Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. M DENGAN


GOUT ARTHRITIS MASALAH DEFISIT PENGETAHUAN DI
Dk. BALONG Ds. TLOGOWUNGU Kec. JAPAH Kab. BLORA

DISUSUN OLEH :

Nama : PUTRI AYU

NIM : P1337420418118

Tingkat : 3B

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

PRODI DIII KEPERAWATAN BLORA

TAHUN AJARAN 2021


BAB 1

A. KONSEP DASAR
1. DEFINISI

Penyakit Asam Urat atau dalam bahasa medis disebut penyakit


pirai / penyakit Gout (Gout Arthritis) adalah penyakit sendi yang
disebabkan oleh tingginya asam urat didalam darah. Kadar asam urat yang
tinggi didalam darah melebihi batas normal menyebabkan penumpukan
asam urat didalam persendian dan organ tubuh lainnya (Susanto,2013).

Gout adalah penyakit yang diakibatkan gangguan metabolisme


purin yang ditandai dengan hiperurisemi dan serangan sinopitis akut
berulang-ulang. Penyakit ini paling sering menyerang pria usia
pertengahan sampai lanjut usia dan wanita pasca Menopause (Nurarif,
2015).

Gout adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan penumpukan


asam urat yang nyeri pada tulang sendi, sangat sering ditemukan pada kaki
bagian atas, pergelangan dan kaki bagian tengah (Aspiani, 2014).

2. ETIOLOGI

Secara garis besar penyebab terjadinya asam urat (Gout)


disebabkan oleh faktor primer dan faktor sekunder, faktor primer 99%
nya belum diketahui (idiopatik). Namun, diduga berkaitan dengan
kombinasi faktor genetik dan faktor hormonal yang menyebabkan
gangguan metabolisme yang dapat mengakibatkan peningkatan
produksi asam urat atau bisa juga disebabkan oleh kurangnya
pengeluaran asam urat dari tubuh. Faktor sekunder, meliputi
peningkatan produksi asam urat, terganggunya proses pembuangan
asam urat dam kombinasi kedua peyebab tersebut (Susanto, 2013).

Penyebab utama tejadinya gout adalah karena adanya


deposit/penimbunan kristal asam urat dalam sendi. Penimbunan asam
urat sering terjadi pada penyakit dengan metabolisme asam urat
abnormal dan kelainan metabolik dalam pembentukan purin dan
ekskresi asam urat yang kurang dari ginjal (Aspiani, 2014).

3. MANIFESTASI KLINIS

Manisfestasi sindrom gout mencakup artiritis gout yang akut


(serangan rekuren inflamasi artikuler dan periartikuler yang berat),
tofus (endapan kristal yang menumpuk dalam jaringan
aritukuler,jaringan oseus,jaringan lunak,serta kartilago),nefropati gout
(gangguan ginjal) dan pembentukan assam urat dalam traktus
urunarus. Ada empat stadium penyakit gout yang di kenali :

a. Hiperutisemia asimtomatik adalah periode sebelum serangan


asam urat pertama. Tidak ada gejala, tetapi kadar asam urat
darah tinggi dan kristal mulai terbentuk di sendi.

b. Artiritis gout yang kronis berkembang pada orang dengan gout


yang kadar asam uratnya tetap tinggi selama beberapa tahun.
Serangan menjadi lebih sering dan rasa sakit mungkin tidak
hilang seperti dulu. Kerusakan sendi dapat terjadi, sehingga
dapat menyebabkan hilangnya mobilitas.

c. Gout interkritikal merupakan periode bebas gejala diantara dua


serangan gout akut. Pasien yang pernah mengalami serangan
akut serta memiliki faktor resiko perlu mendapatkan
penanganan sebagai bentuk upaya pencegahan terhadap
kekambuhan gout dan terjadinya gout kronis.

d. Gout tofaseus yang kronik fase arthritis gout kronik yang


ditandai dengan munculnya tofus (deposit monosodium urat
pada beberapa sendi namun tanpa tanda radang).  Tofus ini
dapat pecah sendiri dan sering menimbulkan infeksi sekunder.
Pada fase ini sering terjadi kerusakan sendi, gangguan fungsi
ginjal dan gangguan kardiovaskuler

