Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Medika Karya Ilmiah Kesehatan

Vol 4, No.1. 2019 : 10-15


ISSN : 2654-945X (Online), 2541-4615 (Print)
DOI : 10.35728/ jmkik.v4i1.69
Journal homepage : http://jurnal.stikeswhs.ac.id/index.php/medika

EFEKTIVITAS RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS


NYERI DISMENORE PADA REMAJA PUTRI

Chandra Sulistyorini1, Siti Mukaromah2, Femi Tari Pongsibidang3

Prodi DIII Kebidanan STIKES Wiyata Husada Samarinda

e-mail : chandrasulistyorini@stikeswhs.ac.id, sitimukaromah@stikeswhs.ac.id,


femitari@gmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang: Dismenore adalah kondisi yang menyakitkan di daerah perut, kram dan nyeri punggung
yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Pencegahan yang dilakukan oleh remaja perempuan
untuk menghindari dismenore adalah mengabaikannya, menahan perut, minum minuman herbal,
berbaring dan menonton televisi. Beberapa bahkan melewatkan kelas di sekolah dan pulang pada
hari-hari sekolah, di mana 20% dari mereka pergi ke ruang medis sekolah untuk beristirahat ketika
mengalami dismenore. Tujuan: Untuk mengidentifikasi efektivitas relaksasi otot progresif dalam
mengurangi intensitas nyeri dismenorea pada remaja putri. Metode: Penelitian ini menggunakan
eksperimen semu pre-post-test tanpa desain kontrol. Teknik pengambilan sampel adalah accidental
sampling dengan 35 responden, dikumpulkan dari April hingga Mei 2018. Data dianalisis dengan
menggunakan uji Wilcoxon sedangkan intensitas nyeri diukur dengan menggunakan skala peringkat
numerik dan SOP relaksasi otot progresif. Temuan: Nilai intensitas nyeri sebelum intervensi adalah 5,00
dan nilai setelah intervensi adalah 3,00. Analisis statistik dengan menggunakan Uji Wilcoxon
menunjukkan bahwa nilai sig (2-tailed) adalah 0,000, yaitu <0,05. Ini berarti bahwa ada perbedaan yang
signifikan antara hasil sebelum dan sesudah tes dari intensitas nyeri. Kesimpulan: Relaksasi otot
progresif efektif mengurangi intensitas nyeri dismenore. Oleh karena itu, disarankan agar remaja wanita
dapat melakukan relaksasi otot progresif dua kali sehari sebelum dan selama periode menstruasi untuk
mengurangi intensitas nyeri dan sebagai alternatif untuk pengobatan dan pencegahan nyeri
pra-menstruasi.

Kata Kunci : Dismenore, Remaja Wanita, Relaksasi Otot Progresif

*Corresponding Author :
Chandra Sulistyorini
Program Studi D-III Kebidanan
STIKES Wiyata Husada Samarinda, Indonesia
Email : chandrasulistyorini@stikeswhs.ac.id
Jurnal Medika Karya Ilmiah Kesehatan
Vol 4, No.1. 2019 : 10-15
ISSN : 2654-945X (Online), 2541-4615 (Print)
DOI : 10.35728/ jmkik.v4i1.69
Journal homepage : http://jurnal.stikeswhs.ac.id/index.php/medika

