Alokasi sistematik dan rasional sering disebut dengan dasar penandingan periodik
(period matching) atau penandingan tidak langsung (indirect matching). Alokasi sistematik
dan rasional dapat digunakan sebagai dasar penandingan apabila dasar penandingan
hubungan sebab-akibat tidak dapat dilakukan. Atas dasar konsep penandingan ini, ukuran
penandingan yang digunakan bukan produk (unit fisik) tetapi periode. Dengan demikian,
biaya diakui dan dihubungkan dengan pendapatan pada periode terjadinya. Cost yang terjadi
dapat dialokasikan dalam beberapa periode, dan dapat juga langsung diakui dan dibebankan
sebagai biaya. Pemilihan terhadap dua alternatif tersebut tergantung pada keadaan yang
melandasi timbulnya cost tersebut.
Apabila manfaat cost suatu aktiva lebih dari satu periode, maka cost tersebut
dialokasikan secara sistematis pada periode yang menikmati manfaat tersebut. Depresiasi
aktiva tetap merupakan contoh alokasi sistematis. Masalah yang sering muncul dalam alokasi
ini adalah banyaknya metode alokasi yang dapat digunakan dalam proses alokasi cost.
Depresiasi dapat menggunakan metode alokasi seperti garis lurus, output produksi, jumlah
angka tahun dan sebagainya.
Kedua, pada bbeberapa kasus sulit mencari hubungan langsung anara cost tertentu
dengan pendapatan. Apabila cost dikeluarkan untuk kegiatan operasional perusahaaan, maka
cost tersebut harus diakui sebagai biaya pada periode terjadinya. Misalnya, pengeluaran
untuk pengobatan karyawan tidak memiliki hubungan langsung dengan pendapatan tertentu,
namun harus tetap diakui sebagai biaya pada saat dikeluarkan.
Ketiga, apabila manfaat masa mendatang tidak dapat diukur dengan cukup pasti atau
cost yang dikeluarkan tidak memiliki hubungan dengan pendapatan di masa mendatang,
maka tidak ada alasan untuk menunda pembebanan cost sebagai biaya pada periode
terjadinya. Misalnya, biaya yang dikeluarkan untuk rekreasi karyawan.
Keempat, apabila biaya bersifat rutin, (reguler) dan terjadi berulang-ulang, maka
pembebanan langsung secara material tidak tepat tidak dapat dicapai. Hal ini dapat dilihat
pada kasus cost penelitian dan pengembangan. Walaupun cost tersebut tetap diakui sebagai
biaya pada periode terjadinya. Hal ini disebabkan cost tersebut terjadi secara rutin dan
berulang-ulang serta dalam jumlah yang relatif tetap.
Kelima, apabila cost tersebut merupakan joint-cost, maka alokasi arbitrer harus
dilakukan pada kegiatan yang berbeda. Apabila alokasi cost dilakukan mencakup periode
yang berbeda, sebaiknya tidak dilakukan alokasi arbitrer. Hal ini disebabkan alokasi tersebut
akan memberikan hasil yang lebih menyesatkan pada tidak dilakukan alokasi. Alokasi seolah-
olah aakn memberikan adanya kecermatan padahal kenyataannya tidak. Misalnya, pajak bumi
dan bangunan tidak dapat dialokasikan pada masing-masing kegiatan perusahaan atas dasar
alokasi yang lain kecuali atas dasar erbitrer. Dengan demikian, Pajak Bumi dan bangunan
tidak perlu dialokasikan pada masing-masing kegiatan tersebut.
Apabila tidak ada alasan yang kuat untuk membebankan cost atas dasar hubungan sebab
akibat ataupun alokasi sistematis dan rasional, maka cost langsung dapat dibebankan pada
periode terjadinya. Alasan yang melandasi pembebanan dengan cara ini adalah kepraktisan.
Misalnya, pencatatan terhadap biaya advertensi.