Gout akut biasanya terjadi pada pria sesudah lewat masa pubertas
dan sesudah menopause pada wanita, sedangkan kasus yang paling
banyak diternui pada usia 50-60. Gout lebih banyak dijumpai pada
pria, sekitar 95 persen penderita gout adalah pria. Urat serum wanita
normal jumahnya sekitar 1 mg per 100 mI, lebih sedikit jika
dibandingkn dengan pria. Tetapi sesudah menopause perubahan
tersebut kurang nyata. Pada priahiperurisemia biasanya tidak timbul
sebelum mereka mencapai usia remaja. Gout Akut biasanya
monoartikular dan timbulnya tiba-tiba. Tanda-tanda awitan serangan
gout adalah rasa sakit yang hebat dan peradangan lokal. Pasien
mungkin juga menderita demam dan jumlah sel darah putihmeningkat.
Serangan akut mungkin didahului oleh tindakan pembedahan, trauma
lokal, obat, alkohol dan stres emosional. Meskipun yang paling sering
terserang mula-mula adalah ibu jari kaki, tetapi sendi lainnya dapat
juga terserang. Dengan semakin lanjutnya penyakit maka sendi jari,
lutut, pergelangan tangan, pergelangan kaki dan siku dapat terserang
gout. Serangan gout akut biasanya dapat sembuh sendiri. Kebanyakan
gejala-gejala serangan Akut akan berkurang setelah 10-14 hari
walaupun tanpa pengobatan. Perkembangan serangan Akut gout
biasanya merupakan kelanjutan dari suatu rangkaian kejadian.
Pertama-tama biasanya terdapat supersaturasi urat dalam plasma dan
cairan tubuh. Ini diikuti dengan pengendapan kristal-kristal urat di luar
cairan tubuh dan endapan dalarn dan seldtar sendi. Tetapi serangan
gout sering merupakan kelanjutan trauma lokal atau ruptura tofi
(endapan natrium urat) yang merupakan penyebab peningkatan
konsentrasi asam urat yang cepat. Tubuh mungkin tidak dapat
menanggulangi peningkatan ini dengan memadai, sehingga
mempercepat proses pengeluaran asam urat dari serum. Kristalisasi
dan endapan asam urat merangsang serangan gout. Kristal-kristal asam
urat ini merangsang respon fagositosis oleh leukosit dan waktu
leukosit memakan kristal-kristal urat tersebut maka respon mekanisme
peradangan lain terangsang. Respon peradangan mungkin dipengaruhi
oleh letak dan besar endapan kristal asam urat. Reaksi peradangan
mungkin merupakan proses yang berkembang dan memperbesar diri
sendiri akibat endapan tambahan kristal-kristal dari serum. Periode
antara serangan gout akut dikenal dengan nama gout inter kritikal.
Pada masa ini pasien bebas dari gejala-gejala klinik. Gout kronik
timbul dalarn jangka waktu beberapa tahun dan ditandai dengan rasa
nyeri, kaku dan pegal. Akibat adanya kristal-kristal urat maka terjadi
peradangan kronik, sendi yang bengkak akibat gout kronik sering
besar dan berbentuk nodular. Serangan gout Aut dapat terjadi secara
simultan diserta gejala-gejala gout kronik. Tofi timbul pada gout
kronik karena urat tersebut relatif tidak larut. Awitan dan ukuran tofi
sebanding dengan kadar urat serum. Yang sering terjadi tempat
pembentukan tofi adalah: bursa olekranon, tendon Achilles, permukaan
ekstensor dari lengan bawah, bursa infrapatella dan helix telingaTofi-
tofi ini mungkin sulit dibedakan secara klinis dari rheumatoid nodul.
Kadang-kadang tofi dapat membentuk tukak dan kemudian mengering
dan dapat membatasi pergerakan sendi. Penyakit ginjal dapat terjadi
akibat hiperurisemia kronik, tetapi dapat dicegah apabila gout
ditangani secara memadai.

4. PATOFISIOLOGI
Kelainan pada sendi metatarsofangeal terjadi akibat
ditemukan penimbunan Kristal pada membrane sinovia dan tulang
rawan artikular. Pada fase lanjut akan terjadi erosi tulang rawan,
proliverasi sinovia dan pembentukan panus, erosi kistik tulang
serta perubahan gout sekunder. Selanjutnya, terjadi tofus dan
fibrosis serta ankilosis pada tulang kaki.
Adanya gout pada sendi kaki menimbulkan respon lokal,
sistemik dan psikologis. Respon inflamasi lokal menyebabkan
kompresi saraf sehingga menimbulkan respon nyeri. Degenerasi
kartilago sendi dan respon nyeri menyebabkan gangguan mobilitas
fisik. Peningkatan metabolism menyebabkan pemakaian energy
berlebih sehingga klien cenderung mengalami malaise, anoreksia
dan status nutrisi klien tidak seimbang. Pembentukan panus pada
pergelangan kaki menyebabkan masalah citra tubuh dan prognosis
penyakit menimbulkan respons ansietas (Muttaqim,2012:396).
5. PATHWAY