PENDAHULUAN Prevalensi dismenore di Indonesia


Dismenore berasal dari bahasa tahun 2008 sebesar 64,25% yang terdiri dari
Yunani yaitu “dys” yang berarti sulit atau 54,89% dismenore primer dan 9,36%
menyakitkan atau tidak normal. “Meno” dismenore sekunder (Proverawati dan
berarti bulan dah “rrhea” yang berarti aliran. Misaroh, 2009). Hasil penelitian
Sehingga dismenore didefinisikan sebagai Mahmudiono (2011) mengatakan angka
aliran menstruasi yang sulit atau nyeri haid kejadian dismenore primer pada remaja
(Calis, 2011). Dismenore adalah keadaan wanita usia 14–19 tahun di Indonesia sekitar
nyeri di bagian abdomen, kram dan sakit 54,89 %.
punggung serta dapat menganggu aktifitas Dampak dari dismenore selain
sehari-hari. Banyak orang yang menggangu aktivitas sehari-hari dan
beranggapan nyeri haid merupakan hal menurunkan kinerja juga terjadi keluhan
yang sangat wajar dan dapat terjadi pada seperti mual, kadang disertai muntah dan
perempuan yang mengalami menstruasi diare. Masih banyak wanita yang
khususnya pada remaja putri, namun tidak menggangap 1-2 hari sakitnya akan hilang.
sedikit perempuan yang mengalami nyeri Penanganan dismenore bisa dilakukan
yang berkepanjangan dan terus menerus secara farmakologi yaitu dengan pemberian
hingga mengalami rasa sakit bahkan tidak obat-obatan analgesik. Sedangkan secara
dapat melakukan aktifitas selama non farmakologi melalui distraksi, relaksasi,
menstruasi karena nyeri yang tidak imajinasi terbimbing, kompres hangat, atau
tertahankan (Wulandari,2017). dingin (Potter dan Perry,2010).
World Health Organization (WHO) Teknik relaksasi otot progresif
menerangkan bahwa kejadian dismenore merupakan suatu terapi relaksasi yang
(nyeri haid) di dunia sangat besar. Rata-rata diberikan kepada klien dengan
lebih dari 50% perempuan di setiap negara menegangkan otot-otot tertentu dan
mengalami dismenore (Ningsih,2011). Di mengombinasikan latihan napas dalam dan
Amerika serikat di perkirakan hampir 90% serangkaian seri kontraksi dan relakssasi
wanita mengalami dismenore dan 10-15% di otot tertentu (Setyoadi dan Kushariadi,
antaranya mengalami dismenore berat yang 2011).
menyebabkan mereka tidak mampu Berdasarkan studi pendahuluan yang
melakukan kegiatan apapun (Calis,2011). dilakukan pada 15 desember 2017 pada
remaja putri di SMK Negeri 17 Samarinda,
*Corresponding Author :
Chandra Sulistyorini
Program Studi D-III Kebidanan
STIKES Wiyata Husada Samarinda, Indonesia
Email : chandrasulistyorini@stikeswhs.ac.id
Jurnal Medika Karya Ilmiah Kesehatan
Vol 4, No.1. 2019 : 10-15
ISSN : 2654-945X (Online), 2541-4615 (Print)
DOI : 10.35728/ jmkik.v4i1.69
Journal homepage : http://jurnal.stikeswhs.ac.id/index.php/medika

didaptkan bahwa Penanganan yang diberikan, kembali peneliti melakukan


dilakukan remaja putri untuk menghindari pengukuran nyeri dengan menggunakan
dismenore adalah di diamkan saja, lembar observasi numerik rating scale.

Variabel Mean Median Sd 95%C sig HASIL


Pretest 5.20 5.00 1.56 4.66-5.73 0.012 Tabel 1. Nilai intensitas nyeri Pretest dan
Postest Intervensi relaksasi otot
Postest 2.97 3.00 1.38 2.49-3.44 0.002
progresif
memengang perut, meminum jamu, dibawa
berbaring, dan menonton tv bahkan ada
yang tidak masuk sekolah dan pulang ketika Nilai Intensitas nyeri sebelum
pelajaran berlangsung, sekitar 20 % tiap dilakukan intervensi adalah 5.00 dan nilai
bulannya masuk ke ruang UKS untuk intensitas nyeri sesudah dilakukan
beristirahat ketika dismenore. intervensi adalah 3.00.

