus pada dinding depan vagina,
setelah corpus uteri dilahirkan dengan membuka plica vesico uterine.

Corpus uteri dengan demikian terletak antara dinding vagina dan vesika
urinaria dalam hyperanteflexio dan extra peritoneal, uterus yang ingin meluruskan
diri menyembuhkan cystocele. Disamping itu dilakukan amputasi portio dan
perineoplastik. Jika perlu juga kolporrhaphia anterior dan posterior. Setelah
operasi ini, wanita tidak boleh hamil lagi maka sebaiknya dilakukan dalam
menopouse.

4. Kolpcleisis (Neugebauer-Le Fort)

Dinding depan dan dinding belakang vagina dijahit satu sama lain sehingga
utaerus tidak dapat keluar. Juga dilakukan perineoplastik. Coitus tidak mungkin
lagi dilakukan setelah operasi ini.

b. Non operatif

Dengan menggunakan pessarium dari ebonit porselen atau karet. Pessarium


dipergunakan untuk pengobatan yang bersifat sementara seperti:

- prolaps dengan kehamilan

- prolaps dalam puerperium

- prolaps dengan decubitus ulcul: dipasang pessarium terlebih dahulu sampai


ulcul sembuh kemudian dilakukan terapi operasi.

e. Mioma Uteri

Menurut letaknya mioma dapat kita bagi menjadi 3 yaitu :

1). Mioma submukosum

Berada dibawah endometrium dan menonjol kedalam rongga uterus dan dapat
tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian dilahirkan melalui saluran serviks
(myomgeburt)

2). Mioma intramural

Mioma terdapat didinding uterus di antara serabut miometrium.

3). Mioma subserosum

Apabila tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada permukaan


uterus, diliputi oleh serosa. Pada mioma ini dapat tumbuh di antara kedua lapisan
ligamentum latum menjadi mioma intra ligamenter dan dapat pila menempel pada
jaringan lain misalnya ke ligementum atau omentum dan kemudian membebaskan diri
dari uterus, sehingga disebut wandering/parasitic fibroid.

Mioma jarang sekali ditemukan satu macan mioma saja dalam satu uterus.
Dengan pertumbuhan mioma dapat mencapai berat lebih dari 5 kg. Mioma juga jarang
sekali ditemukan pada wanita berumur 20 tahun, paling banyak pada umur 35-45
tahun dan sering ditemukan pada wanita nullipara atau yang kurang subur. Faktor
keturunan juga memegang peran. Perubahan sekunder pada mioma uteri yang terjadi
sebagian besar bersifat degenerasi, hal ini disebabakan karena berkurangnya
pemberian darah pada sarang mioma.

Komplikasi

a. Degenerasi ganas

Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang


telah di angkat. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri apabila
mioma uteri cepat membesar dan terjadi pembesaran sarang mioma dalam
menopause.

b. Torsi (putaran tungkai)

Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi
akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah sindrom abdomen
akut.

Tanda dan gejala

1. Perdarahan abnormal

2. Nyeri lokal

3. Nyeri tekan pada palpasi

4. Demam ringan

5. Leukositosis sedang

6. Degenerasi merah/karneosa

7. Polliuri
Pengaruh mioma pada kehamilan dan persalinan

1. Mengurangi kemungkinan hamil


2. Kemungkinan abortus bertambah
3. Kelainan letak janin dalam rahim
4. Menghalangi jalan lahir
5. Inersia uteri dan atonia uteri
6. Sulit lepasnya plasenta

Pengaruh kehamilan dan persalinan pada mioma

Tumor tumbuh lebih cepat akibat hipertensi dan edema terutama dalam bulan-
bulan pertama, mungkin karena pengaruh hormonal.

Tumor menjadi lebih lunak, dapat berubah bentuk dan mudah terjadi gangguan
sirkulasi didalamnya. Tumor tampak merah disebut degenerasi merah atau
tampak seperti daging disebut degenerasi daging

Torsi pada mioma subserosum yang bertangkai. Torsi ini dapat menyebabkan


nekrosis dengan gambaran akut abdomen.