Multifaktor yang
menyebabkan terjadinya
penimbunan kristal urat
Terjadinya penimbunan

Artritis gout pada kaki


Respons Kurang terpajan
informasi
psikologis
Respon lokal

Salah interprestasi
Ansietas
Penimbunan kristal pada
sinovia dan tulang
Tidak mengetahui tanda
Respon inflamasi dan gejala
lokal
Erosi tulang rawan,
proliferasi sinovia dan
tulang Defisit
pengetahuan
Kompresi saraf

Degenerasi kartilago

Nyeri

Hambatan mobilitas

Gangguan konsep
diri,citra diri

Sumber: (muttaqin. 2011:397)


6. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Serum asam urat

Umumnya meningkat, diatas 7,5 mg/dl. Pemeriksaan ini


mengindikasikan hiperurisemia, akibat peningkatan produksi asam
urat atau gangguan ekskresi.

b. Leukosit
Menunjukkan peningkatan yang signifikan mencapai 20.000/mm3
selama serangan akut. Selama periode asimtomatik angka leukosit
masih dalam batas normal yaitu 5000-10000/mm3
c. Eusinofil Sedimen Rate (ESR)
Meningkat selama serangan akut. Peningkatan kecepatan sedimen
rate mengindikasikan proses inflamasi akut, sebagai akibat deposit
asam urat di persendian.
d. Urin specimen 24 jam
Urin dikumpulkan dan diperiksa untuk menentukan prosuksi dan
ekskresi.Jumlah normal seorang mengekskresikan 250-750 mg/24/jam
asam urat di dalam urin. Ketika produksi asam urat meningkat maka
level asam urat urin meningkat. Kadar kurang dari 800 mg/24 jam
mengindikasikan gangguan ekskresi pada pasien dengan peningkatan
serum asam urat. Intruksikan pasien untuk menampung semua urin
dengan feses atau tisu toilet selama waktu pengumpulan. Biasanya diet
purin normal direkomendasikan selama pengumpulan urin meskipun
diet bebas purin pada waktu itu diindikasikan.
e. Analisis cairan aspirasi sendi
Analisis cairan aspirasi dari sendi yang mengalami inflamasi akut
atau material aspirasi dari sebuah tofi menggunakan jarum kristal urat
yang tajam, memberikan diagnosis definitif gout.
f. Pemeriksaan radiografi
Pada sendi yang terserang, hasil pemeriksaan menunjukkan tidak
terdapat perubahan pada awal penyakit, tetapi setelah penyakit
berkembang progresif maka akan terlihat jelas/area terpukul pada
tulang yang berada di bawah sinavial sendi. (Aspiani, 2014).

7. KOMPLIKASI
Terdapat beberapa komplikasi pada penyakit gout arthritis ini yaitu:
a. Deformitas pada persendian yang terserang
b. Urolitiasis akibat deposit Kristal urat pada saluran kemih
c. Nephrophaty akibat deposit Kristal urat dalam intertisial ginjal
d. Hipertensi ringan
e. Proteinuria
f. Hyperlipidemia
g. Gangguan parenkim ginjal dan batu ginjal (Aspiani, 2014).
Penyakit ginjal dapat terjadi pada pasien gout yang tidak ditangani,
terutama ketika hipertensi juga ada. Kristal urat menumpuk di jaringan
interstisial ginjal. Kristal asam urat juga terbentuk dalam tubula
pengumpul, pelvis ginjal, dan ureter, membentuk batu. Batu dapat
memiliki ukuran yang beragam dari butiran pasir hingga struktur masif
yang mengisi ruang ginjal. Batu asam urat dapat berpotensi mengobstruksi
aliran urine dan menyebabkan gagal ginjal akut (LeMone, 2015).