METODE Tabel 2. Hasil Uji Analisis Menggunakan Uji


Jenis penelitian ini adalah kuantitatif Wilcoxon
dengan menggunakan rancangan Quasi
Eksperiment dengan pendekatan pre and Positive Ranks Negative Ranks Ties Sig(2-tailed)
c
Pretest- 0 35 0 .000
post test without control. Teknik
Postest
pengambilan sampel dengan Accidental
(n=35)
sampling dengan jumlah sampel 35
responden yang dilakukan pada bulan April Hasil uji analisis statistik
hingga Mei 2018. Menggunakan Uji menggunakan Wilcoxon menunjukan selisih
Wilcoxon. Pengukuran skala nyeri antara variabel pretest dan postest. Tabel di
menggunakan Numerik Rating Scale dan atas menunjukkan perbandingan skala nyeri
SOP relaksasi otot progresif. sebelum dan sesudah dilakukan intervensi.
Dalam Pengambilan data, peneliti Terdapat hasil nilai Positeve Ranks adalah
terlebih dahulu melakukan penilaian nyeri 0, yang artinya tidak ada responden yang
dengan lembar observasi nyeri, kemudian mengalami peningkatan skala nyeri setelah
melakukan intervensi relaksasi progresif dilakukan relaksasi otot progresif. Nilai
dengan 15 gerakan dalam waktu 10 menit. Negative Ranks pada tabel menunjukkan
Setelah 5 menit sesudah intervensi angka sebesar 35 , yang artinya bahwa
*Corresponding Author :
Chandra Sulistyorini
Program Studi D-III Kebidanan
STIKES Wiyata Husada Samarinda, Indonesia
Email : chandrasulistyorini@stikeswhs.ac.id
Jurnal Medika Karya Ilmiah Kesehatan
Vol 4, No.1. 2019 : 10-15
ISSN : 2654-945X (Online), 2541-4615 (Print)
DOI : 10.35728/ jmkik.v4i1.69
Journal homepage : http://jurnal.stikeswhs.ac.id/index.php/medika

responden yang merasakan penurunan menegangkan otot-otot tertentu dan


skala nyeri setelah dilakukan relaksasi otot mengkombinasikan latihan napas dalam
progresif berjumlah 35 responden, dan nilai dan serangkaian seri kontraksi dan relaksasi
Ties yang terdapat pada tabel adalah 0, otot yang dilakukan sesuai dengan standar
yang menunjukkan tidak ada responden operasional prosedur, seluruh responden
yang merasakan skala nyeri sebelum mendapatkan perlakukan yang sama
relaksasi otot progresif sama dengan skala meliputi langkah-langkah relaksasi otot
nyeri setelah relaksasi otot progresif. progresif dan durasi intervensi yang
Setelah dilakukan relaksasi otot progresif, dilakukan pada seluruh responden.
hasil analisis didapatkan nilai sig (2-tailed) Relaksasi otot progresif pada
adalah 0.000 sehingga nilai sig (2-tailed) < penelitian ini dilakukan dengan posisi duduk
0.05, yang berarti bahwa terdapat di kursi senyaman mungkin dan mengikuti
perbedaan intensitas nyeri yang signifikan langkah-langkah gerakan relaksasi secara
antara nilai pretest dan postest. perlahan yang berjumlah lima belas gerakan
mulai dari melatih otot tangan hingga
PEMBAHASAN melatih otot-otot kaki. Gerakan-gerakan
Hasil dalam penelitian yang peneliti yang diterapkan oleh peneliti dalam
lakukan pada 35 responden yang penelitian ini yaitu mulai dari gerakan
mengalami nyeri dismenore dengan melatih otot tangan, otot tangan bagian
dilakukan relaksasi otot progresif yang belakang, otot tangan biceps (otot besar
diberikan satu kali dengan durasi waktu 10 pada bagian atas pangkal lengan), otot bahu,
menit memperlihatkan adanya perbedaan otot dahi, otot punggung, otot dada, otot
yang bermakna. Meskipun masih terdapat perut, otot paha hingga otot kaki. Lima belas
nyeri sesudah dilakukan relaksasi otot gerakan ini dilakukan secara bertahap
progresif, namun perbedaan rata-rata dengan tujuan untuk menurunkan
intensitas nyeri dapat diketahui melalui hasil ketegangan otot dan menciptakan sensasi
analisis statistic yang telah dilakukan. melepaskan ketidaknyamanan dan stress.
Dalam penelitian ini, relaksasi otot Saat mencapai relaksasi penuh, maka
progresif merupakan intervensi yang peneliti persepsi nyeri berkurang dan rasa cemas
lakukan sebagai upaya penanganan nyeri. terhadap pengalaman nyeri berkurang.
Relaksasi otot progresif adalah suatu terapi Penurunan intensitas nyeri dismenore
yang diberikan kepada responden dengan setelah dilakukan relaksasi otot progresif
*Corresponding Author :
Chandra Sulistyorini
Program Studi D-III Kebidanan
STIKES Wiyata Husada Samarinda, Indonesia
Email : chandrasulistyorini@stikeswhs.ac.id
Jurnal Medika Karya Ilmiah Kesehatan
Vol 4, No.1. 2019 : 10-15
ISSN : 2654-945X (Online), 2541-4615 (Print)
DOI : 10.35728/ jmkik.v4i1.69
Journal homepage : http://jurnal.stikeswhs.ac.id/index.php/medika

