Anda di halaman 1dari 7

Pemberontakan RMS(Republik Maluku Selatan)

A. Latar Belakang
Didirikannya Negara Kesatuan Republik Indonesia, menimbulkan respon dari masyarakat
Maluku Selatan saat itu. Seorang mantan jaksa agung Negara Indonesia Timur, Mr. Dr. Christian
Robert Soumokil, memproklamirkan berdirinya Republik Maluku Selatan pada tanggal 25 April
1950. Hal ini merupakan bentuk penolakan atas didirikannya NKRI, Soumokil tidak setuju
dengan penggabungan daerah-daerah Negara Indonesia Timur ke dalam wilayah kekuasaan
Republik Indonesia. Dengan mendirikan Republik Maluku Selatan, Ia mencoba untuk melepas
wilayah Maluku Tengah dan NIT dari Republik Indonesia Serikat.

Berdirinya Republik Maluku Selatan ini langsung menimbulkan respon pemerintah yang merasa
kehadiran RMS bisa jadi ancaman bagi keutuhan Republik Indoensia Serikat. Maka dari itu,
pemerintah langsung ambil beberapa keputusan untuk langkah selanjutnya.

B. Upaya Peredaman Pemberontakan


1. Upaya Damai dan Berunding
Tindakan atau upaya yang dilakukan oleh pemerintah yang pertama dilakukan adalah dengan
upaya damai. Pada tanggal 27 April 1950, pemerintah mengirimkan Dr. J. Leimena dan
rombongan ke Ambon untuk menyampaikan permintaan berdamai kepada RMS. Tidak hanya
untuk berdamai saja, tetapi juga untuk membujuk RMS untuk tetap bergabung dengan NKRI.
Sayangnya langkah damai yang diambil pemerintah di tolak oleh Soumokil dengan mengirimkan
surat berisi penolakan untuk damai dan berunding. Ditambah lagi, Soumokil justru meminta
bantuan dan juga pengakuan dari negara lain seperti Belanda, Amerika Serikat, hingga juga
komisi PBB untuk Indonesia.

2. Blokade Laut
Ketika upaya damai dan berunding ditolak mentah-mentah oleh Soumokil, pemerintah Indonesia
kemudian merencanakan untuk melakukan blokade laut. Upaya ini bertujuan untuk memaksa
pihak RMS agar bersedia untuk berunding. Blokade laut sendiri dilakukan pada 18 Mei hingga
14 Juli 1950 dengan melakukan pengawasan di semua perairan Maluku dan juga penghancuran
terhadap kapal-kapal pemberontak. Sayangnya upaya kedua ini juga belum berhasil memaksa
Soumokil untuk bersedia berunding dengan pemerintah Indonesia. Oleh sebab itulah
direncanakan untuk melakukan upaya atau langkah yang ketiga, yaitu ekspedisi atau operasi
militer.

3. Ekspedisi atau Operasi Militer


Ketika kedua upaya sebelumnya masih tidak berhasil dan bahkan ditolak mentah-metah oleh
Soumokil, pemerintah kemudian memutuskan untuk melakukan ekspedisi militer dibawah
kepemimpinan Kolonel Kawilarang seorang panglima Indonesia Timur. Operasi militer tersebut
dikenal sebagai Gerakan Operasi Militer IV atau GOM IV untuk memberantas pemberontakan
RMS. Operasi militer ini berhasil menguasai Ambon pada awal November 1950, tetapi konflik
di Seram masih tetap berlanjut hingga Desember 1963. Hingga kemudian pemimpin RMS,
Soumokil, berhasil di tangkap pada 12 Desember 1963 dan dihadapkan pada Mahkamah Luar
Biasa di Jakarta. Dimana kemudian menghasilkan keputusan bahwa Soumokil dijatuhi hukuman
mati.

C. Tokoh – Tokoh
D. Lambang ,Bendera,Lagu Kebangsaan, dan Teks Proklamasi

Lambang RMS menampilkan burung merpati putih Maluku bernama 'Pombo'. Merpati putih
dianggap sebagai simbol positif dan harapan baik. 'Pombo' ditunjukkan bersiap-siap terbang,
sayapnya setengah terbuka dan di paruhnya terdapat cabang pohon damai. Dadanya bertuliskan
'parang', 'salawaku', dan bentuk tombak.
Bagian blazon dari lambang RMS bertuliskan 'Mena - Moeria'. Slogan ini berasal dari bahasa
Maluku Melanesia asli. Sejak dulu, kata-kata ini diteriakkan oleh nakhoda dan pendayung perahu
tradisional Maluku, Kora Kora, untuk menyeragamkan gerakan mereka saat ekspedisi lepas
pantai. Slogan ini berarti 'Depan - Belakang', tetapi bisa juga diterjemahkan menjadi 'Saya pergi-
Kita mengikuti' atau 'Satu untuk semua- Semua untuk satu'.