8. PENATALAKSANAAN

a. Farmakologis

1) Stadium I (Asimtomatik)

a) Biasanya tidak membutuhkan pengobatan.

b) Turunkan kadar asam urat dengan obat-obat


urikosurik dan penghambat xanthin oksidase.
2) Stadium II (Artritis Gout akut)
a) Kalkisin diberikan 1 mg (2 tablet) kemudian 0,5 mg (1 tablet)
setiap 2 jam sampai serangan akut menghilang.
b) Indometasin 4 x 50 mg sehari.
c) Fenil butazon 3 x 100-200 mg selama serangan, kemudian
diturunkan.
d) Penderita ini dianjurkan untuk diet rendah purin, hindari
alkohol dan obat- obatan yang menghambat ekskresi asam
urat.
3) Stadium III (Interkritis)
a) Hindari faktor pencetus timbulnya serangan seperti banyak
makan lemak, alkohol dan protein, trauma dan infeksi.
b) Berikan obat profilaktik (Kalkisin 0,5-1 mg indometasin tiap
hari).
4) Stadium IV (Gout Kronik)
a) Alopurinol 100 mg 2 kali/hari menghambat enzim xantin
oksidase sehingga mengurangi pembentukan asam urat.
b) Obat-obat urikosurik yaitu prebenesid 0,5 g/hari
dansulfinpyrazone (Anturane) pada pasien yang tidak tahan
terhadap benemid.

c) Tofi yang besar atau tidak hilang dengan pengobatan


konservatif perlu dieksisi (Aspiani, 2014).
b. Non Farmakologis
Penyakit asam urat memang sangat erat kaitannya dengan pola makan
seseorang. Pola makan yang tidak seimbang dengan jumlah protein yang
sangat tinggi merupakan penyebab penyakit ini. Meskipun demikian, bukan
berarti penderita asam urat tidak boleh mengkonsumsi makanan yang
mengandung protein asalkan jumlahnya dibatasi. Selain itu, pengaturan diet
yang tepat bagi penderita asam urat mampu mengontrol kadar asam dan
urat dalam darah. Berkaitan dengan diet tersebut, berikut ini beberapa
prinsip diet yang harus dipatuhi oleh penderita asam urat.
1) Membatasi asupan purin atau rendah purin
Pada diet normal, asupan purin biasanya mencapai 600-1000
mg per hari. Namun penderita asam urat harus membatasi
menjadi 120-150 mg per hari. Purin merupakan salah satu
bagian dari protein. Membatasi asupan purin berarti juga
mengurangi konsumsi makanan yang berprotein tinggi. Asupan
protein yang dianjurkan bagi penderita asam urat sekitar 50-70
gram bahan mentah per hari atau 0,8-1 gram/kg berat
badan/hari.
2) Asupan energi sesuai dengan kebutuhan
Jumlah asupan energi harus disesuaikan dengan kebutuhan tubuh
berdasarkan pada tinggi badan dan berat badan.
3) Mengonsumsi lebih banyak karbohidrat
Jenis karbohidrat yang dianjurkan untuk dikonsumsi penderita asam
urat adalah karbohidrat kompleks seperti nasi, singkong, roti, dan
ubi. Karbohidrat kompleks ini sebaiknya dikonsumsi tidak kurang dari
100 gram per hari, yaitu sekitar 65-75% dari kebutuhan energi total.
4) Mengurangi konsumsi lemak
Makanan yang mengandung lemak tinggi seperti jeroan, seafood, makanan yang
digoreng, makanan yang bersantan, margarin, mentega, avokad, dan durian
sebaiknya dihindari. Konsumsi lemak sebaiknya hanya 10-15% kebutuhan energi
tota

5) lMengonsumsi banyak cairan


Penderita rematik dan asam urat disarankan untuk mengonsumsi
cairan minimum 2,5 liter atau 10 gelas sehari. Cairan ini bisa
diperoleh dari air putih, teh, kopi, cairan dari buah-buahan yang
mengandung banyak air seperti: apel, pir jeruk, semangka, melon,
blewah, dan belimbing.
6) Tidak mengonsumsi minuman beralkohol
Alkohol akan meningkatkan asam laktat plasma. Asam laktat ini bisa
menghambat pengeluaran asam urat dari tubuh. Karena itu, orang
yang sering mengonsumsi minuman beralkohol memiliki kadar asam
urat yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak
mengonsumsinya.
7) Mengonsumsi cukup vitamin dan mineral.
Konsumsi vitamin dan mineral yang cukup, sesuai dengan kebutuhan
tubuh akan dapat mempertahankan kondisi kesehatan yang baik
(Ode, 2012).
8) Kompres hangat air rendaman jahe
Kompres jahe hangat dapat menurunkan nyeri. Kompres jahe
merupakan pengobatan tradisional atau terapi alternatif untuk
mengurangi nyeri. Kompres jahe hangat memiliki kandungan enzim
siklo-oksigenasi yang dapat mengurangi peradangan pada penderita
asam urat, selain itu jahe juga memiliki efek farmakologis yaitu rasa
panas dan pedas, dimana rasa panas ini dapat meredakan rasa nyeri,
kaku, dan spasme otot atau terjadinya vasodilatasi pembuluh darah,
manfaat yang maksimal akan dicapai dalam waktu 20 menit sesudah
aplikasi panas (Listyarini & Purnamasari, 2016)