terjadi karena kontraksi otot yang dilakukan maupun saraf parasimpatis. Saraf yang
pada otot-otot tertentu dapat menimbulkan rileks menurunkan rasa nyeri secara
efek relaksasi dan memberi rasa nyamna perlahan.
kepada responden, sehingga nyeri yang Penelitian dari Rahmasari (2014),
dirasakan menjadi teralihkan dan berkurang. yang berjudul “Relaksasi Otot Progresif
Relaksasi otot progresif ini juga dapat Menurunkan Nyeri Kepala” juga
menstimulasi syaraf untuk meningkatkan memaparkan bahwa setelah diberikan
pelepasan endorfin (penghilang nyeri alami) teknik relaksasi progresif,menunjukkan
serta meningkatkan ambang nyeri pada adanya penuruan Skor nyeri pada kelompok
responden. intervensi dan kontrol. Terapi non
Fitriani dan Achmad (2017) dalam farmakologi yang efektif untuk menurunkan
penelitiannya menjelaskan bahwa teknik nyeri kepala tension type adalah dengan
relaksasi otot progresif mampu merangsang menggunakan terapi relaksasi otot progresif
tubuh untuk melepaskan opiat endogen dengan mengidentifikasi otot yang tegang.
yaitu endorfin. Endorfin adalah substansi Berdasarkan hasil penelitian dan
seperti morfin yang diproduksi dalam tubuh pembahasan penelitian ini serta didukung
yang berfungsi sebagai inhibitor terhadap oleh beberapa elaborasi penelitian diatas,
transmisi nyeri, sehingga apabial tubuh dengan diberikannya relaksasi otot progresif
mengeluarkan substansi-substansi ini, satu pada remaja putri yang mengalami nyeri
efeknya adalah pereda nyeri. dismenore terbukti dapat membantu
Mekanisme relaksasi otot progresif menurunkan tingkat nyeri setelah diberikan
juga dijelaskan oleh Supetran (2015), dalam intervensi relaksasi otot progresif.
penelitiannya yang berjudul “Efektivitas
Penggunaan Teknik Relaksasi Otot SIMPULAN
Progresif Dalam Menurunkan Tingkat Nyeri Nilai Intensitas nyeri sebelum
Pasien Gastritis”. Hasil penelitian dilakukan intervensi adalah 5.00 dan nilai
menunjukkan setelah diberikan relaksasi intensitas nyeri sesudah dilakukan
otot progresif sebagian besar pasien intervensi adalah 3.00, hasil uji analisis
merasakan nyerinya berkurang, karena statistik menggunakan Wilcoxon didapatkan
gerakan-gerakan yang telah diberikan nilai sig (2-tailed) adalah 0.000 sehingga
secara perlahan membantu merilekskan nilai sig (2-tailed) < 0.05, yang berarti bahwa
sinap-sinap saraf, baik saraf simpatis terdapat perbedaan intensitas nyeri yang
*Corresponding Author :
Chandra Sulistyorini
Program Studi D-III Kebidanan
STIKES Wiyata Husada Samarinda, Indonesia
Email : chandrasulistyorini@stikeswhs.ac.id
Jurnal Medika Karya Ilmiah Kesehatan
Vol 4, No.1. 2019 : 10-15
ISSN : 2654-945X (Online), 2541-4615 (Print)
DOI : 10.35728/ jmkik.v4i1.69
Journal homepage : http://jurnal.stikeswhs.ac.id/index.php/medika

