Dengan dukungan kemajuan teknologi transportasi dan entry barrier yang makin tipis
dalam perdagangan internasional, maka produk-produk tersebut dalam waktu yang
amat singkat dapat menyebar ke berbagai negara dengan jaringan distribusi yang
sangat luas dan mampu menjangkau seluruh strata masyarakat.
Untuk itu Indonesia harus memiliki Sistem Pengawasan Obat dan Makanan (SisPOM)
yang efektif dan efisien yang mampu mendeteksi, mencegah dan mengawasi produk-
produk termaksud untuk melindungi keamanan, keselamatan dan kesehatan
konsumennya baik di dalam maupun di luar negeri. Untuk itu telah dibentuk BPOM
yang memiliki jaringan nasional dan internasional serta kewenangan penegakan hukum
dan memiliki kredibilitas profesional yang tinggi.
Kewenangan
Berdasarkan pasal 4 pada Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2017 tentang Badan
Pengawas Obat dan Makanan
1. menerbitkan izin edar produk dan sertifikat sesuai dengan standar dan
persyaratan keamanan, khasiat/manfaat dan mutu, serta pengujian obat dan
makanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
2. melakukan intelijen dan penyidikan di bidang pengawasan Obat dan Makanan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
3. pemberian sanksi administratif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Budaya Organisasi
B udaya organisasi merupakan nilai-nilai luhur yang diyakini dan harus dihayati dan
diamalkan oleh seluruh anggota organisasi dalam melaksanakan tugas. Nilai-nilai luhur
yang hidup dan tumbuh kembang dalam organisasi menjadi semangat bagi seluruh
anggota organisasi dalam berkarsa dan berkarya.
Profesional
Integritas
konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai
luhur dan keyakinan
Kredibilitas
Dapat dipercaya dan diakui oleh masyarakat luas, nasional dan internasional.
Kerjasama Tim
Inovatif
Responsif/Cepat Tanggap
Antisipatif dan responsif dalam mengatasi masalah.
Direktorat Penilaian Obat Tradisional, Suplemen Makanan dan Kosmetik merupakan salah satu dari 4
(empat) direktorat di Kedeputian Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen.
Direktorat Penilaian Obat Tradisional, Suplemen Makanan dan Kosmetik dalam menjalankan Visi dan Misi
Badan POM melaksanakan pengawasan Pre-Market Evaluation di bidang pendaftaran obat tradisional,
suplemen makanan dan notifikasi kosmetika.
Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 02001/SK KBPOM Direktorat
Penilaian Obat Tradisional, Suplemen Makanan dan Kosmetik sebagaimana telah diubah dengan Keputusan
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.00.05.21.4231 Tahun 2004 bahwa Direktorat
Penilaian Obat Tradisional, Suplemen Makanan dan Kosmetik mempunyai tugas :
"Penyiapan Perumusan Kebijakan, Penyusunan Pedoman, Standar, Kriteria dan Prosedur, serta Pelaksanaan
Pengendalian, Bimbingan Teknis dan Evaluasi di Bidang Penilaian Obat Tradisional, Suplemen Makanan dan
Kosmetika"
Laporan kinerja https://www.pom.go.id/new/browse/more/lapkin/26-10-2010/26-10-2018/1
Menurut data BPOM, selama tahun 2017 terdapat 5.128 permohonan izin edar obat
tradisional masuk ke BPOM. Dari jumlah tersebut sebanyak 4.581 diterbitkan nomor izin
edarnya. Jumlah ini meningkat dari tahun-tahun sebelumnya. Obat tradisional yang
diproduksi Sido Muncul telah diekspor ke berbagai negara, antara lain Nigeria,
Myanmar, Malaysia, Singapura dan Filipina.