Sebelum tahun 2011 setelah 2011


Bendera RMS terdiri dari warna biru, putih, hijau, dan merah (1:1:1:6) dan memiliki proporsi
2:3. Bendera ini pertama kali dikibarkan tanggal 2 Mei 1950 pukul 10.00. Dua hari kemudian,
pemerintah merilis penjelasan tentang arti bendera. Warna biru melambangkan laut dan
kesetiaan, putih kesucian, perdamaian, dan pantai putih, hijau tumbuh-tumbuhan, dan merah
nenek moyang dan darah rakyat.
Sedangkan Lagu kebangsaan RMS berjudul "Maluku Tanah Airku" dan dikarang dalam bahasa
Melayu oleh Chr. Soumokil dan O. Sahalessy dengan aksara Latin dan Maluku Melanesia

E. Perkembangan Politik RMS Saaat Ini:


Di Belanda
Duta besar Indonesia untuk Belanda, Yunus Effendi Habibie, memberitahu Radio Netherlands
Worldwide bahwa Indonesia senang mengetahui bahwa pemerintahan terasing Maluku tidak lagi
memperjuangkan kemerdekaan. Menurut Habibie, penduduk Maluku sudah diberikan hak
otonomi, sehingga situasi masa kini tidak perlu diubah lagi. Ia menolak kemerdekaan Maluku.
Komentar Habibie muncul setelah Presiden Maluku dalam pengasingan, John Wattilete,
mengatakan bahwa negara Maluku tidak lagi menjadi prioritas utamanya. Meski kemerdekaan
masih menjadi tujuan terakhir, ia menyatakan puas dengan otonomi yang juga diberlakukan di
Aceh. Katanya, "Hal paling penting adalah penduduk Maluku bisa memimpin daerahnya sendiri.
Pada bulan April 2010 John Wattilete menjadi presiden kelima RMS. Ia adalah presiden pertama
yang berasal dari generasi kedua suku Maluku di Belanda dan dianggap lebih pragmatis
dibanding presiden-presiden sebelumnya. Akan tetapi, sehari sebelum kunjungan kenegaraan
Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono ke Belanda, pertama kali sejak 1970,Wattilete
mengeluarkan perintah hukum agar Presiden ditahan setelah menginjakkan kaki di Belanda.
Meski sejumlah pakar hukum menyebut aksi ini tidak berperasaan dan gagal, Presiden
Yudhoyono membatalkan kunjungannya keesokan harinya.

Di Indonesia
Penduduk Maluku Selatan mayoritas beragama Kristen, tidak seperti wilayah-wilayah lain di
Indonesia yang didominasi Muslim. Republik Maluku Selatan juga didukung oleh Muslim
Maluku pada masa-masa awalnya. Saat ini, meski mayoritas penganut Kristen di Maluku tidak
mendukung separatisme, ingatan akan RMS dan tujuan-tujuan separatisnya masih bergaung di
Indonesia. Umat Kristen Maluku, saat kekerasan sekte 1999-2002 di Maluku, dituduh
memperjuangkan kemerdekaan oleh umat Islam Maluku. Tuduhan ini berhasil membakar
semangat umat Islam untuk melawan dengan mendirikan Laskar Jihad. Situasi tersebut tidak
diperparah oleh fakta bahwa umat Kristen Maluku di luar negeri memang memperjuangkan
berdirinya RMS.
Di Maluku, Piagam Malino II ditandatangani untuk mengakhiri konflik dan menciptakan
perdamaian di Maluku. Penduduk Maluku mengaku "menolak dan menentang segala jenis
gerakan separatis, termasuk Republik Maluku Selatan (RMS), yang mengancam kesatuan dan
kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia". Akan tetapi, saat presiden Indonesia
berkunjung ke Ambon pada musim panas 2007, sejumlah simpatisan RMS melancarkan
provokasi dengan menari Cakalele dan mengibarkan bendera RMS.Sejak 1999, sebuah
organisasi baru bernama Front Kedaulatan Maluku (FKM) beroperasi di Ambon, mengumpulkan
senjata, dan mengibarkan bendera RMS di tempat-tempat umum. Pemimpin FKM, Alex
Manuputty, mengungsi ke Amerika Serikat dan terus memperjuangkan kemerdekaan.

F. Dampak Pemberontakan RMS

Dampak positif
Adanya pemberontakan RMS pastinya membuat masyarakat, terutama masyarakat Maluku
kembali sadar akan pentingnya kesatuan bangsa. Selain itu, diterapkannya kembali penghargaan
dan juga pengembalian pedoman atau orientasi adat istiadat serta budaya Maluku pada
masyarakat setempat. Dimana kondisi tersebut juga menyadarkan masyarakat Maluku akan
pentingnya dan kokohnya adat istiadat dan juga kebudayaan Maluku itu sendiri.