signifikan antara nilai pretest dan postest. Remaja. Tersedia dari


Sehinnga dapat disimpulkan bahwa http://lppm-stikes.faletehan.ac.id/ejurn
Relaksasi otot progresif efektif dalam al/index.php/fale/article/download/44/4
menurunkan intensitas nyeri dismenore. 1, diakses tanggal 15 Desember 2017.
Oleh karena itu, remaja putri
diharapkan mampu melakukan relaksasi Mahmudiono, T. (2011). Fiber, PUFA And
otot progresif 2 kali sehari sebelum haid dan Calcium Inatke is Associeated With
saat sedang haid, agar dapat menurunkan The Degree of Primary Dysmenorrhea
intensitas nyeri dan sebagai alternatif In Adolescent Girl Surabaya,
penyembuhan serta pencegahan nyeri Indonesia. Jurnal Of
sebelum datangnya menstruasi. Obstertics&Gynecology.

UCAPAN TERIMAKASIH Ningsih,R.(2011). Efektifitas Paket Pereda


Ucapan terimakasih kepada pihak sekolah Intensitas Nyeri Pada Remaja Dengan
dan pembina UKS SMK Negeri 17 Dismenore Di SMAN Kecamatan
Samarinda yang telah bersedia menjadi Curup Lontar. http://lontar.ui.ac/,
tempat penelitian dan kepada STIKES diakses 20 Desember 2017.
Wiyata Husada Samarinda selaku tempat
kerja dari tim peneliti. Potter dan Perry.(2010). Fundamental
Keperawatan. Edisi 7.
Jakarta:Salemba Medika

Proverawati, A. & Misaroh, S. (2009).


REFERENSI Menarche Menstruasi Pertama Penuh
Calis,K.A.(2011).Dysmenorrhea. :https://em Makna. Yogyakarta : Nuha Medika
edicine.medscape.com/article/253812-
overview#showall ,diakses tanggal 02 Rahmasari,I. (2014). Relaksasi Otot
Desember 2017. Progresif Dapat Menurunkan Nyeri
Kepala
Fitriani, H. & Achmad. (2017). Pengaruh DiRSUDDr.MoewardiSurakarta.http://e
Intervensi Relaksasi Otot Progresif journal.ijmsbm.org/index.php/ijms/artic
Terhadap Dismenore Primer pada
*Corresponding Author :
Chandra Sulistyorini
Program Studi D-III Kebidanan
STIKES Wiyata Husada Samarinda, Indonesia
Email : chandrasulistyorini@stikeswhs.ac.id
Jurnal Medika Karya Ilmiah Kesehatan
Vol 4, No.1. 2019 : 10-15
ISSN : 2654-945X (Online), 2541-4615 (Print)
DOI : 10.35728/ jmkik.v4i1.69
Journal homepage : http://jurnal.stikeswhs.ac.id/index.php/medika

le/view/54/58., diakses tanggal 16 Mei


2018.

Setyoadi & Kushariyadi. (2011). Terapi


Modalitas Keperawatan pada Klien
Psikogeriatrik. Jakarta : Salemba
Medika

Supetran, I. (2015). Efektivitas Penggunaan


Teknik Relaksasi Otot Progresif Dalam
Menurunkan Tingkat Nyeri Pasien
Gastritis Di Rumah Sakit Daerah
MadaniPalu.http://jurnal.unismuhpalu.
ac.id/index.php/PJKM/article/view/2,
diakses tanggal 16 Mei 2018.

Wulandari,E. (2017). Pengaruh Stretching


Exercise Terhadap Penurunan Nyeri
Dismenore Remaja Putri Di SMK
Farmasi Samarinda. Skripsi Stikes
Wiyata Husada Samarinda,
Kalimantan Timur.

*Corresponding Author :
Chandra Sulistyorini
Program Studi D-III Kebidanan
STIKES Wiyata Husada Samarinda, Indonesia
Email : chandrasulistyorini@stikeswhs.ac.id

Anda mungkin juga menyukai