Cost yang dikeluarkan untuk kegiatan advertensi sulit untuk dihubungkan dengan
pendapatan atas dasar hubungan sebab akibat. Di samping itu, cost tersebut kemungkinan
memliki manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Namun demikian, karena manfaat tersebut
sulit untuk diukur, pembebanan atas dasar alokasi sistematis juga tidak dapat dilakukan
dengan tepat.
Dalam statement FASB No. 2 yaitu Accounting for Research and Development Cost
disebutkan bahwa dasar penandingan hubungan sebab akibat dan alokasi sistematis tidak
dapat diterapkan untuk cost penelitian dan pengembangan. Hal ini disebabkan manfaat
penelitian dan pengembangan dimasa mendatang tidak dapat ditentukan dengan tepat, karena
itu cost tersebut tidak dapat dikapitalisasi dan dicatat sebagai aktiva. Cost tersebut langsung
dibebankan sebagai biaya pada periode terjadinya.
Kerugian piutang ajan dicatat karena adanya kemungkinan pada tanggal penyajian laporan
keuangan, perusahaan tidak dapat mengumpulkan jumlah piutang tertentu sesuai dengan yang
ditetapkan.
Alokasi dalam akuntansi tidak memenuhi kriteria tersebut, terutama kriteria yang
ketiga. Hal ini disebabkan dalam akuntansi tidak ada alasan yang kuat untuk
mempertahanakan metode alokasi tertentu. Diantara metode alokasi yang ada, masing-masing
dapat dipertahankan, tetapi metode yang dipilih tidak satupun yang bebas dari unsur arbitrer.
Pada umumnya, setiap metode lain yang lebih baik, maka metode yang lebih baik tersebut
akan menggantikan metode yang digunakan sebelumnya. Hal ini berlaku terus apabila
terdapat metode lain yang lebih baik.
Thomas menolak alasan pertama karena akuntan tidak dapat menunjukkan berapa
sebenarnya bagian dari sumber ekonomi tersebut, yang telah memberikan kontribusi pada
aliran kas masuk, pendapatan atau penghematan cost. Alokasi tersebut tidak dapatt diuji
kebenarannya dan tidak didukung oleh bukti yang obyektif melalui pengamatan empiris.
Lebih lanjut, alokasi semacam itu tidak terdapat dalam dunia nyata dan hanya ada dalam
pikiran akuntan. Kontribusi sumber-sumber ekonomi secara individual terhadap output,
pendapatan atau aliran kas selama periode tertentu tidak dapat diketahui secara pasti. Hal ini
disebabkan semua input yang berinteraksi dengan yang lain dalam menghasilkan total output
akan berbeda hasilnya jika dilakukan secara sendiri-sendiri.
Alasan kedua juga ditolak Thomas dengan alasan manfaat yang diharapkan dari alokasi
tersebut sebenarnya tidak dapat dipenuhi. Oleh karena itu apabila hasil alokasi tersebut sudah
dapat dibuktikan atau dibantah kebenarannya, maka alokasi cost input tidak tidak relevan
bagi kebutuhan pihak pemakai laporan keuangan. Pemecahannya adalah dengan membuat
laporan yang bebas alokasi. Thomas menyarankan pemakaian laporan nilai keluaran / nilai
terkini (current value report) atau dengan menggunakan laporan dana/aktiva likuid (fund
statement report).
Alasan yang dikemukakan oleh Thomas mungkin dapat diakatakan benar. Namun
menurut penulis, alokasi masih tetap bermanfaat dalam pelaporan keuangan. Alasan bahwa
alokasi harus dapat diuji secara obyektif melalui pengamatan empiris tidak dapat diterapkan
dalam akuntansi. Konsep bukti obyektif dan dapat diuji kebenarannya dalam akuntansi tidak
sama dengan konsep bukti obyektif dalam ilmu pasti.
Penulis setuju dengan konsep obyektifitas seperti yang dikemukakan oleh Paton dan
Littleton (1940) bahwa kegiatan usaha tidak dapat memungkinkan untuk dijadikan bahan
analisis laboratorium dan tidak mengikuti rumus matematika. Masa depan dunia usaha tidak
dapat diramalkan secara tepat dengan menggunakan cara tersebut.