A. Konsep Keperawatan
A. Pengkajian

Pengkajian Keperawatan Menurut Friedman :


1. Identitas data keluarga
1) Nama keluarga
2) Alamat
3) Pekerjaan kepala kelurga
4) Pendidikan kepala keluarga
5) Komposisi keluarga dan genogram
Komposisi keluarga yaitu menjelaskan anggota keluarga yang
diidentifikasi sebagai bagian dari keluarga mereka. Bentuk
komposisi keluarga dengan mencatat terlebih dahulu anggota
keluarga yang sudah dewasa, kemudian diikuti dengan anggota
keluarga yang lain sesuai dengan susunan kelahiran mulai dari
yang lebih tua, kemudian mencantumkan jenis kelamin,
hubungan setiap anggota keluarga tersebut, tempat tinggal
lahir/umur, pekerjaan dan pendidikan.
Genogram keluarga merupakan sebuah diagram yang
menggambarkan konstelasi keluarga (pohon keluarga).
6) Tipe Keluarga
Menjelaskan mengenai jenis atau tipe keluarga beserta kendala
atau masalah-masalah yang terjadi dengan jenis atau tipe
keluarga tersebut.
7) Suku bangsa
Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta
mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait dengan
kesehat.
8) Agama dan Kepercayaan
Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan
yang dapat mempengaruhi kesehatan
9) Status sosial ekonomi keluarga
Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan
baik dari keluarga maupun anggota keluarga lainnya.
10) Aktivitas Rekreasi Keluarga
Ekreasi keluarga tidak hanya dilihat dari kapan saja keluarga
pergi bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi
tertentu, namun dengan menonton televisi dan mendengarkan
radio juga merupakan aktivitas rekreasi.
II. Riwayat Dan Tahap Perkembangan Keluarga
1) Tahap perkembangan saat ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh anak tertua dari
keluarga inti.
2) Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Menjelaskan perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
menjelaskan mengenai tugas perkembangan keluarga yang
belum
terpenuhi oleh keluarga serta kendala-kendala mengapa tugas
perkembangan tersebut belum terpenuhi
3) Riwayat keluarga inti.
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti,
meliputi
riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing
anggota keluarga, perhatian keluarga terhadap pencegahan
penyakit
termasuk status imunisasi, sumber pelayanan kesehatan yang
biasa
digunakan keluarga serta pengalaman terhadap pelayanan
kesehatan.
4) Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya.
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari
pihak
suami dan istri.