BPOM sendiri telah mengeluarkan 266 Nomor Izin Edar (NIE) obat tradisional dan
Suplemen Kesehatan milik Sido Muncul. BPOM juga mengapresiasi kepatuhan Sido
Muncul yang telah memperoleh 11 sertifikat CPOTB untuk 10 bentuk sediaan dan 3
Sertifikat CPOTB untuk 3 jenis bahan baku obat tradisional. Bahkan 3 sertifikat tersebut
dimiliki oleh anak perusahaan PT Sido Muncul. “Selama ini yang mendampingi Sido
Muncul secara terus menerus adalah BPOM,” ungkap Irwan Hidayat selaku pemilik
Sido Muncul. “Rahasia sukses kami adalah dengan mengikuti aturan pemerintah sebaik
mungkin.” lanjutnya.
Kepala BPOM sangat mengapresiasi kepercayaan Sido Muncul pada BPOM. Kepala
BPOM menyatakan bahwa peresmian perluasan sarana produksi ini sebagai
merupakan bukti bahwa BPOM dan industri bekerja sama saling memperkuat dan
mendukung tugas satu sama lain dalam memastikan keamanan dan kualitas obat
tradisional di Indonesia. “Kami selalu mendampingi pengembangan industri obat
tradisional, karena ini merupakan salah satu potensi yang harus didorong. Obat
tradisional merupakan salah satu budaya yang ada di Indonesia yang harus kita
kembangkan dan lestarikan. Untuk itu, BPOM siap bermitra dengan Kementerian
Perindustrian dan lintas sektor lainnya untuk kemajuan obat tradisional,” ujar Kepala
BPOM.
Penanganann obat tradisional mengandung bahan kimia dilakukan melalui pembinaan cpotb, advokasi
kepada lintas sector dan public warning. Pengawasan OBat Tradisional dn produk komplemen dilakukan
pemeriksaan sarana produksi dan distribusi, sampling dan pengujian untuk ditindaklanjuti sesuai prosedur
operasional baku yang ditetapkan.
baik dari segi keamanan, kemanfaatan, maupun mutu. Dalam melaksanakan tugas pengawasan, Direktorat
Inspeksi dan Sertifikasi Obat
TUGAS
bagian.
STANDARISASI
Direktorat Standardisasi Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen memiliki sasaran strategis
yaitu Tersusunnya Standar Obat Tradisional, Kosmetik dan Suplemen Kesehatan dalam Rangka
Menjamin Obat dan Makanan yang beredar Aman, Berkhasiat dan Bermutu yang kemudian dijabarkan
dalam 4 (empat) Indikator Kinerja Utama yang kedua indikator tersebut memiliki target pencapaian yang
tertuang dalam dokumen perjanjian kinerja tahun 2017.
Direktorat Standardisasi Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen mempunyai tugas yang
sangat strategis dalam Kedeputian II, Badan POM. Hal ini karena Direktorat Standardisasi Obat
Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen merupakan penyusun peraturan, kebijakan dan standar
obat tradisional, kosmetik dan produk komplemen
Kekuatan (Strenghts – S) 1. Berperan aktif dalam sidang penyusunan standar di bidang obat tradisional,
suplemen kesehatan dan kosmetik di tingkat ASEAN Direktorat Standardisasi Obat Tradisional,
Kosmetik dan Produk Komplemen berperan aktif dalam sidang TMHSPWG di bidang obat tradisional
dan suplemen kesehatan serta dalam sidang ACC di bidang kosmetik. 2. Sosialisasi/diseminasi regulasi di
bidang obat tradisional, kosmetik dan suplemen kesehatan
Standar yang dihasilkan Direktorat Standardisasi Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen
berupa peraturan di bidang obat tradisional, kosmetik dan suplemen kesehatan
disosialisasikan/didiseminasikan sehingga stakeholder dapat mengetahui dan mengimplementasikannya 3.