2. Dampak Negatif
 Dibandingkan dengan dampak positif, RMS lebih banyak memberikan dampak negatif terutama
bagi negara Indonesia. Beberapa dampak tersebut diantaranya seperti:

 Jatuhnya korban jiwa dan kerusakan materiil


Dampak yang sangat jelas terlihat dari adanya pemberontakan RMS adalah banyaknya korban
jiwa yang berjatuhan dan juga adanya kerusakan materiil. Pemberontakan yang terjadi
menimbulkan kericuhan dan juga ancaman tidak hanya bagi kestabilan Indonesia saja, tetapi juga
menimbulkan ancaman bagi masyarakat. Banyaknya korban yang yang ditimbulkan baik dari
anggota RMS maupun dari pihak pemerintah Indonesia pastinya menjadi dampak yang negatif,
belum lagi dengan banyaknya fasilitas negara maupun masyarakat yang menjadi rusak pula.

 Hubungan antar kelompok di Maluku terganggu


Berdirinya RMS dan terjadinya pemberontakan juga menyebabkan hubungan antar kelompok di
Maluku terganggu, terutama bagi kelompok pendukung RMS dan kelompok pendukung NKRI.
RMS menimbulkan berbagai contoh konflik sosial dalam masyarakt di wilayah Maluku, keadaan
tersebut juga menyebabkan masyarakat bingung akan status kewarganegaraan mereka, sehingga
hubungan antar anggota masyarakat juga terganggu.
 Mengancam stabilitas NKRI
Seluruh pemberontakan atau gerakan sparatisme secara jelas menyebabkan timbulnya ancaman
bagi stabilitas NKRI, termasuk juga dengan terbentuknya RMS. Terbentuknya RMS memberikan
ancaman dan juga rasa ketidaknyamanan bagi wilayah Indonesia, dimana pada masa itu sedang
dalam proses kembali dari RIS ke NKRI. Oleh sebab itu, pemerintah melakukan beberapa upaya
menjaga keutuhan NKRI untuk menghentikan pemberontakan yang terjadi agar dapat
menciptakan keamanan, kenyamanan, serta kestabilan NKRI.
 Migrasi besar-besaran ke Belanda
Berhasilnya pemberontakan RMS dihentikan menyebabkan adanya migrasi besar-besaran oleh
pada mantan serdadu KNIL dan juga para pendukung RMS ke Belanda. Seperti yang telah
disampaikan sebelumnya, mereka bahkan juga membentuk pemerintahan dalam pengasingan di
Belanda. Di Belanda sendiri, mereka ditempatkan pada kamp-kamp dan perumahan yang
terpencil. Tidak hanya itu, mereka juga diisolasikan dari masyarakat Belanda pada umumnya,
karena pemerintah Belanda tidak mendukung pemberontakan RMS kembali setelah proses
pemberontakan RMS tersebut gagal.
 Hubungan Indonesia dan Belanda terganggu
Berpindahnya pemerintahan RMS ke Belanda, dan juga adanya anggapan bahwa Belanda juga
ikut andil dalam pembentukan serta pemberontakan RMS kemudian menyebabkan pengaruh
pada hubungan antara Indonesia dan Belanda, terutama pada masa itu. Bahkan sempat adanya
percobaan pembunuhan terhadap duta besar Indonesia, kemudian juga semakin memperburuk
hubungan antara Indonesia dengan Belanda.

 Terjadinya aksi terorisme di Belanda


RMS juga menyebabkan adanya aksi terorisme di Belanda, dimana kondisi tersebut merupakan
suatu reaksi dari RMS terhadap pemerintah Belanda yang tidak mau membantu RMS. Beberapa
aksi terorisme yang sempat dilakukan seperti, percobaan pembunuhan duta besar Indonesia di
Belanda tahun 1970, penyanderaan di gedung provinsi di Assen tahun 1978, dan lain sebagainya.
Beberapa aksi teroris tersebut juga ikut memperburuk hubungan Indonesia dengan Belanda.

 Memberikan dampak berkelanjutan


Selain beberapa dampak diatas, pembentukan dan pemberontakan RMS juga menyebabkan
adanya dampak secara berkelanjutan. Beberapa dampak tersebut seperti masih adanya
pendukung RMS yang tidak ingin bergabung dengan NKRI, bahkan pada tahun 2002 terjadi
pengibaran bendera RMS di wilayah Indonesia, tepatnya di wilayah Maluku. Kejadian tersebut
tentunya mengganggu dan juga mengancam persatuan NKRI, yang kemudian menyebabkan 23
oang ditangkap oleh aparat kepolisian Indonesia. Bahkan tidak hanya berhenti disitu saja,
pengibaran bendera RMS di Maluku terus berlanjut hingga tahun 2004, hingga menyebabkan
adanya penangkapan dan juga konflik yang terjadi antara aktivis RMS dengan NKRI.

.
Nama Kelompok 6 :
1. Cira Amadia Wikan(10)
2. Faradia Apriani Margantari(13)
3. Faraha Aulia Az Zahra(14)
4. Kartika Retnaningrum(19)
5. Naura Dewi Anindya(27)
6. Vita Sigi Ifada(33)

Anda mungkin juga menyukai