III. Lingkungan keluarga


1) Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah,
tipe
rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, jarak septic tank
dengan
sumber air, sumber air minum yang digunakan serta dilengkapi
dengan denah rumah.
2) Karakteristik tetangga dan komunitas Rukun Warga (RW)
Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan
komunitas
setempat, meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan atau
kesepakatan penduduk setempat serta budaya setempat yang
mempengaruhi kesehatan.
3) Mobilitas geografis keluarga
Mobilitas geografi keluarga ditentukan dengan melihat
kebiasaan
keluarga berpindah tempat
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat.
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk
berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh
mana
interaksi keluarga dengan masyarakat.
5) Sistem pendukung keluarga
Termasuk sistem pendukung keluarga adalah jumlah anggota
keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga
untuk
menunjang kesehatan mancakup fasilitas fisik, fasilitas
psikologis
atau dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial atau
dukungan dari masyarakat setempat.
IV. Struktur keluarga
1) Pola dan komunikasi keluarga
Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota
keluarga
2) Struktur kekuatan keluarga
Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan
mempengaruhi
orang lain untuk mengubah perilaku.
3) Struktur peran
menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik
secara
formal maupun informal
4) Nilai atau norma keluarga
Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh
keluarga
yang berhubungan dengan kesehatan.
V. Fungsi keluarga
1) Fungsi efektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga,
perasaan
memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga
terhadap
anggota keluarga lainnya, bagaimana kehangatan tercipta pada
anggota keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan
sikap
saling menghargai
2) Fungsi sosialisasi
Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga,
sejauh
mana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya serta
perilaku.
3) Fungsi perawatan kesehatan
Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan,
pakaian,
perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit,
sejauh
mana pengetahuan keluarga mengenai sehat sakit.
4) Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga
adalah:
a) Berapa jumlah anak ?
b) Apakah rencana keluarga berkaitan dengan jumlah anggota
keluarga ?
Metode yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan
jumlah anggota keluarga ?
5) Fungsi Ekonomi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga
adalah:
a) Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang,
pangan dan
papan ?
b) Sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di
masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga
?
VI. Koping keluarga
1) Stressor jangka pendek dan panjang
a. Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga
yang memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari 6
bulan.
b. Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami
keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu
lebih dari 6 bulan.
c. Kemampuan keluarga dalam berespon terhadap stressor
yang dikaji sejauh mana keluarga berespon terhadap
stressor
2) Strategi koping yang digunakan
Dikaji strategi koping yang digunakan keluarga bila
menghadapi permasalahan/stress
3) Strategi adaptasi disfungsional
Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang
digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan/stress

VII. Pemeriksaan fisik


Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode
yang digunakan sama dengan pemeriksaan fisik klinik
VIII. Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga
terhadap keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada.

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan keluarga adalah keputusan tentang respom
keluarga tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, sebagai
dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan
keperawatan keluarga sesuai dengan kewenangan perawat, (Setiadi,
2008)

3. Perencanaan
Perencanaan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam proses
keperawatan keluarga yang meliputi penentuan tujuan perawatan
(jangka panjang/pendek), penetapan standart kriteria serta menentukan
perencanaan untuk mengatasi masalah keluarga, (setiadi,2008).
Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan,
mencakup tujuan umum dan khusus, rencana intervensi serta
dilengkapi dengan rencana evaluasi yang memuat kriteria dan standar.
Selanjutnya intervensi keperawatan keluarga diklasifikasikan menjadi
intervensi yang mengarah pada aspek kognitif, efektif dan psikomotor.
Semua intervensi baik berupa pendidikan kesehatan, terapi modalitas
ataupun terapi komplementer pada akhirnya ditujukan untuk
meningkatkan kemampuan keluarga melaksanakan lima tugas kelurga
dalam kesehatan. Kriteria dan standar merupakan rencana evaluasi,
berupa pertanyaan spesifik tentang hasil yang diharapkan dari setiap
tindakan berdasarkan tujuan khusus yang ditetapkan. Kriteria dapat
berupa respon verbal, sikap atau psikomotor, sedangkan standar berupa
patokan atau ukuran yang kita tentukan berdasarkan kemampuan
keluarga, sehingga dalam menentukan standar antara klien satu dengan
klien yang lainnya walaupun masalahnya sama, standarnya bisa jadi
berbeda, (Padila, 2012)

4. Implementasi.
Implementasi yang dilakukan pada asuhan keperawatan keluarga
dengan asam urat, yaitu :
a. defisiensi pengetahuan
1) Kaji tingkat pengatahuan pasien terkait dengan proses penyakit
2) Jelaskan patofisiologi penyakit
3) Kenali pengetahuan pasien mengenai kondisinya

b. Nyeri akut
1) Gali pengetahuan dan kepercayaan pasien mengenai nyeri.
2) Gali bersama pasien faktor yang dapat menurunkan atau
mempererat nyeri
3) Ajarkan metode nonfarmakologi untuk menurunkan nyeri
4) Gunakan metode penilaian yang sesuai dengan tahapan
perkembangan untuk memonitor perubahan nyeri
c. hambatan mobilitas fisik
1) dorong aktifitas kreatif yang tepat
2) bantu klien mengidentifikasi aktifitas yang diinginkan
3) bantu klien dan keluarga untuk mengidentifikasi kelemahan
dalam aktifitas tertentu

5. Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan pada asuhan keperawatan keluarga dengan
asam urat adalah :
a. Keluarga dapat mengatasi nyeri akut yang terjadi pada Ny.S
b. Hambatan mobilitas fisik pada Ny.S dapat teratasi
c. Keluarga dapat mengatahui secara umum mengenai penyakit gout
arthritis (asam urat)

Anda mungkin juga menyukai