Pedoman ISO 9001:2015 dan pedoman penyusunan standar Tahun 2017, Direktorat Standardisasi Obat
Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen telah mengimplementasikan manajemen mutu ISO
9001:2015 dan telah mendapat sertifikat manajemen mutu ISO 9001:2015, sehingga Pedoman
penyusunan standar telah mengacu pada SOP Makro yang berada di dalamnya. Semua pegawai di
Direktorat Standardisasi Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen telah melaksanakan SOP
Makro serta unsurunsur yang berada di dalam manajemen mutu ISO 9001:2015 dengan tertib dan
bertanggung jawab. 4. Komitmen pimpinan dan staf Komitmen pimpinan Direktorat Standardisasi Obat
Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen merupakan faktor penting dalam mengarahkan dan
memberikan semangat atas pencapaian visi, misi dan tujuan Direktorat. Komitmen yang kuat akan
mampu membangun integritas organisasi, menggerakkan komitmen seluruh jajaran organisasi untuk
melaksanakan tugas yang selaras dengan tujuan yang telah ditetapkan bersama. Terkait dengan adanya
perubahan peranan Direktorat, maka pimpinan juga diharapkan mampu mengembangkan peran, menjaga
proses transformasi, melakukan komunikasi dan menyemangati proses transformasi tersebut. Komitmen
yang berasal dari pimpinan tersebut dibarengi dengan komitmen semua staf yang ada di Direktorat dalam
melaksanakan tugas dan fungsi masing-masing sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. 5.
Pelayanan publik Direktorat Standardisasi Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen membuka
konsultasi untuk output yang dihasilkan berupa peraturan, pedoman, standar, kajian serta uji klinik di
bidang obat tradisional, kosmetik dan suplemen kesehatan. Konsultasi ini bisa dari stakeholder eksternal
yaitu pelaku usaha, masyarakat, lintas sektor lainnya serta dari stakholder internal yaitu dari internal
Badan POM sendiri seperti dari Direktorat Penilaian Obat Tradisional, Suplemen Makanan dan Kosmetik
atau Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen.
2. Kurangnya kaderisasi SDM Kurangnya kaderisasi SDM untuk sidang-sidang regional dan internasional
serta kaderisasi trainer uji klinik. Kurangnya kaderisasi ini bukan disebabkan karena tidak adanya
kesempatan, melainkan karena kurangnya dana dalam mengikuti sidang/pelatihan. 3. Pelaksanaan
kegiatan yang mendukung Reformasi Birokrasi masih belum optimal dilaksanakan Beberapa kegiatan
mendukung Reformasi Birokrasi masih belum optimal dilaksanakan, seperti Sistem Internal Pengendalian
Pemerintah (SPIP) karena belum tersedia petunjuk pelaksanaannya. 4. Sumber dana kurang memadai
Dana APBN yang jumlahnya kurang memadai karena melingkupi 3 komoditi yang berbeda yaitu obat
tradisional, kosmetik dan suplemen kesehatan sehingga kurang optimal dalam medukung hal teknis
seperti dalam penyusunan standar serta hal pendukung seperti peningkatan kompetensi SDM, kaderisasi
SDM serta peningkatan mental spritual SDM bahkan lingkungan kerja.
Ancaman (Threats –T) 1. Harmonisasi ASEAN di bidang obat tradisional, suplemen kesehatan dan
kosmetik Terdapat hal- hal yang harus diperhatikan terkait dengan dinamika global seperti Harmonisasi
ASEAN di bidang obat tradisional, suplemen kesehatan dan kosmetik antara lain: Masalah Genetic
Resources (GR) dalam Agreement di bidang Obat Tradisional dan Suplemen Kesehatan; Dengan
adanya harmonisasi ASEAN di bidang obat tradisional dan suplemen kesehatan maka standar yang
berlaku untuk produk obat tradisional dan suplemen kesehatan di ASEAN akan sama sehingga perlu
effort yang lebih agar kualitas produk obat tradisional dan suplemen kesehatan Indonesia tidak kalah
dengan produk dari luar Indonesia;