Diagnosis.

Diagnosis mioma uteri dalam kehamilan biasanya tidak sulit, walaupun


kadang kadang terjadi kesalahan. Kehamilan kembar, uterus didelfis, tumor
ovarium dapat menyesatkan diagnosis.

Penanganan

Pada umumnya tidak dilakukan operasi untuk mengangkat mioma. Bila


degenerasi merah maka diambil sikap koservatif dengan istirahat baring dan
kontrol yang ketat. Bila mioma menghalangi jalan lahir harus dilakukan SC.
Pengangkatan secepat-cepatnya setelah 3 bulan postpartum .

f. Kanker Rahim

Kanker rahim yang sering dijumpai:

1. Kanker leher rahim ( karsinoma servisis uteri)

2. Kanker korpus rahim ( karsinoma korpus uteri)


Kanker pada umumnya, dan kanker rahim pada khususnya, memberikan pengaruh
tidak baik kepada kehamilan begitu pula sebaliknya.

Pengaruh kanker rahimpada reproduksi:

§ Kemandulan

§ Abortus

§ Menghambat pertumbuhan janin

§ Kelainan pada persalinan

§ Perdarahan dan infeksi

Penanganan

1. Tindakan bergantung pada umur, paritas, tua kehamilan dan stadium kanker.
2. Wanita yang relatif muda dan hamil tua dengan kanker stadium dini dapat melahirkan
janin secara spontan.
3. Dalam triwulan I dijumpai kanker leher rahim, dilakukan abortus buatan, kemudian
diberikan pengobatan radiasi.
4. Dalam triwulan II kehamilan, segera dilakukan histerektomi untuk mengeluarkan
hasil konsepsi, kemudiaan diberikan dosis penyinaran.
5. Wanita relatif muda yang masih mendambakan tambahan anak dengan kanker leher
rahim, dilakukan konisasi atau amputasi portio kemudian dikontrol dengan baik. Bila
anak cukup sebaiknya dilakukan histerektomi.
BAB III

TINJAUAN KASUS
BAB IV

PEMBAHASAN
BAB V

PENUTUP

1. Kesimpulan

Persalinan tidak selalu berjalan lancar, terkadang ada kelambatan dan kesulitan
yang dinamakan distosia. Salah satu penyebab distosia itu adalah kelainan pada jalan
lahir. Kelainan jalan lahir dapat terjadi di vulva, vagina, serviks dan uterus. Peran
bidan dalam mengangani kasus ini adalah dengan kolaborasi dan rujukan ke tempat
pelayanan kesehatan yang memilki fasilitas yang lengkap.

2. Saran

Peran bidan dalam menangani kelainan jalan lahir hendaknya dapat dideteksi
secara dini melalui ANC yang berkualitas sehingga tidak ada keterlambatan dalam
merujuk. Dengan adanya ketepatan penanganan bidan yang segera dan sesuai dengan
kewenangan bidan, diharapkan akan menurunkan angka kematian ibu dan bayi.
DAFTAR PUSTAKA

1. http://wwwduniakeperawatan.blogspot.com/2013/01/distosia.html
2. http://biomartinda.wordpress.com/2012/04/10/distosia-karena-kelainan-jalan-lahir-
lunak/
3. http://dhatul.blogspot.com/2009/02/distosia-oleh-kelainan-jalan-lahir.html
4. http://vinameidianhusada.blogspot.com/p/distosia-kelainan-traktus-genetalis.html
5. http://imeyus.blogspot.com/2010/05/distosia.html
6. http://catatanrayamargaretta.blogspot.com/2013/04/distosia-karena-kelaian-jalan-
lahir.html
7. Marilynn E. Doengoes dan Mary Frances Moorhouse.2001.Rencana Perawatan Maternal
Bayi. Jakarta : EGC
8. Ralp C. Benson dan Martin L. Pernoll.2008.Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Jakarta :
EGC
9. Taber Ben-zion.1994. Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi.Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai